Senin, 23 Januari 2023

KLINIK JIWA - Rudolf Puspa



CATATAN PENULIS:
Suasana Pengap Rumah Sakit Jiwa. Merintih. Shock. Menangis, tersenyum, marah-marah. Lucu aneh-aneh merupakan bentuk aktifitas para pasien jiwa. Ada perawat yang mengawasi serta sesekali menolong mereka jika aktifitas mulai membahayakan dirinya atau sesama pasien. Jumlah pasien tidak terbatas, tergantung penggarapan sutradara dan yang penting dapat menampilkan garapan yang semua ada maknanya, walaupun barangkali tak pernah bicara. Di sini para pasien justru sangat nikmat mendapat suntikan, hilang kesadaran, fly justru terus dicari, maka sangat cerah setiap asisten dokter yang bertugas menyuntik datang ke mereka. Unik aneh namun jadi satu ide yang menarik.
Pementasan ini mengambil, ruang atau bangsal. Sebuah Rumah Sakit Jiwa dimana para pasien berkumpul. Jika ada kursi dan meja tentu merupakan set prop yang ada kesan tidak membahayakan aktifitas pasien. Barang-barang yang unik serta bentuk warnanya akan memberi aksentuasi keadaan jiwa-jiwa yang sedang terguncang.
Dimulai dengan bunyi-bunyian yang memberi tekanan jiwa-jiwa yang ganjil. Pagi hari, para pasien berdatangan dari kamar mereka dengan gaya atau tingkah polah yang merupakan gambaran dari keadaan jiwanya.

Pasien 1 : 
(wajah serius, matanya memandang jauh tanpa apa yang dilihat. Selalu lurus pandangannya. Ia membawa tongkat komando dari bulu ayam pembersih meja yang masih terbungkus separo. Kurang lebih 20 kacamata aneka bentuk dan warna dipajang dibajunya. Dandanannya sangat menor. Berjalan ditegap-tegapkan. Dia suka sekali pidato. Ke kursi atau tempat yang tinggi dan pidato. Tak jelas bicaranya. Anak muda yang gagal, jadi pemimpin organisasi dan selalu di demo untuk dipecat. Selalu ketakutan dilihat orang banyak. Cepat sembunyi berdandan sebagai pemimpin resmi).
Pidato, (merubah suaranya) Pidato. (mempercepat bicaranya) pidato, pidato, pidato dan bla...bla...bla..., (berpikir dan tiba-tiba keras tak beraturan nadanya) Bla bla bla bla bla blaaaaa................ ciluuup......blaaaaaa (diam tegak bagai patung).

Pasien 2 : 
(selalu berjalan lurus dan kalau belok seperti celeng yakni loncat. Anak muda yang ingin jadi ahli hitung namun nilainya selalu jatuh. Stres berkepanjangan akhirnya suka ambil jalan pintas minum obat terlarang berlebihan hingga kehilangan kesadarannya. Kemana-mana bawa sempoa. Berhitung saja kerjanya. Ada keinginan dirinya untuk bisa merdeka, bebas dari tekanan kegagalan dandanannya norak). 25 kali 45... yaa betul sekali. 25 kali 45 sama dengan 45 kali 25. (menghitung lagi) 17 kali 8 kan 45... (keras sekali) merdeka!!!!!!!!! 17 kali 8 kali 45 ialah ....merdeka. merdeka. (menari-nari aneh sebab serba lurus-lurus kekiri kanan. Sempoa jadi alat musiknya. Lalu asik hitung dengan sempoa).

Pasien 3 :
(selalu cari teman. Takut sendirian. Suka nyanyi. Bawa boneka yang dianggapnya adalah anaknya. Gayanya manja sekali. Ia merasa tak pernah diperhatikan. Merasa selalu dibenci siapapun. Ia selalu mencari ayahnya. Ia tau punya ayah tapi jarang sekali ketemu. Ibunya sibuk sebagai wanita pedagang besar. Ia sendirian dirumah hanya ditemani pembantu-pembantunya. Disekolah merasa tersingkir. Ia suka melamun. Ketewa sendiri. Nyanyi-nyanyi sendiri. Lagunya takpernah selesai. Lagu kanak-kanak yang muncul. Dan lagunya hanya “bintang kecil” irama rock, anak,seriosa dsb.) bintang kecil........ bintangkecil........ (melihat sekeliling) papa...papa...be, be babe.... (mencari tempat duduk dan mengelus asik bonekanya. Dandanannya remaja yang serba pakaian terkini dan jadi aneh karena komposisi warna dan model campur tak cocok. Topi, kaos kaki, sepatu, baju, kaos, rok, makeup yang cantik berlebihan dan jika laki-laki yang main jadi kebencongan).

Pasien 4 :
(lagaknya bagai seniman. Lalu berkata-kata yang sepertinya puitis. Suka berhayal hingga hilang kesadarannya. Dari kecil tak kenal orang tuanya dan ia ikut neneknya yang kemudian meninggal dan dia sangat sedih dan akhirnya tak kuat menahan kesepian dan rasa kehilangan itu. Berpakaian yang serba robek celananya. Asesoris memenuhi tubuhnya. Bajunya yang digantungi saputangan warna warni. Kaki satu pakai sepatu dan yang satu pakai sandal. Wajahnya dihiasi coretan bunga atau gambar wanita, serba romantis).
Sepi. Sepi. Sepi. Sepi. Ing gawe rame pamrihnya. (tertawa terpingkal-pingkal). Awas hati-hati. Kecepatan maksimum 5 km per jam. (kuat sekali tawanya) awas. Awas. Ada anjing galak. Keluar masuk kendaraan berat. Kacamata hitam harap dibuka. Senyum, ketawa tiga jariiiii (tertawa sendiri sambil mencari tempat).

Pasien 5 :
(anak muda yang gagal masuk sekolah militer. Ia merasa dirinya pahlawan. Jago perang. Badannya kuat. Bawa senjata tapi mainan. Jika mungkin ada pistol, senapan, belati namu mainan semua. Pakaiannya mirip tentara namun aneh. Warnanya pun bisa warna bukan tentara. Sebentar-sebentar bersiap seperti tentara menerima dan memberi perintah yang dilakukan sendiri).
Nenek moyangkuu...........orang pelaut............(diulang saja) siaaaap, lencang ataaas, maju mundur selangkah grak. Berhitung. Satu dua satu dua satu dua satu dua.......tembaaaakan membabi butaaaa grak.tet tet tet tet tet tet tet teeeeeeeeeet. Siaaaaaap. Hormat senjataaa grak. (senjata ditaruh di depannya dan dia hormati dengan gaya aneh). Istirahat di terminal bayangan. (cari tempat dan membersihkan senjata-senjatanya).

Narasi :
Inilah suasana ruang berkumpul pasien rumah sakit jiwa. Jiwa-jiwa yang goncang, sakit, depresi mental yang tek tertahankan. Tak kuat menghadapi kehidupan pribadi yang berat. Kehilangan kasih sayang, jabatan, cita-cita yang gagal, tekanan ekonomi, politik dan sebagainya. Mereka menjadi aneh, menakutkan atau menggelikan. Namun mereka tak tahu apa yang mereka buat.

Semua :
(dengan cara pengucapan yang bergaya masing-masing) tauuuuu. Dia pikiiiir, kita gila. Kita pikiiir dia waras. (bersama mengucapkan masing-masing kata miliknya).
“pidato”, “bintang kecil”, “sepi, sepi?”, “merdek”, “ tembaaak”.

Perawat :
(gayanya juga termasuk aneh.tapi tampak sangat penuh perhatian pada pasien. Di baju seragam perawat, bisa putih atau warna cerah lain, tergantung peluit lebih dari satu dan berbeda warna dan kalau mungkin bunyinya juga. Tiap suara merupakan perintah yang diturut pasien. Ia meniup peluit).

All pasien :
(melafalkan A-I-U-E-O dengan bentuk mulut yang benar namun aneh).

Perawat :
(memeinkan peluit, cepat lalu lambat, putus-putus dsb)

All pasien :
(mengucapkan A-I-U-E-O mengikuti irama peluit)

Perawat :
(ambil peluit yang lain dan meniup memberi aba-aba)

All pasien :
(berjalan dengan irama peluit itu dan duduk)

Perawat :
(ambil peluit lain dan meniup panjang)

All pasien :
(menutup mulut sampai monyong hingga aneh sekali dan memberi tanda-tanda yang berarti diam)

Perawat :
(mencari tempat duduk dan baaca buku-buku komok)

Narasi :
Perawat dan begitu juga dokter yang sehari-hari bergaul dengan pasien ini akhirnya seperti sulit dibedakan. Bagai saudara kembar atau pinang dibelah dua.

All pasien :
(menuding kearah narasi) bohong bohong bohong bohong.

Perawat :
(membaca ban agak berdiri karena sepertinya ceritanya serta matnya melotot.) hiiiii ngeri. (ambil peluit meniup cepat)

All pasien :
(segera duduk diam lagi)

Perawat :
(kembali meneruskan baca)

Narasi :
Nah, apakah kalau saya terlalu lama disini juga akan........

Pasien 2 :
Merdeka..... jangan.... jangan.....merdeka.

Narasi :
(ketekutan gemetaran sekujur tubuh yang semakin kuat)

Pasien 5 :
Tembakan meriam salvo penghormatan terakhir.....

Narasi :
(sangat gemetar dan lari terbirit birit) ma ma ma...... maamaaa.........maaaaaa.....

Pasien 3 :
(sambil mengangkat bonekanya) papa...papa... be be babeeee.....

Perawat :
(ada kejadian lucu yang ia baca dan ia tertawa kuat tapi mencoba menahan. Jadi tubuhnya bergoyang seperti menari saja

Pasien 4 :
Awas hati hati pasar sepi. Minyak sepi. Harga naik. Awas rabies. Lapar busung. Flu nyamuk. demam burung berdarah. Flu babinian. Malarindu tropikangen. Tbc . diare. Ayo cepat. Yang terlambat masuk akherat. Sepi. Sepi. Sepi hatiku.

Pasien 2 :
17 tambah 8 kurang 45 sama dengan....merdeka....

Perawat :
(keras) Nah rasakan kamu. (memukul buku) akhirnya dokter sang pahlawan kemanusiaan datang bersama asistennya. Rakyat bersorak menyambut : dekter datang dokter datang. (ia bersorak kegirangan)

Pasien 1 :
Dokter datang, pidato. Bla bla bla bla blaaa balaaa cilub blaaa

Pasien 3 :
Kami belum siap segalanya (menyanyi seriosa aneh. Lalu lari menyongsong dokter)

All pasien :
Dokter datang, dokter datang. (menari-nari di tempat dengan gaya masing-masing)

Perawat :
(membunykan peluit untuk diam)

All pasien : 
(diam dan kaku)

Dokter :
(dokter diiringi asisten dikejar pasien 3. dokter dan asisten ketakkutan laripun dengan gaya mation. Sampai tengah panggung terengah-engah mengalah.lalu sisakit meneepuk dokter dan berkata)

Pasien 3 :
Nah sekarang dokter yang ganti jaga. Kejar saya. (lari sembunyi)

Dokter :
Suster, mana buku status.

Perawat :
(membawa buku status)

Dokter :
(membaca dengan banyak berkerut dahinya dan kesulitan membaca) buruk sekali tulisan ini. Sukar membacanya. Apa dokter harus selalu buruk tulisannya ?

Perawat :
Tapi itu tulisan dokter sendiri?

Dokter :
Ooooooooo ya? (menutup buku dan serahkan keperawat) aaa lupa aku.

Pasien 5 :
Lapor. Dokter lupa tulisannya sendiri. Laporan selesai.

Pasien 2 :
Dokter tambah lupa sama dengan........ Merdeka........

Perawat :
(meniup peluit untuk diam)

Dokter :
asisisten, periksa mereka.

Asisten :
(sangat aneh dan unik gaya bicara dan tingkah lakunya. Periksa mata, ketok dengkul, tiup leher, ajak omong, tapi bahasanya hanya bunyi saja, macam-macam dilakukan dan untuk tiap pasien berbeda)

All Pasien :
(yang diperiksa memberikan respons yang khas dan unik sambil menunjukkan bagian tubuh minta disuntik dan kecewa karena asisten tidak menyuntik. Bahkan ada yang marah batal di suntik).

Dokter :
(Melihat situasi) Asisten.....mereka masih manusia kan?

Asisten :
Jelas dok. Bentuk dan susunan tubuh belum berubah. Yang kurang ya yang di dalam-dalam (memberi tanda jiwa).

All Pasien :
(ketawa dibuat-buat serius) ha ha hi hi hi....sok tau. (Teriak) Sisten.

Perawat :
(meniup peluit diam)

Dokter :
Sehat jasmani, rohani sakit rohani. Perlu penanganan dan penenangan. Sisten!!

All Pasien :
Suntik mereka!!! (menunjuk diriny masing-masing)

Asisten :
(melihat pasien yang siapkan diri. Ragu-ragu. Mengeluarkan jarum suntik dan kemudian...) Jangan royal dengan obat dok. Tadi pagi kan sudah. Obat ini terlalu mahal untuk mereka. Lebih baik untuk mengobati anjing tuan Boby Bontang yang kaya raya. Kita akan banyak dapat cring cring cring.

Dokter :
Tapi mereka...

Asisten :
Tinggalkan saja. Habis perkara.

Dokter :
Kalau ada apa-apa, kamu mau tanggung jawab?

Asisten :
Aaah beres itu. (berbisik ke telinga dokter) Soal pat galipat serahkan saya dok. Semua saya yang megatur. Kewajiban atasan adalah tutup mata dan telinga. Yang dulu-dulu juga begitu. Ini sudah turun temurun dok. Perlu dilestarikan. Oke?

Dokter :
(mau bicara tapi asisten memberi isyarat tutup mulut) lewat mana?

Asisten :
Balik kanan grak. Maju menurut kata hati... grak. (exit)

All Pasien :
Pang ketipang ketipung ada dokter makan pat gulipat.

Pasien 5 :
Tembak jitu pemakan obat. (menembak dokter dan asisten yang lari menghindar)

Perawat :
(meniup peluit agar tenang tapi salah ambil. Peluit yang untuk A-I-U-E-O)

All Pasien :
(langsung bunyi A-I-U-E-O) dengan cepat sekali)

Perawat :
(ketawa sendiri. Ambil peluit lain dan memeriksa bahwa sudah tidak salah baru meniup karena sangat semangat justru tidak bunyi. Malah ke peluitnya dan meniup lubang membersihkan)

Pasien 4 :
Sepi. Salah peluit jadi sepi. Sepi peluit. (ambil peluit dan meniupnya)

All Pasien & Perawat :
A-I-U-E-O (berulang-ulang)

Perawat :
(sadar dan kesal sendiri) eh, kenapa aku ikut? (ambil peluit untuk diam)

All Pasien :
(diam dan tenang)

Perawat :
(kembali mau membaca tapi bukunya hilang. Ia mencari bukunya).

Pasien 1 :
(membaca buku komik) Nn..en..en... eee.. en.. kek.. enenek...oma. be abaaa pe apaaa..ek pak....papa (tertawa geli sendiri)

Pasien 3 :
(langsung sambung) Papa..papa... (melambaikan bonekanya dan menangis)...siang minum cucu...cucu...oma... kalau malam ngedot asi... (kaget sendiri dan melotot) ...what? what?...si what gito looooh.....asi sisisiapa tuuuu???

Perawat :
(riuh sekali) Naaaa...ini dia....kembalikan.

Pasien 1 :
(lari menghindar dan terjadilah kejar-kejaran dengan perawat)

Perawat :
(kelelahan dan ingat peluit) aduh, bodoh aku ini. (ambil peluit untuk diam dan meniup)

Pasien 1 :
(langsung diam tenang di tempat)

Perawat :
(menuju pasien 1 dan ambil buku dari tangannya. Kembali duduk di tempatnya dan baca)

All Pasien :
(satu persatu mendekati perawat. Semua mau dekat buku. Perawat lalu memainkannya. Buku ke atas kebawah dan sebagainya. Perawat jalan ke sana kemari dan semua ikut saja. Semua dengan action mau mengikuti perawat)

Perawat :
(karena kesal diikuti lalu dibunyikan peluit agar duduk diam dan memberi isyarat tidur. Semua dengan bahasa peluit. Lalu ia meninggalkan tempat).

Narasi :
Ketika perawat bersama mereka maka suasana aman dan tenang. Tetapi, ketika perawat meninggalkan mereka maka yang namanya stress. (pasien bangun dan stress) histeris, (pasien yang terik histeris) bicara sendiri-sendiri, (semua bicara sesuai isi hati yang goncang, pidato yang berapi-api dan sebagainya). Hooo menyeramkan tapi juga menggelikan.

(para penderita histyeris mengarah ke narator dan narator ketakutan teriak minta tolong sambil lari ketakutan karena terkepung dimana-mana).

Perawat :
(Perawat datang sibuk dengan peluitnya hingga pasien tenang kembali. Narator dituntun perawat keluar dari kepungan pasien dan segera meninggalkan tempat dengan takut).

All Pasien :
(melihat narasi pergi langsung semua girang. Teriak senang. Menari senang)

Pasien 3 :
(menyanyi bintang kecil dan semua ikut menyambut)

Pasien 5 :
(menyanyi bagai tentara maju perang) Nenek moyangku orang pelaut... (semua ikut nyanyi)

Perawat :
(ikut nyanyi dan lalu dengan peluitnya membuat mereka kembali tidur)

All Pasien :
(rupanya mereka sedang kuat sekali. Dan mulailah ngaco omongannya. Sesuai dengan peran masing-masing. Ribut sekali)

Perawat :
(bingung) Aneh. Wah ini kumat namanya. Peluit tidak mempan lagi. Apa mau dikata, mau tidak mau ya.... (teriak) dokter dokter dokter dokter...........(sambil mengamankan pasie yang mau keluar dari ruang itu)

Pasien 1 :
Dokter datang. Pidato...bla bli blu bla bla bla blaaa ciluuuuub blaaaa....

Dokter :
(Masuk bersama asisten dan para pasien menyerbu asisten minta suntik)

Pasien 5 :
Lapor. Peluit suster macet....tiaraaaap...tembaaak....

Dokter :
Sisten. Jangan tanya lagi.

All Pasien :
Suntik mereka (menunjuk diri masing-masing lalu siapkan bagian yang ingin disuntik. Dan nantinya asisten menyuntik bukan di bagian yang diminta pasien namun pasien fly mulai dari bagian yang dia minta)

Asisten :
Dok rencana dengan tuan beby Bon...

Dokter :
(tegas) Suuunnn......

All Pasien :
Tiiiikk!!!! Horeeee (mereka membuka lengan baju, ada yang di paha, ada minta di ubun-ubun dan seterusnya aneh-aneh)

Asisten :
Keliling menyuntik dibantu perawat agar cepat. Setiap yang disuntik aneh-aneh responnya. Yang pasti menikmati terbang tinggi, tenang, fly he, setengah strip saja dosisnya. Kalau perlu kurangi lagi. Hemat pangkal kaya tau?!

Perawat :
Pelit. Mau dagang atau mengobati? (ngegrundel sendiri) kalau moral korup bagaimana masyarakat akan sehat?....hiiii....tau ah gelap. Yang penting aku tak mau ikut gelap-gelapan.

Asisten :
(selesai tugas dan melihat botol. Obatnya dalam tas) Ya, masih cukup persediaan untuk...he he he..... Beres dok.

Dokter :
Suntikan telah membuat mereka jauh bermimpi. Lihat, oke kan?

Perawat :
Ya ya ya bagus dan terima kasih doker telah membebaskan aku dari keroyokan mereka.

Dokter :
Mereka tak punya tenaga, bagaimana mau mengeroyok?

All Pasien :
(bangkit dan memandang tajam ke arah dokter mereka berjalan menuju dokter. Perawat gemetaran tapi bersikap tenang. Mereka memandangi doker bahkan ada yang dekat sekali kewajah dokter. Mereka berjalan mengitari dokter. Dokter takut tapi waspada walau gemetar juga).

Asisten :
Tenang dok. Tenang saja. Mereka orang-orang yang dalam ketenangan yang luar biasa mereka aman di tangan kita. Jangan panik. Jangan menimbulkan hal-hal yang mencurigakan agar tidak terjadi hal-hal di luar dugaan dan di luar tanggung jawab kita. (asisten nyayian lagu rakyat yang menimbulkan minat menari) tak tontong kelamai jagung.......dst.

All Pasien :
(nyayian dan nari bersama asisten)

Asisten :
(telpon genggamnya bunyi dan ia segera menerima namun tetap sambil menari terus) ya halo ada di sini (terkejut dan bicara kuat) apa?

All Pasien :
(langsung juga bertanya namun terus menari bersama asisten) apa?!

Asisten :
(terus saja beri komando) tak tontong .......ya ya..ya disini juga gawat tau kerahkan keamanan panggil polisi kalau perlu. Cepaaaat. (tutup telpon dan langsung nyanyi kuat sekali dan nari cepat sekali) ter, ter, peluit....

Perawat :
Ok bos (meniup untuk tenang)

All Pasien :
(langsung diam dan duduk istirahat sesuai bunyi perintah lewat peluit)

Asisten :
(terengah-engah kedokter) dokter ,pasien oaling parah mengamuk dan meronta dan kini lari dari kejalanan.

Dokter :
Jangan buang waktu kejar dan tangkap. Perawat, jaga mereka baik-baik.

Asisten :
Hadap kanan grak....

Pasien 5 :
Kejar pasien lari .....ayo lari.....heeee larilah kudaku .....heeee kudaku gagah berani aku pun jadi senang .....la la la la la.....(dokter dan asisten bagai kuda lari)

Asisten :
Dasar gila ya tetap saja gila. Berangkat graaak. (lari bersama dokter )

Perawat :
Oke, waktunya minuuum. (meniup peluit tanda minum dan membagikan dot bagi bayi atau sejenisnya)

Narasi :
Mereka kembali kemasa kanak-kanaknya. Perawat pun tenang istirahat diruang perawat sambil membaca komik kesayangannya. Nah kisah selanjutnya. Pada jam kunjung pasien datanglah sepasang suami isteri /menjenguk tetangga yang adalah sahabat dekatnya /sang isteri merasa takut berada diruang kumpul pasien sang suami melihat-lihat mencari orang yang akan dikunjungi. Mereka terhenti dan........(melihat ada pasien bangun ia takut dan segera exit)

Pasien 3 :
(melihat suami dan teriak) Papa......papa...be be babeeee....

Isteri :
(buru-buru) Pak, pak jadi ada ....(menuding pasien3)

Pasien 3 :
Aaaaah ada papa ngompol ........uuuh kamu nakal ya bon, jangan ya bon..boneka sayang.

Suami :
Bukan dia Dia bukan (berbisik ke isteri) dia salah satu pasien di sini. Pingin punya anak sampai gila.

Isteri :
Dari mana tahu bahwa bapak pengin punya anak? Naaaaa.....ayo ngaku saja...jangan sembunyi-sembunyi...akan ketahuan juga.

Pasien 3 :
Taukan kamu bon sekarang.....lihat....... (ke suami) papa...papa...sayang.....

Suami :
Hus sama-sama. Dan kita tak perlu peduli pada mereka..kita tanya suster itu.ayo jam berkunjung sudah mau habis. (karena sibuk dan buru-buru ia gandeng pasien 3 yang jadi senang)

Isteri :
(teriak) Paaaaak. (ketika suami melihat ke arah isteri baru sadar salah gandeng. lalu kembali kepada isteri dan membawanya pergi)

Pasien 5 :
Tiaraaaaaap....tembak.

Suami :
Ayo cepaat bu (suaranya gemetaran dan melangkah lebar lebar diikuti isteri yang melangkah lari-lari kecil..)

Pasien 2 :
Kapan selesainya merdeka.? Kapan?

Isteri :
Jangan membelenggu kami. Lepaskan. Beri kami kemerdekaan.

Pasien 2 :
Saya bukan penjajah. Saya ditambah saya sama dengan...merdeka.

Pasien 4 :
Sepi tambah sepi kali sepi kurang sepi jadi........ kuburan... sepi sekali.. (tertawa sendiri)

Pasien 1 :
(bangun menguap panjang sekali dengan irama aneh) pidato bla bla bla bla blaaaaaa cilup blaaaaa.

Pasien 3 :
Papa papa. (kepada isteri) Naaa... ini oma bon....oma lucu ya? Oma...oma...papa...papa...

Isteri :
Pak. Kamu ada udang dibalik klinik?

Suami :
Bu, bu, bu nyebut bu....masa suamimu yang handsome begini ada main udang dibalik klinik. Di pasar ada udang terbuka siap di santrap. Ini bukan klinik hewan otak udang. Selingkuh mahal ongkosnya bu. Salah-salah dihajar masa runyam bu. Ini jman orang mudah marah.

Pasien 4 :
Ssstttt jangan ribut. Ini bukan parlemen pertengkaran mulut. Dilarang mengganggu orang gila istirahat.

Pasien 5 :
Tiarap. Tembaaak. Tret tet tet tet tet tut tut blam blam.

All Pasien :
Blam blam blam. (mengepung suami Isteri) blam blam blam.

Isteri :
(ketakutan) tolong tolong tolong. Help me please. Plis plis plis gito loooh.

Perawat :
(membunyikan peluit untuk tenang dan kembali ke tempatnya) Anda siapa? Mau berobat? Apa keluhannya? Sudah lama atau baru? Bagian mana yang terasa sakit?

Isteri :
(teriak) Saya mau mengunjungi pasien....!!!!!!

Perawat :
(teriak juga) Siapa namanyaa...!!!

Suami :
(teriak juga) Jangan teriak bu, nanti mereka maraahhh..!!

Isteri :
Kalau bisa marah artinya sehat pak. (ke perawat) Ter, saya mau lihat teman saya. Di mana kamar kelas I paviliun cempaka no.4 e?

Perawat :
(memberi gerakan tubuh menggambarkan jalannya) Lurus saja ke depan. Mentok terus belok kanan terus kanan lagi lalu kiri dan di situ ada ruang jaga dan tanya di situ. Kalau kurang jelas kemari lagi biar saya antar.

Suami :
Rasanya tidak jelas. Jadi antar saja sekarang.

Perawat :
Tidak bisa. Sedang tugas.

Pasien 3 :
Jangan, jangan.

Pasien 4 :
Ruang kan sepi tanpa suster. Suster adalah pangkal keramaian. Oh sus, jangan tinggalkan saya. Aku kan merindu dikau hingga liang kubur. Ku tunggu di pintu sorga.

Pasien 2 :
Rindu kali kubur sama dengan...merdeka. Dia adalah zus merdeka. Ditanggung tidak luntur dan halal serta empuk manis.

Perawat :
Lekas jalan. Terlalu lama di sini memancing kerusuhan.

Isteri :
Jalan pak. Betah amat di sini (sambil menarik bapak)

Suami :
Ya bu ya bu, sabar-sabar, pelan-pelan. Ingat waktu acara pernikahan? Pelan-pelan jadi juga.

Pasien 5 :
Tembaakk...

Suami & Isteri :
Tembak eh tembak ya tembak tembaakk.... (lari)

Perawat :
Ah agak oho ditambah bakat...

Pasien 2 :
Sama dengan........ merdeka........

Pasien 5 :
(kepada suster) Lapor. Tembakan selesai. Peluru habis. Gencatan senjata mulai. Mau belanja peluru. Nanti perang disambung lagi. Laporan selesai.

Perawat :
Kembali ke singgasana masing-masing ya sayang!

Pasien 3 :
Oke sayang, I Love You... (mau romantis ke perawatnya) love love.. I know i love you.. You You.... Yeah..suntik dong. (perawat menuntun ke tempatnya)

Pasien 4 :
Bila sampai waktuku.... (teriak sekencang-kencangnya) ku mau tak seorangpun kan merayu... Tidak juga kau.....(menunjuk ke perawat)

Perawat :
He he.. ke sana saja sayang? (pasien itu justru menari aneh dan sang perawat ikut saja sambil membawa pergi)

Pasien 1 :
Pidato bla bli blu bla... Pidato..... (melangkah ke arah lain) Pidato.... (pindah tempat) pidato... bla bla blaaa cilub...blaaa....... Zus cantik ah.....

Perawat :
Lebih mudah menggembala kerbau sekandang. Ayo ayo sudah. Bagaimana caranya bicara sama mereka? Seperti waras tapi dalamnya? Ayo mundur.. mundur.. gundul gundul pacul cul..... Diam di tempat grak..... (bingung) dasar gila... (lalu mengucapkan aba-aba dengan peluitnya baru mereka menurut) nah awas jangan bergerak kecuali di tempat. (sambil exit) lapor... ada orang... laporan... selesai.

Isteri :
(agak buru-buru karena takut melewati tempat pasien berada) Kasihan sahabat kita. Sudah jatuh ketiban palu godam juga. Kena PHK. Kena tuduhan penggelapan dana subsidi orang miskin. Mark up pembelian truck sampah. Akhirnya tidak kuat menahan malu, takut, penuh sesal dan....

All Pasien :
(berdiri dan melangkah aneh-aneh dan pelan serta matanya tajam menuju satu titik yang sama. Diam dan melongo)

Isteri :
Mereka sedang melihat apa?

Suami :
Apa mereka masih bisa melihat? Apa yang dilihat? Kita lihat bu.

Isteri :
Ke sana? Hiii ngeri. Kamu saja sendiri. Saya takut.

Suami :
Penakut. Ya sudah tunggu saja di sini. Tapi jangan jauh-jauh dariku. Saya kan juga.... nggak ah. Siapa bilang saya penakut. Suami teladan (mendekati takut-takut. Setiap ada gerakan pada pasien ia menghindar seolah-olah siap diserang. Sampai di depan mereka ia mencoba menggerakkan tangan di depan mata mereka yang tetap tak berkedip) bu bu bu...bu...

Isteri :
(dari jauh) Ya apa.... ada apa? Ada yang nggak beres? Berbahaya? Perlu bantuan? Tapi jangan saya yang disuruh ke sana. Saya takut... serem. Bilang kalau ada yang menakuti kamu. Biar saya ambil langkah seribu.

Pasien 1 :
Jangan berisik. Di dalam sidang VIP tertutup. Dilarang dipublikasikan. Harap tenang. Dilarang mengganggu sidang gila. Itu gila namanya. Orang waras tidak gila tidak waras.

Pasien 3 :
Horeee.... papa..... tidak waras dan tidak gila.

Isteri :
Dokter, dokter, perawat, asisten...

Pasien 4 :
Bila sampai waktuku...

Isteri :
Mampus saja sendiri. Dokter.....

Pasien 2 :
Tanggal tambah bulan tambah tahun..... merdeka.

Isteri :
Kamu sebagai suami jangan diam melongo begitu. Nanti sandal masuk ke mulutmu. Bantu aku. Kamu sudah tidak cinta aku ya?

Pasien 3 :
You ypu i love you... I know i love you

Suami :
Isteriku, kucinta kau... (gemetaran dikerumuni pasien)

Isteri :
Makanya jangan kau meremehkan saya lagi...

Suami :
(melepaskan diri dari kerumunan) O tidak sayang... kau cantik, manis, aduhai, dan.... pokoknya siiiiip deh, lahir batin siang dan malan tak ingin berpisah sejengkal pun. Tanpa kau hilang gairah hidupku. Ikal rambutmu, gelombang detak jantungmu, dengus semampai nafasmu, sorot sinar matamu, tutur kata hatimu ooooo membuatku menggeliat terbang berenang dalam kerinduan ingin memeluk mendekapmu.

Isteri :
Idiih kalau dekat-dekat begini penuh sanjungan... kalau di luar saya.... begitu melihat bunga merayu menebar senyum memikat syahwat maka lupa yang di rumah. Lelaki banyak manis kata.

Suami :
Itu lelaki pada umumnya. Aku lain. Aku khusus. Aku lelaki tidak umum. Aku bersumpah demi bintang....

Pasien 3 :
Bintang kecil.......

Suami :
Ya betul (nyanyi dan menari dengan pasien 3)

Pasien 4 :
(mendekati isteri) Suamimu sakit ya...?

Isteri :
Tidak. Enak saja (mau merebut suaminya. Pasien 3 menarik juga akhirnya tarik-tarikan)

Suami :
(kesakitan ditarik kiri kanan dan meronta melepaskan diri) stoop! Saya masih waras bu? Masih ya bu? (aneh) Saya jadi betah di sini. Hawanya segar. Hidup enak tak perlu mikir. Dirawat. Tak ingat apa-apa. Happy happy terus. Bu, pindah ke sini saja ya bu (makin aneh).

Isteri :
Dokter dokter dokter

Pasien 2 :
(suara berdengus besar) Merdeka.....

Isteri :
Sumpah aku tak mau lagi kemari. Biar dibilang sombong, tidak toleran teman sakit dan sebagainya dan seterusnya. Kapok aku. Oooo, dokter dokter .... dokter dimana kau..? aku tidak mau ketularan....

Pasien 1 :
Pidato... bla bli blu bla. Ciluuub bla.... orang waras tak ingin gila.

Dokter :
(datang buru-buru diikuti asisten) Ada apa ini? Kenapa teriak-teriak panggil dokter? Ibu ada sehat-sehat? Sisten. Bawa ke kamar periksa. (exit)

Asisten :
Mari bu.

Isteri :
Saya tidak sakit. Saya sehat. Bodoh kamu. Dokter dokter tolong...

Asisten :
Kita periksa saja dulu bu. Dokter lebih tau. Ayo (memaksa sehingga isteri meronta-ronta di bawa keluar)

Suami :
Dibawa kemana istriku? Hai... (susah keluar karena dicegat pasien-pasien. Menghentakan dirinya dan memukul lantai) Tidaaaak!!!!

All Pasien :
Gila gila gila gila gila....

Narasi :
(muncul sangat anggun dan tenang)

Suami :
(melihat narasi marahnya dia lampiaskan) Siapa kau?

Narasi :
Seperti yang kau lihat. Wanita

Suami :
(Sinis sekali dan mencibir meremehkan). Aku tidak mengundangmu.

Narasi :
Aku juga datang bukan untuk menemuimu.

Suami :
(berdiri penuh nafsu) Apa kau datang untuk menghiburku sayang?

Narasi :
(meledak amarahnya) Itulah kalian para lelaki selalu menganggap wanita hanya sebagai hiburan belaka. Hanya dijadikan pelengkap tempat tidur. Kami protes keras. Kami juga punya hak menjadi subjek. Bukan objek sejak lahir. Betul kawan-kawan?

All Pasien :
Waaaoooo...mmmmmuuah. ah

Narasi :
Mereka saja mengerti, kenapa kalian yang wara tidak? Hentikan sikap mau menang sendiri. (jantan dan perkasa) Kami bangkit karena kami ada. Kalian ada karena kami ada. (feminim) Hai.. camkan di hatimu. (berjalan exit bak peragawati dan kemudian berubah wanita karier yang serba tegas dan sigap)

Suami :
(lari mengejar tapi dithan pasien) Andai bukan perempuan... kuremas-remas kau. Kutendang. Kuludahi. Ku ku ku rang ajar.

All Pasien :
Cuh cuh cuih (tertawa) gilaaaa...

Suami :
Brengsek kalian (mengamuk dengan gaya serba aneh)

Pasien 1 :
Pidato. Ada orang waras mengamuk (minggir dan menonton melongo aneh)

Suami :
Aku masih waras (menghempaskan dirinya ke lantai)

Perawat :
(masuk buru-buru) Edan, edan. Ditinggal sebentar saja sudah berantakan. Ayo ingat. Ayo aku setrum kalian semua. (membawa pentungan yang ada aliran listrik kecil. Setiap yang dikenai lalu kaget dan seperti terkejang saja jadinya. Aneh dan makin gila suasananya. Ada yang malahan minta tambah) nah malah keenakan. Dunia sudah terbalik-balik kini. Mana yang edan sebenarnya? Bapak kenapa tidak pulang dari tadi? Betah di sini?

Suami :
(nyanyi bintang kecil)

Perawat :
Aduh mati aku. (tiba-tiba kesal dan nyanyi lagu rock keras yang lagi hits saat ini. Kedengaran memang kesal dan aneh sekali. Lama-lama kehabisan tenaga dan loyo tertunduk lemas)

Suami :
(bertanya ke pasien) Dia pasien?

Pasien 3 :
Papa gila. Tanya Pasien ke pasien (semua tertawa tanpa arah dan masih ketawa saja asal ketawa aneh)

Dokter :
(bersama asisten dan geleng-geleng saja melihat situasi yang kacau. Kaget melihat penghuni baru) sisten, bapak itu pasien baru?

Suami :
Bintang kecil...

Dokter :
Suntik

Asisten :
(menyuntik dan suami lemas tenang)

Dokter :
Berapa persen kemungkinan sembuh?

Asisten :
Seperti pepatah bilang “hidup segan matipun tak mau”. Ada orang hidup tapi tak waras ada yang waras tapi tidak hidup. Orang sehat yang dinyatakan sakit dan ada orang sakit dinyatakan sehat. Ah aneh aneh tapi nyata nyata.

All Pasien :
Apa gunanya?

Asisten :
Hus

Isteri :
(muncul dengan gaya aneh) Saya masih waras. Saya masih waras... tidak. Dokter, ampun ampun... (berputar-putar di tempat saja)

Suami :
Dok, dia istriku...

Pasien 3 :
Bintang kecil...

Suami :
(nyambung) Bintang kecil... tapi dia istriku... bintang kecil... peluklah aku dinda.

Asisten :
Suster, kamu digaji bukan untuk tidur. Atur anak buahmu. (sambil ke istri menyuntik) Aaah suntik saja. Biaya urusan belakangan.

Narasi :
Jangan biarkan anak-anak muda terlepas dari kasih sayang. Hindarkan dari penyakit mengerikan ini. Ini adalah bencana.... bencana nasional.... internasional.... (jerit penyanyi rock yang memberontak) bencana bencana bencana..... (menangis dan tertawa)

Dokter :
Sisten (suaranya lemas melengking hampir tak bersuara)

All Pasien :
(parau) Suntiiik.

Asisten :
(sama paraunya) Siap. (menyuntik narasi yang kemudian lemas keasyikan)

Asisten :
Lelah. Daya tahan menipis. Akal waras tumbuh kelainan. Kenapa mereka sangat nikmat dan menyenangi obat ini? Bimbang. Ragu. Aku bukan orang kuat. Aku bukan malaikat. Sekelilingku setan-setan..... dan dan ... (mau menyuntik) ah tidak... tidak... harus ada yang waras walau Cuma satu... (menangis)

All Pasien :
Lho..lho..lho..... orang waras menangis

Asisten :
Kalau tiap hari yang seperti ini bertambah terus. (lantang sekali)... lalu mau jadi apa bangsaku. (menangis bagai anak kecil)

Pasien 3 :
(lari menyumpal mulut asisten denan dot bayi) bintang kecil... (dengan semangat aneh)

All Pasien :
Suami, dan Isteri : Bintang Kecil.... (parau tinggi)

Perawat :
(sudah seperti gaya pasiennya) stoop. (yang nyanyi statis) Untuk mengenang dan menghormati para pasien yang terus berkembang jumlahnya marilah.... heningkan cipta... mulai..... (bersama dokter duet lagu seriosa) Bintang kecil....

All Pasien :
Stoopp (nyanmyi kuat sekali) Bintang ke....

Asisten :
(suara anak kecil) Stooop. (semua statis) Bin...

Semua :
Stooop... (suara kaset rusak. Lalu senyum dan riang)
Ini dia si jali-jali...
lagunya enak lagunya enak merdu sekali... 
enak sekali enak sekali enak sekaliiiiiiiiii.....

Narasi :
Sampai di sini. Salam kami. Pidato. Bintang Kecil. Sepi. Tembak. Merdeka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar