Selasa, 31 Januari 2023

PUNK Zaman Pasca Reformasi sampai Pasca Pilpres - Viddy AD Daery



PUNK
Zaman Pasca Reformasi sampai Pasca Pilpres
Karya : Viddy AD Daery


(Untuk pementasan dengan durasi 30-45 menit).

Sinopsis:
Segerombolan anak-anak Komunitas Punk bernama “Nam-Punk,” karena menyukai angka 6, diserupakan dengan lambang 69 di bendera mereka -pada suatu hari sehabis berapresiasi seni di markasnya yang kumuh dan pesing- didatangi beberapa tokoh partai politik tua maupun muda. Mereka ingin merekrut kaum Punkers untuk konstituen mereka yang baru, menyambut pemilu yang akan datang. Anak-anak Punk yang anti-kemapanan diajak berpolitik? Maukah mereka? Lalu apa yang terjadi?

Pemeran Utama:

Kit: Remaja berusia 22 tahunan, tokoh non formal Genk Punk “6-Punk”, selalu bersama teman-temannya sejumlah 6 orang Punkers (2 wanita, 1 di antaranya berjilbab hitam –memang, mereka menyukai kostum warna hitam, berlobang-lobang serta ditambahi asesoris bermacam-macam).

Gus Uzur: tokoh politik tua usia 55 tahunan, perawakan gemuk, selalu memakai batik, dan kopiah, berjalan mengenakan tongkat.
Kadam: 35 tahunan, asisten pribadi Gus Uzur, berkostum sama dengan tuannya, memelihara jenggot agak panjang, dan beberapa figuran.

Adegan Dimulai:
Setting:
Pojok GOR (Gedung Olahraga) Republik Jontor yang kumuh, kotor, penuh sampah, bau kencing, alkohol, muntahan, dan sebagainya menjadi satu dengan puing-puing berserakan persis Indonesia Raya.
Di dinding-dinding yang sudah kusam, karena lama terlantar tak pernah diperbarui catnya, retak-retak penuh coretan grafiti berbau sex, pornografi, anti pemerintah, anti kapitalisme, anti orang tua, tetapi sayang Ibu.
Juga tertempel dua poster yang memuja tokoh Grup Punk, dan satu poster semboyan: NgEROCK 24 JAM KECUALI SEDANG NgOROCK!!!


(Adegan dimulai dengan berdentaman suara Musim Punk-Rock Super bising, yang vocalnya kayak orang demam.

SFX: Terdengar suara bising musik rock super underground yang tidak bisa dibedakan suaranya, antara musik dengan tembakan mitraliyur perang dunia.

Enam Punkers (2 wanita) berjoget uyel-uyelan ala Punk-Rock yang tidak beraturan, malah mirip orang berkelahi.

Setelah beberapa lama, kemudian Kit, tokoh kelompok non formal “6 Punk” menepuk tangan, dan langsung saja musik cadas keras terhenti seketika, lantas semuanya yang menari berhenti ajojing dengan tidak beraturan, tidak serta merta, serba tidak beraturan -semaunya.


Kit: 
Hai teman-teman! Hari ini ada rejeki tiban! Kita mendapat sumbangan dari “seorang hamba Alloh” berupa 1 krat bir!!!

Punk 2 / cewek: 
Ya Ollooooh…hamba Alloh kok nyumbang bir?

Punk 3 / cowok: 
Alaaa… itu hamba Syetan namanya!

Punk 4/ cewek berjilbab: 
Hee… tokek! Hamba Syetan ya kita semua…!!!

(Semua tertawa terbahak-bahak dan terkikik sepuasnya sebebas-bebasnya).

Kit: 
Sudah, sudah, Coy! Mari kita syukuri sumbangan dari orang yang nggak mau disebutkan namanya tuh! Mari nyante pesta bir sambil berapresiasi seni… ayo siapa yang mau mulai?

Punk 2: 
Bonar tuuh! Dia baru pulang nyusu emaknya di Tarutung, Medan! Coba barangkali dia mau nyanyi Buteeeeeettt… 

(Semua ketawa ngakak).

Punk 5 / Bonar / berlogat Batak: 
Ah, kau ini… cemmana bilang Punker nyusu Ibu? Boleh juga kalau nyusu tante-tante susu gede?!

(Semua Punkers ketawa, sambil kemudian mulai membuka bir dan menenggaknya, lantas ada yang gelegeken dahsyat… semua pesta ketawa gembira).


Punk 5 / Bonar : 
Oke, oke… aku tidak, menyanyilaah… aku punya oleh-oleh yang lain… puisi Batak gambaran dari kampong Ibuku, di mana semua orang sudah puzzziiing, karena harga-harga naiiik terus mengikuti BBM yang naik teruuuzzz… hanya harga diri kitalah yang turun! (Bonar baca puisi). Puisi…. monggo dibikin… puisi teler absurd.

(Semua tepuk tangan meriah, dan bersuit-suit).

Punk 4 / cewek berjilbab: 
Kalau masalah pusing harga naik terus, bukan cuma urusan orang Bataklah Bonar. Seluruh Republik Jontor ini juga pening aku… pening aku..! (meniru akting Ruhut Batak yang memukul-mukul dahi ala di sinetron Gerhana).

Punk 3: 
Aku gak mau kalah reek! Punker Suroboyo asli Cuuk…Aku mau nyanyi lagu kebangsaan kita “Punk Rock Panas Dingin”.Kalian yang kesetrum pingin ikut nyanyi bolehlah ikutan nyanyi bareng!

(Musik SFX berbunyi, Punk 3 mengacungkan jemari tangan, dan menggerakkan acungannya ke kanan ke kiri ala superstar rock di panggung… dan semua temannya mengikuti).

Punk 3 diikuti teman-temannya:
Panas-panas-panas-panaaaaaaas
Anget-anget-anget-angeeeeeet
Dingin-dingin-dingin-dingiiiiiiiin
Anyep-anyep-anyep-anyeeeeeeeeep…

Panas -dingin,panas- dingin tubuhkuuuuu
Anget-anyep-anget-anyep bathukkuuuuuuu (2 X)

Kalau panas tolong dinginkaaaaan
Kalau dingin tolong hangatkaaaaaan (2 X)

Panas-dingin-panas-dingin
Panas-dingin-panas-dingin (8 X)

Semua sembuh, karna kasih sayang-Muuuuu
Semua sembuh, karna cinta suci-Muuuuuu
Semua sembuh, karna persahabatan yang aaaaabbbaaadddiiii….

(Lalu semua toast dengan khusyuk, seakan mereka semua baru berzikir, lalu saling keplakkan tangan, dan akhirnya bertepuk tangan).


Punk 6: 
Oke, penampilan berikutnya, aku Punker nJombang ! Aku mau menyanyi lagu irama Punk-Slow… ini lagu keramat warisan embahku…Simak baik-baik yaa…

Tombo ati iku lima sak wernane
Kaping siji moco Qur’an sak ma’nane…

Semua meledek:
Alaaa… brentiii… brentiii… wooee… wooeee! Masak Punkers dikasi lagu yang letoy… Bikin semangat hidup kita lemes gak enerjik maaaan!

Kit bangkit, lalu bersuara lantang: 
Sudah, sudah, Coy!!! Kuingatkan ya… kita-kita ini orang Punk harus punya solidaritas tak terbatas kepada sesama Punk…Kita ada di sini kan karena MUAK dengan orang-orang di luar sana, yang selalu memberi hidup ini penuh dengan batasan-batasan…(Kit diam sejenak memandang berkeliling, teman-temannya menyimak).

Hidup harus begini gak boleh begitu!
Atau harus begitu gak boleh begini!
Begini begitu begini begitu begini ni ni niiiii
Begini begitu begini begitu begitu tu tu tuuuuu

(diulang-ulang meniru Benyamin S., dan teman-temannya menirukan Kit, sang pemimpin non formal itu). 
Setelah itu, semua ketawa lepas, menertawakan hidup ngakak sepuasnya…
(Terdengar Suara Bedug dan Adzan lamat-lamat).

Kit: 
Subhanallooohhh… Naah! Sudah tiba waktunya sholat ashar! Ishoma! Ishoma! Aku mau sholat ashar dulu, yang mau ikut ayuk…Yang gak mau sholat silahkan nyante aja…

Kit bangkit diikuti Punk wanita berjilbab, mereka masuk ke balik panggung Teman-teman Punk yang lain terus menikmati bir dan bersenda gurau.

***

Tiba-tiba datang seorang tokoh Partai usia tua, terkenal dengan nama Gus Uzur, atau dipanggil Gus Zur. Gus itu datang disertai seorang Kadam atau kyai muda staf ahli yang berjenggot agak panjang. Di belakang tampak 2 bodyguard sangar menjaga.

Gus berjalan terbata-bata seperti orang tua, melangkah dengan tongkat di tangan, diiringi Kadam yang selalu bawa buku agenda, pulpen, dan senantiasa siap mencatat apa-apa perintah Gus Uzur.
Dua bodyguard berpenampilan serem dan sangar menjaga di belakang, mata mereka jelalatan ke kiri-kanan dengan kewaspadaan yang berlebihan.

Gus: 
Assalamu’alaikum adik-adiik… Yok opo kabare rek? (sok akrab)

Para Punkers: 
Wa’alaikum salaam…emm maaf, siapa ya?

Kadam: 
Waaduuh, kalian ini kuper! Hidup tertutup siiih…Masak gak tahu tokoh terkenal kayak gini! Ini Gus! Gus Uzur! Tapi cukup dipanggil Gus saja! Sudah tahu ?

Punkers: 
Mmm… siapa ya Gus itu?

Kadam : 
Kampungan! Gus itu tokoh Partai Besar! PMR atau Partai Memperalat Rakyat! Naah, tahu kan sekarang?

Punkers: 
Maaf.. enggaaaak!

Kadam: 
Masya Alloh… jadi yang kalian tahu apa saja?

Punkers: 
Banyaak… Nazi, Swastika, Sex Pistols, 69, Musik Rock, Bir, Rokok…

Kadam: 
Naudzubillahi min ndzaalik! Kalian ini hamba-hamba syetan! Kalian calon penghuni neraka nomoer satu!!!!

(Keadaan jadi tegang… Para Punkers bersikap menantang, maka Gus segera mendinginkan suasana).

Gus: 
Maaf, maafkan Kadamku yang kasar ya adik-adik!!! Kadam,… minggir! Kamu jangan kasar begitu doong. Syetan juga hamba Alloh kok! Ya kan adik-adik?

Punkers: 
Setujuuuu, Gus!

(Keadaan menjadi cair lagi).

Gus: 
Naah, begini ya, eh… ngomong-ngomong sudah pada minum bir 1 krat belum?

Punk : 
Sudaah, Gus! Kok Gus tahu sih, kalau kami barusan minum bir 1 krat?

Gus: 
Lhooo…wong yang mbelikan saya kok… hamba Alloh itu sayaa…cuma saya nggak mau riya’…kita itu kalau amal nggak mau menonjol-nonjolkan diri… takut pahalanya hilang…

Punk: 
Waah terimakasih ya Gus.

(Semua Punkers menyalami Gus. Mereka salaman biasa saja. Namun Kadam marah-marah lagi).

Kadam: 
Hei! Nggak tahu sopan santun ya! Kalau salaman dengan Gus itu harus pakai nyium tangan!

(Punkers bingung lagi… lholhak lholhok…).

Gus: 
Sudah, sudah, Kadam! Giiitu aja kok repoot… Kamu nggak tahu ilmu politik ya… pelajaran politikmu belum lulus Kadam! Sudah kamu diam dulu! Di sini ini pakai bahasa politik, jangan pakai bahasa pondok pesantren! Paham? Kadam dan para bodyguard: Pahaaaaam…..

(Para Punkers tertawa terbahak-bahak, Kadam dan para bodyguard tersinggung, tapi Gus menenangkan mereka).

Gus: 
Gini ya adik-adik… kalian ini kan punya tujuan hidup kan? Nah, tujuan hidup adik-adik ini apa sih sebenarnya?

Punk 3: 
Ngerock! Ngebir ! Ngesex!

Kadam: 
Astaghfirullah hal adziim…

(Gus memberi isyarat tangan, melarang anak buahnya bereaksi berlebihan).

Begitu Kadam pergi, lalu masuklah Kit dan Punkers berjilbab, mereka agak bingung dan merasa surprise serta bangga, karena melihat Gus tokoh besar kok berada di kalangan lingkungan mereka.


Kit: 
Waah, ada tamu besar rupanya… Assalamu’alaikum Gus! Anda tokoh favorit saya!

Gus: 
Okkkee… okeee… jadi begini adik-adik… saya menawari kalian semua jadi underbow Partai saya….

Kit: 
underbow itu apa????

Gus: 
Underbow ituuu… semacam Organisasi Sayap atau organisasi pendukung… jadi gini… Pemilu yang barusan berlangsung… kan Organisasi Underbouw Partai kami, ada beberapa… misalnya: Ban Serep… anggotanya adalah para preman penambal ban. Ben Jol… anggotanya adalah para preman berkepala botak. Komunitas Pasien RSJ… anggotanya adalah para pasien dan alumnus orang Gila. Dan beberapa lagi… Nah sekarang kita akan bikin Komunitas Punkers Syari’ah…

Gus: 
Yaaa, aku ngerti, itu tujuan utama kalian. Atau kesenangan hidup kalian yang paling utama. Tapi kan ada yang sekunder, atau yang kedua yang justru dalam jangka panjang bisa membuat hidup kalian lebih enak daripada sekarang.

Punkers : 
Kami nggak ngerti Gus. Apa itu ya?

Gus: 
Yaa misalnya ingin jadi Menteri! Atau anggota DPR! Atau minimal menjadi anggota Partai Besar! Mendapat seragam, mendapat kartu anggota, mendapat identitas yang jelas, menjadi orang berguna! Naah bagaimana?

(Para Punkers makin bingung. Bagi mereka, masalah politik adalah masalah yang jauh tinggi di awang-awang, asing bagi mereka, masalah paling penting dalam keseharian para anak Punk adalah musik rock, makan-minum, dan rokok).


Punkers: 
Kami bingung Gus! Jangan ajak kami bicara yang muluk-muluk, mendingan ajak kami makan siang ajalah… sudah sore begini kami belum makan siang… perut kami lapar!

Gus: 
Ooo begitu to? Oke, oke itu masalah kecil. Kadam, tolong beli nasi bungkus untuk adik-adik Punk ini!
(Kadam segera melesat pergi membeli nasi bungkus).
Tentunya kita akan gelontor Dana untuk operasi kegiatan… paling tidak anggaran Nasib Bungkus dan Bir sudah pasti kita adakan. Naah… gimana setuju???

(Kit berfikir mewakili teman-temannya).

Kit: 
Hmmmm baiklah Gus… kami mewakili teman-teman menyatakan Setuju, tapi ada syarat… yaitu… Komunitas Pendukung kami juga anda perbolehkan jadi anggota Onderbow… gimana???

Gus: 
Hmmmm…. boleh-boleh… tentu saja boleeehhhh… jadi kamu mau tambahkan anggota Onderbow apa saja???

Kit: 
Komunitas Pecinta Kucing… Komunitas Pecinta Anjing… Komunitas Pecinta Reptil… dan Komunitas Pemburu Hantu Pocong….

Gus: 
Huuuahahahahaaaa… baguuusss… itu ide sangat baguuuusss… aku setujuuuuu!!!! Tos doong!!!

(Gus mengajak semua anggota Punk bertos).

Tos.
Tos.
Tos.
Tos.

Lalu semua berjoget diiringi lagu Dangdut merdu ala Suket Teki…

LAMPU MENUJU GELAP
LAYAR PUN TURUN


Griya Ugahari Margonda, 17 Agustus 2009
Laren, Lamongan, Jawa Timur, 25 Februari 2020.

*) Viddy Ad Daery, penyair, novelis, wartawan, budayawan, dan pembuat filem. Lahir di Lamongan, 28 Desember 1961. Kini suka mengembara di seluruh pelosok Nusantara, negeri paling ajaib di dunia, demi mencari ilham karya serta menyebarkan setetes ilmunya. No Kontak: 0856 481 50 681. Yang ingin mementaskan lakon Drama ini, mohon menghubungi penulisnya, terima kasih.

KIBAR BENDERA SI SARTO DI HALAMAN RUMAH - Rodli TL



KIBAR BENDERA SI SARTO DI HALAMAN RUMAH
Karya: Rodli TL


Para Tokoh;

Sartib, lelaki kampung yang berusia 40-an. Hari-harinya dirundung sedih karena belum genap seratus harinya ditinngal istri tercintanya.

Sarto, Bocah laki-laki berusia belasan tahun. Ia bisu dan kurang normal pikiranya, tapi ia punya semangat hidup yang tinggi.

Mbok Sumi, Perempuan Tua yang masih lantang bicaranya. Ia adalah tetangga yang sangat perhatian. Namun sangat cerewet.

Marjo, Pemuda penjual bendera

Kepala Desa, sesusia dengan Sartib. Ia suka main perempuan dan sok berwibawa. Sangat otoriter.


ADEGAN I

Seorang bocah laki-laki bisu berdiri di bawah tiang bendera. Ia memegangi talinya sambil menaikkan bendera merah putih yang sudah sobek-sobek. Ia tarik pelan sambil menyanyikan lagu “Indonesia Raya”.
Dalam nyanyian yang hikmat, seorang lelaki dewasa berteriak memanggil bocah yang sedang khusuk bernyanyi. Lelaki yang memanggil itu adalah Sartib, ayah dari si bocah bisu itu.


Sartib : 
Sarto!

Sarto : 
(sedang khusuk bernyanyi)

Sartib : 
Sarto! Bapak minta mantuan!

Sarto : 
(terus menarik tali, menaikkan benderah merah putih)

Sartib : 
Sarto, sedang apa kamu?

Sarto : 
(terus saja ia pandangi benderanya yang sudah naik di atas setengah tiang)

Sartib : 
(lebih keras suaranya) Kenapa kamu tidak mengindahkan panggilan bapakmu sama sekali, apa kamu sudah budek?

Sarto : 
(tetap hikmat menyanyikan lagu Indonesia Raya)

Sartib keluar dari rumah, melihat apa yang sedang dilakukan anaknya. Ia menggeleng-gelengkan kepala, lalu berusaha bersabar menunggu anaknya menyelesaikan bait terakhir lagu “Indonesia Raya”.
Usai menyanyikan lagu Indonesia Raya, Sarto kemudian berlagak seperti komandan upacara untuk menghadap dan hormat pada ayahnya yang ia perlakukan sebagai Instruktur Upacara.


Sartib : 
Sarto, sarto ………… ya sudah bubarkan!

Sarto : 
(menggelengkan kepala)

Sartib : 
Sarto, komandan upacara, bubarkan, upacara telah selesai!

Sarto : 
(menggelengkan kepala)

Sartib : 
Upacara hari ini sudah bisa dibubarkan, tidak ada amanat dari instruktur upacara. Ayo bubarkan!

Sarto : 
(menggelengkan kepala)

Sarto berlarian masuk rumah dan keluar dengan membawa sobekan kardus, ia berjalan tegap seakan membawa map yang berisi teks Proklamasi.

Sartib : 
Apa yang harus bapakmu lakukan, Sarto?

Sarto : 
(menggerakkan tangannya untuk meminta membaca teks Proklamasi dengan mengangkat tangannya seakan meneriakkan “merdeka”)

Sartib : 
Sarto, semuanya kita anggap ‘pre-memori’ ya

Sarto : 
(terus memaksa untuk membacakan teks Proklamasi dengan mengangkat tangannya”Merdeka”)

Sartib : 
Ya, pembacaan Proklamasi pre-memori. Ini kan masih latihan. 17 Agustus kan masih beberapa hari lagi.

Sarto : 
(mengangkat tangannya berulangkali)

Sartib : 
Ya, nanti anakku, kalau tanggal 17 Agustus kita akan mengadakan upacara di halaman rumah ini. Kita akan mengundang semua teman-temanmu, paman, bibi, semua sanak kita, dan tidak lupa para tetangga.

Sarto : 
( terus memaksa bapaknya untuk membacakan teks Proklamasi)

Sartib :
 
(Dengan suara membujuk) Anakku Sarto, upacara kemerdekaan itu harus dilaksanakan dengan banyak orang, tidak cukup hanya berdua. Ada komandan upacara, ada pengibar bendera, ada pembina upacara, ada pembaca teks Proklamasi. Ada pembaca do’a dan puluhan peserta upacara. Kalau upacara itu hanya kita lakukan berdua, akan ditertawakan oleh orang-orang yang lalu lalang di depan rumah kita. Mereka menganggap kita gila anakku, kamu Sarto dan bapakmu ini akan jadi omongan orang, bahwa anak dan bapaknya sama-sama gilanya.

Lagu Indonesia Raya mengalun.
Sarto mulai murung. Ia berjalan meninggalkan bapaknya. Ia sangat kecewa dengan perlakuan bapaknya yang tidak mau di ajak upacara.

Sartib : 
Sarto, kamu mau kemana? Jangan pergi, bapak masih butuh bantuanmu. Sarto, belikan bapak rokok, ada kembaliannya buat kamu.

Sarto langsung bergegas memenuhi panggilan bapaknya. Ia sangat girang.

Sartib : 
Ini uangnya, buat belikan rokok dua batang, sisanya buat kamu. (tersenyum merasa senang) Ya gitu, kamu harus riang. Besok kalau 17 Agustus kita akan adakan upacara di depan rumah . Bendera putihnya tidak sobek seperti milik kamu itu, kalau bapak punya uang kita ganti dengan yang baru. (bersemangat) Bendera si Sarto akan berkibar di halaman rumah.

Sarto bergegas pergi, ia berlari sambil menyanyikan bait terakhir lagu Indonesia Raya berulang-ulang.



ADEGAN II

Syair-syair lagu Indonesia Raya, berkumandang keras dalam degup jantung Sartib yang menunggu anaknya si Sarto yang belum juga datang. Pikiran Sartib berkecamuk antara keinginan merokok dan keinginan anaknya untuk melakukan upacara. Sartib meminum kopi untuk membuang pikiranya yang ruwet..
Tiba-tiba seorang peremupuan tua berlarian memanggil-manggil Sartib. Ia adalah mbok Sumi.


Mbok Sumi : 
Sartib, Sartib gak waras kamu ya, kamu tega dengan anak kamu sendiri. Ternyata kamu lebih sakit daripada anakmu. Sarto walaupun begitu, ia masih anakmu, Sartib!

Sartib : 
Ada apa mbok Sumi? Apa salah anak saya?

Mbok Sumi : 
Bukan salah anak kamu, tapi kamu yang salah.

Sartib : 
Apa yang di lakukan Sarto mbok, apa?

Mbok Sumi : 
Sartib, Sartib……. kamu bener-bener keterlaluan, kamu tidak bisa menjaga amanat bojomu, gak bisa jaga amanate Karti, Ibunya si Sarto.

Sartib : 
Mbok Sumi, jangan membawa-bawa nama almarhumah Karti, istriku. Biarkan ia tenang di sisi Tuhan.

Mbok Sumi : 
Belum genap seratus harinya. Istrimu meninggal. Kamu sudah lupa dengan amanatnya. Istrimu semakin tidak tenang karena kamu tidak bisa menjaga Sarto anaknya.

Sartib : 
Mbok Sumi……

Seorang laki-laki menggendong bocah yang diselimuti dengan bendera merah putih. Ia adalah si Sarto. Bocah itu ditidurkan di atas amben bambu. Sartib berusaha membantunya. Sartib membuka pelan bendera yang menutupi wajah anaknya.

Karjo : 
Sudah sabar ya, Gus. Sudah waktunya.

Sartib : 
Apa yang terjadi dengan anak saya, Mas?

Karjo : 
Usai membayarkan uangnya pada saya untuk membeli bendera baru itu. Ia bergegas membuka lipatan bendera. Saking gembiranya, ia kibarkan bendera merah putih itu sambil berlarian. Ia tidak melihat kanan kiri langsung berlari menyebrang jalan. Ia kecelakaan, ia ketabrak sepeda motor.

Sartib : 
Tidak terjadi apa-apa kan dengan dia. Dia hanya ingin tidur kan?

Karjo : 
Dia sudah meninggal, Gus.

Mbok Sumi : 
(tangisan mbok Sumi langsung pecah dan menghamburkan tubuhnya merangkul Sarto) Innalillahi, Sarto. Kenapa secepat ini. Kenapa kamu cepat ingin bertemu makmu, le?

Sartib : 
maksudnya?

Karjo : 
Ia sudah meninggal dunia, Gus Sarto

Sartib : 
(menangis histeris) Tidaaaak… tidak anakku Sarto, jangan tinggalkan bapakmu. Sarto ayo bangun, ya bapak mau sekarang, kita akan mengadakan upacara kemerdekaan. Bangun sarto, bapak akan membacakan Proklamasi. Ayo sarto, percayalah pada Bapak akan membacakan Proklamasi. Sarto bangun anakku. Ayo kita melaksanakan upacara bendera. Bangun Sarto…….! (menempelkan pipinya pada telinga anaknya, sambil menangis ia mengucapkan Proklamasi) Sarto anakku…. Karti, maafkan aku yang tidak bisa menjaga anak kita. Maafkan aku Karti….!

Back soud lagu Indonesia Raya mengiringi kepergian Sarto. Lampu fade out dan panggung menjadi gelap.


ADEGAN III

Lagu Indonesia Raya mengibarkan semangat Sartib untuk bersiap mendatangi Pak Kades di Balai Desa. Ia memakai sarung dan pecinya, dan langsung bergegas berangkat.

Sartib : 
Assalamualaikum, selamat pagi Pak Kades!

Kades : 
Pagi, Sartib. Ada apa kok pagi-pagi betul datang ke Balai Desa?

Sartib : 
Ya ada perlu, Pak Kades

Kades : 
Ya perlu apa? Mau menikah kamu Tib? Ya sukur. Tapi ya nggak pantes kalau secepat ini kamu mau menikah lagi. Belum genap saratus harinya Surti istrimu meninggal, anakmu yo baru kemarin meninggal. Kalau kamu mau cepat-cepat menikah yo nggak baik. Sabar duluh, tunggu sekitar satu tahun lagi. Kalau benar-benar nggak kuat ya paling tidak setenga tahun lagi la. Ngomong-ngomong mau menikah sama siapa sih?

Sartib : 
tidak, pak Kades

Kades : 
Sartib-Sartib, kamu ini seperti anak remaja yang lagi pertama jatuh cinta, pakai malu-malu segala. Perempuan mana, masih perawan atau sudah janda?

Sartib : 
Tidak pak Kades

Kades : 
Kita ini sudah berumur, Sartib, sudah makan asam garam persoalan perempuan, persoalan rumah tangga. Kamu kok pakai rahasia segala. Sungguh tidak akan saya sampaikan sama siapa-siapa.

Sartib : 
Tidak pak

Kades : 
Sartib, kalau aku tahu dan kenal perempuan itu. Aku kan akan bisa melindungi. Selaku Kepala Desa aku akan mengayomi. Maksud aku, kalau ada laki-laki yang menggoda perempuan calonmu itu, aku kan bisa ngomong kalau perempuan itu tidak boleh digoda karena bakal calonmu.

Sartib : 
Maaf, pak kades…

Kades : 
Oh, kamu takut sama saya. Takut kalau calon perempuanmu itu akan aku goda. Maaf Sartib. Selera aku dengan selera kamu jauh berbeda. Selera aku itu perempuan yang suka pakai lipstik, merah warnanya. Sartib sartib…..

Sartib : 
Maaf, pak kades. Maksud kedatangan saya ke sini bukan mau melapor kalau saya mau menikah.

Kades : 
Terus untuk apa?

Sartib : 
hari ini kan tujuh harinya anak saya, Si Sarto

Kades : 
Lha urusan tahlilan saja kok kamu laporkan ke kantor desa

Sartib : 
Bukan tahlilannya pak kades

Kades : 
Terus apa?

Sartib : 
Hutang saya pada sarto anak saya

Kades : 
Hutang apa itu?

Sartib : 
Saya berhutang mau ngadakan upacara bendera di halaman rumah saya, Pak Kades.

Kades : 
Apa, upacara bendera di halaman rumah kamu?

Sartib : 
Ya pak.

Kades : 
Terus sama siapa kamu akan mengadakan?

Sartib : 
Sama para tetangga. Dan saya berharap pak kades datang sebagai instruktur upacara untuk menyampaikan amanat.

Kades : 
Kamu tahu sejarah nggak, kenapa upacara bendera itu diadakan?

Sartib : 
Tidak banyak pak. Setahu saya ya untuk memperingati kejadian pada tanggal 17 agustus sebagai hari kemerdekaan kita. Bendera merah putih dikibarkan dan teks proklamasi dibacakan oleh Bung Karno. 17 agustus adalah pintu gerbang kemerdekaan bagi seluruh rakyat Indonesia untuk merdeka, berkarya dan membangun.

Kades : 
Hanya itu?

Sartib : 
ya hanya itu pak, maklum tidak pernah makan bangku sekolah, Pak.

Kades : 
Kamu pernah lihat tidak upacara itu dihadiri tukang ngarit, tukang angon, tukang matun. Ya pokoknya orang-orang seperti yu ton, mbok sumi, Kang gus marjo tetangga kamu itu. Dengan memakai sewek dan kudung umbrut-umbrut gitu?

Sartib : 
Belum pak

Kades : 
Kamu pernah tahu tidak upacara bendera merah putih itu diadakan di depan Rumah?

Sartib : 
Belum pak

Kades : 
Begini Kang Gus sartib. Para pahlawan kita itu tidak main-main memperjuangkan kemerdekaan. Ia mengorbankan segala yang dimilikinya termasuk nyawanya. Kita sebagai warga negara yang baik, sebagai generasi perjuangan haruslah bisa merayakan dengan penuh hikmat.

Sartib : 
Saya serius pak Kades. Sungguh saya tidak main-main

Kades : 
kalau upacaranya di halaman depan rumah sampean dan yang hadir itu tetangga-tetangga sampean ya itu namanya main-main, Gus

Sartib : 
Tidak Pak, sungguh saya tidak main-main, saya serius ingin mengadakan upacara bendera, saya ingin menghormati anak saya yang sangat menghormati pahlawan yang memperjuangkannya.

Kades : 
Kalau ada upacara di laksanakan di halaman rumah dan diikuti oleh para tetangga itu namanya main-main, Gus. Upacara itu di laksanakan di halaman sekolah, di halaman kantor pemerintah, di alun-alun. Dan yang hadir adalah para pegawai pemerintah dan anak-anak sekolah.

Sartib : 
tapi kami akan melaksanakan dengan serius, pak Kades

Kades : 
Kalau kamu dan para tetangga yang melaksanakan. Itu namanya mempermainkan

Sartib : 
Sungguh Pak Kades, saya tidak main-main. Dengan tulus saya ingin mengadakan upacara untuk menghormati anak saya yang menghormati para pahlawannya.

Kades : 
(membentak) Tidak, tidak ada upacara di depan halaman rumah kamu!

Sartib : 
kenapa tidak boleh, pak Kades?

Kades : 
Karena kamu yang melaksanakan.

Sartib : 
Kenapa kalau saya yang melaksanakan tidak diperbolehkan, padahal saya sunguh-sungguh ingin melaksanakan. Saya ingin menghormati anak saya yang sungguh-sungguh menghormati para pahlawan.

Kades : 
Tidak! Pak sartib, saya tidak bisa membayangkan buah bibir warga, orang-orang kampung sebelah kalau upacara itu dilaksanakan.

Sartib : 
Kenapa, Pak Kades?

Kades : 
Mereka akan mentertawakan kita. Mereka akan menganggap kita gila.

Sartib : 
Kenapa mereka menganggap kita gila, Pak Kades?

Kades : 
Karena mengadakan Upacara memperingati kematiannya orang yang tidak normal alias gila.

Sartib : 
Siapa yang tidak waras pak Kades, anak saya atau para pahlawan yang memperjuangkan kemerdekaan kita itu?

Kades : 
Hai goblok, yang tidak waras itu anak kamu yang bisu itu. (diam) Kang Gus Sartib, Si Sarto anak kamu itu tidak pernah sekolah, tidak pernah belajar, ngomong saja tidak bisa apalagi membaca. Masak kita akan memperingati kematiannya seperti kita memperingatai para pahlawan.

Sartib : 
Tapi, dia juga pahlawan, pak

Kades : 
(tertawa) apa, pahlawan? Pahlawan bagi siapa? Enaknya kamu ngomong bahwa ia pahlawan. Enaknya kamu menyamakan orang yang bisu dengan para pahlawan.

Sartip : 
Dia mati karena sangat mencintai bendera merah putih, dia mati karena dia ingin mengadakan upacara bendera untuk menghormati para pahlawan.

Kades : 
Pak Sartib. Ya itu, keinginan seperti itu hanya pada orang-orang yang tidak waras. Dia mati karena memperjuangkan ketololannya. Dan dia mati bukan sebagai pahlawan, tapi itu namanya mati gila!

Lagu Indonesia raya melantun mengiris hati. Mengiringi kepergian Sartib dengan rasa kecewa. Kecewa karena tidak dizinkan mengadakan upacara, dan kecewa karena anaknya dikatakan tidak waras dan mati gila!



ADEGAN IV

Sartib memegangi bendera yang seminggu lalu menjadi selimut kematian anaknya. Ia berjalan dengan hati sedih mengingat keinginan anaknya yang ingin sekali mengadakan upacara bendera merah putih. Di bawah tiang bendera ia ikatkan bendera dan ia tariknya pelan. Sampai pada setenga tiang bendera itu melambai sedih. Tiba-tiba Sartib kaget karena ada suara yang menghardik.

Kades : 
Tangkap Sartib. Dia sedang gila, dia sedang tidak waras, dia menghina bendera merah putih kita! Ayo, amankan si Sartib yang gila itu!

Sartib ditangkap dan diamankan dengan iring-iringan lagu Indonesia Raya.


Lamongan, 30 April 2008
TAMAT

RUMAH DO RE MI - Mayang Sari


 

RUMAH DO RE MI
Karya : Mayang Sari



ADEGAN 1

Suatu malam yang dingin dan mencekam, di dalam sebuah kamar terdapat anak-anak panti asuhan yang sedang tertidur, semuanya seakan sepakat untuk mengalami mimpi buruk yang sama dalam tidur mereka itu. Dalam mimpi mereka, terdengar suara lantang dan menyeramkan dari pengurus panti, pengurus mereka. Terdengar pula suara cambukan dan rintihan kesakitan anak-anak.

Renata : 
Dengarkan kata-kata ibu, jangan berani-beraninya kalian mengulangi kesalahan yang sama! Karena ibu tidak akan segan-segan untuk menghukum kalian lebih keras lagi! Kalian harus mengikuti semua aturan yang telah ibu buat! Semuanya! Tanpa terkecuali! Taati semua perkataan ibu! Ingat, bagaimanapun juga panti asuhan ini harus berjalan sesuai dengan yang ibu inginkan! (berkata dengan keras sambil memukuli anak-anak dengan kayu ringan, sementara anak-anak merintih dan menangis ketakutan)


ADEGAN 2

Keesokan hari, di ruang tamu, Renata sedang berbicara dengan pimpinan Panti Asuhan yang bernama Julia. Julia membawa seorang mahasiswa magang untuk membantu Renata mengurus anak-anak, mahasiswa itu bernama Fauzi, wajahnya ramah dan menyenangkan. Akan tetatp Renata tidak menyukai kedatangan pria itu.

Julia : 
Saya mengerti Ibu Rena, tapi bagaimanapun juga panti asuhan ini dibangun dengan uang saya, dan saya ingin anak-anak yang berada disini memiliki masa depan yang cerah.

Renata : 
Iya bu, maafkan saya. Akan tetapi saya ingin Ibu memahami bahwaselama ini sayalah yang merawat mereka dan mengurus keseharian mereka, jujur saya agak kewalahan. Saya yang harus menyiapkan sarapan pagi, makan siang hingga makan malam. Saya juga yang membersihkan rumah, mencucikan seluruh pakaian mereka, merawat mereka, mengurus mereka apabila mereka sakit. Belum lagi tugas sekolah mereka, dengan mereka yang memiliki perbedaan umur, tugas yang berbeda pula dan kenakalan yang tak ada habisnya. Setiap hari saya harus mengingatkan mereka untuk mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan oleh sekolah, bila mereka tidak dapat mengerjakan sendiri, saya yang harus mengajarnya sendirian. Sedangkan jumlah mereka bukanlah satu ataupun dua. Saya sangat menginginkan pengertian dari Ibu Julia selaku pimpinan Panti ini.

Julia : 
Justru itulah maksud kedatangan Saya kesini.Saya sudah mempersiapkan sebuah rencana untuk mengurangi permasalahan tersebut.Perkenalkan, ini Mas Fauzi, Dia adalah mahasiswa jurusan psikologi tingkat akhir, Dia datang kesini untuk praktik kerja lapangan yang ditugaskan oleh kampusnya, sekaligus membantu anda mengurus anak-anak. (Renata kelihatan tidak begitu senang) Anda tidak keberatan kan? Saya melakukan ini tentunya untuk kebaikan Anda juga.

Renata : 
(gelagapan) Oh tentu saja tidak, apapun yang terbaik untuk panti asuhan ini.

Julia : 
Baguslah kalau begitu. Mas Fauzi, Anda bisa langsung berkenalan dengan anak-anak.(berbicara pada Fauzi, tersenyum).

Fauzi : 
Baiklah bu, permisi. (Fauzi masuk ke kamar anak-anak)

Julia : 
Ibu Rena, ada beberapa hal yang ingin saya bicarakan.(kembali berbicara kepada Renata dengan serius).

Renata : 
Tentang apa itu Bu? (Terlihat cemas)

Julia : 
Ini tentang donatur, ada beberapa hal yang perlu Ibu ketahui. Mari Bu.(Keduanya beranjak ke ruang kantor Renata)


ADEGAN 3


Kamar anak-anak, Mereka sedang bermain di dalam kamar dengan ceria. Fauzi masuk ke dalam kamar, memperhatikan anak-anak dengan senang.

Fauzi : 
(Tersenyum, hangat) Halo, anak-anak!

Anak-anak : 
(Anak-anak berhenti berbicara dan memperhatikan Fauzi dengan berbagai ekspresi. Ada yang senang, ada yang heran, ada juga yang merasa terganggu karena permainan dihentikan. Akan tetapi semuanya membalas sapaan Fauzi dengan sopan). Halo.

Fauzi : 
Hai, nama Kakak, Fauzi. Salam kenal. Kakak berada disini untuk membantu Ibu Rena merawat Kalian untuk sementara waktu, bolehkah kakak berkenalan dengan Kalian?

Chika : 
(berkata dengan centil, anak perempuan satu ini sangat manis. Rambutnya dikuncir dua dan sangat feminin)Namaku Chika. Nama Kakak siapa?

Anak-anak : 
Kakak? Bapak kali.

Fauzi : 
Nggak papa (berkata sambil tersenyum ramah). Panggil Kakak aja. Kakak kan masih kuliah. Tadi Kakak juga sudah memberi tahu nama Kakak. Tapi tidak apa-apa, sekali lagi Kakak beritahu, nama Kakak Fauzi. Lengkapnya Ahmad Fauzi. Nah, yang lain namanya siapa?

Karin : 
Saya Karin! (anak perempuan ini berpenampilan seperti anak lelaki, rambutnya pendek dan memakai topi, pakaiannya adalah kaos lelaki, dan dia sedang memainkan bola kaki ditangannya)

Anita : 
Saya Anita Kak! (Anak wanita satu ini, mengikat rambut panjang hitamnya tinggi-tinggi, kulitnya hitam manis dan memakai kacamata, wajahnya adalah wajah paling ramah diantara yang lainnya)

Acong : 
Saya Putra Kak! (Seorang anak lelaki berdiri, penampilannya agak aneh, karena dia melilitkan sarung dikakinya hingga nyaris seperti rok tiga perempat, tapi wajahnya tak kalah ramah dengan Anita). Bisa dipanggi Acong (berkata dengan penuh semangat).

Didi : 
Anak Mencong! (berkata meledek Acong, dan anak-anak lain tertawa sedangkan Acong cemberut dan berpikir untuk membalas didi).

Jono : 
Saya Jono kak! (Anak ini terlihat paling pintar dibanding yang lain, memakai kacamata tebal dan disekelilingnya terdapat tumpukan buku). Saya sahabat terdekatnya Bos! (tersenyum sumringah).

Setyo : 
Dan saya adalah bos yang disebut oleh Jono! Nama saya Prasetyo kak! Dipanggil Setyo. (Anak ini adalah Anak bertubuh paling besar dari yang lain, memiliki suara paling keras, dan menyenangkan).

Apin : 
Saya Apin! (Badanya tak sebesar badan Setyo, tapi kelihatannya Dia tak bisa menahan lapar lebih lama dari yang lain. Tubuhnya gemuk, berkulit kecoklatan. Terdapat sebuah tompel kecil di dekat hidungnya. Dia berbicara dengan mulut penuh makanan).

Didi : 
Si Tompel! (semua kembali tertawa mendengar ledekan Didi). Saya Didi Kak! (anak lelaki ini adalah yang paling muda namun paling bertingkah dibanding yang lain, tapi semua menyukainya).

Acong : 
Didi Kempot! (berkata meledek Didi sambil mengempotkan pipinya, tawa anak-anak kembali meledak).

Rafi : 
Saya Rafi. (Anak ini terlihat agak aneh, namun yang melihatnya pasti langsung menyayanginya. Anak ini memiliki kelainan dengan cara berfikir dan bicaranya, namun Dia sangat senang membantu orang lain). Saya, Apin, Didi, dan Acong suka bermain bersama.

Karin : 
Dan mereka pun dipanggil kumpulan para idiot. Karena mereka suka berbuat hal-hal diluar kata normal. (mendengar itu Apin, Didi, dan Acong tidak merasa kesal, melainkan cekikikan menyetujui pernyataan Karin).

Fauzi : 
Wah, Kakak sangat senang bisa berkenalan dengan kalian, kalian memiliki beraneka macam sifat dan pola pikir. Pasti kita bisa bersahabat dengan baik. (wajah anak-anak meragukan hal tersebut. Namun, Fauzi tetap bersemangat menghadapi mereka). Oh iya, Kakak memiliki sesuatu untuk Kalian!

Chika : 
Apa itu Kak? (semua langsung tertarik mendengarkan dengan serius).

Fauzi : 
Ada syaratnya kalau kalian ingin tahu.(wajah anak-anak agak kecewa karena dibuat penasaran olehnya).

Acong : 
Apa Kak syaratnya?

Fauzi :
Hmm, Kalian harus belajar bernyanyi!

Chika : 
Menari juga dong pak!

Fauzi : 
Iya menari juga.

Anak-anak : 
HORE!


ADEGAN 4

Suatu Malam, Rena sedang berbicara sendiri di Kantornya dengan sangat kesal.

Renata : 
Ini tidak boleh terjadi! Enak saja orang baru itu. Belum ada dua minggu dia berada di panti asuhan ini, laganya sudah seperti bertahun-tahun. Baru menjadi mahasiswa tingkat akhir saja sudah belagu. Dan Julia, Kenapa Dia selalu membanggakan Fauzi?Kenapa Dia selalu menanyakan anak-anak kepada Fauzi? Bukan kepadaku! Selama bertahun-tahun inikanAku yang mengurus dan menjaga anak-anak, Aku yang lebih mengerti Mereka. Ditambah lagi anak-anak yang sekarang sudah mulai berani melawan dan mengabaikan semua aturanku.Tidak! Panti ini tidak boleh terus-menerus seperti ini. (berpikir keras) Aku harus mencari cara untuk menyingkirkannya dari sini!


ADEGAN 5

Di lain malam, anak-anak sedang bersenda gurau dikamar mereka, lalu masuk Fauzi membawa sebuah keranjang yang membuat anak-anak penasaran.

Setyo : 
Jadi nih, (bercerita dengan penuh semangat kepada anak-anak lainnya, semua serius memperhatikan Setyo, menantikan sebuah cerita yang luar biasa). Pada suatu hari, ada seorang tukang roti dengan senangnya menjual rotinya dengan mengendarai sepeda. Dia bersenandung dengan ceria dan penuh semangat. Akan tetapi, ketika dia berbelok ke kanan, dia tidak melihat bahwa di kiri jalan ada lubang besar! Dan BUG! Terjatuhlah dia bersama barang dagangannya. Lalu dengan sigap datang seorang Polisi bersiap untuk membantunya. Berkatalah Polisi itu ‘Ada apa pak?’ dan apakah kalian semua tau apa yang dijawab oleh tukang roti itu? (Setyo menghentikan sejenak untuk memperhatikan wajah teman-temannya yang sangat serius, dan bersiap memberikan klimaks dari ceritanya) Tukang roti itu berkata dengan kesakitan ‘ada roti coklat pak, ada rasa stroberi, srikaya’. Hahaha, dia malah jualan Teman-teman (tawa anak-anak pun meledak).

Fauzi : 
(Memperhatikan anak-anak dari pintu kamar dengan penuh rasa sayang, ditangan Fauzi terdapat sebuah keranjang yang berisi dengan beraneka ragam barang. Begitu tawa anak-anak mereda, Fauzi masuk dan menyapa anak-anak). Malam anak-anak!

Anak-anak : 
Malam Kak Fauzi! Wah, apa itu Kak? (bertanya dengan penuh antusias memperhatikan barang bawaan Fauzi)

Fauzi : 
Ini? (berkata sambil mengangkat barang bawaannya tinggi-tinggi). Kalian mau tau ini apa?

Anak-anak : 
Iya Kak, Apa itu kak?

Fauzi : 
Kalau Kalian ingin tahu apa ini, Kalian harus menyanyikan dan menarikan lagu yang Kakak sudah ajarkan! Gimana?

Anak-anak : 
Siap Kakak! (bersiap-siap dengan semangat, lalu mengambil posisi untuk menyanyi dan menari)
Hai kawan kawan semua, jangan pandang kami sebelah mata
Walau kami tak punya orang tua, walau lahir tanpa cinta
Kami bisa bahagia
Hai kawan kawan semua, lihatlah apa yang kami punya
Rumah kami yang penuh dengan warna warna,
Yang bisa kami buat selalu bernada
Ada bos besar bersama anak buahnya yang oon
Ada para idiot yang bisa bikin tertawa
Ada cewek-cewek yang gemar menceritakan harinya
Ada juga canda dan tawa
Ada juga canda dan tawa

Fauzi : 
Bagus! Kakak sangat suka, nah kalian siap anak anak? (Anak-anak mengangguk antusias, lalu dengan sigap mereka duduk dengan rapi). Keranjang ini berisi dengan Cita-cita! (anak-anak kaget lalu semakin senang, sekejap ruangan penuh dengan pertanyaan apa yang akan mereka lakukan dengan cita-cita itu. Namun, mereka mengerti untuk kembali memperhatikan Fauzi). Cita-cita ini, Kakak siapkan untuk Kalian semua, untuk Kalian gapai di masa depan Kalian! Siapkah Kalian semua untuk menangkap cita-cita yang Kakak berikan?

Anak-anak : 
Siap Kak! (Teriak anak-anak penuh semangat).

Fauzi : 
Baik, Kita mulai cita-cita yang pertama. Cita-cita ini dapat membuat yang memilikinya berlari dengan cepat, gesit, lincah, dan dia yang memilikinya, dapat mencetak gol dengan spektakuler! Cita-cita ini adalah ATLET SEPAK BOLA! (Mengeluarkan baju sepak bola bewarna merah dari dalam keranjang). Siapa yang menginginkannya? (Bertanya dengan penuh semangat ke arah anak-anak)

Karin : 
Karin mau Kak! Karin mau cita-cita itu! Karin mau menjadi pemain sepak bola yang handal dan terkenal Kak! (Karin menghampiri Fauzi penuh semangat, lalu mengambil baju yang ada ditangan Fauzi. Karin memakai baju bola yang diberikan Fauzi, dan ruangan sekejap menjadi lapangan sepakbola yang sangat besar, di lapangan itu sedang terjadi pertandingan sepak bola tingkat nasional, penonton bersorak menyemangati Karin yang sedang bertanding, dan pada akhirnya Karin mencetak GOL!Gemuruh penonton menyelimuti stadion).

Fauzi : 
Selamat Karin! (semua tersadar dari imajinasi mereka dan lembali memerhatikan Fauzi dengan semangat yang bertambah).Kamu telah memiliki sebuah cita-cita! Kakak sudah siap memberikan yang lain cita-cita juga!Berikutnya, cita-cita ini dapat membuat orang itu memiliki akting yang hebat, sering masuk televisi, fotonya sering dipajang dimana-mana, Dia akan disukai banyak orang dan Dia akan menjadi sangat terkenal. Cita-cita ini bernama ARTIS! (Mengeluarkan sebuah piala berwarna kuning keemasan).

Chika : 
Saya mau Kak Fauzi yang ganteng!Saya mau jadi aktris yang terkenal dan disukai banyak orang.(Lalu Kamar kembali berubah menjadi podium penerimaan piala, dan terdengar pembawa acara membacakan nominasi aktris terbaik)

Seseorang : 
Dan pemenang aktris terbaik jatuh kepada, CHIKA! (chika menaiki podium)

Chika : 
Terima kasih kepada Allah,Dewan Juri, Kak Fauzi dan Ibu Rena,serta semua teman-teman Chika yang sudah mendukung Chika, piala ini aku persembahkan untuk kalian teman-teman! (semua penonton bersorak-sorai dan menghampiri Chika untuk memberikan ucapan selamat),

Fauzi : 
Anak-anak! Disini ada cita-cita selanjutnya loh! (kembali menyadarkan anak-anak dari imajinasi mereka yang luar biasa) Cita-cita ini, dapat mengubah segala bentuk makanan menjadi suatu hidangan yang diinginkannya, Dia dapat membuatnya menjadi rasa yang Ia mau, dan Dia tidak akan pernah kehabisan makanan. Cita-cita ini dinamakan KOKI! Siapa yang menginginkan cita-cita ini? (laluFauzi mengeluarkan topi koki)

Apin : 
APIN KAKAK! APIN! APIN! Apin ingin cita-cita itu! Apin ingin makanan Apin tidak akan habis Kak! Pokoknmyacita-cita itu Cuma buat Apin!

Fauzi : 
Sudah Kakak duga! Ini Apin, cita-cita ini sekarang milikmu.Kamu akan menjadi seorang koki! (lalu kamar menjadi sebuah ruangan acara demo masak kelas dunia)

Seseorang : 
Baiklah, selamat datang chef terkenal dunia, APIN….! Chef Apin, masakan apa yang akan anda buat hari ini?

Apin : 
Apin mau buat istana coklat!Cara pertama masukan terigu, kedua telur, ketiga chiki, lalu roti, permen,cilok, bakso goreng, es doger dan akhirnya kita aduk aduk! (satu-persatu berdatangan orang-orang mewakili bumbu yang Apin masukan) Dan jadilah ISTANA COKLAT! Karena istana coklatnya sudah jadi, sekarang waktunya makan! (Istana coklat sekejap buyar dihentikan oleh Fauzi begitu melihat anak-anak bersiap melompat-lompat mengejar imajinasi Apin).

Anak anak : 
Wah Hebat!

Acong : 
Kakak! Manacita-cita untuk saya apa Kak?

Fauzi : 
Putra, dengarkan Kakak baik-baik. Inilah cita-cita kamu, kamu akan bisa membuat sebuah cerita yang sangat spektakuler dan dapat dinikmati banyak orang. Dalam cerita itu, kamu bisa membuatnya sesukamu, cerita itu merupakan tampilan dari imajinasi kamu dan akan ada di bioskop-bioskop di seluruh negara. Kamu akan menjadi sutradara hebat dan terkenal!(Mengeluarkan topi sutradara).

Acong : 
Wah, sutradara Kak? Cerita Acongakan ada di bioskop-bioskop Kak? Wah, hebat!Acong mau Kak jadi sutradara!

Didi : 
Kak, Didi juga mau dong jadi sutradara hebat dan cerita Didi itu dinikmati banyak orang Kak. Boleh kanKak?

Acong : 
Didi, Masa cita-cita kita sama? Kamu yang lain dong. Sutradara itu cita-cita aku.

Didi : 
Kata Kak Fauzi boleh kok, iya kanKak?

Fauzi : 
Iya, boleh. Dan tenang saja, Kakak sudah menduga bahwa Kamu juga menginginkannya Didi. Jadi, kakak sudah menyiapkan dua buah topi! (mengeluarkan topi yang lain, Acong dan Didi semakin senang)

Acong dan Didi : 
Kami berdua adalah Sutradara terkenal! (mengucapkan kalimat tersebut dengan melakukan gerakan yang kompak).

Fauzi : 
Didi, Cerita seperti apa yang akan kamu buat?

Didi : 
Aku akan membuat sebuah film yang sangat spektakuler! Pemainnya berasal dari bintang-bintang terkenal dari Holywood! Memakan biaya yang sangat besar! Berupa film Kolosal, pemainya ribuan orang. Film yang akan Didi buat adalah Film PERANG, serbu! Serbu! Teman-teman ayo segera kita buat filmnya! (lalu kamar berubah menjadi studio film yang mewah, Didi dan kawan-kawan pun telah berubah menjadi sosok sutradara dan para crew film besar. Mereka sedang menyiapkan peralatan untuk shooting, lalu Didi mulai mengarahkan semuanya untuk memulai adegan. Ketika adegan dimulai muncullah sekumpulan tentara berlarian dari sisi kiri dan kanan, perang! Adegan berlanjut dengan begitu luar biasa.Namun Didi merasa kurang puas dengan itu semua) CUT! CUT! Berhenti semuanya! Kalian semua sebenarnya bisa main tidak? Ah sudahlah! Istirahat semuanya!

Anak-anak : 
(Studio kembali menjadi kamar anak-anak, semua terpesona dengan sosok Didi yang sudah persis seperti Sutradara, dan semuaya mengucapkan selamat).

Acong : 
Teman-teman! Sekarang giliran Acong! Didi payah jadi sutradara! Kalian semua mesti lihat jika aku yang menjadi sutradara. (Kamar berganti kembali menjadi studio film yang megah) KalauAcong, mau buat cerita romantis!Ada peran gantengmya,ada peran cantiknya, mereka berdua bermesraan diatas kapal. Sang lelaki memegang kedua tangan sang wanita dari belakang, dan merentangkan kedua tangannya. Keduanya melihat lautan yang ditiup angin kencang dan burung-burung berterbangan menemani mereka. Oh, sungguh romantis! (lalu Acong menggantikan Didi menjadi sosok sutradara, dengan gaya yang berbeda Acong mengarahkan mereka untuk menyiapkan perlatan. Lalu hadir seorang lelaki dan wanita mewakili imajinasi Acong, mereka bermesraan diatas kapal dengan sangat romantis. Semua temannya terpesona, dan mengucapkan selamat dengan penuh rasa kagum di wajah mereka).

Anak-anak : 
(Kamar pun kembali, dan anak-anak tersadar dari imajinasi mereka) Kakak! Lagi dong lagi! (berteriak memohon dengan semangat kepada Fauzi).

Fauzi : 
Iya, Kakak mengerti. Cita-cita selanjutnya, Anak yang memiliki cita-cita yang luar biasa ini, akan dapat mengelilingi dunia, menjelajahi angkasa, menemui banyak orang yang berbeda-beda, dan dia dapat mengendarai kendaraan di langit, cita-cita ini adalah seorang PILOT! (Mengeluarkan topi pilot)

Rafi : 
Rafi mau cita-cita itu Kak. Rafi ingin mengelilingi Dunia!

Fauzi : 
Ya! Ini untuk Kamu Rafi! (menyerahkan topi pilot tersebut kepada rafi, lalu kamar segera berganti menjadi lapangan penerbangan.Sekumpulan orang datang bergerak seakan perlahan berubah menjadi pesawat dan berubah menjadi roket lalu terbang ke angkasa)

Rafi : 
(Masuk kedalam imajinasinya bersama dengan teman-temannya. Berubah menjadi seprang pilot dan membawa banyak orang untuk terbang bersamanya). Hore! Rafi bisa keliling dunia! (ruangan kembali menjadi kamar, teman-temannya pun bergantian memeluknya).

Fauzi : 
Berikutnya! Cita-cita berikut ini dapat membuat pemiliknya tampil sangat cantik!Dia digemari banyak orang, Dia akan dapat menggunakan pakaian-pakaian bagus dan mahal, wajahnya akan dipoles menjadi sangat cantik. Cita-cita ini bernama, MODEL! (Mengeluarkan mahkota dan selendang)

Jono : 
Ah Kak, Jononggak mau cita-cita model Kakak! (berkata dengan merengut).

Anita : 
Lah? Memang bukan buat kamu Jono, tapi itu buat aku.

Jono : 
Oh iyaya, yaudah tuh ambil cita-cita Kamu.

Fauzi : 
Nih,cita-cita ini untuk kamu ya Anita. Kamu akan menjadi seorang model terkenal.

Anita : 
Terima kasih Kakak. (tersenyum dengan sangat ramah, lalu ruangan berganti menjadi pameran model yang sangat mewah.Anita berjalan laksana seorang model dan di kerumuni wartawan yang tak hentinya mengambil gambar Anita)

Seseorang : 
Inilah model tercantik dunia..

Anak anak :
(Kamar pun kembali) Hore!

Jono : 
Saya dong Kak!

Fauzi : 
Iya Jono, iya (berkata dengan sabar dan penuh rasa sayang). Nah, cita-cita ini adalah cita-cita yang sangat hebat, kamu dapat menyembuhkan banyak orang dari penyakit-penyakit, kamu dapat menyelamatkan banyak jiwa, dan kamu akan menjadi seorang pahlawan. Cita-cita ini bernama DOKTER!Ini untukmu Jono.(mengeluarkan stetoskop dan pakaian dokter)

Jono : 
Wah,terimakasih ya Kak. Jono sekarang seorang dokter! (ruangan berganti menjadi rumah sakit yang dipenuhi orang-orang mengantre untuk diobati oleh Jono) SUSTER! (memanggil seorang wanita yang membawa suntikan sangat besar). Hari ini pasien kita sangat banyak ya sus, (memerhatikan semua pasien yang mengantri). Baiklah sekarang, Jono akan menyuntik satu-satu, Cus! (begitu banyak yang disuntik, Jono nyaris kelelahan, akhirnya Jono mengambil alternatif lain). Sekarang waktunya pengobatan masal! (lalu orang-orang yang tersisa berbalik badan dan disuntik secara bersamaan dengan suntikan besar tersebut, pasien langsung sembuh!).

Sekumpulan : 
wah kita sembuh terima kasih pak dokter..

Anak anak :
(Kamar kembali). Selamat ya JONO!

Fauzi : 
Semua sudah dapat cita-citanya kan?

Setyo : 
Kakak! Saya belum! Kok Setyo dilupakan! (berkata dengan kesal).

Fauzi : 
Tidak Setyo, Kakak sama sekali tidak lupa (Tersenyum geli melihat amarah Setyo). Cita-cita ini hanya untuk kamu, Cita-cita ini dapat membuat Kamu menciptakan banyak lagu, suaramu yang merdu akandisukai oleh banyak orang, dan Kamu akan bernyanyi mengelilingi dunia.Cita-cita ini bernama, (mengeluarkan sebuah jaket berbahan denim, membuat Setyo yang awalnya terpesona kembali merengut).

Setyo : 
Tukang jaket! Nggak mau! Kakak jahat! Yang lainnya ada yang jadi dokter, model, pilot. Kenapa kakak malah menjadikan Setyo tukang jaket! Pokoknya Setyo nggak mau, biar kakak aja yang jualan jaket. Nih, Setyo bantuin. Cita-cita ini adalah TUKANG JAKET! (meraih jaket tersebut sebentar dan mengembalikannya ke Fauzi dengan wajah masam).

Fauzi : 
Setyo, Kamu jangan marah dulu. Kamu belum mendengarkan kalimat kakak hingga selesai. (berkata dengan penuh kesabaran) cita-cita yang Kakak maksud bukan jualan jaket, melainkan ROCKSTAR!

Setyo : 
ROCKSTAR? (wajahnya terkaget-kaget dan langsung melompat kegirangan merebut jaket yang ada ditangan Fauzi, kamar pun menjadi imajinasi Setyo, berubah menjadi panggung mewah yang dipenuhi ribuan penonton didalamnya) Semuanya SIAP? (Setyo berteriak dengan penuh semangat kearah penonton yang berdandan ala metal, penonton pun bersorak-sorai mengelu-elukan idolanya itu). KITA MULAI! (lalu alunan musik metal pun terdengar keras, semua menikmati lagu yang dipersembahkan oleh Setyo).

Anak anak : 
Wah, terima kasih Kakak! (semua memeluk erat-erat barang yang diberikan Fauzi kepada mereka, semua wajah terlihat berbinar-binar).

Fauzi : 
Iya, sama-sama nak. Nah, Kakak masih memiliki sesuatu di dalam keranjang ini (Anak-anak kembali penasaran dan mendengarkan Fauzi dengan serius, sedangkan Fauzi mengeluarkan sebuah origami berbentuk burung dari dalam keranjang). Ini adalah burung cita-cita, tuliskan cita cita kalian disini dan simpan dan selalu ingat akan mimpi kalian, burung ini akan membawa kalian terbang hingga kalian dapat meraih cita-cita kalian. Tapi ingat.untuk menggapai cita-cita kalian ini, kalian harus belajar giat dan pantang menyerah. Kalian juga harus melakukannya dengan senang hati.Kakak yakin, kalian pasti akan dapat mencapainya suatu saat nanti.

Hari ini kami berbicara tentang mimpi
Esok hari kami akan mengejar mimpi
Suatu saat nanti, semua akan lihat kami
Menjadi sesuatu yang berarti

Rumah ini adalah saksi
Bahwa kami bisa bermimpi
Mimpi yang berwarna-warni seperti pelangi
Yang akan terlihat setelah hujan berhenti
Rumah ini adalah saksi
Bahwa kami bisa bermimpi
Mimpi yang berwarna-warni seperti pelangi
Yang akan terlihat setelah hujan berhenti

Renata : 
Selamat malam anak-anak! (masuk ke dalam kamar, wajahnya serius dan tegas).

Anak-anak : 
Selamat malam bu! (membalas sapaan Renata dengan senang dan ceria).

Chika : 
Bu, lihat deh. Ini burung Cita-cita bu dari Kak Fauzi! (berkata dengan polos).

Renata : 
Ya ya ya, bagus, bagus! Tapi ini sudah malam! (berkata dengan amarah yang meluap-luap) Kalian kenapa sih?Kok jadi begajulan seperti ini?Kalian lupa dengan semua aturan Ibu? Kalian mulai berani melawan Ibu!

Fauzi : 
Maaf bu, Saya tadi sedang mengajarkan anak-anak untuk mengenal cita-cita.(berusaha menjelaskan dengan baik).

Renata : 
Tapi ini sudah malam Mas Ahmad Fauzi! Bagaimana jika mereka sakit nanti! Anda seharusnya tahu besok mereka harus bangun pagi dan pergi ke sekolah. Lihat kamar mereka, berantakan! Saya tidak ingin melihat pemandangan seperti ini lagi!

Fauzi : 
Iya Bu. saya mengerti. (Berusaha memberikan pengertian namun tahu itu akan sia-sia. Lalu fauzi teringat akan suatu hal) Bu..

Renata : 
Ada apa lagi?

Fauzi : 
Maaf bu sebelumnya.Besok saya ingin ke kampus untuk mengurus laporan saya selama bekerja di panti ini. Nanti saya akan memberitahu Ibu Julia dan menyampaikan semuanya.

Renata : 
Oh begitu (sejenak kaget, namun sekelebat rencana muncul di dalam pikirannya) Tidak usah, biarkan saya yang mengurus laporannya ke Ibu Julia.

Fauzi : 
Oh (agak heran, namun tidak memperlihatkannya).baiklah kalau begitu. Saya akan siap-siap.

Renata : 
Silakan. (Fauzi pergi, Rena mulai mengancam anak-anak ketika mereka mulai berisik kembali)

Renata : 
Diam! Apa yang kalian Kenakan?

Anak-anak : 
Cita-cita dari Kak Fauzi Bu.(berkata hati-hati, sangat ketakutan),

Renata : 
Cita-cita? Tidak penting itu cita-cita! Yang kalian harus lakukan hanyalah mendengar semua perkataan Ibu! Keranjang apa itu? (semua menoleh ke arah yang ditunjuk oleh Renata, wajah mereka memucat dan ingin menangis). Sekarang kalian masukkan semua yang diberikan oleh Fauzi kedalam Keranjang itu! Cepat! Sekarang Juga! Jangan Lambat! ( Anak-anak berlari dan menaruh barang-barang yang diberikan fauzi, beberapa mulai mengeluarkan air mata karena ketakutan. Akhirnya semua sudah memasukkan barang-barang yang diberikan Fauzi ke dalam Keranjang) Dengar kata-kata Ibu ya! Mulai Hari ini tidak ada yang boleh berbicara dengan Fauzi! Jika Ibu melihat salah satu dari kalian berbicara dengan dia, Ibu tidak akan segan-segan menghukum kalian!Sekarang pergi ke tempat tidur kalian masing-masing, kalian harus mendapatkan hukuman.(wajah anak-anak memucat ingin berteriak meminta pertolongan Fauzi namun sadar Fauzi telah jauh pergi ke rumah kosnya, akhirnya dengan sangat terpaksa dan ketakutan mereka beranjak ke tempat tidur mereka untuk menerima hukuman. Rena kembali mengancam dengan keras dengan mengambil penggaris besi dan memukuli kaki mereka satu persatu, mulai terdengar isak tangis) Dengar kata-kata ibu, Jangan berani kalian mengulangi kesalahan yang sama! Karena Ibu tidak akan segan-segan menghukum kalian lebih keras lagi!Apa ini Baju bola, Gitar, topi-topi tidak jelas! Kalian harus melupakan cita-cita kalian itu! Kalian tidak perlu bermimpi! Yang harus kalian lakukan hanyalah mendengar kata-kata Ibu! Ketertiban haus dikembalikan ke Panti Asuhan ini! Ingat, panti asuhan ini harus berjalan sesuai dengan yang Ibu inginkan.


ADEGAN 6


Beberapa hari kemudian, disaat Fauzi kembali ke Panti Asuhan. Julia dan Renata sudah menunggu Fauzi untuk membicarakan sesuatu yang serius.

Julia : 
Begini Pak, Saya mendapat laporan bahwa metode yang anda gunakan terlalu keras, dan tidak sesuai dengan anak-anak.(berkata penuh amarah dan tegas kepada Fauzi)

Fauzi : 
Tapi Bu (keheranan), Terakhir kali saya melihat anak-anak mereka baik-baik saja.

Julia : 
Iya memang, tapi sekarang kenyataannya tidak sesuai dengan apa yang anda jelaskan kepada saya. Mereka sekarang terlihat sangat ketakutan seperti orang trauma.

Fauzi ; 
Tapi Ibu sudah melihat laporan saya kan? (berusaha mendapatkan penjelasan atas semua tuduhan itu).

Julia : 
Iya, Saya sudah membaca keseluruhan laporan anda dari Ibu Rena. Akan tetapi laporan anda sangat parah.(menatap fauzi dengan kesal).

Fauzi : 
Bagaimana bisa? Ibu Rena? (Bertanya pada Renata memohon bantuan, namun dari ekspresi Renata, Fauzi tahu dia tidak mendapatkan hal itu).

Rena : 
Loh itu pendapat Ibu Julia bukan pendapat saya, dan seharusnya anda menghargai pendapat pimpinan Panti Asuhan ini!

Julia : 
Tepat sekali.

Fauzi : 
(merasa sangat kecewa, akan tetapi tahu Dia tidak dapat melakukan hal lain lagi) Bu. Baiklah, Tapi izinkan saya untuk bertemu anak-anak untuk terakhir kalinya.

Julia : 
Silakan, Tapi jangan terlalu lama.

Rena : 
(ketika Fauzi sudah setengah jalan menuju kamar anak-anak, Renata memanggilnya) Mas Fauzi, Selamat Jalan.(tersenyum dengan penuh kemenangan).


ADEGAN 7

Fauzi masuk kekamar anak-anak, tetapi anak-anak menjauh ketakutan. Fauzi kecewa melihat itu semua dan berusaha membujuk anak-anak untuk menjelaskannya.

Fauzi : 
Apa kabar anak-anak? (tersenyum pahit melihat anak-anak tak ingin melihat wajahnya, mereka hanya menunduk, menahan tangis).Kakak hanya mengembalikan ini semua, ini punya kamu kan Setyo?

Setyo : 
(perlahan-lahan anak-anak memperhatikan apa yang ada ditangan Fauzi, ternyata gitar kecil milik Setyo, dan di samping kaki Fauzi terlihat keranjang berisikan cita-cita mereka, ternyata Fauzi nekat mengambil barang-barang tersebut di gudang. Anak-anak semakin ingin menangis) Iya kak, Tadinya. Sekarang gitar itu milik Ibu Rena.

Fauzi : 
(Wajah Fauzi semakin sedih, Fauzi ingin memeluk mereka namun mereka merapat menegaskan bahwa Fauzi tidak boleh mendekati mereka. Tubuh Fauzi melemas, dia pun menyerah tak ingin menyakiti anak-anak lebih jauh lagi) Ini adalah hari terakhir Kakak datang kemari. Kakak sangat ingin memeluk kalian, ingin melihat kalian bernyanyi dan menari untuk terakhir kali. Apakah bisa? (anak-anak terdiam, tetesan air mata mulai mengalir di pipi mereka). Sepertinya tidak (tersenyum sedih). Anak-anak, dengarkan kakak untuk yang terakhir kalinya. Ada atau tidaknya kakak di panti ini, kalian harus tetap memiliki cita-cita. Kalian harus tetap menggapai cita-cita kalian, jangan pernah berhenti bermimpi, ingatlah pelangi kita, Kakak sayang kalian anak-anak.(Fauzi pun pergi dengan sedih, menahan tangis yang jauh lebih perih dari siapapun).

Anak-anak : 
(Ketika Fauzi tidak terlihat lagi anak-anak mulai menangis) Kami juga sayang Kakak (menangis tersedu-sedu, Setyo menghampiri keranjang yang ditinggalkan Fauzi. Dengan penuh rasa takut dia mengambil gitar kecilnya dan memeluknya erat-erat. Melihat tindakan berani Setyo, anak-anak lain mengikutinya. Mereka mengambil cita-cita mereka dan burung cita-cita. Mereka terisak, dan akhirnya menangis penuh pilu lalu mereka menyanyikan lagu cita-cita yang telah mereka buat bersama dengan Fauzi)

Hari ini kami berbicara tentang mimpi
Esok hari kami akan mengejar mimpi
Suatu saat nanti, semua akan lihat kami
Menjadi sesuatu yang berarti

Rumah ini adalah saksi
Bahwa kami bisa bermimpi
Mimpi yang berwarna-warni seperti pelangi
Yang akan terlihat setelah hujan berhenti

Rumah ini adalah saksi
Bahwa kami bisa bermimpi
Mimpi yang berwarna-warni seperti pelangi
Yang akan terlihat setelah hujan berhenti


*****Tamat*****


Nb : Naskah ini ibuat sesuai dalam mengikuti lomba SENDRA FTI III

WC (Warung Colitik) - Zohry Junedi


WC (Warung Colitik)
Karya : Zohry Junedi

Ditengah panggung tersedia 3 jamban bersebelahan yang sebenarnya sudah tidak layak pakai, orang-1 masuk pria muda setengah baya (setengah kaya), orang ke-2 muncul lelaki 40 tahunan (kaya), orang ke-3 dan ke-4 muncul wanita sok seksi (kaya baru). didalam jamban terlibat obrolan yang ternyata tanpa diduga mereka terlibat kontrak politik.

(masuk membawa koper, keliling panggung tergesa-gesa sepertinya dia sedang mencari kamar kecil)


Dr.Plontos : 
akhhh akhirnya itu dia, (buru2 melepaskan celana dan menggantungkannya di sisi jamban sementara koper tanpa sengaja ia lempatkan keluar) Akhhh, benar2 nikmaTt, akhirnya beban berat ini terlepaskan sudah, pergi kau keluar wahai makanan dan minuman yang tak bertuan pergi kau keujung dunia, dehidrasi di gurun sahara hilang di segitiga Bermuda, pergi kau keluar angkasa hipotermia di kutub utara hilang di samudra antartika dan jangan kembali (prettT…) kemudian membaca Koran sambil bersiul siul . . .

(masuk seorang priyayi tua berdandankan intan permata, yang disebut2 akan menjadi capres di 2012 mendatang)

Prof.Untung Phd : 
dasar tai memang tidak bisa diajak kompromi, klo udah maunya, pengen merojol sajah, beda ma pejabat pemerintah, gampang diajak kompromi cukup dengan dempulan uang, wuahh berarti pejabat stratanya kalah dunk ma tai gw, wkwkkw . . . sTtt, diem gw kan juga pejabat ehehee . . .(sambilan buang hajat terlihat si lelaki tengah sibuk membaca buku porno sambil ketawa cekikikan wkwkw)

Prof.Untung Phd: 
husss ujang udah dunk jangan ikut campur ini urusan saya (sambil melihat2 kearah bawah) ayooo ujang bobok gih . . . duh ujang kok makin lama kamu makin keriput yah, ehehee . . . tapi saya yakin kamu masih semangadh kok berjuang ya toh, buktinya aparat kita yang udah tua aja masih aja mau disuap pake wanita, wkwkw . . . haduhh rani rani . . .!!!

(masuk 2 0rg perempuan seksi ikutan buang hajat)


Ir.sutiem: 
akhirnya itu dia WCnya . . .

Dr. Nurjinah: 
weitsss ntar dulu, saia juga mo bokerr neh, let me go . . .

Ir.Sutiem : 
wah kan saia duluan yang dapet WCnya buk, budayakan antri dunk . . .!!!

Dr. Nurjinah: 
antre kepale loe, ini WC umum jadi bukan siapa duluan yang dapat tapi siapa yang kuat yang menang, wadohhh dah di ujung tanduk neh . . . Minggir Sutiem Prikitiew!!!!

Ir.Sutiem: 
baiklah langkahi dulu mayatku sebelum kau buang hajattT, hiatttt . . .(Sutiem menghujamkan Belati Ke tubuh Nurjinah, mayat nurjinah diseret keluar panggung)

Ir. Sutiem prikitiw: 
(seperti berbisik) enaknya makan kodok basi, dipanggang diguling jadi ragi…3x

Dr,Plontos : 
(nyambung) apalagi makan kodok borok, dipanggang diguling jadi ubi

Prof.Untung Phd: 
tapi paling enak makan kodok basi ma kodok borok bareng2 donk…

Dr. Plontos: 
yesss, itu kata kuncinya, baik tetap dalam posisi kalian jangan sampai terlihat mencurigakan kita akan bicarakan tentang kontrak politik kita kedepan,

Prof.Untung Phd: 
Baiklah, terima kasih saya ucapkan atas kedatangan bapak-bapak ibu-ibu sekalian yang telah berkenan hadir di tempat teraman sedunia akhirat ini, (preTt….)

(lewat Orang gila cengangas cengengesan, spontan membuat 3 pejabat tersebut panik sehingga kembali pura2 buang hajat, PretttttT….)

Orang Gila : 
hohOo, Indonesia Negara ku, Negara yang paling kucin Taiii…. Cin… taiii…. Taiii… taiii…. Wkwkkw . . . . alangkah beruntungnya saia jadi orang gila yang sadar akan kegilaan saya dari pada jadi orang gila yang tidak sadar dengan kegilaannya, HohooO . . .

Dr.Plontos: 
Brengsek ntuh orang gila, nyanyi atau nyidir ntuh, baiklah langsung saja kita mulai agenda rapat kita kali ini tentang pemilu mendatang di 2012 dimana partai kita akan mencalonkan bapak Prof. Dr.Untung Melulu P.hd, (pretTT . . .) kepada bapak saya persilahkan :

(disambut hangat dengan gempuran kentut . . . )

Prof.Untung Phd: 
sebelumnya Saya ucapkan terimakasih kepada bapak/ibu para bangsat yang duduk di WC terhormat, lho?? Kenapa dengan kata2 bangsat?? Kenapa Heran, bukankah kata-kata itu sudah lumrah di negeri ini, justru kata ini harus kita populerkan demi mewujudkan negara yang tidak bermartabat seperti cita-cita kita bersama, bukan begitu bangsat?? Huahaaa...... jika saya terpilih menjadi presiden di 2012 mendatang saya akan berikan secara gratis jatah mobil dinas baru untuk kita semua sebuah toyota Crown seharga 1,3 Milyar plus sebuah rumah dinas seharga 100 Milyar, setujuh bangsad huahaaa . . . .Baik itu sekilas sajah, mbok jangan tersinggung toh mas, tapi kalau ga tersinggung keterlaluan juga toh mas . . . jadi lebih baik tersinggung terus pulang mampir ke mall cari lantai paling atas trus lompat bunuh diri deh disana, kan lagi tren, hohoOo….

( Lalu Dr.Plontos keluar dari Wc dengan wajah tertunduk menuju Dr.Untung )

Dr.Plontos: 
(Tok… tok… tok…) Maaf pak mengganggu, boleh bicara sebentar, berdua saja . . . tapi jangan sampai tahu orang lain ya pak . . ?

(Ketika Prof.Untung Phd keluar dari Wc-nya, dengan sikap aneh Dr.Plontos langsung menikam dan membungkam mulut Prof.Untung Phd hingga tak bersuara lagi, kemudian mayatnya ditutup oleh kain hitam.)

(kemudian , setelah membunuh Prof.Untung Phd kembali lagi menuju Wc-nya . . .)


Ir. Surtiem Prikitiew: 
Hmm . . . hmm . . , dari mana saja pak . . ! Kok ngak kedengaran lagi suranya dalam perbincangan ini . . ?

Dr.Plontos: 
oh ntuh toh, Ah.., ngak apa – apa, ada yang kelupaan buk surtiem hehe…(Dengan gugup Dr.Plontos berbicara pada Ir.Surtiem Prikitiew. Lalu keadaan sunyi sebentar kemudian lanjut lagi dengan obrolan)

Dr.Plontos : 
Stt, stt . . . Buk surtiem, buk . . ! Bisa bicara diluar sebentar, saya mau ngobrol sama ibu tentang proyek besar saya.

Ir. Surtiem Prikitiew : 
Oh ya ya . . . boleh pak.

Dr.Plontos : 
Tapi ini hanya antara kita berdua saja ya bu, eets… ingat bu jangan sampai orang tau.

Ir. Surtiem Prikitiew : 
beres pak itu bisa diatur . . .(kontan Seketika Ibu Surtiem menjerit karena Plontos menodongkan sebilah Belati)

Dr.Plontos : 
Mati Kau politisi goblok, makanya jangan sesekali bermain api kalau ga mau terbakar, jangan masuk dunia politik kalau ga licik, huahaa . . .

(tiba-tiba penyakit jantung Dr.Plontos kembali kambuh, dan akhirnya Dr.Plontos is dead)

(Masuklah orang gila petantang petenteng ngambil uang, harta kekayaan 3 orang politisi malang)

Orgil: 
huahaahaaa . . . hueeheee . . . makanya selain licik, jadi politisi juga harus gila atau pura-pura gila kayak saya , jadilah musuh yang tak terlihat . . . huahaa . . . aku kayaaaaa aku kayaa . . . . .

----The End----


Mementaskan naskah ini harap menghubungi penulis untuk sekedar pemberitahuan.
Penulis: Zohry Junedi
Facebook: http://www.facebook.com/profile.php?id=1704112218
HP: 081229091987