Sabtu, 14 Januari 2023

DI AKHIR PERMAINAN - Adhy Pratama


Setting :

Drama “kursi” dimainkan diatas panggung dengan property lengkap, tetapi dengan permainan yang sangat kacau. Seorang sutradara memandang dengan sinis dan penuh amarah, dan disebelahnya duduk assistantnya yang berharap-harap cemas.


Adegan 1

Perempuan 1, 2, 3, 4 dan pria 1 dan 2 berjalan mendekati sebuah kursi ditengah sambil menyebut kata “kursi” berulang-ulang kali. Tapi, pada langkah pertama perempuan ketiga melakukan kesalahan dan mundur satu langkah kebelakang. Pria 1 dan 2 melakukan kesalahan dengan mengucapkan kata kursi tidak berbarengan. Selanjutnya, mereka berebutan kursi itu sampai terjatuh karena saling menarik. Setelah terjatuh, mereka seakan takut dengan kursi dan 1 sama lainnya sehingga menarik diri menjauh dari kursi. Kursi terjatuh, mereka bingung, mereka saling melirik, dan kemudian pria 1 mencoba membuat kursi itu berdiri dengan kakinya tetapi gagal walaupun mencoba berulang-ulang. Akhirnya pria 2 yang berdiri dan membetulkan kursi itu dengan penuh ekspresi malu. Adegan diiringi music yang juga sering terjdi kesalahan. Sampai akhir drama, setiap kesalahan di drama ini disambut dengan bahasa tubuh yang marah oleh sutradara dibawah panggung.

Seorang perempuan( wanita 6) memasuki panggung dari wingback kanan panggung tetapi karena seharusnya ada dua wanita yang masuk berbarengan dia berhenti seperti mati langkah. Menunggu. Setelah masuk berbarengan , seorang kearah kanan mendekati 2 orang perempuan dan satu laki-laki disebelah kanan. Sedangkan satu lagi kearah kiri mendekati kelompok yang lain.


Wanita 6
kursiku, kursi,,kursi,,kursi,,(sambil menganguk-angguk),bukan kursinya,,kursi,,kursi,,kursi (sambil menggeleng).

Wanita 1 dan 2
(lupa teks drama, saling lirik)

Wanita 6

(seperti memberi isyarat kepada wanita 1 dan 2, kemudian memukul keningnya sendiri kemudian melirik sutradara dengan penuh rasa takut)

Pria 1

hem… kursi,,kursi…(menunjuk kursi sambil melihat kearah dua wanita sebelahnya)

Wanita 6
kur…si (agak ragu, menunjuk kursi dengan cepat),,kursi…kursiku…Kemudian diarah kiri melanjutkan.

Wanita 7

lak,,lak.bukan kursinya..kursi kursi,,kursi. Kursiku…kalau kursi ku,,,kursi kursi kursi??

Wanita3,4 dan pria 2
kursi…(mengangguk)

Wanita 7
kursiku..kursiku…hahahahaha (menguntal sejumlah uang keudara…pria mengambil uang itu dan memberi isyarat untuk mengambil uang itu juga. Wanita 3 dan 4 terkejut dan ikut menambil uang itu sambil melirik kesutradara dengan takut)

Wanita 6

jangan,,,kursi itu,,kursiku…kursi…kursi…

Wanita 1,2 dan pria 2
tapi kursi??

Wanita 6
kursi…kursi…

Mereka dikejutkan dengan seorang wanita lain (wanita 5) yang secara tiba-tiba masuk dan seperti tidak bersalah duduk dikursi yang menjadi bahan rebutan. Di tengah panggung ia bertanya dengan isyarat pada assistant sutradara, apakah timing ia masuk sudah pas, assistant sutradara menjawab dengan gelengan yang bearti tidak tahu, tetapi wanita 5 salah tanggap, ia mengira belum saatnya masuk hingga ia berdiri lagi dan hendak keluar. Seluruh pemain berteriak tertahan, dan sutradara dibawah marah besar.

Sutradara
AHH! (menoleh pada assistantnya) hentikan, hentikan suruh penarik layar itu menarik layarnya.

Asisten
Tapi mas?

Sutradara
Ah, jangan banyak tanya, cepat

Asisten
(berdiri dan setengah berlari ke penarik layar 1) tutup layar, mas yang suruh, tutup layar.

Penutup layar 1
(menyembulkan kepalanya dari balik layar) loh? Kan belum selesai?

Asisten
Mas yang suruh, ayo cepat, cepet!

Penutup layar 1

(dengan tergesa-gesa menutup layar)

Layar tertutup setengah, para pemain tetap diam ditempat dan diam menyaksikan kejadian ini dengan heran dan sedikit ketakutan.

Penutup layar 2
(menyembul keluar) lah? Kok tutup layarnya? Kan belum selesai, baru adegan 1?

Penutup layar 1
(menyembul keluar) mas yang suruh, cepatlah tutup juga yang kau.

Penutup layar 2
(melihat kearah mas dan tersenyum malu, tanpa banyak bicara menutup layar dengan tergesa-gesa hingga layar tertutup seluruhnya)

Lighting didalam panggung mati, satu lampu mengarah ke sutradara dan assitennya didepan panggung. Tampak sang sutradara dalam keadaan marah besar, dan asistennya terlihat agak takut disebelahnya.


Sutradara

Goblok,goblok! Darimana kau dapat pemain-pemain goblok itu? (mata melotot kea rah asistennya)

Asistent

(hanya menunduk)

Sutradara
Timing nggak pas, teknik Q nya ancur! Pola lantainya berantakan, music backgroundnya nggak karuan, bahkan ekspresinya seperti kambing bandot mau kawin, serius nggak sih kalian ini!

Asisten

(hanya menunduk)

Sutradara

Kalau kalian main seperti itu terus, kutendang keluar kalian semua dari teater ini.(membuang muka)

Asisten
(perlahan-lahan mengangkat kepalanya) terima kasih mas (geraham beradu menahan marah)

Sutradara
Terima kasih untuk apa?

Asisten

Terima kasih, karena telah menghina kami, moral kami sedang hancur karena main sangat buruk tadi, sekarang tambah hancur karena kata-kata mas tadi (mata berair, geraham beradu)

Sutradara
Ha haha, beraninya kau berkata begitu didepan aku, kau tahu dengan siapa kau berbicara?

Asisten
Yah, dengan seorang sutradara, seorang panglima perang yang membangun mental anak buahnya, dan tetap memberi semangat walaupun anak buahnya kalah berperang, bukan menghinanya seperti binatang.

Sutradara
Ho, begitu. Aku malu, malu, dilihat orang kalau para pemainku main hancur lebur seperti tadi.

Assistant
Berkaca mas! Berkaca! Jangan Cuma melimpahkan kesalahan ini pada kami, mas tahu berapa kali latihan ini! 8 kali mas! 8 kali! Mas datang berapa kali mas! 2 kali! Cuma 2 kali! Bahkan mas tidak datang saat mereka gladi bersih! Kami seperti anak yang kehilangan induk! Mental kami sudah hancur sebelum naik panggung!

Sutradara
Actor professional harusnya bisa menghadapi situasi seperti itu! (dengan santai mengeluarkan rokok mengambil sebatang dan meletakkan di bibirnya)

Asisten
Sutradara professional pun harus tahu dimana dia menempatkan dirinya saat para pemainnya tampil kacau.

Sutradara
Ah, (membuang rokok yang belum sempat dibakarnya) pergi kau dari depan wajahku, dasar asisten awam!

Asisten
Tenang, saya akan pergi sekarang juga. Muak ku lihat muka kau yang sok hebat dan yang kau tahu Cuma kau yang benar (layar terbuka tiba-tiba dan lampu hidup, sutradara dan asistennya setengah terkejut dan melihat kepanggung, seluruh pemain dan pemain music sudah berdiri diatas panggung, disusul oleh penarik layar)

Pemeran wanita
Mas, dia tidak pergi sendirian, kami juga akan pergi. Maaf membuat mas kecewa

Sutradara

Oh, bagus (pause) bagus sekali, pergi saja semua. Kurang ajar kalian semuanya! Pergi dan tidak usah kembali, aku bisa mencari actor yang lebih bagus dari kalian pemain-pemain kacangan.

Pemeran wanita
Silahkan cari mas, semoga berhasil (memberi isyarat kepada teman-temannya, dan seluruh pemain, pemain musik termasuk penarik layar out lewat belakang panggung dengan sesekali menatap benci pada sutradara)

Asisten.

Nah, kita ini tim (Pause) Rusaknya satu pertunjukan tidak bisa dilimpahkan ke satu dua orang saja(pause) semua ikut terlibat. Sekarang aku mau lihat kau kerja sendirian. Semoga bisa membuat pertunjukan hebat (sedikit tersenyum dan out)

Sutradara
(melampiaskan kekesalan dengan gesture) ah,,, tai kucing semua.(terdiam dengan nafas tersengal,) akan kucari pemain lain yang jauh lebih hebat. Akan kubuat penampilan spektakuler yang pernah ada, persetan dengan kalian semua, (berlari out)


SELESAI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar