Senin, 23 Januari 2023

RUMAH TANGGA - H. Adjim Arijadi



Ruang tamu sebuah rumah dari keluarga berada.

Ada seperangkat korsi tamu, meja telepon terletak disudut ruang agak belakang. Muncul seorang ibu dengan tampang seorang pengusaha dengan menjinjing tas kerja. Ketika ia berada dimuara pintu depan ia terhenti, kemudian menoleh pada sebuah photo 8R yang terletak di meja telepon. Diamblnya photo itu, kemudian dilapnya kaca dan bingkai yang berdebu tersebut. Kemudian ia taruh kembali setelah dipandangnya dengan penuh perasaan. Photo itu ialah photo suaminya. Kemudian dia panggil pembantunya yang mungkin sedang kerja didapur.


Ibu :
Sum! Suuum! Sumi!

Sumi :
(Di dalam)Ya, nyonya….(muncul) ada apa nyonya?

Ibu :
Kamu sedang apa?

Sumi :
Ya, biasa nyonya

Ibu :
Dan ini (setelah mengambil uang lalu menyerahkannya kepada sumi) untuk berbelanja. Coba kau sebutkan menu hari ini

Sumi :
Hari ini, hari…WADUH . hari ini hari bermacam selera

Ibu :
Apa saja. Apa cukup uang itu?

Sumi :
Sebentar. Untuk Halidah yang sekarang masih sibuk dikampus, memilih menu…..(SEBUT SENDIRI) Si Rawiyah yang sedang belajar di kelas SMA, menuntut menu….(Sebut Sendiri) Dan bapak lebih berselera makannya, bila dimasakkan lauk….(Sebut Sendiri) buat ibu sendiri.

Ibu :
Aku tidak usah kau pikirkan, aku akan makan diluar

Sumi :
Sedang buat saya?

Ibu :
Beli saja tahu, tempe, petei dan kangkung

Sumi :
Kenapa petei Nya?

Ibu :
Kan baik untuk orang yang sulit tidur

Sumi :
lantas kalau bapak datang, dan menunggu ibu mau makan bersama, bagaimana Nya?

Ibu :
Makanya kuminta agar bapak meneleponku, bila bapak pulang dari kantornya.

Sumi :
Dan bila bapak tidak pulang?

Ibu :
Apa yang kamu pusingkan? Apakah bapak pulang atau tidak, yang penting harus kamu siapkan makan buat bapak.

Sumi :
Kalau bapak tidak pulang. Berarti dua orang yang tidak akan makan di rumah. Dan uang belanja hari ini, biar saya gunakan untuk beli ayam Kentucky.

Ibu :
Kok ayam kentucky? Buat siapa?

Sumi :
Ya, buat saya, Nya.

Ibu :
Tak suka tahu dan tempe? Tak mau makan dengan sayur petei dan kangkung?

Sumi :
Bukan tak mau Nya. Tapi, untuk peningkatan mutu

Ibu :
Tahu dengan mutu segala. Tahu, tempe, petei dan kangkung jauh lebih bermutu dibandingkan dengan ayam goreng Kentucky. Sudah, sana pergi ke pasar

Sumi :
Mana mungkin pergi sekarang Nya. Lantai dapur belum disikat, ruang tamu belum ditata rapi, cuci piring, cuci pakaian dan setrika, juga belum dibereskan. Belum lagi kamar tidur , kompor harus diservice, potong rumput, itu ini…… wadduh. Mana mungkin Nya. Kalau begini keadaannya, saya mohon berhenti Nya.

Ibu :
eeee…tidak keliru nih? Kamu ngomong apa?

Sumi :
Mohon berhenti Nya

Ibu :
Apa? Berhenti?

Sumi :
Ya, Nyonya

Ibu :
Kenapa bisa-bisa jadi begini sum. Semestinya kamu pakai tata cara yang benar. Majukan permohonan, paling tidak satu bulan sebelumnya. Jangan mendadak seperti ini. Kamu kan tahu, aku selalu sibuk. Dan kesibukanku justeru untuk membantu bapak dan mensejahterakan anak-anak, juga termasuk kamu. Kamu tiba-tiba mau berhenti. Kan menyusahkan ibu? Apakah karena gajihmu kurang memuaskan? Baik akan kuberi tambahan uang ekstra Rp. 15.000,- sebulan. Artinya gajihmu menjadi seratus lima ribu rupiah

Sumi :
Terimakasih Nynya. Tapi bukan itu yang menjadi sebab saya mau berhenti

Ibu :
lantas soal apa?

Sumi :
Soal kesempatan.

Ibu 
 Kesempatan? Kesempatan apa?

Sumi :
Menghibur diri. Nonton dibioskop misalnya .

Ibu :
Cuma itu? Boleh saja. Dan dengan tambahan uang lima belas ribu itu, kamu bisa menghiur diri entah mau nonton, entah piknik

Sumi :
Bukan itu saja Nya.

Ibu :
Kok, macam-macam. Apalagi?

Sumi :
Ikut arisan dan yasinan Nyonya

Ibu :
Wah, itu sangat bagus sekali. Ibu sangat setuju. Dan tolong juga, kau wakili ibu dalam kegiatan-kegiatan dikampung.

Sumi :
Oh, nyonya benar-benar baik

Ibu :
Apalagi?

Sumi :
Ada satu lagi, Nyonya….mengenai penampilan saya. Misalnya, baju, kerudung, kain, dan..perhiasan.

Ibu :
(MENARIK NAFAS PANJANG) sum, sum… penampilan segala… baiklah kalau memang itu maumu. Ibu akan berikan semua itu. Dan kamu boleh pilih pakaianku yang ada di lemari. Kamu boleh pilih, sesuai selera kamu

Sumi :
Nyonya benar-benar majikan yang menyenangkan

Ibu :
Sudah cukup?

Sumi :
lalu mengenai salon?

Ibu :
Buat apa?

Sumi :
Buat potong rambut dan cuci muka ( TAMPAK GENIT)

Ibu :
(MENGGELENGKAN KEPALA LALU TERSENYUM) ada apa sebenarnya Sum?

Halidah :
(MUCUL DAN SEBELUMNYA MEMBERI SALAM) Assalammualaikum?

Ibu :
(BERSAMA SUMI) Wa’alikum salam. Batal kuliahnya?

Halidah :
Cuma periksa hasil ujian Negara

Ibu :
Lulus?

Halidah :
Baru sebahagian yang diumumkan. Alhamdulillah nilainya semua B.

Ibu :
kalau kamu dapat menghabiskannya tahun ini, ibu akan beri hadiah yang mengejutkan. Nah, kebetulan Halidah sudah ada dirumah. Halidah bantu Sumi memilih pakaianku yang ada di almari. Dan ini uang, nanti kamu belikan perhiasan.

Halidah :
Ada angin baik rupanya. Sum, kamu mimpi apa tadi malam

Sumi :
Saya pikir Nya, perhiasan itu tak usah dibeli. Lebih baik memakai yang punya ibu saja

Halidah :
Bagaimana kamu itu sum. Perhiasan ibu kan mahal-mahal. Tak ada emasnya yang sedikit. Permatanya kan semua berlian.

Sumi :
itu lebih bagus Nya.

Ibu :
Sudah-sudah. Halidah kamu ambilkan saja gelang, liontin, dan cincin itu, buat Sumi.

Halidah :
Aku tidak mengerti, kenapa ibu begitu memanjakan Sumi?

Sumi :
Ini bukan memanjakanku. Tapi untuk sekedar meyakinkan masyarakat, bahwa Nyonya Dermawan, ibu nona sendiri yang dikenal sebagai pengusha sukses, sekalipun orang pada tahu, bahwa tuan Dermawan ayah nona, cuma seorang pegawai biasa, telah berhasil meningkatkan kuwalitet seorang wanita dari kalangan babu semacam saya.

Ibu :
Ibu pikir, tidak ada yang diperlukan lagi kan?

Sumi :
Masih ada satu lagi Nyonya.

Ibu :
Kalau memang ada, lain kali kita bicarakan. Aku sudah terlambat.

Sumi :
Tapi ini demi kepentingan ibu sendiri kok.

Halidah :
Sumi, ingat. Kamu sendiri punya tugas pokok. Dan ibuku punya tugas penting yang harus dikerjakan.

Ibu :
Betul. Apa yang dikatakan Halidah memang betul. Kamu harus disiplin. Nah, aku pergi.

Sumi :
Sebentar, Nya

Ibu :
Aduh. Ada apa pembantuku yang baik?

Halidah : 
Ibu sih terlalu lunak.

Ibu :
Baik akan ku dengarkan. Demi aspirasi seorang pembantu rumah tangga. Ada apa lagi Sumiku sayang?

Sumi :
Begini Nyonya. Agar urusan rumah tangga bisa licin dan tampak berbobot……maka saya usulkan agar nyonya menambah tenaga pembantu di rumah ini.

Ibu :
(KEMBALI MENARIK NAFAS PANJANG DAN AGAK JENGKEL). Baik-baik. Kau atur saja berapa orang maumu.

Halidah :
Sudahlah sum. Soal pembantu tidak usah dipikirkan. Aku kan sudah banyak waktu lowong. Tentunya aku bisa membantumu.

Sumi :
Mana mungkin, nona akan menjadi pembantu saya. Memangnya saya ini boss Nona? Dan agak lucu, bila saya pada suatu saat memerintah nona. Itu melanggar kode etik.

Halidah :
Kamu kurang mengerti Sum. Masalahnya apabila kita menambah tenaga pembantu, ini kan menjadi beban berat bagi ayahku. Berapa sih gajih ayahku.

Ibu :
Halidah. Soal gajih ayahmu jangan bikin kepalamu pusing. Sudah biarkan saja usulnya si Sumi kita terima. Kepadamu Sum, kupercayakan untuk menambah, berapa maumu, terserah. Nah, ibu harus pergi sekarang.(DENGAN BERGEGAS IBU PERGI).

Sumi :
Ibu nona betul-betul seorang yang hebat. Bisa membangun rumah gedung. Punya mobil. Dan sebentar lagi akan punya banyak pembantu. Ini mengagumkan sekali.

Halidah :
Iya ya . kalau dipikir-pikir, kita ini sudah menjadi keluarga yang hebat.

Sumi :
Betul nona. Dan nanti, saya usulkan juga, agar ibu membuat gardu penjagaan, kemudian mengajih beberapa polisi untuk tugas piket. Dan, saya akan mengatur jam tamu. Tidak semua orang boleh menamu kerumah ini.

Halidah :
Dan aku sebentar lagi akan menjadi seorang sarjana.

Sumi :
Dan mas kawin buat nona akan bisa lebih mahal lagi.kalau boleh saya sarankan, agar nona memilih suami yang pedagang saja. Jangan seperti bapak, gajihnya sedikit.

Halidah :
Sssst. Jangan menghina ayahku. Biar gajih ayahku sedikit, tapi isa dimaklumi oleh ibu.

Sumi :
Dan kalau ibu tidak berwiraswasta, saya berani bertaruh, bapak akan menjadi seorang kouptor.

Halidah :
Menghina ayahku lagi, ya. Hei, Sum sudah jam berapa?

Sumi :
Astagfirullah. Sudah siang. Bagaimana kalau nona Halidah yang pergi kepasar?

Halidah : 
Memerintah ya!

Rawiyah : 
(MASUK DENGAN MUKA MASAM) hei Sum; sudah kau masak lauk paukku untuk hari ini. Kamu tidak lupa bukan dengan cap cai dan ayam Kentucky? (TERUS KEDALAM)

Sumi : 
Bagaimana saya harus menjawabnya non Halidah?

Rawiyah : 
(MUNCUL LAGI DENGAN BERKIPAS DAN DUDUK DI KORSI) panasnya bukan main dan lapar lagi!

Sumi : 
Non….Nona Rawiyah…E…Lapar Ya?

Rawiyah : 
Tak usah tanya!

Sumi : 
(AGAK GUGUP DAN TAKUT) Non…Nona Rawiyah, sudah pulang ya.

Rawiyah : 
Apa kamu buta ha! Ini siapa! Apa kau anggap aku ini sapi? Ini aku. Aku sudah datang! Ko masih tanya, apa sudah pulang segala! Apa maksudmu dengan pertanyaan seperti itu!

Sumi : 
(TERGAGAP-GAGAP) Maksud saya…e..e…maksud saya…maksud Sumi, kenapa engkau bisa cepat pulang. Apa sakit, apa memang membolos sekolah?!

Rawiyah : 
(BANGKIT DAN MARAH PADA SUMI) jadi kamu menuduh aku bolos sekolah?!

Sumi : 
Tidak. Biar disambar petir, saya tidak bilang begitu.

Rawiyah : 
Pembantu apa kamu itu. Semakin hari, semakin goblok! Sana, kedapur. Siapkan makananku!

Halidah : 
Rawiyah, sabar sedikit. Ibu baru saja pergi dan baru berikan uang. Sekarang Sumi baru akan ke pasar.

Rawiyah : 
Apa? Baru akan kepasar? Mau apa sudah siang begini. Mana uang itu….mari, serahkan padaku!

Sumi : 
Ini non…..(MENYERAHKANNYA) dan hendaklah nona Rawiyah ketahui, bahwa saya mau berhenti. Tapi ibu nona melarangnya. Saya benar-bernar tak sanggup bekerja di rumah ini.

Halidah : 
Sudahlah. Ibukan sudah setuju, kalau lita harus menambah tenaga pembantu, di rumah ini. Berapa orang diperlukan, Sumi sendiri yang tahu. Sumi bebas mencarinya berapa orang maunya.

Sumi : 
Nah, begitu maksudnya. Jadi saya mau cari tambahan tenaga pembantu.

Rawiyah : 
Carikan satu orang. khusus buat saya. Dan uang ini akan kupakai sendiri. Hari ini tak usah belanja. Tak usah memasak. Buat apa? Ayah dan ibu sendiri jarang mau makan di rumah. Dan aku sendiri akan makan direstoran. (PERGI)

TELEPON BERDERING:

Sumi : 
(MENGAMBIL GAGANG TELEPON DAN MEMASANG KETELINGANYA) hallo…ya, betul…disana siapa?...Ha! siapa! Oooo, tuan…betul disini saya. Ya , saya….iya saya!....Ha…! oh, maaf….maksud saya, ya saya Sumi….Bagaimana?...(KEPADA HALIDAH) sssssst….Non ini dari ayah non.(MENYERAHKAN GAGANG TELEPON KEPADA HALIDAH)

Halidah : 
Hallo…Saya, Halidah…ya..Apa?...ayah tidak sempat pulang…lebih baik ayah sendiri yang telepon kekantor ibu…apa?...ibu tidak ada ditempat?....baik-baik.(MELETAKKAN GAGANG TELEPON)

Sumi : 
Ayah non tidak akan makan dirumahkan?....saya sudah menduganya.

Halidah : 
Artinya Cuma kita berdua yang berfikir untuk makan siang. Hei, Sum, kan barusan dikasih ibu uang. Bagaimana kalau sama-sama ibu pergi ka restoran?

Sumi : 
Aduhh. Cocok sekali. Dan saya akan pilih pakaian ibu yang terbaik. Mari non, tolong ambilkan.

BELL PINTU


Halidah : 
Sumi, ada tamu. Bukakan pintu dan persilakan tamu itu masuk.

Sumi : 
Dan tolong persiapkan pakaian untuk saya non.

Halidah : 
Ya (MASUK KE KAMAR)

Sumi : 
(MENUJU PINTU DEPAN) O…, Nyonya…mari, silahkan masuk.

Wanita 1 : 
(MASUK DENGAN SENYUM SINIS) Ini rumahnya tuan Dermawan bukan?

Sumi : 
Betul nyonya, dan nyonya siapa?

Wanita 1 : 
Siapa? Saya? …apa perlu kau tahu? Kau kan pembantu rumah tangga ini?

Sumi : 
Itu betul. Tapi sudah naik jabatan menjadi kepala biro.

Wanita 1 : 
Kepala Biro?....Kepala biro apa?!

Sumi : 
Kabirmahtang.

Wanita 1 : 
Kabirmahtang? Apa itu?

Sumi : 
Oh, saya kira nyonya seorang terpelajar. Tahu tahu.

Wanita 1 : 
Tahu tahu apa?...

Sumi : 
Oh tidak apa-apa. Jangan marah nyonya.

Wanita 1 : 
Kamu bilang saya buta huruf, Ha?! (MENGANCAM)

Sumi : 
(KETAKUTAN SAMBIL BERLARI DAN MEMANGGL HALIDAH) Non Halidah (TERIAK)

Halidah : 
(MUNCUL DENGAN PAKAIAN BUAT SUMI. DISERAHKANNYA PAKAIAN ITU PADA SUMI) Ada apa Sumi…Ini cepat dandan ke dalam (SUMI MASUK KE DALAM) selamat siang….ibu mencari siapa?

Wanita 1 : 
Ini rumahnya tuan Dermawan kan?

Halidah : 
Betul

Wanita 1 : 
Dan kamu siapa?

Halidah : 
Saya anaknya yang sulung.

Wanita 1 : 
O…Jadi ibumu sudah punya anak gadis yang sudah dewasa. Sudah kawin?

Halidah : 
Belum. Barusan selesai ujian Negara.

Wanita 1 : 
Pantas sekali. Perawan tua. Belum laku kawin, ya?

Halidah : 
Apa sih hubungannya urusan ibu dengan pertanyaan itu?

Wanita 1 : 
Hubungannya erat sekali. Bagiku wanita yang sudah melampaui umur 15 tahun dan belum juga kawin, itu berarti perempun itu tidak laku kawin. Saya sendiri mejadi pengantin, ketika saya berumur 12 tahun.

Halidah : 
Kalau adat dikampung yang masih buta pengetahuan, memang betul. Tapi kita sekarang ini di kota, dimana Undang-Undang perkawinan menurut persyaratan umur bagi seorang wanita, bila wanita itu mau menikah. Saya kira umur saya dua puluh empat tahun ini, masih belum terlambat untuk kawin.

Wanita 1 : 
Lalu mengenai ibumu yang kukira sudah mencapai umur empat puluh tahun itu, kok masih hilir mudik cari suami.

Halidah : 
Apa yang ibu maksudkan menyinggung-nyinggung ibu saya?

Wanita 1 : 
Makanya saya mau bertemu dengan ibumu yang kurang ajar itu!

Halidah : 
Hei, dengarkan. Kalau ibu ingin menjadi seorang tamu yang terhormat, bicaralah dengan agak sopan.

Wanita 1 : 
saya datang cukup sopan. Kalau saya mau kurang ajar, rumah ini sudah kuobrak-abrik.

Halidah : 
Lancang sekali! Tampaknya saja umur ibu sudah tua . tapi nyatanya seorang ibu yang tidak bermutu. Lebih baik ibu tinggalkan rumahku ini, sebelum saya bertindak lebih jauh.

Wanita 1 : 
Begitukah sikap seorang calon sarjana terhadap seorag tamu yang datang dengan tanpa kekerasan? Jaga dong prestasi seorang wanita. Lebih-lebih bagi seorang terpelajar seperti kamu.

Halidah : 
Yang buruk perangai itu siapa? Kalau boleh aku tahu?

Wanita 1 : 
Baik saya akan menjawabnya. Seorang wanita yang buruk perangai itu, ialah yang menggunakan sebagian kekayaannya untuk memikat suami orang. Dan orng yang buruk perangai itu, ialah wanita yang bernama SITI ROHANI, yakni ibumu sendiri

Halidah : 
Kurang ajar?!

BELL PINTU BERBUNYI LAGI

Halidah : 
Masuk ! pintu tidak dikunci!

Wanita II : 
(MUNCUL DENGAN BERGEGAS) Hei Halidah. Memalukan! Aku juga ikut malu!

Halidah : 
Ada apa tante Mul. Dan bicaralah dengan tenang.

Wanita II : 
Sekali ini bukanlah lagi kabar bohong. Tapi mataku sediri melihatnya. Ibumu. Astagfirulloh.

Halidah : 
Katakan terus terang, ada apa dengan ibuku.

Wanita II : 
Si Bandot tua itu. Semua orang tahu, namanya Jeki Herman

Wanita I : 
Ada apa dengan Jeki Herman. Dia suamiku.

Wanita II : 
Apa, sibandot tua itu suami nyonya?

Wanita I : 
Ya, dia suamiku. Kenapa. Ada apa dengan dia. Bermesraan? Masuk hotel, atau….

Wanita II : 
Yah, suamimu main gila dengan kakakku Siti Rohani!

Wanita I : 
Ingat! Bukan suamiku yang bermain gila. Tapi Siti Rohani!

Halidah : 
Cukup! Kalian tidak berhak membicarakan ibuku di rumahku ini.

Wanita lain : 
(DIPINTU LUAR) Assalammu’alaikum?

Halidah : 
Wa’alaikumussalam. Mari silahkan masuk

Wanita lain : 
Saya disuruh non Rawiyah kerumah ini. Katanya ibu rumah ini mencari pembanturumah tangga.

Halidah : 
Maaf, datang saja besok. Saya lagi pusing

Wanita Lain : 
Berat… gubug saya jauh. Dan saya tak punya duit.

Sumi : 
(MUNCUL DEGAN DANDANAN YANG APIK DAN MEMUKAU)

Semua : 
(JADI TERCENGANG. WANTA I MENGIRA SI SUMI ADALAH YANG PUNYA RUMAH).

Sumi : 
Halidah, siapa wanita yang tampak sakitan ini.

Halidah : 
Rawiyah meyuruhnya, untuk jadi pembantu.

Sumi : 
(MEMPERHATIKAN DENGAN LAGAK IBU PEJABAT) mau jadi pembantu, ya?

Wanita lain : 
betul ndoro.

Sumi : 
Punya KTP

Wanita lain : 
Saya orang baru dikota ini ndoro. Pergi meninggalkan kampung, Karena kampong kami rusak oleh banjir.

Sumi : 
Punya ijazah SMA?... maksud saya, surat tamat.

Wanita lain : 
Belum

Sumi : 
Surat tamat SMP?

Wanita lain : 
Juga belum.

Sumi : 
Sudah tamat sekolah dasar…SD maksud saya.

Wanita lain : 
Saya tidak pernah masuk SD. Dulu sempat masuk SR tapi baru sampai kelas tiga, saya dipaksa kawin oleh ibu saya. Lalu saya lari kekampung lain dan ikut keluarga saya. Terus saya di sekolahkan di Darussalam sampai kelas tiga Tsanawiyah.

Sumi : 
O, Jadi pinter baca Al Qur’an?

Wanita lain : 
Sudah empat kali tamat mengaji Al Qur’an

Sumi : 
Bagus, kamu punya prestasi yang baik. Coba kau ambilkan disitu….sepatu beledru yang berornamen air guci dan yang pakai hak. Itu disana…ya..ya..bawa kemari.

Wanita lain : 
(MENGAMBIL DENGAN GUGUP DAN MEMBAWANYA KETEMPAT SUMI DUDUK)

Sumi : 
 Terimakasih. Non Halidah…berikan kepada dianang buat beli sabun. Itu ambil uang, belikan sabun, kemudian kau cepat kembali. Jangan lupa sabun mandi. Nanti kau kekamar mandi lalu bersihkan seluruh badanmu. Sana.

Wanita lain : 
(PERGI DENGAN AGAK KIKUK)

Sumi : 
Hei, kalau sudah beli sabun mandi, cepat kembali dan masuk saja lewat pintu belakang….Nah, satu persoalan sudah bisa diselesaikan. Persoalan yang beerkaitan dengan usaha kita meningkatkan mutu seorang wanita, sambil melatih diri wanita itu untuk menegakkan disiplin dalam rangka ia akan memasuki kehidupan yang baru, yang kelak juga akan menjadi ibu rumah tangga. Berikut, soal kedua. Apa Itu Halidah.

Halidah : 
Aku tidak ingin buka mulut dengan perempuan gila itu!

Wanita I : 
Saya tidak terima….!

Sumi : 
Ssssst….sabar. jangan emosi. Boleh bicara dengan dada panas, tapi kepala tetap dingin. Tante Mul…ada keperluan apa?

Wanita II : 
Begini, suami perempuan itu, bukan lagi mata keranjang. Tapi keranjangnya.

Wanita I :
Apa!

Sumi : 
Diam! Ingat. Dari mula sudah saya katakan, bahwa rumah ini, saya yang berkuasa.

Wanita I : 
Jadi…Jadi, memang kau orangnya. Kamu yang bernama Siti Rohani itu?

Sumi : 
O.., sekarang sudah jelas persoalannya. Mau kenal dengan orang yang bernama Siti Rohani? Bagus.

Ibu : 
(DEGAN SECARA MENGAGETKAN MUNCULDARI PINTU DALAM) saya lah orang yang Bernama Siti Rohani itu. Siapa orangnya yang ingin tahu saya.

Halidah : 
Ibu

Ibu : 
Tak usah kaget Halidah. Ibumu keluar rumah, hanya berpura-pura. Mobilku pergi hanya diisi oleh seorang supir. Sedang aku langsung masuk lewat taman belakang, kemudian bekerja di kamarku sendiri. Ibu mendengar semua persoalan yang terjadi diruangan ini. Jadi kamu isterinya Tuan Jeki Herman? Dan kau Mul juga ikut-ikutan menybarkan isu tentang saudaramu. Sayang sekali, suamimu yang begitu baik, kau ada-ada secara membabi buta, sehingga nama suamimu jadi hancur. Mul, kamu barusan melihat aku dengan jeki Herman suami ibu ini?

Wanita II : 
Saya melihat, Tuan Jeki Herman di dalam mobilmu dan disampingnya seorang wanita. Tentu saja wanita itu kukira kamu.

Ibu : 
aku tidak mendustakan, kalau tuan Jeki Herman di dalam mobilku. Tapi wanita yang disampingnya itu, bukan aku. Jadi kuminta agar ibu jangan meniup-niupkan gossip yang berudara racun itu. Hati-hati sedikit

BELL TELEPHONE

Halidah : 
(MENERIMA TELEPHONE, KEUDIAN MENYERAHKAN PADA IBU)

Ibu : 
Hallo… Ya.. Saya Ibu Dermawan …Apa? .... Namanya? .... Ya.. Ya… Sudah dibawa kerumah sakit. (DENGAN LEMAS IBU MELETAKKAN GAGANG TELEPHONE)

Halidah : 
Ada apa Bu?

Sumi : 
Ada apa Nyoya?

Ibu : 
Tidak apa-apa. Cuma terserempet. Bu (KEPADA WANITA I) lebih baik kita kerumah sakit sekarang. Suami ibu sedikit cidera.

Wanita I : 
 Kenapa suamiku

Ibu : 
Ada kabar dari kepolisian, mobil saya yang ditumpanginya bersama anak saya Rawiyah terserempet. Tapi tak apa-apa. Cuma lecet.

Halidah : 
Bersama Rawiyah? Kenapa bersama Rawiyah.

Ibu : 
Dari kamar ibu, tuan Jeki Herman telah kutelepon, agar membantu Rawiyah menjemput lima orang pembantu yang ada di Desa Mekar.

Halidah : 
 Darimana ibu tahu tempatnya Rawiyah.

Ibu : 
Ibu tahu, dimana saja tempat ngelayapnya anak-anak ibu. Bukankah Rawiyah pergi makan siang kerestoran?.... Ibu tahu, di restoran mana ia makan. Kan gampang dijemput sopir.

Halidah : 
 Dan kenapa mesti dengan tuan Jeki Herman?

Wanita 1 : 
 Yah, kenapa mesti dengan suami saya?

Ibu : 
Pertanyaan yang bagus. Bertanya itu jauh lebih bagus dibanding menduga yang bukan-bukan. Kenapa mesti dengan tuan Jeki Herman? Kenapa mesti dengan suami Ibu? Untuk Ibu wajar untuk menuduh saya dengan suami ibu, karena suami Ibu didalam mobil saya. Dan lebih latah lagi adik saya Muliyani ikut menyebar fitnah, bahwa saya Siti Rohani dengan mobilnya membawa laki-laki lain. Perhatikanlah Halidah. Ibu tidak akan pernah berbuat yang macam-macam melanggar etika dan larangan agama. Jadi jangan buru-buru menuduh seseorang hanya karma mobil pribadi orang itu.

Wanita 1 : 
sudahlah bu Rohani jangan lagi diperpanjang persoalan ini. Saya terlalu gegabah dan cepat percaya dengan kabar dan pembicaraan orang lain.

Halidah : 
Dan tante Mul jangan cepat menyebar fitnah.

Sumi : 
Makanya kalau mau jadi wanita yang berprestasi, jangan suka anjur antar pembicaraan orang. Banganga dahulu hanyar baucap. Tabarusuk batis kawa dicabut, tapi tabarusuk pander jadi kalahi.

Wanita 1 : 
saya minta maaf baik kepada ibu maupun kepada anak ibu.

Sumi : 
Lihatlah saya. Dengan penampilan saya yang keren ini, orang-orang akan yakin bahwa sayalah yang wanita panutan.

Wanita 2 : 
Sumi, sumi, watak dan kepribadian jangan dinilai dari kerennya busana. Biar kamu pakai perhiasan emas dan berlian derajat kamu tetap saja seorang babu.

Sumi : 
Tapi tante Mul.

( Terdengar ketukan dipintu. Tiba-tiba muncul Rawiyah digandeng wanita lain yang membawa kantung plastik yang berisi barang belanjaan. Semua kaget )

Ibu : 
 Rawiyah ! ( Merangkuhnya )

Halidah : 
dik Rawiyah.

Ibu : 
Mana om Jeki Herman.

Rawiyah : 
Om Jeki Herman dirumah sakit. Sopir dan om Jeki Herman harus di opnama.

Sumi :
Mobil ibu?

Rawiyah :
Karena ingin cepat kedesa Mekar jemput pembantu. Di perempatan sopir melanggar rambu-rambu lampu merah. Tentu saja mobilnya rusak parah.

Halidah : 
Orang yang menabrak ibu harus mengganti.

Sumi :
Biarkan mobil rusak. Gampang beli yang baru.

Ibu :
Ya, biarkan mobil. Yang penting kita segera kerumah sakit.

Wanita 1 :
Betul.

Ibu :
Mari. (Buru-buru menuju pintu disusul wanita 1)

Sumi :
Ibu. Saya dengan dandanan seperti ini tidak pantas kerumah sakit. Sumi harus stand by dirumah.

Ibu :
Terserahmulah. Mari. (Pergilah ibu dengan wanita 1)

Rawiyah :
(Menuju kursi digandeng orang lain)

Sumi :
Alhamdulillah, Rawiyah sudah punya pembantu sendiri. Tinggal pembantu untuk saya.

_________________________SELESAI_____________________


Banjarmasin, 3Desember 1989
Revisi, 21 april 2010
Yayasan sanggar Budaya
Kalimantan selatan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar