Rabu, 25 Januari 2023

ORDE TABUNG - Heru Kesawa Murti


 
Tokoh
Sekretaris Pembina Kota Pejabat kota yang ingin dominan dan menentukan.
Pembina Kota Pemimpin kota yang lemah dan kurang berwibawa.
Isteri Pembina Kota Isteri yang tegas dan bertanggung jawab.
Gerong Warga kota yang dijompokan.
Suwuk Warga kota yang dijompokan.
Seseg Warga kota yang dijompokan.
Suwelo Kepala Dinas Pariwisata Kota.
Isteri Suwelo Isteri yang selalu gelisah.
Kepala Dinas Keamanan Perwira yang humanis dan bertanggung jawab.
Doctor Astowasis Kepala Dinas Pembiakan Kelahiran Tabung
Journalist 1
Journalist 2
Journalist 3
Journalist 4
Television Reporter

PROLOG
Sebuah kawasan kumuh, di sebuah bagian di kota itu.
Di tengah kegelapan malam tiga orang jompo, seudaknya dijompokan ; Gerong, Suwuk dan Seseg tengah berjalan menyelinap-nyelinap, mengendap-endap. Tegang. Sambil membawa karung berisi barang bawaan dengan ketakutan, menghindari cahaya. Apapun cahanyanya. Berkelit dari tembakan, siapapun yang menembakinya. Mereka sedang dikejar pasukan Jaman Baru untuk ditangkap.
Tiba-tiba datang beberapa helikopter, dengan sorot cahaya lampu menyorot ke bawah mencari orang-orang jompo yang lepas dari kamp penampungan-kamp penampungan jompo. Gerong, Suwuk dan Seseg berlarian ketakutan menyelinap, berlindung dan bersembunyi dari cahaya lampu sorot helikopter yang terus memburunya itu. Tembakan-tembakan menyalak dari helikopter. Beberapa helikopter itu lalu terbang menjauh, lenyap dengan meninggalkan Gerong, Suwuk dan Seseg yang tak terkena lampur sorot mereka. Di persembunyiannya, ketiga orang yang dijompokan itu mencermati langit yang kini sepi.


SATU

Kantor Pembina Kota, pada suatu hari, Desember 2095
Sekretaris Pembina Kota keluar dari ruang dalam ruang kerjanya. Ia baru sajamengikuti sidang istimewa bersama Pembina Kota dan pejabat tinggi Kota Raya lainnya. Tiba di serambi depan langsung disambut para wartawan, termasuk wartawan televisi, uang mencegatnya dengan riuh. Mereka, dengan peralatan profesinya, segera menyambut Sekretaris Pembina Kota, mewawancarai dan memotretnya. Sekretaris Pembina Kota tampak gelagapan, tapi wawancara mendesaknya.

WARTAWAN 1
Bagaimana, bapak Sekretaris Pembina Kota ? Apakah ada perubahan-perubahan kebijaksanaan ?

WARTAWAN 2
Apa betul ada perubahan-perubahan kebijaksanaan itu, pak ?

SEKRETARIS PEMBINA KOTA
Tidak ada perubahan-perubahan. Pertemuan tadi, pada dasarnya, merupaken penegasan-penegasan daripada kebijaksanaan kota sebelumnya. Yaitu bahwa warga kota kelahiran tabung tetap merupakan warga masyarakat kota yang syah, dan berhak mengisi serta menjalankan segala aspek kegiatan kehihupan kota. Jadi hanya orang-orang tabung saja yang boleh berada di dalam struktur kebijaksanaan kota. Orang-orang konvernsional yang lahir dari rahim ibunya, tidak boleh lagi berada di dalam struktur. Tidak boleh. Sekarang ini mereka kita anggap jompo. Dijompokan. Yang jelas mereka tidak boleh ikut-ikut , sekalipun mereka sudah mempunyai Surat Keterangan Bebas Kelahiran Rahim. Tadi di dalam sidang juga disinggung mengenai penetapan pengembang biakan manusia di jaman tabung ini.

WARTAWAN 3
Bagaimana itu, pak ? Mohon penjelasannya.

SEKRETARIS PEMBINA KOTA
Pengembang biakan ini lain dengan model yang dulu. Nah saya akan menjelaskannya. Sebab ada perbedaan-perbedaan yang mendasar dibanding yang disebut bayi tabung di tahun1991, satu abad yang lalu. Berbeda toal.

WARTAWAN 1
Perbedaan-perbedaan itu yang bagaimana, bapak Sekretaris ?

SEKRETARIS PEMBINA KOTA
Begini. Dulu yang dimaksud bayi tabung itu adalah hasil pertemuan daripada sperma dan sel telur dalam satu piring, yang disebut sebagai piring Patrick, lalu dititipkan dalam rahim para ibu. Itu dulu. Sekarang, yang seperti itu sudah tidak musim. Tidak model lagi. Sekarang langsung, sperma dan sel telur langsung dimasukkan ke dalam tabung inkubator. Perlu diketahui, tabung ini kelualitasnya sama persis dengan rahim, suhunya sama, stabilitas manajemen hormonalnya sama, suplai makanannya juga sama.

WARTAWAN 3
(Memotong) Daya cengkeramnya, pak ?

SEKRETARIS PEMBINA KOTA
Juga sama. Daya mengkeretnya [1] juga sama. Kalau dijelaskan dalam bahasa sederhana , sel telur dan sperma itu langsung dimasukkan ke dalam kaleng, kaleng ini dikocok-kocok, lalukeluarlah bayi tabung itu, ini artinya, saudara-saudara sebagai wartawan tabung itu sesungguhnya ya cuma hasil dari kocok-kocokan itu. Makan tatanan di jaman baru ini menyebutkan, para orang tua di jaman tabung tidak boleh lagi mengaku-aku punya anak.

WARTAWAN 2
Dengan demikian anak-anak jadi tanpa orang tua ya pak ?

SEKREATRIS PEMBINA KOTA
Betul. Sebab sekarang ini, anak-anak adalah milik jaman.

WARTAWAN 4
Lalu bagaimana dengan nasib orang-orang konvensional ? Dibagaimanakan mereka itu

SEKRETARIS PEMBINA KOTA
Tadi anggota Dewan juga menyinggung-nyinggung soal itu. Ada dua alternatif mengatasinya. Pertama mereka itu kita himbau untuk mengundurkan diri sebagai manusia, kalau tidak mau, jalan tengahnya ya dipaksa. Dipaksa mundur.

WARTAWAN 1
Pak, pak,..... itu tidak demokratis.

WARTAWAN 2
Ya, pak. Tidak demokratis, pak.

SEKRETARIS PEMBINA KOTA
(Tegas dan menahan kesal) Ini demokratisasi Orde Tabung ! Artinya, sekalipun warga minoritas itu setengahnya dipaksa, tapi kita tetap memberikan tempat dan penghargaan yang layak untuk mereka. Orang-orang yang dijompokan itu kita himpun menjadi satu, berada di suatu tempat. Nah, di sinilah mereka sekaligus kita fungsikan sebagai obyek wisata. Hasilnya, menurut para pakar dan pengamat ekonomi, kelak merupakan devisa terbesar sebagai pengganti devisa minyak dan gas yang sekarang sudah hampir habis itu.

WARTAWAN 2
Maaf, bapak Sekretaris. Apakah itu tidak berarti menyiksa mereka ? Atau paling tidak, membatasi gerak-gerik mereka dalam ikut berpartisipasi dalam membangun kota ini.

SEKRETARIS PEMBINA KOTA
Mereka justru sangat berpartisipasi dengan menyediakan diri menghuni di dalam kompeks perkampungan jompo. Sebab kesediaannya ini menyedot uang untuk modal pembangunan Jaman Tabung. Sekaligus mencerminkan kebesaran sejarah mereka di masa lalu dan menjadi unsur dalam museum hidup itu.

WARTAWAN TELEVISI
(Sambil memanggul kameranya) Lalu bagaimana dengan anak-anak mereka yang seabad lalu disiapkan menjadi pemimpin dengan disekolahkan di SMA Bibit Unggul ?

SEKRETARIS PEMBINA KOTA
Tumben ini. Wartawan televisi kok pertanyaannya agak berani. Tapi bagus,..... nagus pertanyaannya itu. Tentang mereka...... ya, kita diamkan saja. Lama-lama kan malah menjadi bibit yang tumpul. Bukankah berulang kali sudah saya kataken, bahwa Jaman Tabung ini masih dalam masa transisi, masih banyak kemungkinan-kemungkinan perubahannya. Paham ?

WARTAWAN 3
Lalu bagaimana cara mendeteksi orang konvensional itu, pak ?

WARTAWAN 1
Bagaimana jika di antara mereka ada yang kawin dengan warga tabung ? Apa sanksinya, pak ?

SEKRETARIS PEMBINA KOTA
Soal itu, tadi dalam sidang telah diperoleh ketetapan-ketetapan barunya. Saya mohon kepada adik-adik wartawan ini untuk memberikan penegasan-penegasan khusus dalam pemberitaannya nanti. Ini penting. Saya akan membacakan hasil keputusan itu. Pertama, siapa yangv diketahui menikah, dinikahi, atau saling menikah dengan orang konvensional, hukumnya dibuang ke kompleks rumah jompo. Kedua, hubungan kontak seksual sebadan yang konon memang enak itu, dilarang ! Maka bagi siapapun yang ketahuan begituan secara langsung dan bahkan menghasilkan keturunan hukumnya dicoret sebagai warga kota yang syah. Dan langsung dianggap jompo !

WARTAWAN 1
Dengan demikian orang jompomenjadi lain artinya ?

SEKRETARIS PEMBINA KOTA
Benar. Kata “jompo” sekarang ini telah mengalami distorsi makna, tidak lagi identik dengan orang pikun, rambut ubanan, atau identitas fisik orang-orang yang sudah berumur itu. Tidak. Melainkan siapa saja, baik umurnya 12 tahun, 23. 37. atau 45 tahun, sejauh mereka kedapatan melakukan pelanggaran seperti itu...... jompo !

WARTAWAN TELEVISI
Wuah, kalau begitu thung klik [2]........ jompo !

WARTAWAN 1
Ini pertanyaan penting, bapak Sekretaris. Bagaimana bila ada warga tabung yang sembunyi-sembunyi melakukan pelanggaran. Bagaimana sangsinya ?

SEKRETARIS PEMBINA KOTA
Maksudnya, mereka yang ndableg [3] pada tata tertiba itu ? Mereka yang tidak patuh ? Gampang. Kita jebloskan mereka ke rumah Jompo atau mereka terpaksa menerima tindakan tegas yang lain.

PARA WARTAWAN
(Serentak bersama-sama) Lho, itu.................

SEKRETARIS PEMBINA KOTA
Hayo ! Kalian cuma ingin bilang bahwa kebijaksanaan seperti itu tidak ada dasar hukumnya kan ? Tidak demokratis ? (Tertawa lalu bicara lagi) Saudara-saudara ini ternyata tidak mengerti. Saya bilangi alasannya, tapi mohon off the record [4]. Coba matikan tape recorder-nya. Matikan, matikan, matikan semuanya.

Para wartawan mematikan tape recorder-nya dan kameranya.

SEKRETARIS PEMBINA KOTA
Sebenarnya, sebagaimana sejarahnya, yang namanya hukum dan demokrasi itu kan bisa ditekuk-tekuk, bisa dipermainkan, luwes, untuk pembangunan Jaman Tabung ini kan ? Sesungguhnya ini hanya melanjutkan tradisi abad-abad sebelumnya.

WARTAWAN 2
Itu namanya ada diskriminasi, pak.

WARTAWAN 3
Ada jurang pemisah.

SEKRETARIS PEMBINA KOTA
Diskriminasi bagaimana ? Orang-orang jompo itu tetap kita beri hak hidup untuk menyaksikan kegemilangan jaman baru di sisa-sisa usia mereka. (Mulai emosional) Apakah ini namanya diskriminasi ?

WARTAWAN 4
Ini tape recordernya boleh di-on kan, pak ?

SEKRETARIS PEMBINA KOTA
Tidak ! Marah kok di-on ! Mereka itu tetap bisa menyaksikan jaman baru. Jelaslah, ini bukan diskriminasi. Edan ! Gila !

WARTAWAN 1
Soal kawin, pak. Apa bedanya amtara yang langsung dengan tidak langsung itu ?

SEKRETARIS PEMBINA KOTA
Jorok ! Porno ! Tapi berhubung kecenderungan porno, sekarang tape-nya itu boleh di-on-kan. Soal langsung dan tidak langsung, ya...... jelas beda. Rasa ! Rasanya lain. Tapi pertanyaan saudara itu sama sekali tidak mencerminkan cara pikir jaman tabung. Daya juang membangun di jaman tabung ini tidak hanya terletak pada kenikmatan pas begituan saja. Tapi juga harus mempertimbangkan bagaimana kita ini merancang generasi-generasi baru yang brilian untuk menyongsong masa depannya. Terima kasih.

WARTAWAN 2
Bagaimana pendapat bapak mengenai orang jenius yang lahir bukan dari tabung, seperti misalnya Albert Einstein dan dokter Patrick Staptoe, penemu bayi tabung pertama kali di abad yang lalu ?

SEKRETARIS PEMBINA KOTA
(Mulai lunak kembali) Betul. Ya, betul. Nama yang saudara sebut itu memang jenius pada masanya. Tapi mesti diingat bahwa itu hanya sekelompok kecil daripada masyarakat dunia abad lalu. Yang kita rancang di jaman tabung ini adalah pemerataan kejeniusan, sehingga nantinya semua orang menjadi jenius. Termasuk wartawan-wartawan seperti saudara ini, juga jenius. Tidak hanya pinter ngutip amplop saja.

WARTAWAN 1
Ini pertanyaan yang mendasar, pak. Jika hubungna kontak seksual sebadan dilarang, bukankah itu berarti melawan kodrat ? Soal itu tidak mungkin bisa dilarang, pak.

SEKRETARIS PEMBINA KOTA
Saudara-saudara wartawan tabung, saudara telah memnbuktikan kualitas prima daripada kejeniusan itu. Pertanyaan saudara ini kecenderungannya ya membela orang-orang konvensional. Apakah sauadara ingin merusak citra saudara sendiri ? Ataukah di antara saudara saudara-saudara ini ada yang lahir dari rahim ibunya ? Dus termasuk orang keonvensional, sehingga perlu dijompokan ? Iya ? (Lalu berjalan pergi hendak meninggalkan tempat itu)

PARA WARTAWAN
(Serentak riuh sambil mengejar Sekretaris Pembina Kota) Tapi saya mau tanya sedikit lagi, pak................ Pak, bagaimana komentar bapak mengenai merusak citra sendiri ? Iya, pak, mohon penjelasannnya.........

SEKRETARIS PEMBINA KOTA
(Sambil berjalan pergi) No ! No comment [5] !

PARA WARTAWAN
(Serentak riuh sambil mengejar Sekretaris Pembina Kota) Tanya sedikit lagi, pak....... Ya, sedikit lagi pak....... Komentarnya soal; tadi bagaimana pak ?....... Iya pak, sedikit saja, pak.......

SEKRETARIS PEMBINA KOTA
(Sambil berjalan pergi) No ! No comment ! Sudah, sudah......

Sekretaris Pembina Kota berlalu pergi, diikuti oleh para wartawan yang terus mengejarnya, menghujaninya dengan pertanyaan-pertanyaan riuh.


DUA

Di sebuah bagian kota yang kumuh dan kotor, jauh dari pusat kota.
Dari balik bangunan usang dan tidak terawat sama sekali itu muncul tiga orang yang dijompokan ; Gerong, Suwuk dan Seseg, keluar dari persembunyiannya, mengendap-endap, menyelinap-nyelinap ketakutan. Cemas. Was-was.

GERONG
(Berteriak) Hei !....... Orang jompo nomer 42 !

SUWUK
(Berteriak) Hoeiiii !.............. Saya di sini !.......

GERONG
(Berteriak) Di manaaaa !.............

SUWUK
(Mnejawab biasa mengesankan dekat sekali) Di sini.

GERONG
(Merayap mendekati Suwuk) Eh, orang jompo nomer 42, kita sudah hampir dua hari di sini. Apakah kita baka terus-terusan di tempat ini ?

SUWUK
Ssshhhtttt...... pelan-pelan.

GERONG
(Lirih) Aku kena asma, tidak bisa bicara pelan.

SUWUK
(Lirih) Kalau begitu tidak usah bicara.

GERONG
Kalau tidak boleh bicara, ya bubar saja sandiwara ini.

Mereka lalu diam sejenak, untuk kemudian bicara lagi.

GERONG
Eh, orang jompo nomer 42, isterimu di mana ?

SUWUK
Jantung isteri saya kumat waktu kami sama-sama sembunyi di bawah jembatan. Dia minta saya tinggalkan. Saya ngotot tidak mau pergi tanpa dia. Isteri saya juga keras kepala. Dia sudah pasrah untuk ditangkap di kembalikan ke kompleks rumah jompo. Sekarang saya sedih, kenapa dia saya tinggalkan.

GERONG
Saya juga ikut sedih.

SUWUK
Terima kasih atas partisipasi kesedihanmu.

GERONG
Tapi, eh, orang jompo nomer 42, siapa namamu ?

SUWUK
(Lirih dan takut-takut) Ssshhhttt..... pelan-pelan. Jaman sekarang menyebut nama haram hukumnya. Ini bukan jaman kita lagi. Orang konvenisonal seperti kita tidak boleh menjelaskan identitas kita, tidak boleh tanya soal nama. (Diam sesaat, lalu bicara lagi) Orang Jompo nomer 78, siapa namamu ?

SUWUK
Namaku Suwuk.

Mereka kemudian hangat, akrab setelah menterus terangi nama mereka.

GERONG
Suwuk...... Suwuk...... Suwuk, eh maksud saya orang jimpo nomer 42, aku merasa jaman ini makin lama makin edan. Sekarang bukan cuma nama saja yang dihilangkan, tapi kita sendiripun sudah dianggap dianggap hilang. Dianggap tidak ada.

SUWUK
Oallah, ketahuilah orang jompo nomer 78, yang namanya jaman itu seperti tanah liat. Mau dibikin apa saja bisa. Dibuat keramik, dibikin ayam jago tiruan, dibikin pot bunga atau dibiarkan tetap menjadi tanah, itu terserah bagaimana orang-orang pandai bakal mengganggapnya begitu. Kita ini Cuma butir-butir bagian dari tanah liat itu.

GERONG
Tapi sekarang ini kita hanya dianggap ampas. Cuma sisa-sisa.

SUWUK
Ya maklum saja. Kita sudah tua, kita sudah lemah. Yang namanya tanah liatpun kalau sudah terlalu lama, sudah terlalu tua juga gampang pecah. Sangat lemah.

GERONG
Eh, nanti dulu. Kita memang tidak boleh tahu anak-anak kita. Yang kita tahu, kita dan isteri kita dibuang ke rumah jompo, lalu ditonton turis-turis. Mungkin di antara mereka itu ada anak-anak kita sendir. Ya anak-anak kita pasti masih hidup, meskipun sejak mereka umur 10 tahun, kita tidak boleh lagi melihat pertumbuhannya. Sekarang mereka pasti sudah jadi orang [6]. Aku merasa, sekarang ini aku punya anak, malah siapa tahu aku sudah punya cucu.

SUWUK
Ya wajar itu. Anak-anak kita tumbuh sendiri tanpa mesti kita menunggui setiap hari. Mungkin sekarang ini jamannya anak-anak kita.

GERONG
Tapi mereka itu lahir dari rahim isteri kita. Mereka itu tidak bisa hadir di dunia ini tanpa kita. Kok sekarang mereka justru berniat menghapus sejarah kita. Ini namanya sudah mempermainkan sejarah, menghilangkan sejarah.

SUWUK
Aduh, aduh, aduh, kamu ini ngomong apa ? Jangan bicara dakik-dakik [7]. Mereka juga tahu sejarah meskipun hanya membaca dari buku-buku teks atau menonton orang-orang jompo seperti kita sekarang ini. Mereka juga kenal sejarah.

GERONG
Tidak ! Akummerasa sebagai orang yang pernahmelahirkan anak-anakku, tidak bisa kalau cuma dibaca di buku sejarah atau ditonton di rumah jompo. Aku berhak mencari dan bertemu anak-anakku.

SUWUK
Tapi di mana kita mencari dan menemui anak-anak kita itu ? Kitatidak tahu, sudah jadi apa anak-anak kita itu.

Tiba-tiba terdengar suara derap langkah para petugas keamanan yang sedang memburu orang-orang jompo. Gerong, Suwuk dan Seseg langsung ketakutan dan bersembunyi. Suara derap langkah petugas itu semakin lama terdengar semakin mendekat, untuk kemudian muncul berbaris melintas di depan persembunyian orang-orang jompo itu dan berlalu. Lalu sepi. Gerong, Suwuk dan Seseg muncul dari persembunyiannya.

GERONG
(Smbil celingukan) Betul juga kamu bilang. Jangan-jangan salah seorang dari dari para petugas itu, anakku. Aku takut. Kalau begitu, aku kembali saja ke rumah jompo.

SUWUK
Kita ini Cuma tinggal punya kematian. Dan kita Cuma sekali mati. Ya, aku kepingin menemui anakku. Ah, seumpama aku bisa mati dua atau tiga kali......

GERONG
Kita kembali saja ke rumah jompo sekarang. Percuma !

SUWUK
(Sambil beranjak pergi) Kita sudah tidak bisa lagi kembali ke rumah jompo. Kita sudah basah. Kita sudah terlanjur.

GERONG
Jangan ! Jangan pergi ! Kita kembali saja. Kita ini cma mati sekali.

SUWUK
(Berjalan pergi dari tempat itu) Kalau begitu aku pergi sendiri.

GERONG
Jangan !

Suara derap petugas keamanan kembali terdengar dari kejauhan dan semakin mendekat. Gerong bimbang. Suwuk memastikanndiri pergi. Suiara derap langkah itu makin mendekat.


GERONG
He ! Tunggu dulu ! Tunggu ! Aku ikut !

Gerong, Suwuk dan Seseg segera pergi meninggalkan te,at itu.


TIGA

Rumah Suwelo di sebuah bagian di pusat kota.
Suwelo pengelola Urusan Pariwisata Kota, salah seorang yang paling berjasa dalam pengembangan kota tengah mondar-mondir tegang dan gelisah. Isteri Suwelo yang sama gelisahnya sedang berada di dekat suaminya. Mereka suntuk mendengar siaran radio, bahkan kegelisah makin meningkat.

SUARA SIARAN RADIO
Inilah Radio Suara Kemegahan Jaman Baru yang dipancarkan melalui gelombang 34. Hari ini, hari Rabu, 24 Desember 2097. Berita utama yang kami sampaikan meliputi perkembangan yang melanda kota selama empat hari ini terakhir ini, sehubungan dengan lepasnya orang-orang jompo yang sebagian besar belum tertangkap sejak kerusuhan meledak di hari Minggu pagi.
Berita selengkapnya. Diduga sebanyak 192 orang jompo pelarian itu masih berkeliaran di dalam kota dan sekitarnya. Kepala Rumah Jompo wilayah 246 menegaskan bahwa para pelarian itu masih mengenakan seragam panti jompo, identitas mereka yang sangat mudah untuk dikenali. Dikhawatirkan bahwa orang-orang jompo yang lepas itu akan menyebarkan virus tradisi masa silam mereka kepada warega tabung sehingga bisa menyebabkan hilangnya kesadaran pribadi para warga tabung.......

Suara siaran radio itu perlahan-lahan lenyap dan kemudian lenyap.

ISTERI SUWELO
Kamu dengar itu. Kamu dengar tidak ?

SUWELO
Ya. Saya masih bisa mendengarkan. Tapi aku tidak percaya orang-orang jompo bisa lolos. Mana mungkin mereka bisa lepas ?

ISTERI SUWELO
Berita radio itu tadi. Masak kamu tidak dengar. Terus tembang-tembang orang jompo itu, lalu mereka itu, suara ketakutan mereka itu, apa kamu tidak dengar ?

SUWELO
Berita di radio itu baru dugaan, baru perkiraan. Belum pasti kebenarannya. Rumah jompo yang aku kelola untuk obyek wisata itu, paling besar Penghasilan Asli Daerahnya. Masak aku sampai tidak berpikir pengamanannya. Bahkan terhadap kemungkinan-kemungkinan paling jelek sekalipun. Jauh-jauh hari aku sudah memikirkan soal itu.

ISTERI SUWELO
(Duduk gelisah) Tapi apa kamu tidak berpikir, kemungkinan paling jelek pun bisa terjadi.

SUWELO
Betul ! Seandainya rumah jompo itu diututup misalnya, apa itu juga mendatangkan keuntungan ? Apa yang mau kita lakukan, kalau rumah jompo itu betul-betul akan ditutup. Harapanku bisa lenyap. Habis.

ISTERI SUWELO
Harapanku juga lenyap kalau memang orang-orang jompo itu ada yang lepas.

SUWELO
Aku sudah bilang, tidak ada orang jompo yang lepas. Kenapa kamu kok malah ribut sendiri ?

ISTERI SUWELO
Dengar, mas. Aku dilahirkan bukan seperti kamu, tidak seperti sebagaian besar warga tabung kota ini. Aku dilahirkan dari rahim ibuku. Aku merasa masih punya orang tua. Sedang kamu, juga sebagian besar warga kota ini dilahirkan dari proses tabung. Kamu terhormat. Aku dianggap sampah. Apa pantas ?

SUWELO
Tapi saya kan juga tidak pernah mempersoalkan asal-usulmu.

ISTERI SUWELO
Bukan kamu yang mempersoalkan. Tapi tatanan, peraturan yang selama ini kita anut. Apa kamu sudah lupa warga kota yang dianggap syah adalah mereka yang lahir dari tabung.

SUWELO
Iya. Itu aku sudah tahu.

ISTERI SUWELO
(Dengan ketakutan) Aku tidak ! Aku tidak ! Aku punya orang tua, meskipun sejak umur 10 tahun aku tidak pernah melihatnya lagi. Aku merasa, sekarang ini mereka masih hidup. Mereka tinggal di rumah jompo. Mereka pasti ikut lolos. Mereka sedang mencari aku.

SUWELO
Tidak mungkin ! kalau mereka waras [8], mesti bakal menyadari, anak-anak yang hidup di dunia selama ini sudah bukan lagi milik orang-orang tua mereka sejak dilahirkan. Tapi milik jaman. Jadi tidak benar, orang-orang tua mencari mencari anak-anak mereka dan mengaku punya anak, atau anak-anak mencari orang tua mereka atau mengaku punya orang tua. Kalau itu yang terjadi, astaga, kamu tahu akibatnya kan ? Aid ! Aib, isteriku.

ISTERI SUWELO
Kalau mereka masih hidup dan ikut lepas, sekarang ini mereka pasti sedang mencarinya.

Tiba-tiba terdengar suara sirene melintas di jalan raya di luar rumah itu, melengking.


ISTERI SUWELO
Aku takut kalau warga kota tahu, aku bukan berasal dari kelahiran tabung. Aku mesti bagaimana, suamiku ?

SUWELO
Kamu ini cuma memikirkan dirimu sendiri.

ISTERI SUWELO
Kamu tahu akibatnya, kalau aku bertemu orang tuaku ? Orang di sekeliling pasti bakal menyangka aku bikin skandal. Aku malu.

SUWELO
Ingat ! Soal itu belum jelas betul !

ISTERI SUWELO
Tapi bagaimana kalau orang-orang tahu semuanya, ternyata kamu kawin dengan perempuan bukan kelahiran tabung, kamu kawin dengan perempuan yang tidak terhormat. Perempuan kaum konvensional, perempuan yang semestinya dijauhi, dihina. Bagaimana ?

SUWELO
Cukup ! Aku ini bakal kena celaka kalau smapai rumah jompo itu ditutup. Lha kok kamu malah berpikir tidak jelas. Aku ini perlu bantuanmu. Yang bingung itu bukan cuma kamu saja.

ISTERI SUWELO
Ingat suamiku. Soal ditutupnya rumah jompo itu juga belum jelas betul.

SUWELO
Lho, berita di radio itu. Masak kamu tidak dengar.

ISTERI SUWELO
Berita di radio itu baru dugaan ! Belum pasti kebenarannya.

SUWELO
Apa kamu tidak lihat, rumah jompomitu sekarang dijaga satuan petugas keamanan ? Apa itunjugatidak berarti bahwa kelak rumah jompo bisa ditutup ? Apa kamu tidak mikir kemungkinan jelek pun bisa terjadi.

ISTERI SUWELO
Saya sudah ngomong soal rumah jompo itu belum jelas betul mau ditutup, kok kami malah ribut sendiri.

SUWELO
Tapi itu bisa benar-benar terjadi.

ISTERI SUWELO
Orang jompo yangb lepas dari rumah jompo itu juga bisa benar-benar terjadi lho.

SUWELO
Tapi ketakutanmu itu sudah keterlaluan.

ISTERI SUWELO
Ketakutanmu itu juga sudah keterlaluan.

Tiba-tiba tedengar suara sirene petugas keamanan melintas di jalan raua di luar rumah itu, disertai dengan suara teriakan-teriakan petugas keamanan, yang sedang memburu orang-orang jompo. Suwelo mendekati isterinya dengan merentangkan tangannya pasrah. Isteri Suwelo juga mendekati suaminya sambil merentangkan tangannya, sama pasrahnya. Keduanya makin cemas.

SUWELO
Aku cuma khawatir.........

ISTERI SUWELO
Aku juga cemas......

SUWELO
Sepertinya aku cuma butuh kejelasan

ISTERI SUWELO
Mungkin aku juga begitu.....

SUWELO
(Berpikir sejenak lalu yakin) Besok aku ingin menghadap bapak Pembina Kota

ISTERI SUWELO
(Berpikir sejenak lalu yakin) Besok aku juga ingin menghadap bapak Pembina Kota.

Suwelo hendak beranjak masuk ke dalam. Isteri Suwelo mengikutinya. Tapi Suwelo lalu berhenti, isterinya juga berhenti. Keduanya berpandangan dengan kegelisahan luar biasa.

ISTERI SUWELO
Aku ingin orang-orang jompo itu dibunuh saja ! (Beranjak masuk ke dalam)

SUWELO
(Terhenyak kaget) Apa ?!


EMPAT

Di Bangsal Kantor Pembina Kota.
Di tempat itu telah hadir kepala Dinas Keamanan dan dokter Astowasis, arsitek kelahiran tabung dan salah satu tokoh yang membidani lahir jaman Tabung. Mereka sedang menunggu kedatangan bapk pembina Kota, yang akan menyampaikan pidatonya. Sambil menunggu, keduanya membelanjakan waktunya dengan main catur.

DOKTER ASTOWASIS
(Sambil bermain catir) Bapak kepala dinas Keamanan, saya punya kemampuan untuk mengalahkan bapak sebagaimana saya menciptakan bayi tabung dan menggusur orang-orang konvensional pergi dari kota ini. Ini jaman baru, bapak Kepala Dinas Keamanan. Lihat bayi-bayi tabung yang dilahirkan dari tabung, tumbuh sebagai anak sehat dan siap menjadi manusia unggul.
Bapak Kepala Dinas Keamanan, saya yang dipercaya merancang dan membidadni kelahiran tabung juga lahir dari tabung. Orang-orang jompo itu manusia lama. Manusia konvensional. Itu sebabnya mereka kita beri tempat supaya kita bisa menyaksikan sejarah maa lalu tanpa harus membukukan sejarah. Kita tahu selama ini penyakit yang tidak bisa disembuhkan adalah penyakita Kejangkitan Masa Lalu. Dokter-dokter kita belum menemukan obatnya, apalagi serum atau vaksin. Pengaruh orang jompo itu adalah sel kuman yang membahayakan, menyerang dan merusak jaringan pikiran dan emosi kita. Akibatnya kekebalan itu lenyap dan perlahan-lahan kita bisa mati, karena terserang kelainan jiwa yang kronis. Istilahnya sabut yang lalu kenthir [9]. Dan yang pasti, penyakit menular. Itu sebabnya kenapa kita punya kekhawtiran untuk takut.

Suwelo dan isteri Suwelo datang. Dokter Astowasis dan Kepala Dinas Keamanan langsung menyambut mereka dengan hangat dan ramah.


SUWELO
Selamat siang, dokter.

DOKTER ASTOWASIS
O, bapak Suwelo. Wah, serimbit [10]. Pacarnya ya ? (Dengan lirih berbisik) Dengan isteri yang keberapa ini, bapak Suwelo ?

SUWELO
Jaman sekarang punya satu isteri saja besar resikonya. Kalau iman tidak kuat..... jompo.

DOKTER ASTOWASIS
Bapak Kepala Dinas Keamanan, bapak Suwelo, pengelola pariwisata kita inipun juga lahir dari tabung.Em, bapak Suwelo, mariu silahkan duduk. Sekarang bapak bisa menyasikan bagaimana saya bermain catur dengan bapak Kepala Dinas Keamanan.

SUWELO
Dokter memang selalu suntuk bermain catur. Itu saya akui. Tapi perlu dokter ingat, bahwa dalam permainan ini, dokter masih masih begitu banyak memakan korban dan biaya. Lain dengan saya, sedikit pembiayaan tapi memberikan pemasukan besar untuk kota ini.

DOKTER ASTOWASIS
Sayang sekali. Saya bertahun-tahun menjadi dokter tidak cuma untuk main catur.

SUWELO
Betul, dokter. Tapi tidak ada jeleknya dokter memikirkan bagaimana caranya untuk tidak memakan banyak korban. (Mendekati dokter Astowasia) Dokter, saya dengar rumah jompo mau ditutup, apa benar ?

DOKTER ASTOWASIS
Saya tidak diprogram untuk memecahkan persoalan itu. Atau justru malah persoalan itu wewenang bapak Kepala Dinas Keamanan.

KEPALA DINAS KEAMANAN
Anggota satuan pengamanan dari dinas saya sekarang berjaga di rumah jompo. Dan lainnya berjaga-jaga di seluruh kota, dibadi dalam 14 sektor.

ISTERI SUWELO
Bapak Kepala Dinas Keamanan, saya mendengar isyu, banyak orang yang lepas. Apa benar begitu ?

KEPALA DINAS KEAMANAN
Satuan keamanan ini dipimpin seorang komandan yang mengkoordinasikan setiap sektor. Komunikasi antar sektor dan komandan dijalin dengan direct selular communication [11] dilengkapi dengan human remote control [12].

ISTERI SUWELO
Maksud saya, apakah kemungkinan mereka lepas itu ada ?

SUWELO
Bapak Kepala Dinas Keamanan, Pelindung Ahli Waris Jaman Baru, mungkin tahu rumah jompo itu ditutup, akibatnya pasti akan fatal, Income terbesar kita selama ini langsung akan merosot tajam, atau malah tidak akan ada pendapatan sama sekali ?

KEPALA DINAS KEAMANAN
Laporan terakhir menunjukkan, belum ditemukan tanda-tanda dan tempat persembunyian orang jompo yang lepas. Laporan semalam yang baru saya terima setelah keempat belas sektor selesai membuat laporan.

ISTERI SUWELO
Kita semua tahu akibatnya, kalau orang jompo memang ada yang lepas.

SUWELO
Kita mesti memikirkan cara terbaik untuk tetap tidak menutup kompleks rumah jompo, bapak Kepala Dinas Keamanan.

KEPALA DINAS KEAMANAN
(Jengkel kepada Suwelo) Saya tidak diprogram untuk soal itu. Saya mau ngomong apa lagi ?

ISTERI SUWELO
Lalu bagaimana ? Apakah dokter Pemelihara Manusia Unggul bisa memberikan jalana tengah ?

DOKTER ASTOWASIS
Saya tidak diprogram untuk memberikan jalan tengah. Mungkin bapak Kepala Dinas Keamanan bisa membantu memecahkan persoalan ?

KEPALA DINAS KEAMANAN
Baik kalau begitu. Mari kita sekarang menghadap bapak Pembina Kota.

Sekretaris Pembina Kota muncul muncul dari dalam, dengan Pembina Kota dan isterinya mengukti di belakangnya, masuk ke tempat itu. Kepala Dinas Keamanan, dokter Astiwasis, Suwelo dan isteri Suwelo segera memberikan hormat mereka kepada Pembina Kota. Sambil mengapit map berisi teks pidato, Sekretaris Pembina Kota membuka pertemuan itu.


SEKRETARIS PEMBINA KOTA
Bapak Pembina Kota, semua pejabat kota dan staf telah hadir. Pelru bapak ketahui, waktu untuk beramah tamah saat ini cuma tersedia 20 menit.

PEMBINA KOTA
Wuaaaaaahhhh........ komplit semuanya ! Bapak-bapak, ibu-ibu dan saudara-saudara yang saya cintai. Meskipun kalian sudah menjadi pejabat kota, ternyata masih sempat berperilaku disiplin. Bagus, bagus, bagus. Sebagai rasa terima kasih saya, nanti kalau ada proyek lagi, bapak-bapak dan ibu-ibu pasti kebagian.

Semua bertepuk tangan dan tertawa ramah menanggapi Pembina Kota.

KEPALA DINAS KEAMANAN
(Tertawa terbahak-bahak panjang)

PEMBINA KOTA
(Mendekati Kepala Dinas Keamanan) Ini rak [13] bapak Kepala Dinas Keamanan ta ya [14] ? Wuah jasamu dalam mengamankan kota kita tercinta ini sungguh terpuji. Sangat mengagumkan. Bapak Kepala Dinas Keamanan, akub sangat berterima kasih atas pengabdianmu mengamankan keluargaku dan mengamankan semua kekayaanku. Terima kasih. 
(Berbalik bernajak tapi berhenti saat melihat dokter Astowasis) 
E-e, ini, ini kan, ini kan...... Saya kok lupa-lupa ingat ta ya.

SEKRETARIS PEMBINA KOTA
Bapak dokter Astowasis, paduka.

PEMBINA KOTA
Lha rak tenan ta [15]. Saya tadi sudah tahu, sudah mau nyebut lha kok didahului bapak Sekretaris. 
(Kepada Sekretaris Pembina Kota) 
Bapak Sekretaris, lain kali jangan mendahului ya. Kalau misalnya mau mendahului, tunggu aba-aba dari saya ya. Tapi......... bagus, bagus.
(Kepada dokter Astowasis) 
Mmm, dokter, dokter, saya cuma mau tanya, berapa rumah sakit yang sekarang berhasil kamu kelola ?

DOKTER ASTOWASIS
Ada sekitar seribu, bapak.

PEMBINA KOTA
Lalu soal tabung ajaib, tabung inkubator itu, bagaimana ?

DOKTER ASTOWASIS
Sekarang sudah tersebar di mana-mana. Bahkan sudah sampai di Puskesmas-Puskesmas [16] dan Pos Yandu-Pos Yandu [17].

PEMBINA KOTA
Bagus, bagus, bagus. Teruskan perjuanganmu, dokter. Cuma saya ingatkan, bapak dokter jangan sampai lupa sangkan paraning rejeki [18] dan sangkan paraning kursi [19].
(Berbalik, tapi melihat Suwelo dan isterinya) 
Lho, siapa dia itu bapak Sekretaris ?

SEKRETARIS PEMBINA KOTA
Beliau itu kan bapak Suwelo, pengelola pariwisata.

PEMBINA KOTA
O-o, bapak Suwelo. Ha-ah, iya, iya. Pengelola pariwisata yang sangat dikenal sebagai pemasok terbesar penghasilan kota ini. Ya, ya. Bapak Suwelo, kalau diijinken boleh saya tahu, berapa simpananmu di Bank ?

SUWELO
(Sambil melihat catatannya di map yang dibawanya) Sepuluh kali lipat dari pendapatan paduka

PEMBINA KOTA
Apa ? Menghina saya ya ?

SEKRETARIS PEMBINA KOTA
O, tidak. Saya tahu persis, bapak Pembina Kota. Maksudnya bapak Suwelo itu, kekayaannya itu sepuluh kali lipat lebih rendah daripada kekayaan paduka.

PEMBINA KOTA
(Lega dan puas) Wuah, wuah, Suwelo, Suwelo, Kamu betul-betul orang berbintang Libra.
(Memandang isteri Suwelo) 
Lho, ini siapa ? Isterinya pak Suwelo ya ?
(Memanggil isterinya sendiri) 
Bini ! Bini ! Bini ! Ayo kesini. Ini ibu Suwelo.

Isteri Pembina Kota mendekati isteri Suwelo, kemudian mulai bercengkerama hangat.

PEMBINA KOTA
(Kepada Sekretaris Pembina Kota) Bapak Sekretaris, lihatlah. Dua isteri pejabat kota saling bercengkerama. Aku kok jadi ingat Darma Wanita [20], meskipun aku tahu Cuma dari membaca buku sejarah masa lalu.
(Kepada semua yang hadir) 
Mmm, bapak-bapak dan ibu-ibu masri menempatkan diri sebaik-baiknya. Saya ucapkan selamat datang dalam pertemuan agung ini. Mari, silahkan duduk yang nikmat. Sekarang saya ingin memberikan kabar gembira. Kemarin saya baru saja menerima teleks dari pusat. Teleks itu menyebutkan, bahwa sebentar lagi kota kita ini menerima anugerah penghargaan. Penghargaan itu diberikan tas keberhasilan menata dan mengembangkan proyek kelahiran tabung yang ternyata beritanya sudah sampai di mana-mana.
Adapun nama penghargaan itu ialah Parasmya Tata Nugraha Utama [21]. Nah saya sebagai pembina kota, secara pribadi dan secara resmi, mengucapkan terima kasih kepada bapak dokter Astowasis. Sebab berkat beliau itulah, penghargaan besar kita terima. Sekali lagi terima kasih bapak dokter Astowasis yang.......

Para hadirin serentak bertepuk tangan penuh semangat dan riuh.

DOKTER ASTOWASIS
(Tersenyum-senyum narsistik) Saya juga mengucapkan terima kasih atas penghargaan paduka dan para hadirin sekalian.

SEKRETARIS PEMBINA KOTA
Bapak dokter Astowasis, Saya Sekretaris Pembina Kota diprogram untuk meluruskan bangkok. Asumsi dokter ini ternyata bengkok. Yang dimaksudkan menerima penghargaan itu adalah kota kita ini. Bukan dokter.

DOKTER ASTOWASIS
Bukan ! Karena proyek saya kota ini mendapatkan penghargaan.

SEKRETARIS PEMBINA KOTA
Bukan ! Meskipun itu proyeknya dokter, tapi kota ini dipimpin oleh beliaunya bapak pasuka Pembina Kota. Dus, penghargaan, keberhasilan dan kemenangan itu untuk beliaunya bapak Pembina Kota. Bukan untuk dokter. Seenaknya.

DOKTER ASTOWASIS
Bukan ! Paduka sendiri sudah berterima kasih kepada saya.

SEKRETARIS PEMBINA KOTA
Bukan ! Berterima kasih itu bukankah bisa diucapkan sambil lalu.

DOKTER ASTOWASIS
Bapak Sekretaris ! Jangan sembarangan ngomong.

SEKRETARIS PEMBINA KOTA
Ingat dokter ! Secara struktural dokter tidak bisa marah kepada saya.

KEPALA DINAS KEAMANAN
(Melerau dokter Astowasis dan Sekretaris Pembina Kota) Saya bertanggung jawab di bidang keamanan. Dan tanggung jawab saya itu tidak terbatas.

SEKRETARIS PEMBINA KOTA
(Mendekati Pembina Kota) Bapak Pembina Kota, bapak Pembina Kota, sebaiknya acara ramah tamah ini sekarang kita akhiri saja sampai di sini.

PEMBINA KOTA
Lho kenapa ? Bapak-bapak dan ibu-ibu, ada apa ini ? Mari kita mulai pertemuan ini dengan penuh kehangatan dan kemesraan. Kalian semua pejabat kota harus bisa menjadi cermin keteladanan, harus bisa menunjukkan bagaimana berbuat baik. Nah, marilah sekarang kita berbuat baik.

SEKRETARIS PEMBINA KOTA
(Tiba-tiba langsung bersemangat) Betul, betul, betul ! Kita memang harus selalu berbuat baik. Nah, saudara-saudara marilah berbuat baik demi kota kita tercinta ini. Ayo, berbuat baik. Hidup berbuat baik. Hidup berbuat baik. (Memaksa para hadirin bertepuk tangan) Hidup berbuat baik ! Nah, bapak Pembina Kota, lihatlah, semua pejabat kota tiba-tiba ingin selalu berbuat baik.

PEMBINA KOTA
Bapak-bapak dan ibu-ibu. Sekarang tinjauan kita pada masalah keamanan. Ini harus diperhatikan. Keadaan di sekitar kita aman dan tenteram, tidak ada gangguan. Stabilitas keamanan terjamin. Semua ini dirancang oleh bapak Kepala Dinas Keamanan. Lihat saja, sekarang ini aksi demonstrasi tidak ada. Pamflet-pamflet provokasi tidak ada. Mimbar-mimbar bebas di kampus tidak ada. Sehingga dengan demikian kita bisa hidup tenteram,a man, santai, nikmat, seperti di sorga. Bukankah begitu, Bini ?

ISTERI PEMBINA KOTA
(Kepada para hadirin) Betul, saudara-saudara. Kita mesti merasa nyaman.

SEKRETARIS PEMBINA KOTA
Benar, bapak Pembina Kota. Kita semua ini memang tidak pernah terganggu oleh apapun. Baoak Kepala Dinas Keamanan, apakah ada tanggapan atas puja-puji singkat ini tadi ?

KEPALA DINAS KEAMANAN
(Gugup) Anu..... apa itu,..... anu, eh..... emh...... anu

SEKRETARIS PEMBINA KOTA
Ada tidak ? Jangan Cuma ona-anu. Ada tidak ?

KEPALA DINAS KEAMANAN
Tidak adaaaaaa !........................

SEKRETARIS PEMBINA KOTA
Bagus.

PEMBINA KOTA
Bapak Sekretaris, semestinya bapak Kepala Dinas Keamanan itu harus berkomentar menanggapi saya meskipun hanya satu dua kata.

SEKRETARIS PEMBINA KOTA
Wah, bapak Pembina Kota ini sudah lupa ya. Bukankah beliau bapak Kepala Dinas Keamanan ini sudah saya didik untuk tidak pernah berinisiatif.

ISTERI SUWELO
Bapak Pembina Kota yang saya hormati, apakah saya diperkenankan untuk menyampaikan sesuatu yang ada di dalam pikiran saya ?

PEMBINA KOTA
O, boleh, boleh. Sebagai pendamping pejabat kota, saudari ini punya hak untuk bertanya. Bertanyalah, akan saya terima dengan lapang dada.

SEKRETARIS PEMBINA KOTA
Betul sekali, Nyonya Suwelo. Memang begitulah sebaiknya. Sebagai isteri pejabat kota, harus bernai usul, berani bertanya, kaya gagasan. Tapi ingat jangan sampai mengganggu kesehatan paduka. Bikin pertanyaan-pertanyaan yang netral.

ISTERI SUWELO
Bapak Pembina Kota yang saya hormati, kita semua tahu, kota sedang kacau. Geger [22]. Belum ada yang bisa menyelesaikannya. Mengenai orang-orang jompo yang lepas melarikan diri itu belum ada yang bisa menangkapnya. Sementara kita belum bisa menemukan cara untuk mendapatkan mereka kembali.

PEMBINA KOTA
Itu, begini.......

SEKRETARIS PEMBINA KOTA
Ingat, Paduka. Paduka sekarang harus menghadiri arisan. Dan setelah itu paduka harus menyampaikan pidato radio.

ISTERI SUWELO
Paduka ! Bukankah kuta yang hadir di sini masing-masing mempunyai hak untuk bertanya dan menyampaikan pendapat. Apakah dengan cara seperti ini akan menyelesaikan persoalan ?

SEKRETARIS PEMBINA KOTA
Benar sekali, nyonya. Memang kita semua mempunyai hak untuk bebas berpendapat. Tapi yang perlu diingat, bahwa di dalam kebebasan berpendapat itu, pendapat kita harus tetap sependapat dengan kebijaksanaan kota.

ISTERI PEMBINA KOTA
(Kepada isteri Suwelo) Demi kemajuan para wanita di Jaman Tabung ini, saya punya gagasan menyelenggarakan musyawarah Nasional Wanita. Nah, pengelola utamanya bagaimana kalau dipercayakan kepada nyonya Suwelo. Bagaimana nyonya ? Setuju ?

SEKRETARIS PEMBINA KOTA
Paduka, lima menit itu sangat mahal kalau sampai paduka terserang HKPE, Hilangnya Kekebalan Pikiran dan Emosi. Bahaya. Mendingan paduka terserang AIDs atau sipilis yang sudah ada obatnya itu.

ISTERI SUWELO
Paduka ! Paduka !

SEKRETARIS PEMBINA KOTA
Wuah, kesuweeeeennnnn [23].
(Lantang kepada para hadirin) 
Saudara-saudara warga tabung yang terhormat. Sekarang sudah tiba saatnya kepada bapak Pembina Kota, penyambung aspirasi Jaman Baru yang bijak, untuk menyampaikan pidato radio yang secara langsung akan disiarkan secara sentral untuk seluruh warga kota. Kepada bapak Pembina Kota kami persilahkan.(Menyerahkan teks kepada Pembina Kota)

PEMBINA KOTA
Saudara-saudara sesama warga tabung yang saya cintai, salam...... salam....... rahayu [24]. Pada hari ini, 17 Desember 2097, sungguh merasa bangga jati kita dan perlu pula kita bersyukur karena sebentar lagi kota ini menerima anugerah penghargaan. Penghargaan ini diberikan karena keberhasilan kita di dalam menata dan mengembangkan masyarakat kelahiran tabung yang akan menjadi manusia alternatif berkualitas unggul. Saudata-saudara sesama warga kota yang saya hormati. Wondene [25] pada hari ini pula, setelah kita semua berkumpul patut kita merasa prihatin, prihatin,.........(Memperjelas membaca teks pudatonya) Keprihatinan ini didasari kenyataan adanya berita-berita di luar mengenai lepasnya orang-orang jompo non kelahiran tabung, sehingga menyebabkan keresahan. Oleh karena itu, sebagai Pembina Kota, saya mengajak semua warga kota untuk tetap merasa,...... merasa,.... pri.... hatin.....(Marah) Lho, Priye ki [26] ? Bapak Sekretaris ! Kenapa penyelesaian pidatiku ini kok cuma prihatin-prihatin melulu ? Kota kacau kok isi pidatonya cuma begini ini. Thithik-thithik [27] prihatin, thithik-thithik prihatin. Bagaimana ini ? Daripada prihatin melulu, sekarang aku memutuskan tutup rumah jompo. Cari orang-orang jompo yang lepas itu. Kalau perlu bunuh mereka. Bunuh ! Kalau bapak Sekretaris tadi sebentar-sebentar prihatin, sekarang saya nyataken, sebentar-sebentar bunuh !

SEKRETARIS PEMBINA KOTA
Paduka, tadi pidato itu saya buat berdasarkan fakta dan kenyataan.

PEMBINA KOTA
Bah ! Sekretaris gombal ! Bini ! (Mengajak isterinya pergi dari tempat itu)

SEKRETARIS PEMBINA KOTA
(Menghadapi para hadirin dengan ditenang-tenangkan) Saudara-saudara pejabat kota yang saya hormati, berhubung ada kesalahan teknis, saya akan melanjutkan pidato paduka Pembina Kota.
(Mencoba membaca teks pidato) 
Jadi dalam mengatasi lepas dari larinya orang-orang jompo itu, kita harus..................

ISTERI SUWELO, SUWELO, DOKTER ASTOWASIS, KEPALA DINAS KEAMANAN
Turun ! Turun ! Turun ! Turun, bapak Sekretaris ! Turun bapak Sekretaris !

SUWELO
Apa-apaan ini ! Rumah Kompo mau ditutup ?!

KEPALA DINAS KEAMANAN
Aku disuruh membunuh orang-orang jompo ?!

ISTERI SUWELO
Dugaanku benar, kalau orang-orang jompo itu ada yang lepas. Benar ! Benar !

DOKTER ASTOWASIS
Bapak Sekretaris mau ngomong lagi soal prihatin ? Orang-orang jompo itu memang pantas dilenyapkan.

KEPALA DINAS KEAMANAN
Eh, dokter ! Kenapa harus dibunuh ? Bukankah mereka punya hak untuk hidup ?

DOKTER ASTOWASIS
Tapi mereka tidak punya hati nurani untuk menggerogoti mayorutas masyarakat kelahiran tabung. Bapak Kepala Dinas Keamanan, mereka itu masyarakat membawa peradaban satu abad lalu, yaitu berhubungan kontak seksual sebadan untuk menghasilkan keturunan yang di Jaman Tabung ini sudah tidak diperbolehkan lagi. Bagaimana kalau sekarang mereka mencari anak-anaknya, kemudian ketemu anak-anak tabung dan menularkan peradaban itu kepada anak-anak tabung ? Bapak Kepala Dinas Keamanan, mereka ini membawa penyakit yang sangat berbahaya, lebih berbahaya daripada kanker yang sudah ada obatnya sekarang ini.

KEPALA DINAS KEAMANAN
Dokter, bukankah peraturan dan sistem kita sekarang ini merupakan cara terbaik untuk melenyapkan kaum minoritas. Jadi kenapa mereka itu harus dibunuh ? Kenapa ?

SUWELO
Ya, kenapa harus dengan dibunuh, bapak dokter ? Kenapa harus ada pembunuhan ?

DOKTER ASTOWASIS
Yang kita bunuh adalah sumber datangnya penyakit. Orang-orang jompo itu sumbernya

KEPALA DINAS KEAMANAN
Dokter ! Lebih baik saya pensiun daripada harus membunuh !

ISTERI SUWELO
Lebih baik orang-orang jompo itu dibunuh !

SUWELO
Tidak !Saya tidak setuju ! Sebab orang-orang jompo itu ladangku. Rejekiku selama ini. Dokter ! Atau dokter menghendaki supaya proyeknya dokter itu berhenti di tengah jalan ? Atau dokter menghendaki tunjangan fungsionalnya dokter dicabut ? Ingat dokter, orang-orang jompo itu modal usaha kota ini. Kalau mereka itu kita habisi dari mana penghasilan kota ini. Dari mana, dokter ?

DOKTER ASROWASIS
Bajigur [28] ! Kalau orang jompo itu menularkan penyakit kita semua ini bisa lenyap !

ISTERI SUWELO
Saya setuju pendapat dokter Astowasis, bahwa orang-orang jompo itu dibunuh saja.

KEPALA DINAS KEAMANAN
Saya menolal pembunuhan !

SUWELO
Saya tidak setuju !

DOKTER ASTOWASIS
Harus ada pembunuhan !

SEKRETARIS PEMBINA KOTA
Stoooopppp !.............. Stop ! Saudara-saudara ini aneh. Perkara orang jompo yang lepas itu memang perkara yang gawat, tapi tidak akan selesai kalau saudara-saudara cuma bertengkar melulu. Saudara-saudara sekalian ini memang merasa orisinal kelahiran tabung, merasa sehat, sempurna, tidak punya kaitan langsung dengan orang-orang kompo yang melarikan diri, merasa bersih dirim bersih lingkungan, bukankah semestinya saudara-saudara ini bisa menghimbau para pelarian itu, menggiring mereka supaya kembali ke kompleks rumah jompo yang sudah disediakan pemerintah kota ? Bisa kan ? Tapi kalau saudara-saudara ini takut, lari, menghindar, menjauh bahkan berniat membunuh mereka, saya malah jadi curiga. Jangan-jangan saudara-saudara ini punya kaitan langsung dengan orang-orang jompo itu. Dengan demikian yang saudara takutkan bukan sekedar penyakit daripada orang-orang jompo yang konon bisa menular itu. Tapi yang saudara takutkan adalah hukum dan peraturan yang celakanya, justru saudara sendiri yang membuat. Edyan ! Saya kok curiga pada salah seorang dari saudara-saudara ini.

DOKTER ASTOWASIS
Bapak Sekretaris, jadi bapak menuduh saya ini bukan kelahiran tabung. Jadi saya ini anakdari orang jompo yang lepas itu ?

SEKRETARIS PEMBINA KOTA
Lho merasa ta ? Tapi bisa jadi lho itu. Sebab siapa tahu, niat saudara yang berapi-api untuk membasmi mereka itu, bukan disebabkan saudara takut ketularan penyakit, tapi semata-mata saudara ketakutan bahwa saudara ini tidak orisinal kelahiran tabung, betapapun bentuk suadara sudah bulat seperti tabung.

DOKTER ASTOWASIS
O, Sekretaris goblog ! Ngawur. Saya ini kelahiran tabung. Saya punya akte kelahiran tabung, punya karti identitas sebagai warga tabung.

SEKRETARIS PEMBINA KOTA
Sabar dokter. Tidak perlu main bukti. Sekarang ini akte kelahiran banyak yang palsu. Orang-orang non tabung bisa memesan akte, supaya bisa diakui syah sebagai warga kota. Apalagi saudara ini seorang dokter, gampang memanipulasi data.

DOKTER ASTOWASIS
Diancuk [29] ! Saya bisa membuktikan bahwa saya ini asli kelahiran tabung. Tapi kalau bapak Sekretaris ingin tahu siapa kira-kira bukan kelahiran tabung, saya bisa menunjukannya.

SEKRETARIS PEMBINA KOTA
Siapa ?

DOKTER ASTOWASIS
Ada.

SEKRETARIS PEMBINA KOTA
Siapa ?

DOKTER ASTOWASIS
Orang yang bukan kelahiran tabung adalah orang yang menolak perintah paduka.

SEKRETARIS PEMBINA KOTA
Maksudnya mereka yang tidak mau membunuh ? Njuk [30] siapa ?

DOKTER ASTOWASIS
Ada. Sebab siapa tahu salah seorang jompo yang lepas itu adalah orang tuanya sendiri. Bagaimana ? Mau bukti ? (Lalu menunjuk kepada Kepala Dinas Keamanan dari belakangnya)

KEPALA DINAS KEAMANAN
Keparat, dokter ! Jaga mulutmu !

DOKTER ASTOWASIS
Lho kalau tidak lalu apa ? Atau bapak Kepala Dinas Keamanan ingin menggunakan orang jompo itu untuk menggulingkan kedudukan paduka Pembina Kota ?

KEPALA DINAS KEAMANAN
Sekalipun saya ini punya pasukan satuan tugas keamanan, tapi saya tidak punya niat sekotor itu. Akan saya buktikan. Sekarang juga saya akan menemui paduka Pembina Kota, saya mau berhenti dari Dinas Keamanan. (Langsung beranjak pergi dari tempat itu)

SUWELO
Dokter, ternyata kamu main tuduh itu cuma untuk menutupi kelicikan dokter sendiri ?

DOKTER ASTOWASIS
O, edan ! Bapak Suwelo berlagak seperti itu, sebenarnya juga mau menutupi kebrengsekan bapak sendiri kan ?

SUWELO
Apa ?

DOKTER ASTOWASIS
Ternyata isteri bapak Suwelo itu bukan kelahiran tabung !

ISTERI SUWELO
(Kepada dokter Astowasis) O...... kadal !

DOKTER ASTOWASIS
Lho kalau memang kadal, apa urusan saya dengan nyonya ?

SEKRETARIS PEMBINA KOTA
Dokter, akui sendiri dulu sebelum menuduh orang lain.

DOKTER ASTOWASIS
Bapak Sekretaris, jangan sembarang omong. Kamu bikin teks pidato, yang dibacakan bapak Pembina Kota, karena kamu juga ingin menutupi kebrengsekanmu sendiri. Bahwa sebenarnya kamu juga bukan asli kelahiran tabung. Dan kamu diam-diam juga ingin menjatuhkan kedudukan paduka Pembina Kota. Benar apa benar ?

SEKRETARIS PEMBINA KOTA
nDobleh [31] ! Saya orisinil kelahiran tabung. Saya bisa membuktikan. Sekarang saya akan menghadap paduka Pembina Kota. Tapi sebelumnya dokter juga harus membuktikan, apakah dokter ini termasuk manusia konvensional atau orisinil kelahiran tabung ?! (Langsung beranjak pergi bergegas meninggalkan tempat itu)

ISTERI SUWELO
Dokter ! Sebaiknya kamu juga minta berhenti !

DOKTER ASTOWASIS
Baik ! Saya juga akan menghadap bapak Pembina Kota ! (Langsung beranjak pergi)

Suwelo dan isterinya juga pergi meninggalkan tempat itu dengan bergegas menuju ke arah lain. Tegang.


LIMA

Jembatan di dekat Balai Kota.
Suwuk, Gerong dan Seseg muncul, berlarian mendekati mendekati kolong bawah jembatan itu dengan ketakutan. Mereka bersumbunyi dengan memanggul karung bawaan mereka yang besar. Gelap di sekeliling tempat itu membantu banyak mereka bersembunyi.
Di teras dan halaman Balai Kota, Suwelo dan isterinya melintas bergegas melintas sambil bertengkar dengan sama-sama marahnya, sama-sama keras kepala, sekalipun sudah berusaha menahan marah.

SUWELO
Sebaiknya kamu juga minta berhenti sebagai isteriku.

ISTERI SUWELO
Apa kamu bilang ?

SUWELO
Semua ini gara-gara kamu. Keberanianmu berbuat tidak sopan di pertemuan bersama paduka Pembina Kota tadi membuat kedudukanku terancam. Sekarang ditambah rumah jompo ditutup. Kamu tega membuat suamimu sendiri celaka. Isteri mana setega itu kepada suaminya kalau bukan kamu.

ISTERI SUWELO
Kita hidup berumah tangga selama bertahun-tahun. Jatuh bangun kita lalui, kita rasakan bersama, kenapa kamu menuduhku membuat kamu celaka ?

SUWELO
Sebab kamu terlalu mendesak paduka dengan pertanyaan soal orang jompo yang lepas itu. Paduka menjadi terpengaruh. Padahal paduka seharusnya memberi keputusan berdasarkan pada apa yang dibacanya di dalam teks pidato. Kenyataannya paduka justru mengeluarkan perintahnya sendiri, menutup rumah jompo dan membunuh orang-orang jompo yang lepas itu. Ini gara-gara kamu. Kurang ajar ! Aku tidak menyangka kamu punya pikiran soal pembunuhan.

ISTERI SUWELO
Aku cuma ingin menunjukkkan sebagai isteri yang baik dari suami manusia unggul. Lain tidak.

SUWELO
Tapi kalau orang jompo itu lenyap, akibatnya hidupku juga lenyap. Habis. Aku mesti hidup dari mana ? Aku mau makan apa ? Kamu itu memang pembunuh suamimu sendiri.

ISTERI SUWELO
(Berpikir sejenak lalu bicara kembali) Sebenarnya aku tidak menghendaki pembunuhan.

SUWELO
Kamu tidak berniat membunuh ? Lalu kamu tadi bicara apa ? Gila ! Mulutmu itu memang sulit dipercaya.

ISTERI SUWELO
Aku takut. Aku sebenarnya sedang hamil. Aku tidak ingin orang-orang tahu dan membuangmu ke rumah jompo. Aku tidak ingin mereka menghukummu sebagai pengkhianat.

SUWELO
Dengar ! Kita melakukan hubungan seksual langsung, karena aku cuma ingin memenuhi keinginanmu sebagai manusia konvensional. Kamu minta, saya beri. Jadi apa salahku ? Kalau pikiranmu masih sehat kenapa tidak kamu lenyapkan saja kandunganmu itu ketimbang kamu berniat membunuh orang jompo.

ISTERI SUWELO
Melenyapkan kandungan atau tidak sama saja. Orang tetap akan tahu. Percuma ! Lihat suamiku, aku wanita. Kodratku menjadi ibu dari anak-anakku.

SUWELO
O. Subversif !

ISTERI SUWELO
Selama ini kamu memang beristeri wanita subsversif. Aku bukan kelahiran tabung, aku hamil, aku bersedia dibuang di rumah jompo. Tapi kamu ? Aku tidak rela kamu dibuang, dihukum, dicincang sebagai pengkhianat Jaman Baru.

SUWELO
Tidak ! Aku tidak akan ke rumah jompo. Kalau kamu dibuang itu karena kamu bukan kelahiran tabung dan sengaja melawan Undang-Undang Kota. Dan itu bukan kesalahanku. Tidak ! Tempatku bukan di rumah jompo ! Tidak ! (Pergi dari tempat itu meninggalkan isterinya)

Isteri Suwelo tergolek sendirian. Ia menyuarakan suara hatinya.


ISTERI SUWELO
(Menyanyikan suara hatinya)
Anak jaman merancang harapan
Tapi jiwa retak di abad depan
Hilang masa silam
Kerna bapak peradaban menggulung kenangan

Adakah sisa nurani
Membela harga diri ?
Anak jaman biarkan gelombang berlagu
Agar membantu hasrat pribadi
Agar langkah simpang berhenti

Dari kolong jembatan.
Orang-orang jompo : Gerong, Suwuk dan Seseg muncul keluar dari kolong jembatan, melihatr sekelilingnya dengan hati-hati. Tapi Gerong terhenyak kaget.


GERONG
Suwuk ! Bagaimana ini ? Kok kita kembali ke tempat semula ?

SUWUK
Memang. Ke mana saja kita pergi akhirnya sampai di sini juga, Gerongt. Maklumlah, soalnya panggungnya ya cuma ini.

GERONG
Beban hidupku semakin berat. Pikiranku tambah kalut. Rasanya aku kepingin mati. Tapi aku rindu pada anakku. Aku ingin ketemu anakku. Inilah beban hidupku. Bagaimana Suwuk, apa kamu bisa menolongku ? Membentuku melepaskan beban hidupku ini ?

SUWUK
Saya pikir, untuk melepaskan beban hidup kita tidak perlu menunggu sampai kita ketemu anak-anak kita. Saat inipun kita bisa melepaskan beban hidup kita itu.

GERONG
Benar Suwuk ? Jangan menipu aku. Jangan membuat aku tambah gelisah.

SUWUK
Untuk melepaskan beban hidup itu kan ? Gampang. Diletakkan saja.(Lalu meletakkan karung yang digendongnya ke tanah dengan ringan. Gerong juga meletakkan karungnya, diikuti Seseg)

Gerong, Suwuk dan Seseg lalu duduk di atas karung mereka masing-masing.


GERONG
(Sambil tertawa) Iya ya ? Ternyata jadi ringan. Terima kasih Suwuk. Terima kasih. Tapi kenapa beban ini masih terbawa juga ?

SUWUK
Iya memang. Tapi tidak di punggung. Jadi bebab hidup tidak berat.

Dengan duduk di atas karung-karung itu, ketiga orang Jompo itu bicara sambil seolah-olah mendayung kapal menggunakan tongkat mereka.


GERONG
Suwuk, aku mulai ragu-ragu, di mana aku mesti mencari anakku ? Sebab semua tempat, semua rumah yang kita lihat tampaknya sama. Semua serba seragam.

SUWUK
Tidak, Gerong. Tidak sama. Cuma mata kita yang melihatnya seolah-olah sama. Sebab mata kita sudah tua. Sudah terlalu tua.

GERONG
Kalau begitu mata kita sudah tidak berguna lagi ?

SUWUK
Bukan begitu. Mata kita ini masih bisa kita pakai untuk melihat perbedaan hati nurani. Ebab hati nurani itu tidak gampang berubah, seperti bangunan yang berubah bentuknya setiap jaman.

GERONG
Kalau begitu, apakah hati nurani anak-anak kita juga tidak gampang berubah ?

SUWUK
Kalau mereka masih merasa pernah kita lahirkan, kita masih bisa mengenal hati nurani anak-anak kita. Tapi tidak tahulah, kita belum ketemu anak-anak kita. Aku takut pikiranku soal hati nurani keliru.

GERONG
Aku juga takut anak-anak kita akan keliru melihatku.

SUWUK
Kok kamu takut sama anak-anakmu sendiri ?

GERONG
Ya, sebab kalau nanti aku bisa ketemu anakku, mereka pasti akan memanggilku……. “Hei, orang jompo nomer 78”. Aku tidak suka itu ! Aku bosan ! Jengkel aku. Aku muak pada nomer. (Melepas atribut jomponya, dibantingnya dan membuangnya dengan marah)

SUWUK
Lumayan itu. Seburuk-buruknya anak kita, sekejam-kejamnya mereka. Masih untung mereka memanggil kita dengan sebutan itu, “hei orang jompo nomer 78”. Coba bagaimana kalau yang memanggil anak yang….. prok, prok, prok, prok ! Kemudian….. dor….. dor…. dor…. dor !........

Tiba-tiba isteri Suwelo kembali menyuarakan isi hatinya yang takut, gelisah dan panik.

ISTERI SUWELO
(Menyanyikan suara hatinya)
Anak jaman merancang harapan
Tapi jiwa retak di abad depan
Hilang masa silam
Kerna bapak peradaban menggulung kenangan

Adakah sisa nurani
Membela harga diri ?
Anak jaman biarkan gelombang berlagu
Agar membantu hasrat pribadi
Agar langkah simpang berhenti

Gerong, Suwuk dan Seseg langsung terhenyak dan terpana mendengar suara nyanyian isteri Suwelo, Mereka lalu mencari sumber suara datangnya nyayian itu.

GERONG
Suwuk, aku mendengar suara. Aku naik ke atas bukit itu, selamat tinggal, Suwuk.

SUWUK
Selamat jalan, Gerong.

Gerong mendaki bukit itu dan setibanya di atas bukit, ia melihat isteru Suwelo di bawah, di halaman Balai Kota. Gerong rindu pada suara itu, ia merasa bertemu dengan anaknya.

GERONG
Oh my God ! It’s wonderful. Great [32] ! Hei, Suwuk ! Aku sudah bertemu anakku. Tuhan Maha Adil, mempertemukan aku dengan anakku.

Suwuk beranjak dan menaiki bukit itu, mendekati Gerong, bersama-sama memandang isteri Suwelo di bawah mereka. Seseg menunggu di bawah.

GERONG
Lihatlah, Suwuk, di bawah sana itu, di dekat kolam itu, di halaman samping kantor itu, ada wanita yang lagi duduk. Itu pasti anakku.

SUWUK
Kamu yakin dia itu pasti anakmu ?

GERONG
Yakin. Yakin sekali.

Isteri Suwelo menyahut dalam lengkingan kegelisahan.

ISTERI SUWELO
Aku bukan anakmu !

SUWUK
Mampus kamu ! Kamu itu selalu nekad kok. GR. Gegedhen Rumangsa [33]. Siapa saja kamu anggap anakmu. Setiap orang yang kamu temui kamu anggap anakmu, petugas keamanan anakmu, pilot helikopter anakmu. Berapa ta anakmu itu ? Kamu ini sudah terlalu lama di rumah jompo.

GERONG
Tidak. Aku yakin, wanita itu anakku.
(Turun dari bukit dan mendekati isteri Suwelo, perlahan-lahan dan hati-hati, tapi penuh kerinduan)
Hei, kamu yang duduk di situ. Kamu anakku. Mendekatlah ke sini, biar aku kenali kembali darah dagingku. Ke mari.

ISTERI SUWELO
(Mundur ketakutan) Aku tidak mengenalmu. Aku bukan anakmu. Aku kelahiran tabung

GERONG
Tidak ! Kamu pasti anakku. Aku tidak lupa suaramu. Aku tidak lupa baumu. Suaramu bukan suara anak kelahiran tabung. Kenapa kamu menghindar dari bapakmu sendiri ? Lihat ke mari ! Kamu tentu kenal tanganku yang sudah keriput ini, tapi dulu tanganku kuat, dulu tanganku kukuh untuk mendekap tubuhmu yang mungil.

ISTERI SUWELO
Aku tidak kenal tanganmu. Aku tidak tahu siapa kamu. Kamu bukan bapakku. Bukan !

GERONG
Kamu Cuma pangling [34], nak. Bertahun-tahun kita tidak pernah jumpa. Wajar kalau kamu kaget melihat bapakmu. Tapi diam-diam kamu mengenalku.

SUWUK
Hei, Gerong ! Sudahlah, waktu kita sangat pendek. Ayo, cepat pergi !

GERONG
Tidak ada artinya, Suwuk. Pertemuanku dengan anakku ini lebih berharga ketimbang nyawaku.

Sayup-sayup dari jauh terdengar bsuara derap langkah para petugas keamanan yang berbaris menuju ke tempat itu. Tapi Gerong tidak mempedulikannya dan terus mendesak isteri Suwelo.

GERONG
(Kepada isteri Suwelo) Lihatlah, nak. Aku tidak takut mati untuk bisa ketemu kami. Sebab kalau aku mati, aku benar, bahwa aku punya anak. Mendekatlah ke sini. Sebab bagaimanapun akhirnya aku bakal mati.

SUWUK
Gerong ! Ini bahaya ! Gawat ! Petugas keamanan itu mendekat ke sini. Gerong ! Ayo, lari ! Gerong !

Suara derap langkah para petugas keamanan makin dekat. Isteri Suwelo pun mulai panik, makin takut pada Gerong. Tapi Gerong tidak mempedulikannya.

ISTERI SUWELO
Oh, Tuhan ! Kesalahan apa yang kutanggung ini. Kesalahan apa yang kutanggung ?

GERONG
(Makin mendekati isteri Suwelo) O, kamu sudah mengenalku, nak. Kamu sudah mengenalku, bahwa aku bapakmu. Kamu tidak salah. Tidak ada yang salah untuk anak-anakku. Ke sini, anakku.

SUWUK
Gila kamu Gerong ! Mereka sudah dekat.

GERONG
(Makin mendekati isteri Suwelo) Pandanglah aku, nak. Pandanglah. Aku ini orang yang pernah dekat denganmu. Aku ini bapakmu.

ISTERI SUWELO
(Memandang Gerong dengan ragu-ragu) Apa saya tidak salah ?

GERONG
O, tidak. Jelas tidak. Kenapa salah ? Hukum mana yang melarang anak bertemu bapaknya ? Hukum mana itu ?

Gerong perlahan hendak memeluk isteri Suwelo, tapi isteri Suwelo masih ragu-reagu dan agak menghindar. Suara derap langkah para Petugas Keamanan itu makin mendekat.

GERONG
Lho kenapa takut, nak ? Aku saja tidak takut selama bertahun-tahun untuk bisa ketemu kamu. Ayolah, nak. Hati kecilmu sebenarnya tidak takut. Kamu cuma belum mau menunjukkannya kepadaku. Sekarang tunjukkan, nak. Tunjukkan.

Isteri Suwelo meledak menangis. Suara derap langkah para Petugas Keamanan semakin dekat sekali.


SUWUK
Gerong, lihat mereka ! Lihat mereka ! Para Petugas Keamanan sudah tampak. Ayo berlindung. Gerong ! Ayo cepat bersembunyi ! Gerong !

GERONG
Tunjukkan, nak. Yakinkan bahwa kamu bukan anakku yang cengeng. Tunjukkan, nak !

Isteri Suwelo lalu lari dengan berteriak menangis histeris ketakutan.

ISTERI SUWELO
Tidak ! Tidak ! Jangan ! Jangan ! (Berlalu dari tempat itu)

Kepala Dinas Keamanan muncul dan langsung mendodongkan pistolnya kepada Gerong yang berusaha mengejar isteri Suwelo.

KEPALA DINAS KEAMANAN
Berhenti ! Berhenti ! Tangan di atas !

Gerong berhenti, mengangkat kedua tangannya dengan ketakutan sekali. Pada saat itu muncul Sekretaris Pembina Kota.


SEKRETARIS PEMBINA KOTA
Tembak di tempat, bapak Kepala Dinas Keamanan.

KEPALA DINAS KEAMANAN
Saya tidak bisa menembak orang yang sudah menyerah, bapak Sekretaris.

SEKRETARIS PEMBINA KOTA
Ini perintah !

KEPALA DINAS KEAMANAN
Saya mau menggiringnya ke Pusat Rehabilitasi Jompo, atau ke rumah jompo. Bukan membunuhnya.

SEKRETARIS PEMBINA KOTA
Apa bapak Kepala Dinas Keamanan mau melawan perintah ?

KEPALA DINAS KEMANANAN
Saya akan melaksanakan perintah membunuh kalau orang jompo ini melawan saya.

SEKRETARIS PEMBINA KOTA
Saudara tahu apa yang bakal terjadi bagi para pembakang ?

KEPALA DINAS KEAMANAN
Saya tahu kuajiban saya. Saya masih bertanggung jawab pada keamanan kota. Lagi pula, apakah saya melakukan pembangkangan ? Melakukan desersi ?

Sekretaris Pembina Kota mengeluarkan pistolnya lalu menodongkan tepat ke arah jidat Kepala Dinas Keamanan. Tapi Kepala Dinas Keamanan justru memandang Sekretaris Pembina Kota dengan tenang namun tajam.

SEKRETARIS PEMBINA KOTA
Bunuh orang jompo itu ! Atau jidat saudara akan berantakan oleh peluru ini !

KEPALA DINAS KEAMANAN
Tembak saja ! Setidaknya saya akan mati bukan sebagai pembunuh.

Sekretaris Pembina Kota menarik picu pistolnya tapi tidak menembakkannya ke jidat Kepala Dinas Keamanan, melainkan tiba-tiba berubah arah, mengarahkan pistolnya ke tubuh Gerong. Terdengar ketusan pistol dua kali. Gerong langsung roboh tanpa bergerak lagi. Gerong tewas.


KEPALA DINAS KEAMANAN
Bapak membunuhnya ?

SEKRETARIS PEMBINA KOTA
(Dingin) Ya. Seperti yang saudara lihat sendiri. Kota ini mesti bersih dari orang jompo yang lepas.

KEPALA DINAS KEAMANAN
Tapi bapak tidak menganjurkan pembunuhan untuk mengatasi maslaah orang jompo yang lepas itu. Bapak justru menganjurkan keprihatinan serentak bagi warga bagi masalah itu. Paling tidak bapak menuliskan sikap bapak itu dalam teks pidato yang dibacarakan paduka Pembina Kota.

SEKRETARIS PEMBINA KOTA
Ya, memang. Tapi yang dibutuhkan kota ini seorang pembina kota yang tegas, dengan akal sehat yang sempurna, dengan kekuatan murni kelahiran tabung. Bukan seorang pembina kota yang cuma bisa beramat tamah dengan penuh basa-basi.

KEPALA DINAS KEAMANAN
Saya sudah mgira sejak awal.

SEKRETARIS PEMBINA KOTA
Kota ini mesti bersih, dan saya cukup bersih untuk membina sejauh Jaman Baru menghendaki saya.

Sekretaris Pembina Kota lalu pergi dari tempat itu, meninggalkan Gerong Kepala Dinas Keamanan, yangmemandang kepergiannya dengan ternganga, tak bisa mengerti.

Dari kegelapan muncul isteri Suwelo.


ISTERI SUWELO
Dia sudah membunuh orang jompo itu. Kenapa bapak Kepala Dinas Keamanan ?

KEPALA DINAS KEAMANAN
Jangan bertanya saya, nyonya.

ISTERI SUWELO
Tapi kenapa mesti dibunuh ?

KEPALA DINAS KEAMANAN
Bukankah nyonya setuju pembunuhan ?

ISTERI SUWELO
(Sambil menunjuk mayat Gerong) Orang jompo ini bapakku.

KEPALA DINAS KEAMANAN
Di Jaman Baru ini tidak ada bapak, tidak ada anak, nyonya.

ISTERI SUWELO
Tapi bukankah bapak Kepala Dinas Keamanan tidak setuju pembunuhan ?

KEPALA DINAS KEAMANAN
Suara saya kalah oleh peluru, nyonya.

ISTERI SUWELO
Suara saya juga kalah oleh suara hati nurani saya.

KEPALA DINAS KEAMANAN
Sesudah terjadi pembunuhan, kok kata-kata nyonya jadi aneh ?

ISTERI SUWELO
Saya bukan kelahiran tabung.

KEPALA DINAS KEAMANAN
Tidak ada bedanya, nyonya. Sebab di Jaman Baru ini kita sama-sama berani membunuh,tapi juga sama-sama takut mati.

ISTERI SUWELO
Saya setuju pembunuhan demi suami saya, supaya dia tidak dibuang. Tidak dianggap pengkhianat Jaman Baru.

KEPALA DINAS KEAMANAN
Kalau kita taat pada peraturan yang kita ciptakan sendiri, seharusnya kita juga takut pada apa yang bakal terjadi, kalau semua kelahiran manusia ditabungkan.

ISTERI SUWELO
Apakah bapak juga kelahiran tabung ?

KEPALA DINAS KEAMANAN
Ya.

ISTERI SUWELO
Kalau begitu, tangkaplah saya. Buanglah saya ke rumah jompo.Saya sudah siap.

Tiba-tiba terdengar suara teriakan Sekretaris Pembina Kota dari kejauhan.

SEKRETARIS PEMBINA KOTA
Ayo kita kejar terus orang-orang jompo itu ! Ayo !

Kepala Dinas Keamanan lalu pergi, bergegas meninggalkan tempat itu, memenuhi panggilan Sekretaris Pembina Kota. Isteri Suwelo panik dan ketakutan mendengar suara itu, segera kemudian beranjak pergi. Mayat Gerong tetap tergeletak di tempat itu. Sesaat kemudian Suwuk muncul dari kegelapan.


SUWUK
Gerooooong !......... Gerooooong !........ Di mana kamu, Gerooooong !........(Terhenyak saat dilihatnya mayat Gerong di dekatnya) Nah betul kan ? Mati ta kamu. Apa yang saya bilang tadi ? (Jongkok di samping mayat Gerong, mengambil nomer identitasnya dan memeriksa mayat itu) Oallaaahhhh...... ini jaman apa ? Orang-orangnya serba aneh. Bikin peraturannya juga aneh. Orang tua mau ketemu anaknya kok mesti harus mati dulu. Hubungan kontak seksual sebadan dilarang. Apa ya kuat ? Baiklah, Gerong, aku akan mengikuti jejakmu. Aku akan mencari dan menemui anakku.Aku rindu sekali, sekalipun aku harusmati seperti kamu.

Berdiri sambil pergi meninggalkan mayat Gerong. Ia berjalan sambil menyuarakan suara hatinya.

SUWUK
(Menyuarakan suara hatinya)
Duh simak, duh si ramak, anakku ana ngendi ?.....[35]
Duh simak, duh si ramak, anakku ana ngendi ?.....
Duh simak, duh si ramak, anakku ana ngendi ?.....

Suwuk terus berjalan sambil memanggul karung di punggungnya dan menyuarakan suara hatinya di sepanjang perjalanan itu.



ENAM

Ruang depan tempat tempat tinggal Pembina Kota.
Paduka Pembina Kota sedang bersitegang dengan isterinya. Keduanya sama-sama ngotot, saling merasa benar sendiri dan mendesak-desak, tampa mempedulikan sekitarnya lagi. Pembina Kota mondar-mandir gelisah. Isteri Pembian Kota semakin emosional dan marah.

ISTERI PEMBINA KOTA
Tidak ! Ada pembunuhan atau tidak ada, semuanya tidak akan merubah kegagalan hidup kita. Tidak !

PEMBINA KOTA
Cukup ! Aku sudah tahu. Tidak perlu diteruskan lagi.

ISTERI PEMBINA KOTA
Tidak bisa. Kamu kira kalau kamu sudah tahu lalu masalahnya selesai ? Aku ini hamil. Kamu anggap masalahku ini gampang diselesaikan ?

PEMBINA KOTA
Dokter bisa menghilangkan kehamilanmu itu. Selesai. Apalagi ? Atau kamu ingin membuat persoalan ini panjang ? Sehingga akan kelihatan seperti masalah nasional yang serius ?

ISTERI PEMBINA KOTA
Tapi bagaimana ? Dokter itu akan mencium ketidak beresan kita, Dokter itu akan tahu bahwa aku ini ternyata berhubungan kontak seksual sebadan dengan kamu. Bahwa aku ini, isteri pimpinan kota, ternyata sama seperti orang jompo. Dengar, menggugurkan kandungan atau tidak sama saja. Akhirnya semua orang bakal tahu. Tidak Cuma dokter itu. Masalah hukum di jaman baru yang selama ini kita langgar.

PEMBINA KOTA
Tapi hukum macam apa yang selama ini sudah menghilangkan hubungan kontak seksual sebadan secara langsung sebagai dasar keberlangsungan hidup manusia secara azasi untuk menghasilkan keturunan ?

ISTERI PEMBINA KOTA
Jangan mencari pembenaran dengan membuat model seperti itu hanya ingin menutupi kesalahan yang sudah kita lakukan.

PEMBINA KOTA
Bersenggama dan menyebabkan hamil itu sangat manusiawi.

ISTERI PEMBINA KOTA
Kamui ingin kesalahan kita ini jadi sah ?

PEMBINA KOTA
Tapi nyatanya kita bisa menghindar dari kebutuhan naluri dasar itu. Buktinya kita sendiri. Juga mungkin orang lain yang tinggal di kota ini.

ISTERI PEMBINA KOTA
Tapi juga termasuk yang membuat hukum dan peraturan di jaman baru ini. Sekarang kita melanggarnya.

PEMBINA KOTA
Jangan bikin persoalan baru !

ISTERI PEMBINA KOTA
Ini bukan persoalan baru ! Kita sudah melakukan skandal besar. Hukumnya dibuang ke rumah jompo. Kamu tahu, di hadapan hukum di jaman baru ini, tidak ada pengecualian.

PEMBINA KOTA
Tapi ada hakim dan pengacara yang bisa menolong kita.

ISTERI PEMBINA KOTA
Kita bisa membuat peraturan dan hukum, kenapa kita takut pada hukum dan peraturan yang kita ciptakan sendiri ?

PEMBINA KOTA
Diam !

ISTERI PEMBINA KOTA
Kita bisa diam. Tapi hukum tidak bisa diam.

PEMBINA KOTA
Sekarang maumu apa ?

ISTERI PEMBINA KOTA
Kita sekarang ke rumah jompo, sebelum orang-orang tahu dan mengarak kita ke rumah jompo.

PEMBINA KOTA
Tidak ! Aku tidak akan ke rumah jompo. Tidak !

ISTERI PEMBINA KOTA
Kita sudah gagal. Lebih tersiksa di rumah jompo ketimbang diarak keliling kota seperti maling tertangkap.

PEMBINA KOTA
Tidak ! Rumahku tidak di rumah jompo !

Isteri Pembina Kota langsung beranjak pergi dengan meledak marah dan kecewa. Pembina Kota memandang kepergian isterinya dengan frustrasi. Saat itu Suwuk muncul, berjalan tertatih sambil memanggul karungnya, masuk ke ruang itu, mendekati Pembina Kota dan merasa sebagai anaknya. Pembina Kota makin ketakutan dan panik.

SUWUK
(Menyuarakan suara hatinya)
Duh simak, duh si ramak, anakku ana ngendi ?.....
Duh simak, duh si ramak, anakku ana ngendi ?.....
Duh simak, duh si ramak, anakku ana ngendi ?.....
Tahu, di mana anakku ?

PEMBINA KOTA
Hus ! Pergi, pergi, pergi kamu ! Kamu pasti orang jompo yang lepas itu. Jangan mendekat. Anakmu tidak ada di sini.

SUWUK
Saya orang jompo nomer 42. Selama berhari-hari saya menyusuri kota ini, bersembunyi menyelinap-nyelinap, saya bahkan kehilangan teman baik saya. Gerong namanya. Sekarang aku mencari anakku.

PEMBINA KOTA
(Mundur dengan makin ketakutan) Jangan mendekat ! Anakmu tidak ada di sini. Sekarang pergi, pergi kamu !

SUWUK
(Tertawa menakutkan) Saya tidak akan pergi kisanak. Saya sudah menemuka anakku. Aku kenal suaramu. Aku sudah mengenal kembali suaramu. Sejak kamu masih kecil, sejak kita berpisah, aju sudah mengenal suaramu. Dan ini tadi suaramu. Oh, Tuhan iru maha adil, mempertemukan aku dengan anakku. Ke mari, nak. Aku rindu. Aku sudah rindu sekali. Ke mari, biar aku pegang wajahmu, biar kuraba rambutmu. Ke mari anakku.

PEMBINA KOTA
(Menjauh dengan ketakutan) Pergi ! Pergi ! Aku bukan anakmu. Jangan mendekat. Pergi ! Pergi yang jauh !

SUWUK
Oh ! Aku sudah rindu. Sudah lama aku ingin memelukmu, menyentuhmu. Ke sini, nak. Ke sini, nak.

Pembina Kota berhenti karena mentok di dinding, terpepet tidak bisa apa-apa lagi. Suwuk terus berjalan mendekatinya. Pembina kota pasrah, tapi kini berusaha mengendalikan diri.

SUWUK
Dulu kamu selalu bangga dengan bapakmu ini. Kamu bilang tubuhku kuat. Tembangku bagus. Oh, mendekatlah ke sini, nak. Aku rindu, nak.

Pembina Kota tersenyum memandang Suwuk di depannya. Suwuk terus mendekatinya sambil merentangkan kedua tangannya seperti hendak memeluk Pembina Kota. Tapi sebelum benar-benar Suwuk memeluknya, Pembina Kota diam-diam mencabut pistolnya, cepat sekali dan mengarahkan ke tubuh orang jompo itu.
Pembina Kota segera menembakkan pistolnya dan tepat menghantam badan Suwuk. Suwuk terpental dan roboh ke lantai. Tewas. Dari balik pintu muncul isteri Pembina Kota dan Kepala Dinas Keamanan.


KEPALA DINAS KEAMANAN
(Kaget melihat Suwuk tewas dan memandang Pembina Kota) Paduka ? Paduka membunuhnya ?

PEMBINA KOTA
Kenapa kamu ke mari ? Ada sesuatu yang penting, bapak Kepala Dinas Keamanan ?

KEPALA DINAS KEAMANAN
Saya ingin mengundurkan diri dari jabatan dan pekerjaan saya.

PEMBINA KOTA
Mengundurkan diri ?Saudara ini masih saya butuhkan. Apa saudara tidak menyadari ?

KEPALA DINAS KEAMANAN
Terima kasih paduka. Tapi saya merasa sudah tidak mampu lagi memenuhi perintah paduka Pembina Kota.

PEMBINA KOTA
Tapi karir saudara meningkat terus. Apa saudara tidak menyadari, bahwa saudara iuni dicintai dan dibutuhkan warga kota ? Kenapa sekarang dengan gampang saudara mengakhiri semuanya itu ?

KEPALA DINAS KEAMANAN
Saya ini prajurit. Saya tahu bagaimana mesti bertanggung jawab, ketika sudah tidak bisa lagi melaksanakan perintah atasan.

PEMBINA KOTA
(Marah, dingin) Saudara pikir, saya akan mengubah perintah saya ?

KEPALA DINAS KEMANAN
Sebagai prajurit di jaman baru ini ada dua pilihan ; melaksanakan tugas dan berhasil lalu naik pangkat, atau mengundurkan diri jika tidak bisa melaksanakan tugas. Dan saya memilih yang terakhir.

PEMBINA KOTA
Saya sedang mengusahakan anda untuk naik pangkat.

KEPALA DINAS KEMANAN
Saya ingin mengundurkan, paduka.

PEMBINA KOTA
Tapi apakah saudara tidak tahu, kita sedang mengalami krisis. Kenapa saudara justru memanfaatkan kesempatan untuk cuci tangan ?

KEPALA DINAS KEAMANAN
Saya sudah tidak sanggup melaksanakan tugas.

PEMBINA KOTA
Saudara tidak bertanggung jawab.

ISTERI PEMBINA KOTA
Dia bertanggung jawab.

PEMBINA KOTA
Ini urusanku. Diam kamu !

ISTERI PEMBINA KOTA
Biarkan dia pergi. Semua sudah gagal.

PEMBINA KOTA
Tidak !

ISTERI PEMBINA KOTA
Seorang jompo sudah kamu bunuh. Kita sudah melakukan skandal besar. Aku hamil. Kita harus ke rumah jompo.

KEPALA DINAS KEAMANAN
Ha ? Nyonya ? Paduka.......

PEMBINA KOTA
Tidak benar itu ! Aku tidak akan ke rumah jompo !

ISTERI PEMBINA KOTA
Lihat ! Orang jompo ini sudah kamu bunuh, hanya karena kamu takut ketahuan, bahwa sebenarnya kamu bukan kelahiran tabung.

KEPALA DINAS KEAMANAN
Paduka ?

ISTERI PEMBINA KOTA
Kita segera ke rumah jompo. Tidak ada gunanya. Bapak Kepala Dinas Keamanan sudah tahu siapa kita sesungguhnya.

PEMBINA KOTA
Tidak ! Aku tidak akan ke rumah jompo ! Tidak !

Pembina Kota masuk ke dalam dengan tangannya masih menggegam pistol. Tempat itu mendadak hening. Sepi. Isteri Pembina Kota dan Kepala Dinas Keamanan saling pandang. Tiba-tiba terdengar suara letusan pistol, menggema, disusul suara tubuh Pembina Kota roboh ke lantai. Pistol terlempar keluar, masuk ke ruangan itu. Isteri Pembina menjerit melihat pistol suaminya. Kepala Dinas Keamanan terperangah.



EPILOG

Bangsal di balai kota yang bersih dan anggun.
Sekretaris Pembina Kota masuh ke tempat itu. Wajahnya tampak benar-benar serius. Para wartawan, termasuk wartawan televisi, yang sudah menunggunya, segera mengejar, mengerumuninya dan mendesaknya dalam wawancara.

WARTAWAN 2
Bapak Sekretaris, apakah meninggalnya paduka Pembina Kota yang mendadak itu disebabkan oleh krisis yang melanda kota ini ?

WARTAWAN 1
Apakah ada hubungannya dengan peristiwa lolosnya orang jompo ?

WARTAWAN 4
Apakah paduka meninggal dunia dalam kaitannya dengan pengunduran diri bapak Kepala Dinas Keamanan ?

WARTAWAN 3
Saya dengar paduka meninggal dunia karena bunuh diri ?

WARTAWAN 5
Iya pak. Mohon dijelaskan, kenapa bunuh diri ?

WARTAWAN TELEVISI
Kami butuh informasi yang seimbang, pak.

SEKRETARIS PEMBINA KOTA
Saudara-saudara sekalian, memang terjadi kesalah pahaman informasi. Saya harap kalian sebagai wartawan yang baik di Jaman Baru yang unggul ini jangan mudah terpancing oleh isyu yang tidak benar dan kabar yang belum jelas sumbernya. Saudara-saudara, saya telah menyusun pengumuman resmi berkaitan dengan peristiwa yang tidak terduga itu. Paduka Pembina Kota telah meninggal dunia secara mendadak karena serangan penyakit jantung yang dideritanya sekembalinya dari meresmikan Gedung Perjuangan Pemuda Jaman Baru di jalan Kemenangan Raya. Paduka sudah cukup lama mengidap penyakit jantung. Jenasah almarhum Paduka Pembina Kota disemayamkan di Bangsal Balai Kota dan akan dimakamkan pada hari ini, 29 Januari 2095, pukul 14.00, di kuburan. Sudah cukup jelas  (Bersiap pergi dari tempat itu)

WARTAWAN 1
Bapak Sekretaris, bukankah Gedung Perjuangan Pemuda itu sudah diresmikan setengah tahun yang lalu oleh bapak Sekretaris ?

SEKRETARIS PEMBINA KOTA
Ini diresmikan lagi. (Sambil pergi dari tempat itu. Para wartawan mengejarnya)

WARTAWAN 4
Kami tidak tahu sejak kapan paduka mengidap penyakit jantung. Bukankah paduka bekas atlet ?

SEKRETARIS PEMBINA KOTA
(sambil berjalan pergi) Tidak ada komentar ! No comment ! No comment !

WARTAWAN 2
Lalu siapa yang akan menggantikan paduka ?

WARTAWAN 5
Ya, siapa Pembina Kota yang baru ?

SEKRETARIS PEMBINA KOTA
No comment ! No comment…….

PARA WARTAWAN
(Serentak bersama-sama, riuh) Siapa Pembina Kota yang baru…… Siapa Pembina Kota yang baru……. Siapa Pembina Kota yang baru…….

Sekretaris Pembina Kota berlalu meninggalkan tempat itu. Para wartawan masih terus mengejarnya, mendesaknya dengan pertanyaan-pertanyaan riuh. Sesudah itu sepi.


Selesai 

Untuk mementaskan naskah ini silakan menghubungi penulis melalui email/facebook: herukm@yahoo.com

[1] Menyusutnya.
[2] Bahasa idiomatik, juga bahasa slank, dalam budaya Jawa yang artinya hubungan seksual.
[3] Tidak menurut, semaunya sendiri, cuek, acuh tak acuh.
[4] Tidak direkam, atau tidak ditulis sebagai berita atau tidak dibuat informasi bagi publik.
[5] Tidak ada komentar.
[6] Bahasa idiomatik dalam budaya Jawa yang artinya menjadi sosok yang sukses.
[7] Bicara yang tinggi-tinggi.
[8] Sehat.
[9] Gendheng, gila.
[10] Berduaan. Biasanya sebutan itu digunakan untuk menyebut suami isteri.
[11] Komunikasi selular langsung
[12] Pengendali manusia jarak jauh
[13] Aksen dalam bahasa Jawa yang berarti “bukankah”
[14] Aksen dalam bahasa Jawa yang berarti ”iya kan”
[15] Nah betul kan.
[16] Pusat Kesehatan Masyarakat.
[17] Pos Pelayan Terpadu.
[18] Asal muasal datangnya rejeki.
[19] Asal muasal datangnya kursi (jabatan)
[20] Semacam ikatan organisasi para isteri pejabat dan pegawai negeri di masa Orde Baru.
[21] Penghargaan untuk tata kehidupan utama.
[22] Kacau, chaos, dalam situasi yang tidak menentu. Penuh dengan kekacauan.
[23] Terlalu lama.
[24] Selamat, selalu dalam lindungan keselamatan.
[25] Adapun.
[26] Bagaimana ini ?
[27] Sedikit-sedikit.
[28] Sejenis umpatan dalam budaya Jawa yang sudah menjadi bahasa idiom. Arti yang sesungguhnya adalah jenis minuman khas dan terkenal dari Yogyakarta atau Jawa Tengah. Dibuat dari air panas yang diberi gula merah, santan kelapa, jahe, susu, iris-irisan kelapa muda dan roti tawar. Gurik, segar, nikmat sekali.
[29] Jenis umpatan, berasal dari daerah kultural Jawa Timur.
[30] Lalu, kemudian.
[31] Jenis umpatan dalam idiom budaya Jawa. Arti sesungguhnya adalah bentuk bibir bawah yang terlalu tebal atau terlalu panjang sehingga menjuntai ke bawah.
[32] Oh Tuhan ! Indah sekali. Hebat.
[33] Percaya dirinya terlampau besar. Terlalu yakin pada diri sendiri. Over confident.
[34] Antara mengenali dan tidak mengenali, karena jarang atau tidak pernah ketemu lagi.
[35] Aduh ibu, aduh bapak, anakku ada di mana ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar