Minggu, 08 Januari 2023

KROCO KROCO - Hafid Fuad


Pelaku:
1. Ningrum
2. Komarun
3. Tyas
4. Ajudan Kantor Pajak
5. Staf Legal
6. Sekretaris Daerah
7. Pembunuh
8. Anak
9. Ibu


(Di tengah panggung terdapat sebuah ruangan yang tidak simetris dengan penanda ruang di belakangnya. Pintu di posisi lebih tinggi, dengan tangga yang menurun. Ruangan dikelilingi jalanan kampung yang tidak besar.
Ruangan tersebut persembunyian terakhir, terkesan sempit, terdapat pintu kamar mandi atau dapur, dan minim cahaya. Beberapa jendela ditutup mati. Pembatas ruang dan jalanan hanya berupa garis.
Seorang buronan wanita tampak tergesa melewati jalanan karena diikuti pembunuh bayaran. Dia berhasil menghindar dan menuju ruang persembunyian. Sedangkan pembunuh ke arah yang lainnya. Di dalam ruangan, Ningrum sedang mengetik. Terdapat perban membalut badannya dan semacam penyangga di lehernya. Komarun turun dari tangga dengan tongkat dan meletakkan beberapa eksemplar tabloid lalu menyerahkan setoran.)



(Adegan 1)

Ningrum:
kau dengar itu?

Komarun:
siapa?

Ningrum:
ada orang?

Komarun:
tidak ada siapa siapa.

Ningrum:
seperti ada yang mengendap endap di atas kita. dapat berapa hari ini?

Komarun:
hanya dua ratus ribu. dari dua bank yang baru buka di kota. (menjauh dan menyalakan rokok)

Ningrum:
cuman ini? Apa tabloid kita yang edisi kemarin tidak menarik lagi buat mereka? Betul betul, sekarang sudah tidak ada yang tertarik dengan berita positif. (melihat duit) Apa dipikirnya kita pengemis di pinggir jalan? Jangan sampai aku tulis yang aneh aneh soal bisnis mereka.

Komarun:
mungkin ini saatnya kita menggunakan berita yang lebih keras, supaya mereka lebih serius kalau memberikan uang. Semakin hari, makin tipis saja yang diberikan.

Ningrum:
ya, bagaimana kalau minggu depan, mereka membaca tulisan tentang kredit macet. (menuju mesin tik) Judul di depannya akan berbunyi, dua bank baru terancam tutup, karena hanya sibuk menyalurkan kredit. Tapi tidak ada yang menabung. Atau sekalian, waspadai modus penipuan bank baru di daerah. Biar kalau mereka baca, kambuh itu asam uratnya. Mereka pikir bisa mencari duit disini dengan mudah, tanpa bantuanku?

Komarun:
apa mungkin kita kasih judul seperti itu kak?

Ningrum:
pokoknya, yang namanya bank itu, pasti makelar, lintah darat. Mana ada orang berbisnis, hanya menunggu duit masuk, lalu memberikan potongan yang disebutnya bunga. Dipikirnya duit tinggal kita tampung dari langit. Karena baju petugasnya yang bagus, lalu cantik, ya disebut saja bank biar kedengarannya canggih.

Komarun:

oh jadi itu artinya bank?

Ningrum:
intinya, mereka terlalu mudah mencari uang. Tidak seperti kedua orangtua kita dulu. Sepanjang hidupnya, mereka harus bersusah-susah menunggui padi di sawah, terus dipanen, jadi beras, lalu dijual, eh malah rugi. Karena ada beras impor yang lebih murah.

Komarun:
pokoknya siapapun yang kaya dengan mudah, harus kita serang. Begitu kak?

Ningrum:
pintar, karena ini daerah kita.

Terdengar langkah kaki melintas di atas kepala mereka menuju pintu. Keduanya tegang.


(adegan 2)

Ningrum:
siapa di atas? Apa kita menunggu seseorang?

Komarun:
tidak kak.

Ningrum:
lalu siapa yang datang kesini? Apa kau memberitahu orang lain bahwa kita disini?

(pintu diketuk)

Komarun:
tidak mungkin. Apa kita diam saja sampai dia pergi?

Ningrum:
coba kau lihat siapa itu.

(pintu dibuka. masuk seorang wanita sambil membawa berkas dan terlihat pucat)


Tyas:
selamat malam. Saya minta maaf karena datang malam seperti ini. Tapi ini sangat mendesak.

Ningrum:
maksudnya?

Tyas:
saya butuh perlindungan dari kalian. Saya tidak tau harus kemana lagi. Anda Ningrum kan? Maksud saya Setyaningrum. Dan anda, pasti Komarun kan? Dulu aku selalu membaca tulisan kalian yang tajam di Koran-koran. Nyawa saya dalam bahaya mbak.

Ningrum:
kamu ini siapa?

Tyas:

maaf, nama saya Tyas. Saya baru datang dari Singapura. Tadinya saya adalah financial controller di perusahaan Raja Garuda Mas. Mungkin ada sekitar 7 tahun saya mengatur keuangan perusahaan itu. Mulai dari transaksi harian sampai duit-duit yang lebih rumit. Saya ingin memberikan sesuatu untuk anda.

Ningrum:

Raja Garuda Mas? Saya tau, itu berarti perusahaan konglomerat bukan? yang bisnisnya mulai dari ekspor minyak sawit, kayu, kertas, sampai dengan membakar hutan? selamat anda sudah berada di jalan yang tepat, untuk kaya. lalu buat apa kemari?

Tyas:

tapi itu hanya sampai minggu kemarin mas. sebelum saya menjadi target kantor saya. Mereka semua memburu saya, untung saya langsung berangkat ke singapura dan bersembunyi disana, sebelum kemari. Karena mereka tau saya ingin membocorkan praktik penggelapan pajak mereka selama bertahun-tahun. Saya pegang data mereka selama lima tahun terakhir, ada sekitar 1,1 triliun pajak yang mereka gelapkan. Saya berhasil membawa lari data, sebanyak yang saya bisa bawa dari kantor sebelum menghilangkan jejak.

Komarun:

oh 1,1 triliun? apa ini semacam penipuan murahan? Apa ini rencana busuk intel, polisi, atau ada kawan lama yang masih punya masalah?

Tyas:
tapi ini sejujurnya yang saya katakan.

Komarun:
sudahlah jangan bicara lagi. Silahkan pergi dari sini.

Tyas:

kenapa? Orang-orang macam apa kalian? apa tidak ada lagi yang peduli dengan kebenaran, keadilan? Daripada kalian mengusir saya, lebih baik bunuh saya langsung disini. Sama saja kan? Saya berjalan jauh untuk mencari tempat kalian ini, sambil ketakutan setengah mati. Semua orang bagaikan mata-mata perusahaan. Kalian adalah harapan terakhir saya untuk membuka kebenaran. Orang mengatakan kalian ini orang hebat, yang membongkar banyak kasus suap di kejaksaan daerah, pemadam kebakaran, kalian juga yang menulis kasus korupsi subsidi pupuk. Ada apa? Kenapa sekarang kalian tidak peduli dengan kasus yang lebih besar yang ada di depan mata kalian? apa kalian tidak ingin lagi dikenal sebagai pembela kebenaran? Apa betul berita itu, yang katanya kalian sudah berubah? Saya percaya dengan kalian, coba kalian lihat dulu bukti yang saya bawa? Terserah mau kalian bantu atau tidak.

(komar menyalakan rokok ke belakang penanda dia gelisah. Ningrum coba menenangkan)

Ningrum:

lalu apa yang kamu harapkan dari kami?

Tyas:
saya tidak tau siapa yang bisa dipercaya, karena perusahaan sudah memegang semuanya. Polisi, hakim, jaksa, pemda, bank, pajak, sampai operator telepon. Semuanya. Mereka akan membuat kasus seolah saya penjahat yang ingin menghancurkan perusahaan dan harus ditangkap. Seminggu yang lalu saya sudah resmi menjadi buronan polda.

Komarun:

saya sudah lihat beritanya, kamu dituduh merampok perusahaan. Ternyata kamu malah kemari.

Tyas:
Saya dengar hanya kalian yang tidak memberitakan saya. Itu artinya kalian masih bersih kan? karena itu, saya berharap kalian bisa membantu saya entah bagaimana caranya. Mungkin dengan membuat berita tandingan, sehingga semua orang tau siapa yang bersalah.

Ningrum:
baik, apa yang kamu punya?

Komarun:
kak, bagaimana kalau dia hanya menjebak kita?

Ningrum:

Dulu aku sudah berjanji pada bapak, untuk menolong yang lemah..

Tyas:

lihat ini saya bawa banyak data transaksi mereka. Dan ini masih belum semuanya, karena sebagian lagi masih saya sembunyikan di halaman belakang kontrakan saya. Karena data ini berarti soal hidup dan mati. Nanti akan saya rapikan lagi datanya kalau kita sudah pasti maju ke pengadilan. Bahkan kalau kita teliti lagi, bisa jadi nilai pajaknya lebih besar lagi. Mungkin bisa sampai 3 triliun. saya yakin ini pasti jadi berita yang besar untuk kalian. Bagaimana?

Komarun:
(dengan sinis) apa kau tidak tau kalau kami hanya punya satu cetak tabloid setiap satu tahun? Kami bukan lagi media, yang membuat berita seperti yang kau bayangkan.

Tyas:

hanya punya satu tabloid, bagaimana maksudnya?

Ningrum:

hmm begini, hm.. maksudnya sekarang kami mengembangkan bisnis kami.ya..pekerjaan kami tidak hanya sebatas membuat berita saja. Kau tau kan bagaimana persaingan bisnis media saat ini? Kami terpaksa memutar otak untuk bertahan hidup, tapi kami pastinya tidak melanggar hukum.

Tyas:

jadi kalian sekarang melakukan apa?

Ningrum:

yaa..seperti sekarang ini. Media investigasi, tetapi lebih khusus. Begitulah. Bahkan kami juga biasa memberikan bantuan bagi yang lemah dan diancam.

Komarun:

konsultan?

Ningrum:

ya! Konsultan! Istilah yang tepat, di saat yang tepat sekali. Luar biasa.

Tyas:

oh semacam konsultan media? Lalu kalian akan membantu apa untuk saya yang sangat terancam ini?

Ningrum:

semuanya. Kami bisa membantu banyak hal untuk menyampaikan kebenaran, membentuk opini publik. Bahkan lebih baik lagi, kami akan putar isu yang sedang beredar untuk membentuk pencitraan baru. Kami bisa menjadikan seorang korban menjadi pahlawan, atau sebaliknya, persis kasus anda. Kami biasa dibayar mahal, tapi yang ini demi kemanusiaan maka bisa dibicarakan nanti belakangan. Jangan khawatir.

Tyas:
apa kalian bisa menjaga keselamatan saya?

Ningrum:

tentu saja. Kami biasanya seperti itu kan mar? komar?

Komarun:

ya tentu saja. Bagaimana kalau kita mulai memberikan pencitraan yang menyeluruh. Coba, masuklah ke kamar itu. Didalam ada baju ganti yang mungkin cocok denganmu. Aku betul-betul bingung. Apa yang akan kita lakukan sebenarnya?

Ningrum:

aku juga tidak tau, tapi rasanya juga sayang mengusirnya. Dengar, asian agri grup itu perusahaan besar, dan memang banyak kasus. Ini kakap. Dan kebetulan, dari dulu hanya kita yang tidak kebagian jatah mereka. Kalau memang betul yang dikatakannya, berarti ini saatnya kita mencetak berita besar lagi. Apa kau tidak bosan setiap hari mengemis ke kantor kantor, dengan satu eksemplar?

Komarun:

iya, tapi bagaimana caranya?

Ningrum:

pokoknya kita main aman saja. nanti kita minta pertukaran dengan data kecurangan mereka. Kita minta 20% saja masak tidak dapat. Dan kita bisa mainkan juga data ini dengan orang pajak yang membantu mereka. Oh kita akan membuat mereka membayar kembali semua yang telah diperbuat pada kita.

Komarun:

dan ini akan sangat berbahaya kalau ada sedikit saja yang keliru. Bagaimana dengan dia? Apa kau akan mengatakan ini kepadanya?

Ningrum:

tentu tidak. Jangan sampai dia tau kita manfaatkan. Dia aset untuk menjelaskan semuanya, karena hanya dia yang mengerti data data ini. Biarkan saja dia berpikir kita betul melindunginya.

Tyas:
maaf apa yang harus saya lakukan di dalam sini ya?

Komarun:
sebentar. Dia harus diapakan?

Ningrum:

aku akan kesana lalu persiapkan dia. dan kau coba siapkan ruang permainan kita.


(Adegan 3)


(Di jalanan terlihat seorang anak sedang bermain. Masuk pembunuh bayaran yang serba mencurigakan)

Pembunuh:

hei anak kecil. Kaulihat senjataku ini. Ini senjata yang besar, juga sangat berbahaya. Jangan pernah berfikir kalau ini senjata mainan. Jangan tertipu dengan kulit luar. Benda ini dapat membunuh orang dari dalam, secara mengerikan. Mereka hanya terlambat untuk sadar ketika sudah mati. Aku tidak bisa menghitung siapa saja yang sudah kubunuh, dan ini juga rasanya tidak patut untuk kuceritakan. Kita kan belum kenal. Oke mari kita berkenalan. Perkenalkan aku adalah pembunuh bayaran. Aku tidak akan mengungkapkan siapa namaku yang sebenarnya karena akan sangat membahayakanmu. Hei apa kamu tinggal dekat sini? Daerah apa ini namanya, cukup asing rasanya buatku. Ngomong ngomong apa kau pernah melihat orang ini? Aku tidak tau siapa kau, tapi rasanya kau bisa dipercaya. Kau tidak akan mengatakan sesuatu yang mengejekku kan? Aku paling tidak tahan diejek. Baiklah aku sedang mengerjakan pesanan. Kuceritakan ini karena aku percaya padamu. Pesanan ini dari temanku, tapi rasanya ini juga pesanan dari klien semacam perusahaan, hal biasa dalam bisnis seperti ini. Mereka meminta kami, ya kami, aku yakin ini semacam pekerjaan borongan ke banyak orang. Karena duit yang dijanjikan lumayan sekali untuk menemukan orang di foto ini.

Ibu:
dek ayo pulang, main terus ya kamu. Sudah dibilang jangan dekat dekat sama orang asing.

Pembunuh:
tenang saja nak. Hei siapa kau mengganggu dia? Jangan mendekat kalau tidak ingin ada pertumpahan darah disini. Apa kau tidak lihat aku membawa senjata besar ini?

Ibu:
itu anak saya. Dan kamu siapa? Mau menculik anak saya? Eh dek sini pulang.

Pembunuh:
(menyerahkan anak) tenanglah nak semua akan baik baik saja.

Ibu:
kamu tidak apa apa nak? dasar orang aneh mau apa kamu sebenarnya?

Pembunuh:

saya sedang mencari orang di foto ini. Apa kau pernah melihatnya?

Ibu:

tidak. Ada urusan apa mencarinya?

Pembunuh:

aku sudah mengatakannya pada anak ini. Tapi aku tidak akan mengatakannya kepada kau.

Ibu:

dasar orang aneh. Apa anda ini sudah gila?

Pembunuh:
saya mendengarnya seperti ejekan? Apa betul kau mengejekku?

Ibu:
saya tidak bermaksud mengejek orang gila yang bicara tidak tentu arah.

Pembunuh:
sekali kau mengejek maka kau akan menyesal. Mungkin kau tidak tau, aku sedang membawa senjata yang mematikan ini.

Ibu:

senjata mainan mana yang mematikan? Betul betul sudah gila rupanya.

Pembunuh:

baiklah cukup. kau harus diberi pelajaran kalau kesabaranku ada batasnya. Rasakan kekuatan senjataku.

Ibu:

senjataku juga lebih mematikan.

Pembunuh:
ternyata kau juga mempunyai senjata ya.

(seorang dari ajudan kantor pajak datang melewati pertempuran aneh tersebut. Sementara ruangan utama telah bersalin menjadi semacam kantor yang lebih norak)

Pembunuh:

sampai bertemu di lain waktu.


Adegan 4

Tyas:

(mulai gerah) apa kalian tidak merasa kepanasan disini? dan kenapa kita berpakaian mencolok seperti ini?

Ningrum:

karena ini merupakan bentuk perlindungan terkini yang kami kembangkan. Tidak ada lagi yang mengenali anda.

Tyas:
lalu apa yang akan kita lakukan selanjutnya? Membuat berita atau menghubungi media lain?

Ningrum:

tidak, itu terlalu cepat, kondisi masih panas nanti malah kita yang habis diserang. Sekarang saatnya kita mengatur strategi. Begini, kita tidak mungkin melapor ke polisi karena mereka sudah mengeluarkan surat penangkapan atas kamu. Dan itu berarti lembaga hukum lainnya juga tidak akan bisa diharapkan. Ujungnya akan sama. Lebih baik kita lakukan negosiasi saja dengan perusahaan itu mencoba cari titik temu untuk mengulur waktu.

Komarun:

aku tidak percaya dengan mereka semua. bagaimana kalau mereka langsung datang kemari bersama polisi lalu menangkap kita lagi. Aku tidak mau ditangkap lagi atau dipukul seperti binatang lalu mati konyol.

Ningrum:
tenang saja. Aku akan melindungimu seperti dulu. Ingat, aku yang disiksa, bukan kamu. Kita butuh kasus ini untuk kembali seperti dulu saat orang orang hormat kepada kita. Ikuti saja yang kukatakan dan kita semua akan selamat. Sekarang kau, Tyas, apa sudah punya tau apa yang akan kau ceritakan kepada polisi nanti? Karena cepat atau lambat mereka akan menemukan kita disini.

Tyas:

saya belum pernah berhadapan dengan polisi.

Komarun:

kalau kau menunggu bertemu dengan mereka pastikan mulutmu tidak salah bicara. Atau kau tidak akan selamat karena bisa aja mereka menaruh sesuatu di sakumu dan mengatakan kau adalah bandar obat kelas kakap.

Ningrum:

betul juga. Kalau begitu kita harus latihan sebelumnya. Semacam simulasi supaya kamu mengerti apa yang akan dihadapi nanti. Baiklah aku akan menjadi polisi dan membawa surat penangkapan kalian.

Komarun:

aku menjadi siapa disini?

Ningrum:

entahlah, coba kau jadi aku. eh rapi sedikit biar mirip. Nah Tyas namamu menjadi Zukhrufa. Nanti ceritanya kalian menjadi juru bicara Tyas.

Komarun:

lalu kau menjadi apa?

Ningrum:
aku yang menjadi polisinya. Kan aku yang paling lama di kantor polisi. kita mulai ya, aku akan masuk.

Komarun:
eh tunggu, apa pangkat si polisi ini?

Ningrum:

entahlah, coba saja sersan. Jangan tanya lagi, berikutnya polisi betulan yang datang. Kita mulai. Permisi, jadi kalian yang mewakili Tyas? Kami punya surat penangkapannya. Dimana dia sekarang?

Komarun:

(mendadak panik) aku harus jawab apa?

Tyas:

dia bersembunyi di Singapura. Dia tidak percaya dengan hukum kita bisa melindunginya.

Komarun:
bagaimana, bisa seperti itu?

Ningrum:

tidak apa, lumayan meyakinkan. Sekarang apa yang kalian inginkan?

Tyas:

kami ingin negosiasi dengan perusahaan dan kepolisian.

Komarun:

ya kami tidak akan takut dengan kalian.

Ningrum:

diamlah, kau membuat diriku terlihat buruk. Biar dia saja yang bicara. Sepertinya dia lebih punya otak.

Tyas:

kami ingin agar klien kami mendapat perlindungan dan keadilan. Dia bersedia kembali pulang ke negara ini dan menyerahkan diri, namun dengan syarat. Betul dia bersalah telah mengambil data perusahaan. Tapi hukum juga harus berlaku untuk kesalahan yang lebih berat dari perusahaan, yang telah menggelapkan kewajiban pajaknya sehingga merugikan negara dan bangsa ini.

Komarun:

bukan main.

Ningrum:

tidak terpikirkan ide semacam itu oleh saya. Baiklah, apakah dia bisa menunjukkan bukti kalau perusahaan ini menggelapkan pajak?

Tyas:

ya tentu saja. Ini saya punya semua data yang dibutuhkan, misalnya untuk satu tahun terakhir saja berarti kita harus mengurutkan semua kertas ini lalu membuat beberapa hitungan dan perkalian yang pasti akan memakan waktu. Apa penjelasan ini tidak bisa ditunda saja?

Ningrum:

yang itu kami percaya padamu. Baiklah sekarang kita membutuhkan siasat untuk menjebak mereka.

Tyas:

maksudnya menjebak bagaimana?

Ningrum:
kita tidak bisa hanya mengandalkan isu penggelapan pajak ini untuk menyelamatkanmu. Kita harus lebih agresif menyerang mereka. Mereka harus tau berhadapan dengan siapa. Karena aku tau betul siapa mereka dan bagaimana busuknya.

Komarun:
kita bisa pancing mereka kesini. Lalu kita bikin seolah mereka menyuap kita, nah itu akan menjadi bukti untuk menakuti mereka agar tidak macam-macam. Kalau ada fotonya pasti lebih baik lagi membuat mereka terlihat bodoh saat menuduh kita sebagai yang jahat.

Ningrum:

betul juga. Foto itu akan membuktikan kalau media lain juga disuap tapi hanya kita yang jujur. Sempurna.

Tyas:

apa itu tidak berarti..

Komarun:
lebih baik sekarang kita berlatih lagi untuk menjebak mereka. 
(Kepada Ninrum) Ayo sekarang kau keluar lagi seperti tadi, dan menjadi perwakilan manajemen. 
(kepada Tyas) Sedangkan dia akan menjadi yang tadi, dan aku menjadi yang tadi juga.

Komarun:

kenapa kau tidak membawa sesuatu semacam kardus. Biasanya orang orang melakukannya seperti itu untuk menaruh duitnya. Kenapa diam saja seperti orang bodoh? Oh pencitraan, tidak mau jadi yang menyuap. 
(masuk ajudan dari kantor pajak membawa semacam paket)
Heh siapa itu?


(adegan 5)

Petugas Pajak: 
apa saya mengganggu? Ini semacam rapat?

Komarun:

(gugup) kau siapa?

Petugas Pajak:
bukan siapa siapa.

Komarun:
darimana kau tau tempat ini?

Petugas Pajak:
memang tempat kalian agak sulit ditemukan dari jalan utama. Tapi atasan saya mempunyai semacam jaringan yang kuat. Mengerikan, mereka tau hampir semuanya. Saya sudah beberapa kali disuruh menemui orang seperti kalian. (mengeluarkan secarik catatan dan membaca) anda, pasti Komarun afruz? (berusaha menebak lalu menunjuk Tyas) dan anda Ningrum? Oh maaf salah.

Ningrum:
(terkejut) hah bagaimana kau tau nama kami?

Petugas pajak:

atasan saya menyebut dua nama kalian. dan hanya ada satu pria disini kan? (bertanya pada tyas) Kalau anda siapa?

Tyas:

nama saya Tyas

Petugas Pajak:
Tyas? (teringat sesuatu) hei, apa dia Tyas yang diberita itu?

Ningrum:

tyas siapa? Namanya zukhrufa.

Petugas Pajak:
tadi dia menyebut namanya zukhrufa?

Ningrum:
saya tidak mengerti. tidak ada yang menyebut Tyas dari tadi. Apa kau mendengarnya zukhrufa?

Tyas:

tidak mengerti. Saya menyebut nama saya zukhrufa.

Petugas pajak:

tunggu dulu, rasanya saya mendengar Tyas tadi. (kepada komarun) anda mendengar nama tyas kan tadi?

Komar:

tidak ada. Hanya ada nama zukhrufa.

Ningrum:

(memotong dengan keras) jadi, anda kemari mau apa?

Petugas Pajak:
(mencoba tenang) baik, tenang saja. Seperti biasa, saya akan terbuka disini. Saya biasanya bekerja di kantor dinas pajak di kota. Apa kalian tidak mempunyai semacam kipas disini?

Ningrum:
kantor pajak?

Petugas Pajak:

ya, bahkan belum lama ini saya genap setengah tahun bekerja disana. Saya kebanyakan hanya bekerja di dalam kantor, semacam kacung, dan baru akhir ini saya naik jabatan untuk dinas di luar kantor. Atasan saya kemarin menyuruh saya untuk mengantarkan paket kiriman untuk kalian. Bangga juga saya, karena ini begitu penting, perintah dari bos, (nada semakin tinggi) bos dari bos nya bos saya. Bos besar kami menyebutnya. Semacam itulah. Kalian tidak usah khawatir, karena saya profesional, tidak akan banyak bertanya. Aman. Tapi kalau boleh tau, kalian ini berbisnis apa dengan kantor saya? Saya hanya kagum. Karena ini tidak terlihat seperti kantor? Kalian ini usaha apa sebenarnya?

Komarun:

(berusaha meyakinkan) bisnis kami jasa komunikasi. Belum lama mulai, jadi kantornya masih sederhana seperti ini. Tapi beberapa hari lagi kami janji akan pindahkan kantor ini. Rencananya ke kota. Klien kami sepertinya akan terus bertambah.

Petugas Pajak:
bisnis jasa komunikasi ya? Sepertinya kantor kalian lebih membutuhkan jasa komunikasi karena berada di bawah sini. Oh ya saya mengerti, ini artinya pelayanan sangat ekslusif dalam bekerja kan? Pintar sekali. Tapi saya jadi bertanya kenapa dinas pajak daerah membutuhkan jasa komunikasi ekslusif seperti ini? Karena bayaran untuk kalian sangat setimpal dengan semua kerahasiaan ini. Bagus sekali kerja kalian teman teman.

Ningrum:

ehm saya tentu saja tidak bisa menjelaskan pekerjaan kami karena kami para profesional. Tapi darimana anda tau ada bayaran yang sangat besar untuk kami? Rasanya belum ada info seperti itu.

Petugas Pajak:

oh maaf, dari kiriman yang saya bawa. Ini, kata pimpinan saya ada duit, lima ratus juta, yang harus diserahkan kepada kalian. Lumayan berat ternyata dan cukup menegangkan, mengingat saya belum pernah melihat uang sebanyak itu. Tapi tenang, saya profesional, khususnya soal duit. Maaf, yang mana diantara kalian pimpinannya? Silahkan diambil lalu tugas saya selesai, semua senang.

Ningrum:

tunggu dulu. Saya masih belum mengerti kenapa kami menerima dana sebanyak ini dan sangat mendadak. Untuk apa ini semua? Apa ini ada hubungannya dengan kasus penggelapan pajak?

Petugas Pajak:
tenang dulu, tidak usah sampai ke penggelapan pajak. Ini hak kalian. Saya hanya ingin melakukan tugas. Oh ya, pimpinan bilang ini hanya sebagai penjaga hubungan baik dan kalian pasti mengerti untuk apa ini. Bukannya ini sudah biasa ya? Kenapa tampaknya kalian bingung? Apa ada yang salah?

Komarun:

tidak ada yang bingung. Taruh saja kirimannya disini. Kami mengerti pesan pimpinan anda.

Tyas:

sebaiknya kita bicarakan lagi soal hak ini demi kerjasama kita? Rasanya kurang bijak kalau kita melenceng dari rencana awal kita. Bisa jadi kita akan mati sebelum sempat keluar dari sini.

Komarun:

ingat kalau usaha kita ini juga butuh modal awal. Rasanya posisi kita sekarang bukan di posisi yang mapan. Mari kita terima dengan lapang dada kesempatan ini.

Petugas Pajak:

nah itu lebih baik, berarti anda pimpinannya. Anda sepertinya lebih cerdas melihat peluang. Peluang memang berarti resiko. Dan tidak banyak orang yang berani mengambil resiko lalu menyesal dan bicara di belakang. Itu jiwa lemah buat si pengecut. Kita semua disini bukan orang seperti itu kan? Kalian tidak butuh tanda terima yang resmi-resmi kan?

Ningrum:

sebentar..bagaimana kalau ini..

Petugas Pajak:

ini silahkan diterima ya. Dan ingat, saya tidak pernah kemari dan kita tidak pernah bertemu.

(pegawai pajak keluar. Semua terdiam sebentar dan mulai menyadari salah langkah)


(adegan 6)

Tyas:

apa apaan kalian menerima uang seperti itu. Itu sungguh bodoh dan membahayakan kita. Aku tidak menyangka kalian masih di level yang dangkal seperti itu. Mungkin kalian berpikir ini hanya sekedar memuaskan hidup hari ini. Tapi mohon maaf karena disini ada saya yang hidupnya terancam dan memohon bantuan pada dua orang menyedihkan seperti kalian.

Komarun:

kau tidak tau apa apa tentang hidup yang terancam. Ancaman mana yang kau maksud dengan pulang dari berwisata di luar negeri? Mungkin kau harus merasakan kuku kaki yang dibuka perlahan dengan sebuah perkakas yang tidak bisa kau ingat karena sibuk menahan sakit. Kau belum merasakan dikejar-kejar polisi, tentara, intel, dan bandit yang dibayar entah siapa. Dijauhi keluarga sendiri yang tidak tahan turut menanggung beban karena rumahnya diteror setiap malam. Kami harus bertahan hidup di bawah sini kalau tidak mau mati konyol. Menurut kau berapa lama lagi semuanya akan datang kemari kalau hanya kurir kroco semacam tadi dengan mudahnya masuk dari pintu itu. Untuk semua itu rasanya kami berhak atas uang ini.

Tyas:
mungkin orang semacam kau memang pantas tinggal di bawah tanah. Otakmu mungkin tidak cukup kuat untuk berpikir kalau sekarang kalian akan semakin terlihat bersalah karena menerima duit. Di seluruh media akan memajang foto kita dengan judul besar seorang buronan bersama konsultan komunikasi murahan.

Ningrum:

firasatku sudah buruk dari awal orang suruhan itu datang. Apa kau tidak belajar dari pengalaman? Kenapa kau begitu bodoh mengambilnya. Kita sekarang semakin terjebak dan akan ini bisa berakhir lebih parah dari yang dulu. Sekarang, kita cari strategi selanjutnya dan sebelum itu ketemu jangan ada yang sentuh duit ini.

Tyas:
aku mau keluar. Disini semakin sesak udaranya. Aku tidak mau menghirup udara yang sama, bisa berkurang kewarasanku.

Komarun:
sombong betul kau. kalau kau mau kemana?

Ningrum:
aku mau kencing. Mau dibilang sombong juga?

Komarun:
kenapa begini? Kak, lihat ini.

(di jalan terdapat pembunuh bayaran dengan sepeda)


(Adegan 7)

Pembunuh:
anda dari mana?

Petugas Pajak:
dari sana

Pembunuh:
mau kemana?

Petugas Pajak:

mau kesana

Pembunuh:
sepertinya anda terburu buru? Ada apa?

Petugas Pajak:

tidak, saya tidak terburu buru.

Pembunuh:
apa anda bersedia menolong saya? saya sedang dalam pekerjaan yang besar. apa anda pernah melihat orang ini? Tolong lihat yang seksama, karena ini sangat penting untukku.

Petugas Pajak:

saya tidak pernah melihatnya

Pembunuh:

apa anda sedang membohongi saya? Sebaiknya jangan, karena saya bisa mencium kebohongan. Biasanya keringat mereka yang berbohong lebih pekat dan menyengat. Apa anda berkeringat?

Petugas Pajak:

mohon maaf saya tidak bisa banyak membantu. Boleh saya lewat?

Pembunuh:

kenapa anda mendadak seperti terburu buru?

Petugas Pajak:

tidak, saya hanya ingin lewat. Tidak lebih. Apa anda sedang mencurigai saya?

Pembunuh:

begitulah. Apa yang sedang anda bawa itu?

Petugas Pajak:

tidak ada.

Pembunuh:

itu yang anda pegang di belakang.

Petugas Pajak:

ini sebuah tas.

Pembunuh:

sepertinya penting?

Petugas Pajak:

tidak terlalu, biasa saja.

Pembunuh:
kalau begitu, boleh saya pinjam sebentar?

Petugas Pajak: :

ya boleh saja kenapa tidak kan?

Pembunuh:
hmm..terimakasih. apa anda membutuhkan kacamata ini? Aku mau tukar dengan tas ini.

Petugas Pajak:
ooh tidak lagi. Ini untuk anda. Silahkan. Boleh saya pergi?

Pembunuh:

kacamata yang sangat berguna. Dengan ini aku bisa lebih membaur dengan masyarakat kebanyakan. Aku merasa, lebih berempati. Tidak akan ada lagi tatapan yang mencurigakan seperti biasa. Aku tidak begitu yakin, tapi rasanya ini betul betul memudahkan pekerjaanku.

(ibu masuk)

Ibu:
ternyata kau masih belum pergi juga?

Pembunuh:
sekarang kita bertemu lagi. Ada hal yang harus kita selesaikan.

Ibu:

mau lagi ya? Boleh aja.

(staf legal masuk)

(di dalam ruangan)

Ningrum:

ada apa? Jangan berteriak seperti orang bodoh. Apa kau mau semua orang datang ke bawah sini? Hei bicara yang pelan saja, kau pikir ini lapangan bola? Dan sudah kubilang jangan sentuh kardus itu.

Komarun:

lihat ini, tadi aku tidak sengaja ingin melihat isi kardus ini.

Ningrum:

tidak sengaja? orang bisa membunuhmu juga karena tidak sengaja! Dasar otak kosong.

Komarun:
bukan otakku, tapi lihat ini yang kosong. Aku tidak mengerti bagaimana ini bisa terjadi? Kita pasti telah dikerjai oleh kroco yang tadi. Biar kucari dia dan kumasukkan kardus ini ke dalam pantatnya, bangsat. (bergegas naik menuju pintu)

Ningrum:
(sinis) tidak perlu mar. Mau kau cari kemana orang tadi? Rasanya aku tau apa yang terjadi disini.

Komarun:

pasti dia belum pergi jauh, aku tau jalan pintas. Pasti masih bisa kucegat, lalu kuputar lehernya biar dia tau rasa.

Ningrum:

lehermu yang akan aku putar, kalau kau tidak katakan dimana kau sembunyikan uang itu. Tidak usah capek bertele tele mengarang kebohongan. Itu hanya akan melelahkan kita, karena kau harus terus mengarang kebohongan yang lain. Dan kau buruk dalam mengarang. Apa kau lupa pesan almarhum bapak kita dulu? Jangan kau makan apa yang bukan hak kita.

Komarun:
apa lagi ini? apa kau sedang menuduhku yang berbohong? aku yang mengambil uang itu, lalu aku mengarang ngarang cerita dan berpura pura panik, dengan terlihat tolol?

Ningrum:

ini yang aku maksud. aku tidak menyangka ceritamu akan lebih bodoh dari karanganmu yang terakhir dulu. Saat kau memeras uang dari orang pemda itu, tanpa sepengetahuanku. Apa aku terlihat sebodoh itu tidak bisa melihat kau membutuhkan uang demi obat haram itu. Kau selalu bilang bisa berhenti dari obat itu, tapi ternyata kau tidak pernah bisa lepas kan?

Komarun:

kenapa masih saja mengulang cerita itu lagi. Demi tuhan aku telah menjauhinya, barang barang itu membunuhku perlahan. Kenapa tidak sekali saja dalam hidupmu mencoba percaya denganku. Kau lebih percaya dengan wanita yang baru datang entah darimana itu. Aku sudah bilang dia akan membawa bahaya ke bawah sini. Pasti kau juga punya maksud dengannya kan?

Ningrum: 
jangan coba menambah tipu tipuan lagi padaku. Merembet sampai kemana mana. Sekarang kukatakan cepat kau kembalikan isi kardus ini seperti yang disampaikan orang suruhan itu.

Komarun:
demi arwah bapak dan ibu, aku betul tidak tahu apa-apa. Periksa saja, ini lihat kubuka bajuku. Perlu aku telanjang bulat disini biar kau percaya ya, baiklah.

(Masuk Tyas dan staf legal)

Tyas:
maaf apa yang sedang kalian lakukan?

Komarun:
(terkejut dan mengenakan pakaian) tidak ada apa apa, biasa saja seperti dua saudara pada umumnya. Darimana saja kau? Lihat ini.

Tyas:
(terkejut melihat kardus kosong) kau kemanakan isinya? sebaiknya kalian berhenti bertindak bodoh. Karena setauku kita disini untuk bekerja bukan?

Komarun:

tapi bukan aku..hei siapa itu yang kau bawa? Kenapa kau tidak sekalian saja bawa seluruh keluargamu?

Tyas:

dengar, dia adalah orang suruhan kantorku. Sepertinya mereka sudah tau bahwa aku sembunyi disini. Kita harus tenang, jangan sampai kita semua habis di bawah sini. Aku akan bawa dia kemari.

Komarun:

Gawat ini kak, bagaimana kalau kita ditangkap lagi?

Ningrum:

kau diamlah dan jangan bicara sebelum uang di kardus itu kembali. Simpan barang bukti itu.

(komarun terlambat mengambil kardus)

Tyas:

dia rekan kerja Tyas di perusahaan. dan ini rekan rekan saya. Dia ini datang kemari diutus oleh kantornya. Sayang sekali ibu Tyas sudah tidak berada disini, begitu bukan teman teman? Tapi dia mempercayakan kasusnya kepada kami. jadi kami adalah konsultan komunikasi resmi dari ibu Tyas. Nanti kami akan menghubungi anda karena sekarang kami sedang sibuk berbenah kantor. Mohon maaf sekali.

Staff legal:

(dengan mata penuh selidik) sayang sekali ya. Namun saya tidak diutus secara langsung. Karena pimpinan lebih suka menggunakan jasa dari luar untuk urusan macam ini. Kantor saya tidak begitu bagus mengurus sesuatu yang di luar bidangnya dan sensitif. (melihat kardus) oh ada kardus dan sudah kosong ternyata? Tapi apalah arti sebuah kardus kosong bukan?

Komarun:
(panik dan mengambil kardus) ini bukan apa apa. Biar saya bereskan. (masuk ke kamar)

Staff legal:
Perkenalkan nama saya Naga. (menggoda) Kalau nona yang jelita ini, namanya siapa ya?

Tyas:
Siapa? (gelagapan) Bukannya tadi sudah saya sebutkan?

Staff legal:
rasanya abang belum dengar.

Tyas:
Ningrum, kau dengar kan tadi saya menyebutkan nama saya?

Ningrum:

ya sudah. Sangat meyakinkan. (komar baru keluar) Ya kan komar? Kau dengar nama yang dia sebutkan?

Komarun:

Nama? Oh nama lagi ya. Bahkan saya masih bisa mengingat dia menyebut nama itu dengan jelas.

Tyas:
betul kau dengar komar, coba tolong ulang kembali?

Komarun:
(terbata-bata) dia bilang tadi begini, nama saya..Zuu, Zul kif..mm..Zur..Zukh..khh..ru,
ZUKHRUFA. (terengah-engah)

Tyas:

nah ya seperti itu. Zukh..apa??

Komarun:

zukhrufa!!! Ya, zukhrufa!!

Staff legal:

(heran melihat komar) oh! zukhrufa saja? Hanya satu kata?

Ningrum:
(memoton) lalu kenapa anda datang kemari tepatnya?

Staff legal:
ya ya..ternyata kalian betul tinggal di bawah sini? Ini betul betul bukan kantor yang nyaman. Namun, buat orang seperti saya, datang jauh-jauh ke bawah sini berarti kesempatan emas. Semacam akselerasi, lompatan yang jauh. Ini soal yang sangat penting, kalian pasti akan mengerti jika dalam karir seperti saya.

Ningrum:
penjelasan anda sepertinya tidak membantu sama sekali.

Staff legal:
jadi, kalian pasti sudah bertemu dengan rekan saya dari kantor pajak daerah? Orang yang mengantarkan paket persahabatan dari kami. Dan saya sendiri yang menyiapkan paket di kardus itu. Dia yang menceritakan soal tempat ini. (semua melihat Komar. Dia terpokok dan menyalakan rokok. Topik pembicaraan berganti) Kami tau Tyas akan membutuhkan pihak luar untuk membantunya. Saya tau Tyas, seperti juga orang lainnya tau dia. Karena prestasinya mencuri uang kantor. Apa kalian bisa bayangkan, orang yang bekerjasama dengan kalian ternyata diam-diam justru mencuri di depan mata kalian? Kami tidak percaya sebelum manajer keuangan mengumumkan dia memiliki komplotan rampok yang profesional. Orang ini betul betul ular.

Ningrum:
Ular? dia merampok kantornya sendiri? Maksudnya?

Tyas:
bukankah ular itu yang telah membantu kantor anda untuk menuliskan transaksi palsu pembuatan jalan dan lainnya?

Staff legal:
kalau kami buat jalan, tentu ada kontraktornya. silahkan periksa dokumen kami di kantor kalau tidak percaya. Kami selalu terbuka. Dan itu, kami juga bayar pajak pertambahan nilainya.

Tyas:
berarti tidak benar kalau dia mengatakan kantornya mencatat biaya fiktif?

Staff legal:
maksudnya tuduhan biaya fiktif itu, bagaimana? seolah olah ada uang yang dikirim ke kami, dan kami kirimkan lagi ke pak sukanto? apa dia mengatakan kami melakukan persekongkolan?

Ningrum:

coba jelaskan soal ular yang merampok kantornya sendiri itu?

Tyas:
(segera memotong) lalu kenapa ada aliran uang perusahaan ke rekening pribadi, atas nama tangan kanan pak sukanto? ini sepertinya tidak wajar dilakukan dalam perusahaan. silahkan lihat sendiri bukti ini.

Staff legal:
saya tidak tahu, yang saya tahu semua transaksi di luar perusahaan selalu diaudit oleh aparat pajak. dan fokus kami ialah seorang karyawan, bernama Tyas, telah merampok kantornya sendiri. Mungkin kalian belum tahu, perusahaan kami ialah perusahaan yang terhormat. Kami menyumbang tidak sedikit untuk negara, petani sawit, ini sudah jelas. ada 150 ribu hektar kebun sawit yang bisa dilihat sendiri, dengan program kemitraan kami meningkatkan kesejahteraan. kami bangun sekolah, jalan, listrik, semuanya. Setelah semua sumbangan kami kepada bangsa ini, lalu sekarang malah ada pula yang merampok kami dengan niat, terencana. Saya tidak tau entah bagaimana Tyas mengarang cerita soal itu pada kalian. Tapi itu faktanya, dia mencuri lalu kabur.

Ningrum:

iya dia cerita kepada kami. tentu saja dia menceritakan semuanya kepada kami. bukan begitu zukhrufa? Bagaimana zukhrufa?

Tyas:

(terpojok) darimana anda tau itu terencana? Kami yakin dia mempunyai alasan yang kuat soal itu.

Staff legal:

lah, dia ini sudah mempersiapkan rencananya sejak dua tahun sebelumnya. Bayangkan ini, dia mendirikan semacam perusahaan palsu. lengkap dengan stempel dan kop surat. Kalau ini bukan perampokan terencana, lalu apa istilahnya? kami tidak akan toleransi orang yang melakukan tindak pidana dan menyabotase dokumen perusahaan. Negara bisa hancur kalau yang semacam ini dibiarkan. Lihat ini, kami bawa tiga ktp miliknya, paspor ganda, juga akta perusahaannya yang aspal, asli tapi palsu. Lihat ini dibuat khusus. Jelas kan ini bukti dia sangat ahli memalsukan dokumen.

Ningrum:
Zukhrufa..!!

Tyas:
kalau kalian yakin dia ahli memalsukan dokumen, apa itu artinya dia terbiasa melakukannya juga untuk kantornya?

Staff legal:
saya tidak mengerti maksudnya. yang pasti kami bekerja dengannya selama tujuh tahun, tapi kami baru tahu karakter aslinya sekarang.

Ningrum:
lalu bagaimana dengan tuduhan penggelapan pajak? anda juga mengatakan itu bohong?

Komarun:
kami tau kantor anda itu dari dulu memang kerjaannya main belakang dengan dinas pajak? aku kenal dengan satpam di lantai bawah kantor dinas pajak. dia yang cerita sering lihat kiriman buah dari asian agri. itu kak, si muklis, anak tanteku yang jadi tkw ke arab dulu. kau tau kan kak?

Ningrum:

(Kesal) iya si muklis, tidak perlu juga pamerkan tante kau yang jadi tkw. tidak sekalian jelaskan silsilah dari neneknya?

Staff legal:
hemm satpam rupanya? bawa saja si muklis itu kesini lalu saya jelaskan tentang tax planning. saya akan ceritakan padanya tentang susahnya menjadi perusahaan besar di negeri ini. karena dia hanya seorang satpam, pasti tidak paham kalau perusahaan yang banyak uang berarti besar juga pajaknya. nah kami ini kan bekerja mencari untung karena kami bukan badan zakat. jadi wajar kalau ingin efisien, berhemat, termasuk untuk pajak. rencana berhemat itu namanya tax planning. yang tidak boleh itu namanya tax evasion. sampaikan begitu ya pada si muklis.

Komarun:

anda jelas tidak tau si muklis. melihat gaya ngomong macam itu, pasti sudah diludahinya muka anda. ya kan kak?

Ningrum:
mana aku tau. tapi kami punya bukti tentang perusahaan anda, yang telah melakukan tiga skema penipuan. Kalian pikir tidak ada yang mengerti penipuan dengan transaksi yang rumit semacam ini. Saya jelaskan ya, zukhrufa tolong siapkan bukti yang kita punya.

(mereka menyiapkan berkas di meja. Di jalanan terlihat ajudan pajak menunjukkan jalan untuk sekda. Pembunuh bayaran masuk dari ujung yang berlawanan dan bersiap mengeluarkan senjata. Ajudan sigap mengalihkan perhatian pembunuh bayaran yang ingin beraksi.)

Ningrum:

nah lihat skema yang kami buat ini. pertama, dengan biaya fiktif yang tadi disebutkan. (bingung) Kedua..apa Zukhrufa?

Tyas:
Transfer pricing.

Ningrum:

(menerka-nerka) Yak transfer pricing, yang katanya untuk menekan pajak dalam negeri. Kalian menggunakan semacam perusahaan afiliasi fiktif di Hongkong, British virgin island, dan Makao. Apa lagi Zukhrufa?

Tyas:

Ketiga, istilah hedging fiktif, modelnya semacam transaksi jual beli minyak sawit atau valuta asing, dengan skema lindung nilai atau hedging, namun sudah diatur seolah olah kalian selalu merugi. sehingga ada transfer uang dari dalam ke luar negeri. padahal ujungnya akan ke kantong yang sama, untuk kalian juga.

Staff legal:
ah, rupanya kalian ini bukan orang sembarangan. anda sepertinya malah lebih tau banyak dari saya. bagaimana kalau teman teman ini saya rekomendasikan ke manajer untuk bergabung dengan kami. bagaimana?

Komarun:
jangan terpancing kak. pasti dia hanya mengulur waktu karena tidak tau harus berkicau apa lagi. baru kena dia sekarang. tenang kak aku disini siap, biar aku tinju ulu hatinya kalau dia main kasar dengan kita.

Ningrum:

kau tenang lah mar.

Staff legal:
saya belum selesai. Jadi, buat kami tuduhan transfer pricing itu sudah biasa. itu pasti karena kami mempunyai kantor di luar negeri. Banyak saingan yang tidak terima. Tapi saya jelaskan, itu hanya untuk kantor marketing di luar negeri. tidak salah kan? Kami juga ingin melebarkan sayap ke negara lain. lagi pula yang namanya transfer pricing sulit dilakukan. karena harga jual minyak sawit mentah ke luar negeri tidak bisa asal main ditentukan. Kalian harus tau, harga itu mengacu pada ketetapan pemerintah, yang berganti setiap bulan. Belum lagi, harus melihat harga internasional di rotterdam, belanda. juga ada harga rata rata pasaran di dalam negeri. tidak mungkin kami main belakang dengan pembeli lalu mengatur harga. Apa lagi?

(ajudan pajak dan sekda masuk)

Ajudan pajak:

(terburu buru) semua tolong bersiap. Bapak sekretaris daerah akan turun ke bawah sini.

Ningrum:
Apa? Sekda kemari?

Komarun:
Kak, sudah aku bilang aku tidak mau ditangkap dan disiksa seperti binatang.

Ningrum:

Tidak akan ada yang ditangkap hari ini. Aku sudah janji padamu kan?

(Sekda masuk lalu terheran heran)

Sekda:
Mengapa ada manusia yang tinggal di bawah sini? Haha. Aku pikir masa masa penjajahan sudah lama usai, Belanda dan Jepang bahkan kita undang datang. Perang apa lagi yang mereka takutkan lalu bersembunyi di lubang pengap macam ini? Haha. 
(staff legal mencoba hendak menjelaskan namun terhenti) 
tenang saja aku tau siapa mereka
(menyalami namun ditolak) 
Setyaningrum, wanita dan wartawan, tangguh seperti dulu. Nyawa cadangan semakin menipis?haha. Komarun Afruz, kau pun masih hidup?? Masih bisa lantang suaramu?haha. 
(kepada staf legal dan ajudan pajak) 
mereka ini sungguh tangguh, seperti tanaman paku yang dapat hidup dimana saja. Mereka ada di batang kelapa, tembok, sampai atap rumah
(staf legal menghampiri sambil menunjuk Tyas).

Ningrum:

kami tidak takut padamu.

Sekda:

tidak perlu takut padaku. tapi takutlah dengan apa yang bisa aku lakukan. Sudahlah mari kita lupakan yang sudah lalu. Kalau perlu aku akan berlutut meminta maaf karena menyesal sudah melepaskan kalian. Aduh, maksudnya maafkan karena saya sudah membuat kalian cacat seumur hidup. Saya hanya terkejut kenapa saat itu kalian pergi meninggalkan saya lalu berbalik menyerang. Aku rindu masa dulu saat kalian masih membantuku merebut jabatan Sekda ini. Iya apa kalian percaya dulu mereka yang membuat saya di posisi ini. Tapi lalu menyeberang ke pihak lawan dan membocorkan berita yang aneh aneh. Aku hanya menyelamatkan yang dulu kita perjuangkan. Wajar kan mempertahankan kekuasaan? Politisi dan media harus saling membantu, bukan sebaliknya.

Ningrum:

dan kemudian kau yang mulai serakah dan lupa diri.

Sekda:
aku tidak bisa berbuat apa apa. Tanganku terikat. Kalian kan tau bagaimana demokrasi bekerja, semua perjuangan membutuhkan modal. Aku tau diri, karena itu aku pastikan semuanya mendapatkan potongan kue. Apalagi kalau aku terpilih di pemilihan kepala daerah sebentar lagi. Kalian bisa bergabung lagi denganku kalau perlu sebagai staf khusus media di kantor Walikota. Kalau kalian mau, nanti aku tambahkan paket persahabatannya. Dua kardus mungkin? 
(kepada staf legal) Tolong disiapkan ya teman teman. Mudah saja.

Ningrum:
tapi kardus itu kosong. Kami tidak tau apa apa.

Sekda:
ooh, mungkin saja kalian hanya lupa memindahkannya kemana, kan? Biasa itu, karena begitu senangnya. Haha. Begini, jadi aku datang jauh jauh ke lubang ini karena aku tau Tyas menemui kalian. Dia ini sangat berbahaya bagi investor daerah kita. Kami hanya ingin menyerahkannya kepada hukum. Kalian tidak tau apa yang telah diperbuatnya hingga dikejar seperti itu. Jadi dengar, kalian tau siapa aku, jadi aku tidak akan memintanya dua kali. Dimana dia sekarang? Tolong, jangan merusak suasana hatiku.

Tyas:

kami tidak tau.

Sekda:
bajingan, jangan pernah berbicara seperti itu denganku! Ningrum, aku mohon jawab aku, dimana orang itu? Baiklah (ajudan pajak menodongkan senjata pada Ningrum), sekarang bagaimana? Kau mau mati sia sia untuk orang yang tidak kau kenal itu?

Ningrum:

bagaimanapun juga kau akan tetap membunuhku kan? Ini hanya soal waktu. Aku sudah lelah bersembunyi di bawah sini. Demi arwah orangtuaku, aku tidak akan mengulang kesalahan yang sama.

Komarun:

(menangis) Kak katamu semua akan baik baik saja.

Ningrum:
Orang orang harus dibangunkan, kesaksian harus diberikan.

Staf legal:

(ketakutan) pak sekda, apa ini tidak keluar dari rencana kita? Ningrum, jawab saja dan semua selesai. Kami tidak akan melakukan sesuatu yang buruk.

Tyas:

saya mohon jangan berakhir seperti ini…

Sekda:
kau diamlah. Kalian tidak tau siapa aku.

Ajudan pajak:
bagaimana pak?

Sekda:

tunggu. Ningrum, dulu mungkin kau selamat tapi tidak kali ini. Kau tidak bisa lari kemanapun dari sini.

Ajudan pajak:
sekarang pak?

Sekda:
tunggu..

Komarun:

(berlari menyerang ke tengah) lebih baik bunuh aku lebih dulu.

(ajudan pajak panik. pistol meletus. Komarun tersungkur. Semua terhenyak)

Ningrum:

komar..apa ini? Kenapa?

Ajudan pajak:
(panik naik tangga) itu bukan saya..

Sekda:
bangsat, kau mau aku mati juga hah? Aku bilang jangan bunuh dia di depanku. Apa kau tidak punya otak? Aku mau jadi walikota, bangsat! (Ajudan keluar) Semuanya akan rusak karena kau. Hei jangan lari kau, aku akan membunuhmu. (sekda keluar diikuti staf legal)

Ningrum:
kenapa kau melakukan ini Komar? Aku minta maaf karena semuanya tidak mungkin baik baik saja.

Tyas:

(membuka topi samarannya) maafkan aku sudah melibatkan kalian. Ini semuanya hanya kesalahanku. Aku akan pergi dan mempertanggung jawabkannya sendiri. Selamat tinggal.

Ningrum:
tidak, aku akan menemanimu. Demi kematian Komar, kita akan memberikan kesaksian. Tidak boleh ada lagi yang bersembunyi. (keduanya berpelukan)

(Di jalanan, ajudan pajak tergopoh gopoh. Pembunuh bayaran lewat dan menghadang. Ajudan pajak memberikan pistolnya. Tidak berapa lama Sekda lewat)

Sekda:
minggir kau orang gila!!

Pembunuh bayaran:
apa kau menghinaku?? Kau tidak lihat aku punya senjata yang mematikan ini?

Sekda:
awas kau orang gila!!

(pembunuh bayaran mengeluarkan pistol dan menembak. Sekda tersungkur. Pembunuh bayaran pergi dengan gembira. Staf legal tiba, melihat mayat sekda, lalu berlalu)

Selesai-

(Di pojokan ruang sekretariat UKM Teater UI/Pusgiwa/Minggu, 24 Agustus 2014/15.44 WIB)

PERHATIAN!
Bila Anda akan mementaskan naskah ini mohon untuk menghubungi penulis naskah untuk sekedar pemberitahuan.

“Kroco-Kroco”
oleh: Hafid Fuad
hafid.fuad@gmail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar