Sabtu, 07 Januari 2023

DAN LAINNYA, SEBAGIANNYA - Bina Margantara


 
DRAMATIC PERSONAE
BEDUL
LINGGAM
ASIH
MUKAR
POLISI I
POLISI II
SIPIR I
SIPIR II

2010- November 2011


BABAK I

DI PANGGUNG TAMPAK DUA BUAH KURSI SALING TINDIH (KURSI 1) DI ATAS LEVEL, DAN ADA SATU KURSI LAGI DI SISI KANAN (KURSI 2) – DENGAN SEORANG PRIA TUA DUDUK DISANA – AGAK JAUH, SAMBIL MENGAMATI KURSI 1. LIGHTING MERAH MENYINARI KURSI-KURSI TERSEBUT BERGANTIAN, DAN TERAKHIR BERHENTI DI KURSI YANG SALING TINDIH.
LALU MASUK SESEORANG, MENGHAMPIRI KURSI 1. SUASANA TERANG MULAI TAMPAK, TAPI KURSI 2 MASIH BELUM DISINARI LIGHTING


ADEGAN I

BEDUL
Berapa lama aku menuggumu dalam sehari (BERJALAN MENUJU KURSI 1), apakah berakhir sehari ini hah? Atau sejak kemaren dia ‘tlah datang? Sore kah, siang, jelang malam?… Oh, selalu begini!!
(MEROGOH SAKU)
Mungkin ini cukup membantu (SEBUAH PEMBUKA TUTUP BOTOL), 
kudengar ia mulai terobsesi dengan menjadi pencerita yang selalu ngawur, dan pengarang kacangan. Kabarnya juga ia selalu membawa tali.Untuk persiapan katanya, kesiapan apa Mukar? Kau terlau rumit untuk hal yang sederhana, kau makan semua teori seakan kepalamu mau pecah sobat, hadapi saja seolah mudah.
(LALU DUDUK)
Aku akan selalu begini terus, menunggu senja-senja kelabu dengan dada kosong, rambut yang hampir keseluruhannya putih. Tidakkah kau lihat itu sayang, langit hampir pecah, dan cahaya purnama separuh mencuri masuk kamarku. Benda ini yang terakhir kuingat (BERBICARA DENGAN PEMBUKA TUTUP BOTOL) kau buka tutupnya, lalu kau masuk dan tak pernah lagi kembali.Oooh, nasib katamu terakhir.

SEORANG WANITA MASUK, SAMBIL MENYEMBUNYIKAN SESUATU DI TANGANNYA, PERAWAKAN CERIA, SAMBIL CENGAR-CENGIR

ASIH
Hei…! (MEMBUAT SI PRIA TERKEJUT) Dasar tua bangka, selalu nyasar. Bingung dan berbicara sendiri, kurang kerjaan. Bagaimana kalau aku kerjai? Senja itu berbeda setiap harinya, kenapa itu yang kau pikirkan

BEDUL
Eh..eh..eh!! Mulutmu sedikit dijaga ya. Untung jantungku masih kuat seperti dulu, jika tidak, mungkin kususul juga istriku yang hampir mampus itu.

ASIH
Oh yaa? Bukankah dia setahun yang lalu sudah mati. Siapa namanya? Hampir mampus juga
kau bilang! Dasar manusia bangka yang aneh. Karena kau terlalu tega padanya, mengusir anjing kesayangannya. Dan ia pesakitan sejak itu, dan anak-anakmu tak pernah mau kembali melihatnya

(LALU IA MENDEKATI PRIA ITU)

Oh ya, Boleh kudengar juga jantungmu? Mungkin ada rahasia di sana dan cukup membantu, aku rasa begitu?

BEDUL
Tunggu dulu. Kamu siapa? Kau berceloteh seolah tahu semuanya, apalagi yang kau tahu hah?

ASIH
Boleh? Aku selalu melihatmu di tempat ini, selalu di waktu yang sama

BEDUL
Enak saja!!! Sok tahu.

ASIH
Sini…(BEDUL AKHIRNYA MENGALAH)
Kau dengar itu? Itu detak-detak kemarahanmu, mengalir ke seluruh tubuh. Sampai ke ubun-ubun, lalu balik lagi, ke kaki, ke tangan kiri-kanan, lalu balik lagi, ke ujung-ujung rambut sampai bulu paling halus

BEDUL
Seperti apa bunyinya?

ASIH
Jangan bicara dulu, kau mengganggu frekuensinya. Diam saja, aku mendengar suara-suara yang lain. Nah, seperti itu (BEDUL DIAM). Suara lain yang belum kukenal, mungkin itu suara takdir. Atau suara keresahanmu. Ya, aku yakin ini suara keresahan.

BEDUL
Seperti apa bunyinya?

ASIH
Diam !!!

BEDUL
Baiklah,

ASIH
Seperti ombak mencakar-cakar horizon, pedih. Dia juga mengalir seperti detak kemarahanmu tadi, ini agak sedikit cepat tapi konstan. Sampai mengalir ke luar tubuhmu. Apakah kau menyadarinya?

BEDUL
Tidak. Eh, belum.

ASIH (BERHENTI MENDENGARKAN, LALU MENATAP SI PRIA ITU)
Akut, parah, masa selama ini kau belum merasakannya? Kau belum terlalu dekat dengan dirimu dengan umur yang telah beranjak tua. Keterlaluan! Tapi mungkin belum terlambat, kau masih ada waktu.
(SEDARI TADI ASIH BELUM MEMBUKA TANGANNYA)
Coba kau tebak, benda apa yang ada di tanganku? Sebelah kanan dan kiri adalah benda yang berbeda, jika kau menebak dengan benar salah satunya, maka aku beri keduanya. Baiklah, di tangan kananku lebih dulu.

BEDUL
Tak ada waktu untuk itu.

ASIH
Sungguh? Apa kau hamba waktu? Coba dulu

BEDUL
Kubilang tidak, ya tidak!!!

ASIH
Tapi aku mendengar dirimu yang lain lewat detak kebahagianmu, aku tahu dia memohon.Percaya?

BEDUL
Oh, begitu? Baiklah.

ASIH
Kau suka yang mana untuk ditebak lebih dulu?

BEDUL
Kanan

ASIH
Kalau kiri bagaimana?

BEDUL
Ya, sebelah kiri.

ASIH
Kalau kanan bagaimana?

BEDUL
Ya, sebelah kanan.

ASIH
Apa?

BEDUL
Tanganmu…

ASIH
Aku belum bilang apa-apa

BEDUL
Untuk apa? Untuk apa semua ini.

ASIH
Tidak ada, tapi sebelah kanan saja dulu ya?

BEDUL
Terserah. Buah apel?

ASIH
Salah, sesuatu yang jauh darimu

BEDUL
Istriku

ASIH
Dia sudah mampus, nampaknya kau masih berharap

BEDUL
Wanita sepertinya sama

ASIH
Berbeda hei tua Bangka.

BEDUL
Kenapa kau membentakku, yang kulihat adalah semuanya sama. Gugur seperti daun di musim kemarau dan menutupi tanah, sampai akhirnya benar-benar menjadi tanah, kau tahu itu. Merasa punya perasaan tapi menjadi peluka bagi kami yang perasa.

ASIH
Apa? Coba tebak.

BEDUL
Aku tidak mau tahu wanita bau kencur.

ASIH
Setidaknya kau mau mencoba, percayalah.

BEDUL
Sikat gigi

ASIH
Salah. Mau tahu hai tua Bangka? (LALU IA MELEMPAR BENDA ITU DI DEPAN PRIA TUA ITU, DAN TANGANYA MULAI MEMERAH OLEH DARAH, LALU IA PERGI DENGAN TERGESA-GESA KELUAR PANGGUNG)

LELAKI ITU TERDIAM SEPENINGGAL WANITA TERSEBUT. DAN IA MEMUNGUT BENDA YANG DILEMPAR TADI.

BEDUL
Aku kenal betul dengan ini (DARAHNYA MASIH MELELEH), tapi ini hati anjing

LALU IA BERTERIAK LANTANG

BEDUL
Asiiiiihhh…! Keparat kau Asih (SAMBIL TERISAK-ISAK, LALU TIBA-TIBA BINGUNG) Kok aku jadi ingat namanya. Asih, kau bangkitkan masa laluku yang telah kukubur, kau mengingatkan aku kelamnya hari kemaren..kau harus bertanggung jawab
(DIA MELONCAT KEGIRANGAN)
Aku sembuh, aku sembuh, aku bisa mengingat semuanya, aku hidup kembali, aku bersemangat Terima kasih Asih, akulah si Bedul dul dul dul Hahahhahahahahaaaa


ADEGAN II

LAMPU PERLAHAN MENYINARI KE KURSI 2, ADA PRIA TUA SEDANG SENYUM-SENYUM DUDUK DI ATAS KURSI, DENGAN TONGKAT DAN TALI DI TANGAN KANANNYA. DIALAH SI MUKAR. KEMUDIAN DIA HENDAK BERDIRI DI ATAS KURSI MENGHADAP PENONTON, DAN BERORASI.

MUKAR
Tidakkah kalian melihat, betapa cerahnya malam ini. Tapi aku ingin memasang tali ke rembulan dan membawanya ke halaman rumahku, mudahkan? Bukankankah kita juga saksikan si Bedul tadi, ah, Bedul, Bedul…pria tua yag malang..

SUARA DARI LUAR
Diamlah Mukar, kau tahu sudah jam berapa sekarang? Hari mau hujan sebentar lagi.

MUKAR
Kebetulan aku sedang tidak bawa jam, lagian hari masih cerah di luar

SUARA DARI LUAR
Apa kau buta hah? Kau dengar, kau dengar gelegar petir itu.

MUKAR
Buta? Hahahaha…kalian yang buta, aku adalah malam dengan rahasianya. Bukankah suara itu suara meriam di negeri sebelah yang selalu berkecamuk, masalah yang tak pernah terselesaikan. Sedang kalian hanya duduk sambil minum kopi, atau negeri kalian yang terlalu indah hingga membuai kalian selalu terlena.

SUARA DARI LUAR
Terlalu banyak omong kau Mukar, kau pikir kau siapa? Kau dari dulu sama saja. Makanya jangan terlalu akrab kau dengan si Bedul.

MUKAR
Apa salah?

SUARA DARI LUAR
Hahahaha (SUARA TERDENGAR RIUH) untuk menentukan salah dan benar saja kau masih ragu, bagaimana kau bisa membuat pilihan

MUKAR
Kalian orang-orang aneh. Tidak memilih pun itu sudah memilih, tinggal bagaimana sudut pandang kita berpijak saja.

SUARA DARI LUAR
Terserah kau sajalah Mukar, kau juga pasti mengetahuinya nanti…


ADEGAN III

LALU SUARA-SUARA DARI LUAR TADI MENGHILANG PERLAHAN-LAHAN. SEDANG MUKAR MASIH JUGA BERDIRI DI ATAS KURSINYA. DAN MEMAINKAN TALINYA.


MUKAR
Ada mayat kemaren sore ditemukan di kali, tanpa baju dan celana. Jari-jarinya dimutilasi, mulutnya disumpal, dan ada catatan di sana “orang yang hidupnya sia-sia”. Aku ingin memecahkan misteri ini sebenarnya, tapi pak polisi selalu bertengkar denganku, tak pernah sepaham. Dia bilang hanya korban mutilasi, tak ada yang menarik. Padahal akulah orang pertama yang menemukan si korban, dengan tali ini aku menariknya dari sampah-sampah terapung. Dan aku menambatnya di akar pohon beringin sambil menatapnya, matanya begitu teduh seakan ingin menyapaku dan mengucapkan terima kasih. Lalu…

DATANG SEORANG PRIA DENGAN PAKAIAN HANSIP LENGKAP, NAFASNYA TERSENGAL-SENGAL

LINGGAM
Sudahlah Mukar, tak ada guna kau ungkit lagi.

MUKAR
Waaah, mesti. Kau harusnya juga mendukung aku Linggam (LALU IA TURUN DARI KURSI) Kau kan juga lihat mata korban mutilasi itu, pertama matanya begitu teduh dan perlahan-lahan sayu…

LINGGAM
Kau mengada-ada, bagian mana lagi yang kau tambah ceritanya?

MUKAR
Bukannya ditambah-tambah Nggam, tapi rekonstruksi peritiwa. Dan aku yakin matanya itu sebuah petunjuk. Oh ya, ada rokok?

LINGGAM (MENDEKAT SAMBIL MEMEGANG BAHU MUKAR)
Semua orang tak pernah percaya lagi kepadamu Kar, sejak peritiwa 10 tahun silam. Kau saja yang tidak peduli. Sekali-kali kau harus berlangganan kopi di kedai Mbak Sri itu. Kau dengar juga cerita mereka tentangmu. Jangan hanya duduk dan berbicara ngalur-ngidul.

MUKAR
Aku tak pernah peduli apa kata mereka, kapan lagi kau menjadi diri sendiri. Mana rokok?

LINGGAM
Kalau diberi tahu kau selalu begitu Mukar. Nama kau saja sudah salah, MUKAR : MUka Kurang AjaR… ini (SAMBIL MEMBERIKAN ROKOK KRETEK)

MUKAR
Hahahaaaa…..lho, tak ada rokok yang lebih baik, ini rokok murahan!

LINGGAM
Mau tidak? Kalau tidak ya sudah!

MUKAR
Ya tidak apa-apalah.

LINGGAM
Yang penting bisa ngepul Kar, sekedar menghilangkan asam di mulut. Kau tahu lah aku kerja sebagai hansip di desa kita, orang gajianlah, meski tak cukup-cukup untuk makan sebulan.

MUKAR
Kalau aku jadi kau Nggam, aku tak akan sanggup
(MENGHIDUPKAN ROKOKNYA DAN MENGHISAP DALAM-DALAM)
Ngomong-ngomong, ada cerita apa sepekan ini, layaknya aku seorang komandan, kau sedang melapor sekarang ini

LINGGAM
Ya mesti bagaimana lagi, walau begini kan aku para abdi negara juga, pelayan masyarakat Kar!!! Yang penting aku tak maling, menganiaya, memperkosa apalagi membunuh.

Sebelum semuanya itu terjadi, aku tameng di desa ini. Bukankah itu sudah sangat membanggakan. Bagaimana menurutmu?

MUKAR
Biasa-biasa saja

LINGGAM
Kan ada usaha (SAMBIL MENGHIDUPKAN ROKOK)

MUKAR
Ada berita apa?

LINGGAM
Berita yang terlalu penting memang tak ada, Cuma kabar burung

MUKAR
Seperti apa burungnya?

LINGGAM
Kadang kau terlalu cerdas Mukar! Kadang bodohnya tidak ketulungan. Mana ada berita seperti burung, mungkin burung perkutut pak lurah yang kau maksud.

MUKAR
Lebih baik dianggap bodoh, dari pada ketahuan bodoh karena terlalu banyak bacot seperti lurah kita itu Hahahahaaa.. ayo, apa burung yang berberita itu?

LINGGAM
Begini (AGAK SERIUS)
Beberapa hari yang lalu , ada orang-orang berbadan tegap dan gondrong, dari perawakannya aku mengira kalau mereka adalah intel sedang mencari buruan…

MUKAR
Lantas? Modar, buronan! Bukan buruan, semacam mencari binatang saja. Bodoh! Apa mereka membawa laras panjang?

LINGGAM
Kau kira pemburu! Modar juga lah…

MUKAR & LINGGAM (SAMBIL TERTAWA)
Mo-Dar!

MUKAR
Sudah berapa kali mereka ke sini?

LINGGAM
Selama satu minggu, mereka mencari orang dengan inisial M dan B, sejujurnya aku juga mau dicari-cari, biar disangka artis seperti yang di TV

MUKAR & LINGGAM (TERTAWA)
ka-ya ar-tis

MUKAR
Berapa banyak yang kau tahu di desa ini orang yang berinisial M dan B?

LINGGAM (TERDIAM DAN MENGINGAT-NGINGAT, LALU IA SADAR)
Bukankah huruf awal namamu M Kar, dan temanmu Bedul itu B,

MUKAR
Lalu?

LINGGAM (LARI KE LUAR PANGGUNG)
Melaporkannya ke polisi dan kau ditangkap dan aku dapat hadiah, hahahahaa…

MUKAR
Aku? Seorang buron, sepenting itu kah, apa kejahatan yang telah aku lakukan bersama Bedul? Meresahkan warga tidak pernah, justru warga yang kami rasa sangat-sangat meresahkan. Mencuri ayam, itu pun sesekali. Toh cuma untuk sekedar makan, paha dan sayapnya kami kembalikan ke pemiliknya, setelah digoreng malah. Mengintip orang mandi? Salah mereka sendiri, kenapa mandi bugil di kali, bukannya di rumah. Apa yah?

LALU SI BEDUL MASUK

BEDUL
Gawat Kar, gawat. Keadaan sudah semakin genting. Harga-harga sembako pada naik, penimbunan BBM di mana-mana, korupsi sudah menjadi budaya dan itu dihalalkan, anak-anak pejabat ditangkap karena bawa narkoba, artis bikin ulah, berita-berita layaknya hanya gossip yang tak tuntas-tuntas.

MUKAR
Apa hubungannya dengan aku?

BEDUL
Ya, kita mesti mencari solusi. Aku tahu kau begitu cerdas.

MUKAR
Cerdas gundulmu, tenangkanlah dirimu itu dulu,

BEDUL
Seniman sudah tak seiya, ‘ntah ke mana kiblat mereka. Belum lagi musisi yang lirik lagunya sudah kering, berputar tentang itu-itu saja Kacau Kar, kacau. Pokoknya kacau Oh ya, hampi lupa? Anakku yang minggat itu minta dikirimi duit, katanya untuk bayar SPP. Apa itu SPP Kar?

MUKAR
Mana aku tahu, aku tidak pernah sekolah seumur-umur

BEDUL
Ooo..uang sekolah gitu Kar?

MUKAR
Aku kan tidak bilang begitu. Yaa, mungkin juga.

BEDUL
Dan kau hanya duduk diam di sini?

MUKAR
Ya harus bagaimana lagi, yang berkepentingan kan ada? Kita hanya kecoa hai ABDULLAH, cicunguk-cicunguk bangsa nan permai ini. Bisa apa kita hah?

BEDUL
Setidaknya kita berbuat!

MUKAR
Berbuat katamu? Kau ingin dinilai sebagai pahlawan dengan foto terpampang di dinding sekolah dan tercatat dalam buku sejarah, begitu? Sejarah telah mati Bung! Yang ada hanya hari ini, besok kita tak akan pernah tahu. Hari kemaren masuk tong sampah dan dimakan pemulung.. apa lagi?

BEDUL
Mungkin kita bisa demo, atau propaganda, atau mendaftar untuk menjadi perwakilan rakyat

MUKAR
Bedul, kita sudah terlalu tua untuk hal-hal yang begituan, biarkan yang muda beraksi dan bereaksi, kita jalan dua langkah saja sudah sempoyongan, tapi aku tetap bersyukur kalau perut kita tidak buncit seperti badut.

BEDUL
Aku kecewa mendengar pernyataanmu itu Kar, kau tidak seperti dulu lagi!!!

(SUASANA HENING)

MUKAR
Tenang kawan, aku masih seperti dulu, Cuma semangatku tak lagi merah, mentalku telah padam seiring zaman. Zaman edan, hitam dan putih sudah tidak jelas lagi, tahi anjing dibungkus rapi pun disangka coklat impor. Orang-orang berdiri di antara benar dan salah, tidak konsisten. Dan kepelikkan rakyat bukan lagi masalah yang urgen. Aku sudah bosan hidup sebagai penjahat kecil. Menjadi penjahat besar pun tak pernah kesampaian.Hidupku berantakan, keluarga tak ada lagi, mungkinkah ada kesempatan untuk menjadi orang baik Dul?

BEDUL
Terserah kaulah Kar, kau mulai ngaur. Kau masih suka menulis? Lebih baik kau tulis di koran-koran tentang permasalahan ini

MUKAR
Aku tak mau jadi pahlawan kawan, hanya kemunafikan yang tampak.

TIBA-TIBA DUA ORANG BERBADAN TEGAP DATANG DAN MENYERGAP MEREKA

POLISI 1
Sudah, jangan banyak omong, kau terima saja keadaan

POLISI 2
Simpan argument sampahmu itu, berbicara kau pada dinding penjara nanti

MUKAR DAN BEDUL (MEMBRONTAK DAN MELAKUKAN PERLAWANAN)
Apa salah kami?

POLISI 2
Diam aku bilang!

POLISI 1
Haha..penjahat kelas teri, yang suka makan ikan kakap

POLISI 2 (MENGIKAT LEHER MUKAR DENGAN TALI YANG SELALU DIA BAWA)
Ayo jalan Mukar

POLISI 1 (MEMBORGOL BEDUL)

MEREKA DIGIRING KE PENJARA, PANGGUNG GELAP.


BABAK II

ADA MEJA PANJANG DENGAN EMPAT BUAH KURSI YANG SALING BERSEBERANGAN. DAN TAMPAK PENJARA –LEBIH TEPAT DISEBUT KANDANG KAMBING – YANG HANYA DITERANGI LAMPU TEPLOK, BESERTA DI DALAMNYA MUKAR DAN BEDUL HANYA TERDUDUK LESU.

ADEGAN I


SIPIR I
Terlalu banyak kejadian akhir-akhir ini, kurasa.

SIPIR II
Memang, kadang mebuatku bingung, bandit-bandit kecil ini (MENUNJUK KE PENJARA) menambah kita repot juga. Tapi untunglah mereka tak berulah

SIPIR I
Tak berulah? Kemarin aku melihat mereka menambatkan tali itu di masing-masing leher mereka!

SIPIR II
Aku mau mereka mati saja

SIPIR I
Tenang, hanya menunggu waktu. Mereka divonis kurungan dua kali seumur hidup, aku berani bertaruh, setahun saja mereka dibui pasti mampus, mati. Kau bisa lihat, dari wajahnya saja mereka tak bersemangat. Lemah darah mental loyo.

SIPIR II
Aku kira wajar, mereka memang sudah tua-tua. Tapi apakah wajar jika mereka menghabiskan umur di tempat yang seperti ini? Kalau aku lebih memilih mati

SIPIR I
Ah, mengapa itu yang kau pikirkan. Itu kan urusan mereka, urusan para orang yang berkepentingan, urusan titik temu sebuah keadilan. Kalau aku, Pokok e wareg e, yang penting kenyang!! Dapur tetap ngepul..pul..pul

SIPIR II
Aku hanya berkewajiban berempati saja, sebagai sesama, bisa dibilang manusia,

SIPIR I Kau berbicara nilai di sini? Masalah eksistensialisme? Hahahaaaaa, teori lapuk yang sudah terkubur sejak dulu. Sekedar percaya pada Tuhan, itu sudah cukup bagi kita.

SIPIR II
Apa salahnya, itu memang kodrat kita kan? Tapi aku tak habis pikir, kenapa mereka sampai di sini, apa perkaranya. Bukankah dari tampangnya mereka ini kelihatan seperti orang baik-baik, tidak seperti cicunguk-cicunguk sebelumnya yang memang pantas berada di sini dari pada berkeliaran di luar sana. Tapi mereka?

SIPIR I
Sama saja. Penyolong mangga, pemerkosa, bandit, rampok, pengintip tetap kita kurungkan jadi satu kata PEN-JA-HAT Racun bagi masyarakat, sampah. Masih mending sampah organic, bisa dijadikan pupuk. Tapi kalau sudah begundal, ya tak ada manfaat, dilirik pun tak bakal sudi

SIPIR II
Tapi aku ingin ngobrol santai dengan mereka, aku dengar kabar si Mukar itu orangnya cerdas. Daripada kita hanya duduk membunuh malam yang tak berguna selama ini, aku kira lebih baik seperti itu. Bagaimana menurutmu?

SIPIR I
Waah, jangan.. bunuh diri itu namanya, aku tak mau ambil risiko

SIPIR II
Kan tak ada yang tahu, kepala penjara sudah pulang dari tadi ke rumah istri simpanannya

SIPIR I
Jangan, jangan kau lakukan itu, perasaanku tak enak!

SIPIR II
Kan bukan tindak criminal, sekedar ngobrol. Toh ruangan mereka juga sama dengan ruangan kita ini, apa bedaanya?

SIPIR I
Tapi kau yang bertanggung jawab ya?

SIPIR II
Sudah, kau tenang saja. Lama-lama kau mati oleh ketakutanmu sendiri
(LALU MENGAMBIL KUNCI PENJARA)


ADEGAN II

MUKAR DAN ABDULLAH DI BAWA KELUAR PENJARA OLEH SIPIR I, LEHER MEREKA DIIKAT TALI, TANGAN DIBORGOL DI DEPAN. DIPERSILAKAN DUDUK.
LIGHTING AGAK BENDERANG SEPERTI CAHAYA BOHLAM.
KEDUA SIPIR SIBUK MENYIAPKAN MEREKA MAKAN DAN MINUM


SIPIR I
Tapi kok diberi makan segala?

SIPIR II
Tak apalah, mereka kan tamu kita. Layaknya tamu penting berkunjung ke Istana Negara.. Ha ha ha ha

SIPIR I
Terserahlah, tapi seperti yang kau bilang tadi, kau yang bertanggung jawab atas semua ini, lagian itu jatah makanku malam ini

SIPIR II
Aku dibekali istriku makanan, kau makan saja punyaku

MUKAR DAN BEDUL HANY DIAM DAN TERHERA-HERAN, DAN AKHIRNYA ANGKAT BICARA


MUKAR
Kalian memang baik sekali, dengan apa kami membalas
(DIA CENGAR-CENGIR KE ARAH SI BEDUL)

BEDUL
Betul aku setuju dengan Mukar

SIPIR I
Jangan sungkan-sungkan, apalagi hutang budi kawan!

BEDUL
Ya, tapi kami makan tidak seperti anjing

SIPIR I
Oh ya. hahahaha Hampir lupa…coba kau buka borgol dan tali mereka itu (BERBICARA KEPADA SIPIR I)

SIPIR I LALU MEMBUKA BORGOL DAN TALI, TAPI AGAK SEDIKIT KASAR


SIPIR II
Pelan-pelan, mereka kan tamu istana kita

SIPIR I
Laksanakan…

MUKAR
Tapi tunggu dulu, apa maksud kalian? Jangan dimakan Dul, mungkin sudah diracuni, mana ada sipir penjara memperlakukan tahanan seperti ini. Aku curiga kalau ada apa-apanya. Sudah, langsung saja ke rencana awal kalian. Mau interogasi kan, atau mau bikin kami babak belur biar orang-orang tak mengenal lagi wajah kami. Kalau tidak ada apa-apa? Lebih baik kami kembali lagi ke penjara, aku sedang sibuk.

SIPIR II (TERTAWA RINGAN)
Kami tidak seperti yang kau kira Mukar (LALU MELIRIK KE BEDUL) aku tahu kau lapar dan haus, makanlah, minumlah.

SIPIR I (MENINJU MEJA)
Sudah, makan saja!!! Seharusnya kalian bersyukur kepada kami para sipir shift malam, kalau siang mungkin beda cerita. Dikasih makan malah banyak omong, bukannya berterima kasih.

SIPIR II
Sudah, tenang saja (BERBICARA KEPADA SIPIR I) 
Aku maklum kalau mereka berpikiran seperti itu, ayo dimakan.

MUKAR DAN BEDUL AKHIRNYA MAKAN DENGAN LAHAP


MUKAR
Ada apa gerangan bapak berdua ini melayani kami layaknya seorang tamu kepresidenan seperti yang bapak-bapak katakana tadi? Bukankah ini terlalu asing kurasa, mungkin tidak pernah sebelumya bapak-bapak lakukan, ya kan?

SIPIR II
Sepertinya…aku tak tertarik dengan cerita mereka di luar sana. Aku hanya tertarik dengan apa yang sebenarnya kulihat Mukar (LALU MELIRIK KE ARAH BEDUL) dan sebenarnya aku juga ingin menjadi orang terdekat temanmu ini

BEDUL
Kenapa begitu?

MUKAR
Ya, kenapa bapak sipir yang terhormat?

SIPIR I
Aku menjadi pusing dengan Tanya jawab kalian ini

SIPIR II
Kita coba dulu. Begini, aku melihat ada kebabasan di dirimu Mukar, maksudku begini, gejolak dalam dirimu itu sangat lain dari orang kebanyakan.

MUKAR
Terlalu berlebihan Pak! Kau harus menarik kata-kata yang sebentar ini kau sebutkan, kuharap tak ada penyesalan dan kau akan pulang lalu tidur nyenyak, dan sebelum lelap kau akan bahagia dengan melihat istrimu tidur dengan nyaman, karena itulah kalian ditakdirkan. Kenapa Bapak tidak menanyakan kenapa saya ada di sini, atas alasan apa mereka menjebloskan dalam ruang-ruang terinstitusi ini. Walau saya juga tidak bisa menjelaskan Pak sipir yang baik hati.

SIPIR I
Kemana arah pembicaraan ini? (BERBICARA KEPADA BEDUL YANG SEDARI TADI HANYA MENYIMAK PEMBICARAAN)

BEDUL
Kita nikmati saja, mungkin itu cara mereka berfilsafat…ya, boleh dikatakan cara mereka menilai hidup mereka!

SIPIR II
Kamu seperti sedang melawan sesuatu, tapi kau tidak tahu kemana dan apa metode penyelesaian itu Mukar?

MUKAR
Aku? Apa kau pernah merasa keterasingan, diabaikan, kesepian, merasa bunuh diri berkali-kali dan hidup lagi sebagi manusia yang berbeda dan kau mampu melewati dirimu?

SIPIR II
Ya..terus lanjutkan Mukar..ini semakin menarik. Ceramah yang seperti ini rasanya aku butuhkan sekarang

MUKAR
Ya, mungkin tak banyak kulakukan dalam kehidupan ini yang patut dibanggakan sobat. Waktu itu, yang persis masih kuingat, aku menyelamatkan mayat di kali. Tolong dengar baik-baik ; menyelamatkan (DENGAN MENGEJA). Meski kata menyelamatkan tak terlalu penting. Tapi begitu adanya. Dan akhirnya aku sampai di sini, jadi bingungkan? Dan teman saya Bedul ini diseret juga, sebenarnya aku tak butuh teman di tempat yang seperti ini Pak sipir.

SIPIR II
Tapi maaf Mukar, sebelumnya kejadian yang kamu alami ini sudah tidak asing lagi. Tangkap dan salah tangkap jadi hal biasa, daripada dibilang pengangguran jajaran elite, yah boleh dibilang begitu, mereka tinggal bilang “Siap Pak!’ tanpa mengerti terlebih dahulu. Itu kenyataanya teman. Mungkin disuruh terjun ke jurang mereka juga mau.

SIPIR I
Kalau aku jelas tak mau!

BEDUL
Mau harus bagaimana lagi.

MUKAR
Tapi kenyataan masih bisa dirubah kan? Daripada dihukum dua kali seumur hidup, mending kami dihukum mati saja. Lebih mudah. Dan kami tentunya akan menemukan keadilan yang hakiki dalam kematian, biar dunia gelak tertawa, dan kami tersenyum lebar. Sekarang keadilan memang-memang buta dan tuli. Atas kepentingan siapa yang ingin dipentingi. Terserah dengan cara apa mereka menemukan kami dengan kematian.

SIPIR II
Memang benar. Tapi kami tidak bisa melakukan apa-apa, selain ngobrol ringan seperti ini.

BEDUL
Kau yakin dengan apa yang kau bilang sebentar ini Mukar

MUKAR
Kami tidak menuntut kepada kalian. Tapi dunia ini memang sudah letih. Inilah caraku untuk menentangnya. Dan aku yakin Dul. Karena semua ini dibangun dari keyakinan, percayalah!

BEDUL
Aku yakin kalau begitu

SIPIR I
Heh, ikut-ikutan (MELIRIK KE ARAH BEDUL). Tak berprinsip, opurtunis.

BEDUL
Ya, karena kita juga sebagian dari mereka. Kau mungkin tak sepenuhnya dirimu, ada sebagian lainya juga. Dan aku tidak munafik. Aku mendukung temanku ini karena begitulah cara subversive kami untuk keadilan tahi kucing negeri ini. Masih untung kami tidak minta dipasangkan AC dan TV bewarna dalam penjara yang pengap ini. Biar kau tahu (DENGAN EMOSI)

SIPIR I
Bah, terserah! Nasib kita memang beda-beda bung. Dan kau terlalu banyak bicara.

MUKAR (TERSENYUM) 
kau lihat kah? Memang begitu. Kita seperti bercermin, yang mereka lakukan mungkin kita lakukan juga, mereka pun begitu. Mungkin lebih banyak, atau sebagian, atau memang keseluruhannya. Tapi kalau saya boleh meminta, kasih tahu mereka bahwa kami memang benar ingin dihukum mati. Mati dengan kesiapannya, mati bukan atas nama pahlawan, tetapi mati atas diri kami sendiri, dan kau juga dengar tadi, teman saya pun siap.

SIPIR II
Baiklah, kalian memang orang-orang yang tidak terinstitusi, bebas dan merdeka.

MUKAR DAN BEDUL DIGIRING LAGI KE PENJARA


DI HARI YANG LAIN…


ADEGAN III

SIPIR II
Kalian telah dibebaskan

MUKAR
Atas alasan apa?

BEDUL
Apakah benar adanya?

SIPIR II
Benar Dul.

MUKAR
Apa yang telah kau sampaikan kepada mereka?

SIPIR II
Tidak ada, lagian kalaupun aku bicara tak akan memekakan telinga mereka, seperti yang kita tahu.

MUKAR
Lantas apa yang telah kau lakukan?

SIPIR II
Aku sendiri yang ingin membebaskan kalian, tenang, risiko biar aku yang menanggung sendiri. Dengan syarat aku ikut serta dengan kalian. Bagaimana?

BEDUL
Kepalaku mumet. Aku tak mengerti apa yang sedang terjadi.

MUKAR
Dengarkan saja dulu dia bicara Dul!

SIPIR II
Aku juga lelah dengan kondisi sekarang ini, di luar sana akan membutuhkan orang-orang seperti kalian, walaupun sangat sedikit upaya yang bisa dilakukan. Biarlah jasaku hanya untuk membebaskan jiwa-jiwa yang merdeka penuh dengan gejolak senja. Tapi inilah yang bisa kulakukan teman. Ayo cepat!

MEREKA MENGENDAP-ENDAP KELUAR DAN LAMPU PERLAHAN-LAHAN MATI.

PEMENTASAN USAI.

bina_margantara@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar