Selasa, 31 Januari 2023

RUMAH DO RE MI - Mayang Sari


 

RUMAH DO RE MI
Karya : Mayang Sari



ADEGAN 1

Suatu malam yang dingin dan mencekam, di dalam sebuah kamar terdapat anak-anak panti asuhan yang sedang tertidur, semuanya seakan sepakat untuk mengalami mimpi buruk yang sama dalam tidur mereka itu. Dalam mimpi mereka, terdengar suara lantang dan menyeramkan dari pengurus panti, pengurus mereka. Terdengar pula suara cambukan dan rintihan kesakitan anak-anak.

Renata : 
Dengarkan kata-kata ibu, jangan berani-beraninya kalian mengulangi kesalahan yang sama! Karena ibu tidak akan segan-segan untuk menghukum kalian lebih keras lagi! Kalian harus mengikuti semua aturan yang telah ibu buat! Semuanya! Tanpa terkecuali! Taati semua perkataan ibu! Ingat, bagaimanapun juga panti asuhan ini harus berjalan sesuai dengan yang ibu inginkan! (berkata dengan keras sambil memukuli anak-anak dengan kayu ringan, sementara anak-anak merintih dan menangis ketakutan)


ADEGAN 2

Keesokan hari, di ruang tamu, Renata sedang berbicara dengan pimpinan Panti Asuhan yang bernama Julia. Julia membawa seorang mahasiswa magang untuk membantu Renata mengurus anak-anak, mahasiswa itu bernama Fauzi, wajahnya ramah dan menyenangkan. Akan tetatp Renata tidak menyukai kedatangan pria itu.

Julia : 
Saya mengerti Ibu Rena, tapi bagaimanapun juga panti asuhan ini dibangun dengan uang saya, dan saya ingin anak-anak yang berada disini memiliki masa depan yang cerah.

Renata : 
Iya bu, maafkan saya. Akan tetapi saya ingin Ibu memahami bahwaselama ini sayalah yang merawat mereka dan mengurus keseharian mereka, jujur saya agak kewalahan. Saya yang harus menyiapkan sarapan pagi, makan siang hingga makan malam. Saya juga yang membersihkan rumah, mencucikan seluruh pakaian mereka, merawat mereka, mengurus mereka apabila mereka sakit. Belum lagi tugas sekolah mereka, dengan mereka yang memiliki perbedaan umur, tugas yang berbeda pula dan kenakalan yang tak ada habisnya. Setiap hari saya harus mengingatkan mereka untuk mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan oleh sekolah, bila mereka tidak dapat mengerjakan sendiri, saya yang harus mengajarnya sendirian. Sedangkan jumlah mereka bukanlah satu ataupun dua. Saya sangat menginginkan pengertian dari Ibu Julia selaku pimpinan Panti ini.

Julia : 
Justru itulah maksud kedatangan Saya kesini.Saya sudah mempersiapkan sebuah rencana untuk mengurangi permasalahan tersebut.Perkenalkan, ini Mas Fauzi, Dia adalah mahasiswa jurusan psikologi tingkat akhir, Dia datang kesini untuk praktik kerja lapangan yang ditugaskan oleh kampusnya, sekaligus membantu anda mengurus anak-anak. (Renata kelihatan tidak begitu senang) Anda tidak keberatan kan? Saya melakukan ini tentunya untuk kebaikan Anda juga.

Renata : 
(gelagapan) Oh tentu saja tidak, apapun yang terbaik untuk panti asuhan ini.

Julia : 
Baguslah kalau begitu. Mas Fauzi, Anda bisa langsung berkenalan dengan anak-anak.(berbicara pada Fauzi, tersenyum).

Fauzi : 
Baiklah bu, permisi. (Fauzi masuk ke kamar anak-anak)

Julia : 
Ibu Rena, ada beberapa hal yang ingin saya bicarakan.(kembali berbicara kepada Renata dengan serius).

Renata : 
Tentang apa itu Bu? (Terlihat cemas)

Julia : 
Ini tentang donatur, ada beberapa hal yang perlu Ibu ketahui. Mari Bu.(Keduanya beranjak ke ruang kantor Renata)


ADEGAN 3


Kamar anak-anak, Mereka sedang bermain di dalam kamar dengan ceria. Fauzi masuk ke dalam kamar, memperhatikan anak-anak dengan senang.

Fauzi : 
(Tersenyum, hangat) Halo, anak-anak!

Anak-anak : 
(Anak-anak berhenti berbicara dan memperhatikan Fauzi dengan berbagai ekspresi. Ada yang senang, ada yang heran, ada juga yang merasa terganggu karena permainan dihentikan. Akan tetapi semuanya membalas sapaan Fauzi dengan sopan). Halo.

Fauzi : 
Hai, nama Kakak, Fauzi. Salam kenal. Kakak berada disini untuk membantu Ibu Rena merawat Kalian untuk sementara waktu, bolehkah kakak berkenalan dengan Kalian?

Chika : 
(berkata dengan centil, anak perempuan satu ini sangat manis. Rambutnya dikuncir dua dan sangat feminin)Namaku Chika. Nama Kakak siapa?

Anak-anak : 
Kakak? Bapak kali.

Fauzi : 
Nggak papa (berkata sambil tersenyum ramah). Panggil Kakak aja. Kakak kan masih kuliah. Tadi Kakak juga sudah memberi tahu nama Kakak. Tapi tidak apa-apa, sekali lagi Kakak beritahu, nama Kakak Fauzi. Lengkapnya Ahmad Fauzi. Nah, yang lain namanya siapa?

Karin : 
Saya Karin! (anak perempuan ini berpenampilan seperti anak lelaki, rambutnya pendek dan memakai topi, pakaiannya adalah kaos lelaki, dan dia sedang memainkan bola kaki ditangannya)

Anita : 
Saya Anita Kak! (Anak wanita satu ini, mengikat rambut panjang hitamnya tinggi-tinggi, kulitnya hitam manis dan memakai kacamata, wajahnya adalah wajah paling ramah diantara yang lainnya)

Acong : 
Saya Putra Kak! (Seorang anak lelaki berdiri, penampilannya agak aneh, karena dia melilitkan sarung dikakinya hingga nyaris seperti rok tiga perempat, tapi wajahnya tak kalah ramah dengan Anita). Bisa dipanggi Acong (berkata dengan penuh semangat).

Didi : 
Anak Mencong! (berkata meledek Acong, dan anak-anak lain tertawa sedangkan Acong cemberut dan berpikir untuk membalas didi).

Jono : 
Saya Jono kak! (Anak ini terlihat paling pintar dibanding yang lain, memakai kacamata tebal dan disekelilingnya terdapat tumpukan buku). Saya sahabat terdekatnya Bos! (tersenyum sumringah).

Setyo : 
Dan saya adalah bos yang disebut oleh Jono! Nama saya Prasetyo kak! Dipanggil Setyo. (Anak ini adalah Anak bertubuh paling besar dari yang lain, memiliki suara paling keras, dan menyenangkan).

Apin : 
Saya Apin! (Badanya tak sebesar badan Setyo, tapi kelihatannya Dia tak bisa menahan lapar lebih lama dari yang lain. Tubuhnya gemuk, berkulit kecoklatan. Terdapat sebuah tompel kecil di dekat hidungnya. Dia berbicara dengan mulut penuh makanan).

Didi : 
Si Tompel! (semua kembali tertawa mendengar ledekan Didi). Saya Didi Kak! (anak lelaki ini adalah yang paling muda namun paling bertingkah dibanding yang lain, tapi semua menyukainya).

Acong : 
Didi Kempot! (berkata meledek Didi sambil mengempotkan pipinya, tawa anak-anak kembali meledak).

Rafi : 
Saya Rafi. (Anak ini terlihat agak aneh, namun yang melihatnya pasti langsung menyayanginya. Anak ini memiliki kelainan dengan cara berfikir dan bicaranya, namun Dia sangat senang membantu orang lain). Saya, Apin, Didi, dan Acong suka bermain bersama.

Karin : 
Dan mereka pun dipanggil kumpulan para idiot. Karena mereka suka berbuat hal-hal diluar kata normal. (mendengar itu Apin, Didi, dan Acong tidak merasa kesal, melainkan cekikikan menyetujui pernyataan Karin).

Fauzi : 
Wah, Kakak sangat senang bisa berkenalan dengan kalian, kalian memiliki beraneka macam sifat dan pola pikir. Pasti kita bisa bersahabat dengan baik. (wajah anak-anak meragukan hal tersebut. Namun, Fauzi tetap bersemangat menghadapi mereka). Oh iya, Kakak memiliki sesuatu untuk Kalian!

Chika : 
Apa itu Kak? (semua langsung tertarik mendengarkan dengan serius).

Fauzi : 
Ada syaratnya kalau kalian ingin tahu.(wajah anak-anak agak kecewa karena dibuat penasaran olehnya).

Acong : 
Apa Kak syaratnya?

Fauzi :
Hmm, Kalian harus belajar bernyanyi!

Chika : 
Menari juga dong pak!

Fauzi : 
Iya menari juga.

Anak-anak : 
HORE!


ADEGAN 4

Suatu Malam, Rena sedang berbicara sendiri di Kantornya dengan sangat kesal.

Renata : 
Ini tidak boleh terjadi! Enak saja orang baru itu. Belum ada dua minggu dia berada di panti asuhan ini, laganya sudah seperti bertahun-tahun. Baru menjadi mahasiswa tingkat akhir saja sudah belagu. Dan Julia, Kenapa Dia selalu membanggakan Fauzi?Kenapa Dia selalu menanyakan anak-anak kepada Fauzi? Bukan kepadaku! Selama bertahun-tahun inikanAku yang mengurus dan menjaga anak-anak, Aku yang lebih mengerti Mereka. Ditambah lagi anak-anak yang sekarang sudah mulai berani melawan dan mengabaikan semua aturanku.Tidak! Panti ini tidak boleh terus-menerus seperti ini. (berpikir keras) Aku harus mencari cara untuk menyingkirkannya dari sini!


ADEGAN 5

Di lain malam, anak-anak sedang bersenda gurau dikamar mereka, lalu masuk Fauzi membawa sebuah keranjang yang membuat anak-anak penasaran.

Setyo : 
Jadi nih, (bercerita dengan penuh semangat kepada anak-anak lainnya, semua serius memperhatikan Setyo, menantikan sebuah cerita yang luar biasa). Pada suatu hari, ada seorang tukang roti dengan senangnya menjual rotinya dengan mengendarai sepeda. Dia bersenandung dengan ceria dan penuh semangat. Akan tetapi, ketika dia berbelok ke kanan, dia tidak melihat bahwa di kiri jalan ada lubang besar! Dan BUG! Terjatuhlah dia bersama barang dagangannya. Lalu dengan sigap datang seorang Polisi bersiap untuk membantunya. Berkatalah Polisi itu ‘Ada apa pak?’ dan apakah kalian semua tau apa yang dijawab oleh tukang roti itu? (Setyo menghentikan sejenak untuk memperhatikan wajah teman-temannya yang sangat serius, dan bersiap memberikan klimaks dari ceritanya) Tukang roti itu berkata dengan kesakitan ‘ada roti coklat pak, ada rasa stroberi, srikaya’. Hahaha, dia malah jualan Teman-teman (tawa anak-anak pun meledak).

Fauzi : 
(Memperhatikan anak-anak dari pintu kamar dengan penuh rasa sayang, ditangan Fauzi terdapat sebuah keranjang yang berisi dengan beraneka ragam barang. Begitu tawa anak-anak mereda, Fauzi masuk dan menyapa anak-anak). Malam anak-anak!

Anak-anak : 
Malam Kak Fauzi! Wah, apa itu Kak? (bertanya dengan penuh antusias memperhatikan barang bawaan Fauzi)

Fauzi : 
Ini? (berkata sambil mengangkat barang bawaannya tinggi-tinggi). Kalian mau tau ini apa?

Anak-anak : 
Iya Kak, Apa itu kak?

Fauzi : 
Kalau Kalian ingin tahu apa ini, Kalian harus menyanyikan dan menarikan lagu yang Kakak sudah ajarkan! Gimana?

Anak-anak : 
Siap Kakak! (bersiap-siap dengan semangat, lalu mengambil posisi untuk menyanyi dan menari)
Hai kawan kawan semua, jangan pandang kami sebelah mata
Walau kami tak punya orang tua, walau lahir tanpa cinta
Kami bisa bahagia
Hai kawan kawan semua, lihatlah apa yang kami punya
Rumah kami yang penuh dengan warna warna,
Yang bisa kami buat selalu bernada
Ada bos besar bersama anak buahnya yang oon
Ada para idiot yang bisa bikin tertawa
Ada cewek-cewek yang gemar menceritakan harinya
Ada juga canda dan tawa
Ada juga canda dan tawa

Fauzi : 
Bagus! Kakak sangat suka, nah kalian siap anak anak? (Anak-anak mengangguk antusias, lalu dengan sigap mereka duduk dengan rapi). Keranjang ini berisi dengan Cita-cita! (anak-anak kaget lalu semakin senang, sekejap ruangan penuh dengan pertanyaan apa yang akan mereka lakukan dengan cita-cita itu. Namun, mereka mengerti untuk kembali memperhatikan Fauzi). Cita-cita ini, Kakak siapkan untuk Kalian semua, untuk Kalian gapai di masa depan Kalian! Siapkah Kalian semua untuk menangkap cita-cita yang Kakak berikan?

Anak-anak : 
Siap Kak! (Teriak anak-anak penuh semangat).

Fauzi : 
Baik, Kita mulai cita-cita yang pertama. Cita-cita ini dapat membuat yang memilikinya berlari dengan cepat, gesit, lincah, dan dia yang memilikinya, dapat mencetak gol dengan spektakuler! Cita-cita ini adalah ATLET SEPAK BOLA! (Mengeluarkan baju sepak bola bewarna merah dari dalam keranjang). Siapa yang menginginkannya? (Bertanya dengan penuh semangat ke arah anak-anak)

Karin : 
Karin mau Kak! Karin mau cita-cita itu! Karin mau menjadi pemain sepak bola yang handal dan terkenal Kak! (Karin menghampiri Fauzi penuh semangat, lalu mengambil baju yang ada ditangan Fauzi. Karin memakai baju bola yang diberikan Fauzi, dan ruangan sekejap menjadi lapangan sepakbola yang sangat besar, di lapangan itu sedang terjadi pertandingan sepak bola tingkat nasional, penonton bersorak menyemangati Karin yang sedang bertanding, dan pada akhirnya Karin mencetak GOL!Gemuruh penonton menyelimuti stadion).

Fauzi : 
Selamat Karin! (semua tersadar dari imajinasi mereka dan lembali memerhatikan Fauzi dengan semangat yang bertambah).Kamu telah memiliki sebuah cita-cita! Kakak sudah siap memberikan yang lain cita-cita juga!Berikutnya, cita-cita ini dapat membuat orang itu memiliki akting yang hebat, sering masuk televisi, fotonya sering dipajang dimana-mana, Dia akan disukai banyak orang dan Dia akan menjadi sangat terkenal. Cita-cita ini bernama ARTIS! (Mengeluarkan sebuah piala berwarna kuning keemasan).

Chika : 
Saya mau Kak Fauzi yang ganteng!Saya mau jadi aktris yang terkenal dan disukai banyak orang.(Lalu Kamar kembali berubah menjadi podium penerimaan piala, dan terdengar pembawa acara membacakan nominasi aktris terbaik)

Seseorang : 
Dan pemenang aktris terbaik jatuh kepada, CHIKA! (chika menaiki podium)

Chika : 
Terima kasih kepada Allah,Dewan Juri, Kak Fauzi dan Ibu Rena,serta semua teman-teman Chika yang sudah mendukung Chika, piala ini aku persembahkan untuk kalian teman-teman! (semua penonton bersorak-sorai dan menghampiri Chika untuk memberikan ucapan selamat),

Fauzi : 
Anak-anak! Disini ada cita-cita selanjutnya loh! (kembali menyadarkan anak-anak dari imajinasi mereka yang luar biasa) Cita-cita ini, dapat mengubah segala bentuk makanan menjadi suatu hidangan yang diinginkannya, Dia dapat membuatnya menjadi rasa yang Ia mau, dan Dia tidak akan pernah kehabisan makanan. Cita-cita ini dinamakan KOKI! Siapa yang menginginkan cita-cita ini? (laluFauzi mengeluarkan topi koki)

Apin : 
APIN KAKAK! APIN! APIN! Apin ingin cita-cita itu! Apin ingin makanan Apin tidak akan habis Kak! Pokoknmyacita-cita itu Cuma buat Apin!

Fauzi : 
Sudah Kakak duga! Ini Apin, cita-cita ini sekarang milikmu.Kamu akan menjadi seorang koki! (lalu kamar menjadi sebuah ruangan acara demo masak kelas dunia)

Seseorang : 
Baiklah, selamat datang chef terkenal dunia, APIN….! Chef Apin, masakan apa yang akan anda buat hari ini?

Apin : 
Apin mau buat istana coklat!Cara pertama masukan terigu, kedua telur, ketiga chiki, lalu roti, permen,cilok, bakso goreng, es doger dan akhirnya kita aduk aduk! (satu-persatu berdatangan orang-orang mewakili bumbu yang Apin masukan) Dan jadilah ISTANA COKLAT! Karena istana coklatnya sudah jadi, sekarang waktunya makan! (Istana coklat sekejap buyar dihentikan oleh Fauzi begitu melihat anak-anak bersiap melompat-lompat mengejar imajinasi Apin).

Anak anak : 
Wah Hebat!

Acong : 
Kakak! Manacita-cita untuk saya apa Kak?

Fauzi : 
Putra, dengarkan Kakak baik-baik. Inilah cita-cita kamu, kamu akan bisa membuat sebuah cerita yang sangat spektakuler dan dapat dinikmati banyak orang. Dalam cerita itu, kamu bisa membuatnya sesukamu, cerita itu merupakan tampilan dari imajinasi kamu dan akan ada di bioskop-bioskop di seluruh negara. Kamu akan menjadi sutradara hebat dan terkenal!(Mengeluarkan topi sutradara).

Acong : 
Wah, sutradara Kak? Cerita Acongakan ada di bioskop-bioskop Kak? Wah, hebat!Acong mau Kak jadi sutradara!

Didi : 
Kak, Didi juga mau dong jadi sutradara hebat dan cerita Didi itu dinikmati banyak orang Kak. Boleh kanKak?

Acong : 
Didi, Masa cita-cita kita sama? Kamu yang lain dong. Sutradara itu cita-cita aku.

Didi : 
Kata Kak Fauzi boleh kok, iya kanKak?

Fauzi : 
Iya, boleh. Dan tenang saja, Kakak sudah menduga bahwa Kamu juga menginginkannya Didi. Jadi, kakak sudah menyiapkan dua buah topi! (mengeluarkan topi yang lain, Acong dan Didi semakin senang)

Acong dan Didi : 
Kami berdua adalah Sutradara terkenal! (mengucapkan kalimat tersebut dengan melakukan gerakan yang kompak).

Fauzi : 
Didi, Cerita seperti apa yang akan kamu buat?

Didi : 
Aku akan membuat sebuah film yang sangat spektakuler! Pemainnya berasal dari bintang-bintang terkenal dari Holywood! Memakan biaya yang sangat besar! Berupa film Kolosal, pemainya ribuan orang. Film yang akan Didi buat adalah Film PERANG, serbu! Serbu! Teman-teman ayo segera kita buat filmnya! (lalu kamar berubah menjadi studio film yang mewah, Didi dan kawan-kawan pun telah berubah menjadi sosok sutradara dan para crew film besar. Mereka sedang menyiapkan peralatan untuk shooting, lalu Didi mulai mengarahkan semuanya untuk memulai adegan. Ketika adegan dimulai muncullah sekumpulan tentara berlarian dari sisi kiri dan kanan, perang! Adegan berlanjut dengan begitu luar biasa.Namun Didi merasa kurang puas dengan itu semua) CUT! CUT! Berhenti semuanya! Kalian semua sebenarnya bisa main tidak? Ah sudahlah! Istirahat semuanya!

Anak-anak : 
(Studio kembali menjadi kamar anak-anak, semua terpesona dengan sosok Didi yang sudah persis seperti Sutradara, dan semuaya mengucapkan selamat).

Acong : 
Teman-teman! Sekarang giliran Acong! Didi payah jadi sutradara! Kalian semua mesti lihat jika aku yang menjadi sutradara. (Kamar berganti kembali menjadi studio film yang megah) KalauAcong, mau buat cerita romantis!Ada peran gantengmya,ada peran cantiknya, mereka berdua bermesraan diatas kapal. Sang lelaki memegang kedua tangan sang wanita dari belakang, dan merentangkan kedua tangannya. Keduanya melihat lautan yang ditiup angin kencang dan burung-burung berterbangan menemani mereka. Oh, sungguh romantis! (lalu Acong menggantikan Didi menjadi sosok sutradara, dengan gaya yang berbeda Acong mengarahkan mereka untuk menyiapkan perlatan. Lalu hadir seorang lelaki dan wanita mewakili imajinasi Acong, mereka bermesraan diatas kapal dengan sangat romantis. Semua temannya terpesona, dan mengucapkan selamat dengan penuh rasa kagum di wajah mereka).

Anak-anak : 
(Kamar pun kembali, dan anak-anak tersadar dari imajinasi mereka) Kakak! Lagi dong lagi! (berteriak memohon dengan semangat kepada Fauzi).

Fauzi : 
Iya, Kakak mengerti. Cita-cita selanjutnya, Anak yang memiliki cita-cita yang luar biasa ini, akan dapat mengelilingi dunia, menjelajahi angkasa, menemui banyak orang yang berbeda-beda, dan dia dapat mengendarai kendaraan di langit, cita-cita ini adalah seorang PILOT! (Mengeluarkan topi pilot)

Rafi : 
Rafi mau cita-cita itu Kak. Rafi ingin mengelilingi Dunia!

Fauzi : 
Ya! Ini untuk Kamu Rafi! (menyerahkan topi pilot tersebut kepada rafi, lalu kamar segera berganti menjadi lapangan penerbangan.Sekumpulan orang datang bergerak seakan perlahan berubah menjadi pesawat dan berubah menjadi roket lalu terbang ke angkasa)

Rafi : 
(Masuk kedalam imajinasinya bersama dengan teman-temannya. Berubah menjadi seprang pilot dan membawa banyak orang untuk terbang bersamanya). Hore! Rafi bisa keliling dunia! (ruangan kembali menjadi kamar, teman-temannya pun bergantian memeluknya).

Fauzi : 
Berikutnya! Cita-cita berikut ini dapat membuat pemiliknya tampil sangat cantik!Dia digemari banyak orang, Dia akan dapat menggunakan pakaian-pakaian bagus dan mahal, wajahnya akan dipoles menjadi sangat cantik. Cita-cita ini bernama, MODEL! (Mengeluarkan mahkota dan selendang)

Jono : 
Ah Kak, Jononggak mau cita-cita model Kakak! (berkata dengan merengut).

Anita : 
Lah? Memang bukan buat kamu Jono, tapi itu buat aku.

Jono : 
Oh iyaya, yaudah tuh ambil cita-cita Kamu.

Fauzi : 
Nih,cita-cita ini untuk kamu ya Anita. Kamu akan menjadi seorang model terkenal.

Anita : 
Terima kasih Kakak. (tersenyum dengan sangat ramah, lalu ruangan berganti menjadi pameran model yang sangat mewah.Anita berjalan laksana seorang model dan di kerumuni wartawan yang tak hentinya mengambil gambar Anita)

Seseorang : 
Inilah model tercantik dunia..

Anak anak :
(Kamar pun kembali) Hore!

Jono : 
Saya dong Kak!

Fauzi : 
Iya Jono, iya (berkata dengan sabar dan penuh rasa sayang). Nah, cita-cita ini adalah cita-cita yang sangat hebat, kamu dapat menyembuhkan banyak orang dari penyakit-penyakit, kamu dapat menyelamatkan banyak jiwa, dan kamu akan menjadi seorang pahlawan. Cita-cita ini bernama DOKTER!Ini untukmu Jono.(mengeluarkan stetoskop dan pakaian dokter)

Jono : 
Wah,terimakasih ya Kak. Jono sekarang seorang dokter! (ruangan berganti menjadi rumah sakit yang dipenuhi orang-orang mengantre untuk diobati oleh Jono) SUSTER! (memanggil seorang wanita yang membawa suntikan sangat besar). Hari ini pasien kita sangat banyak ya sus, (memerhatikan semua pasien yang mengantri). Baiklah sekarang, Jono akan menyuntik satu-satu, Cus! (begitu banyak yang disuntik, Jono nyaris kelelahan, akhirnya Jono mengambil alternatif lain). Sekarang waktunya pengobatan masal! (lalu orang-orang yang tersisa berbalik badan dan disuntik secara bersamaan dengan suntikan besar tersebut, pasien langsung sembuh!).

Sekumpulan : 
wah kita sembuh terima kasih pak dokter..

Anak anak :
(Kamar kembali). Selamat ya JONO!

Fauzi : 
Semua sudah dapat cita-citanya kan?

Setyo : 
Kakak! Saya belum! Kok Setyo dilupakan! (berkata dengan kesal).

Fauzi : 
Tidak Setyo, Kakak sama sekali tidak lupa (Tersenyum geli melihat amarah Setyo). Cita-cita ini hanya untuk kamu, Cita-cita ini dapat membuat Kamu menciptakan banyak lagu, suaramu yang merdu akandisukai oleh banyak orang, dan Kamu akan bernyanyi mengelilingi dunia.Cita-cita ini bernama, (mengeluarkan sebuah jaket berbahan denim, membuat Setyo yang awalnya terpesona kembali merengut).

Setyo : 
Tukang jaket! Nggak mau! Kakak jahat! Yang lainnya ada yang jadi dokter, model, pilot. Kenapa kakak malah menjadikan Setyo tukang jaket! Pokoknya Setyo nggak mau, biar kakak aja yang jualan jaket. Nih, Setyo bantuin. Cita-cita ini adalah TUKANG JAKET! (meraih jaket tersebut sebentar dan mengembalikannya ke Fauzi dengan wajah masam).

Fauzi : 
Setyo, Kamu jangan marah dulu. Kamu belum mendengarkan kalimat kakak hingga selesai. (berkata dengan penuh kesabaran) cita-cita yang Kakak maksud bukan jualan jaket, melainkan ROCKSTAR!

Setyo : 
ROCKSTAR? (wajahnya terkaget-kaget dan langsung melompat kegirangan merebut jaket yang ada ditangan Fauzi, kamar pun menjadi imajinasi Setyo, berubah menjadi panggung mewah yang dipenuhi ribuan penonton didalamnya) Semuanya SIAP? (Setyo berteriak dengan penuh semangat kearah penonton yang berdandan ala metal, penonton pun bersorak-sorai mengelu-elukan idolanya itu). KITA MULAI! (lalu alunan musik metal pun terdengar keras, semua menikmati lagu yang dipersembahkan oleh Setyo).

Anak anak : 
Wah, terima kasih Kakak! (semua memeluk erat-erat barang yang diberikan Fauzi kepada mereka, semua wajah terlihat berbinar-binar).

Fauzi : 
Iya, sama-sama nak. Nah, Kakak masih memiliki sesuatu di dalam keranjang ini (Anak-anak kembali penasaran dan mendengarkan Fauzi dengan serius, sedangkan Fauzi mengeluarkan sebuah origami berbentuk burung dari dalam keranjang). Ini adalah burung cita-cita, tuliskan cita cita kalian disini dan simpan dan selalu ingat akan mimpi kalian, burung ini akan membawa kalian terbang hingga kalian dapat meraih cita-cita kalian. Tapi ingat.untuk menggapai cita-cita kalian ini, kalian harus belajar giat dan pantang menyerah. Kalian juga harus melakukannya dengan senang hati.Kakak yakin, kalian pasti akan dapat mencapainya suatu saat nanti.

Hari ini kami berbicara tentang mimpi
Esok hari kami akan mengejar mimpi
Suatu saat nanti, semua akan lihat kami
Menjadi sesuatu yang berarti

Rumah ini adalah saksi
Bahwa kami bisa bermimpi
Mimpi yang berwarna-warni seperti pelangi
Yang akan terlihat setelah hujan berhenti
Rumah ini adalah saksi
Bahwa kami bisa bermimpi
Mimpi yang berwarna-warni seperti pelangi
Yang akan terlihat setelah hujan berhenti

Renata : 
Selamat malam anak-anak! (masuk ke dalam kamar, wajahnya serius dan tegas).

Anak-anak : 
Selamat malam bu! (membalas sapaan Renata dengan senang dan ceria).

Chika : 
Bu, lihat deh. Ini burung Cita-cita bu dari Kak Fauzi! (berkata dengan polos).

Renata : 
Ya ya ya, bagus, bagus! Tapi ini sudah malam! (berkata dengan amarah yang meluap-luap) Kalian kenapa sih?Kok jadi begajulan seperti ini?Kalian lupa dengan semua aturan Ibu? Kalian mulai berani melawan Ibu!

Fauzi : 
Maaf bu, Saya tadi sedang mengajarkan anak-anak untuk mengenal cita-cita.(berusaha menjelaskan dengan baik).

Renata : 
Tapi ini sudah malam Mas Ahmad Fauzi! Bagaimana jika mereka sakit nanti! Anda seharusnya tahu besok mereka harus bangun pagi dan pergi ke sekolah. Lihat kamar mereka, berantakan! Saya tidak ingin melihat pemandangan seperti ini lagi!

Fauzi : 
Iya Bu. saya mengerti. (Berusaha memberikan pengertian namun tahu itu akan sia-sia. Lalu fauzi teringat akan suatu hal) Bu..

Renata : 
Ada apa lagi?

Fauzi : 
Maaf bu sebelumnya.Besok saya ingin ke kampus untuk mengurus laporan saya selama bekerja di panti ini. Nanti saya akan memberitahu Ibu Julia dan menyampaikan semuanya.

Renata : 
Oh begitu (sejenak kaget, namun sekelebat rencana muncul di dalam pikirannya) Tidak usah, biarkan saya yang mengurus laporannya ke Ibu Julia.

Fauzi : 
Oh (agak heran, namun tidak memperlihatkannya).baiklah kalau begitu. Saya akan siap-siap.

Renata : 
Silakan. (Fauzi pergi, Rena mulai mengancam anak-anak ketika mereka mulai berisik kembali)

Renata : 
Diam! Apa yang kalian Kenakan?

Anak-anak : 
Cita-cita dari Kak Fauzi Bu.(berkata hati-hati, sangat ketakutan),

Renata : 
Cita-cita? Tidak penting itu cita-cita! Yang kalian harus lakukan hanyalah mendengar semua perkataan Ibu! Keranjang apa itu? (semua menoleh ke arah yang ditunjuk oleh Renata, wajah mereka memucat dan ingin menangis). Sekarang kalian masukkan semua yang diberikan oleh Fauzi kedalam Keranjang itu! Cepat! Sekarang Juga! Jangan Lambat! ( Anak-anak berlari dan menaruh barang-barang yang diberikan fauzi, beberapa mulai mengeluarkan air mata karena ketakutan. Akhirnya semua sudah memasukkan barang-barang yang diberikan Fauzi ke dalam Keranjang) Dengar kata-kata Ibu ya! Mulai Hari ini tidak ada yang boleh berbicara dengan Fauzi! Jika Ibu melihat salah satu dari kalian berbicara dengan dia, Ibu tidak akan segan-segan menghukum kalian!Sekarang pergi ke tempat tidur kalian masing-masing, kalian harus mendapatkan hukuman.(wajah anak-anak memucat ingin berteriak meminta pertolongan Fauzi namun sadar Fauzi telah jauh pergi ke rumah kosnya, akhirnya dengan sangat terpaksa dan ketakutan mereka beranjak ke tempat tidur mereka untuk menerima hukuman. Rena kembali mengancam dengan keras dengan mengambil penggaris besi dan memukuli kaki mereka satu persatu, mulai terdengar isak tangis) Dengar kata-kata ibu, Jangan berani kalian mengulangi kesalahan yang sama! Karena Ibu tidak akan segan-segan menghukum kalian lebih keras lagi!Apa ini Baju bola, Gitar, topi-topi tidak jelas! Kalian harus melupakan cita-cita kalian itu! Kalian tidak perlu bermimpi! Yang harus kalian lakukan hanyalah mendengar kata-kata Ibu! Ketertiban haus dikembalikan ke Panti Asuhan ini! Ingat, panti asuhan ini harus berjalan sesuai dengan yang Ibu inginkan.


ADEGAN 6


Beberapa hari kemudian, disaat Fauzi kembali ke Panti Asuhan. Julia dan Renata sudah menunggu Fauzi untuk membicarakan sesuatu yang serius.

Julia : 
Begini Pak, Saya mendapat laporan bahwa metode yang anda gunakan terlalu keras, dan tidak sesuai dengan anak-anak.(berkata penuh amarah dan tegas kepada Fauzi)

Fauzi : 
Tapi Bu (keheranan), Terakhir kali saya melihat anak-anak mereka baik-baik saja.

Julia : 
Iya memang, tapi sekarang kenyataannya tidak sesuai dengan apa yang anda jelaskan kepada saya. Mereka sekarang terlihat sangat ketakutan seperti orang trauma.

Fauzi ; 
Tapi Ibu sudah melihat laporan saya kan? (berusaha mendapatkan penjelasan atas semua tuduhan itu).

Julia : 
Iya, Saya sudah membaca keseluruhan laporan anda dari Ibu Rena. Akan tetapi laporan anda sangat parah.(menatap fauzi dengan kesal).

Fauzi : 
Bagaimana bisa? Ibu Rena? (Bertanya pada Renata memohon bantuan, namun dari ekspresi Renata, Fauzi tahu dia tidak mendapatkan hal itu).

Rena : 
Loh itu pendapat Ibu Julia bukan pendapat saya, dan seharusnya anda menghargai pendapat pimpinan Panti Asuhan ini!

Julia : 
Tepat sekali.

Fauzi : 
(merasa sangat kecewa, akan tetapi tahu Dia tidak dapat melakukan hal lain lagi) Bu. Baiklah, Tapi izinkan saya untuk bertemu anak-anak untuk terakhir kalinya.

Julia : 
Silakan, Tapi jangan terlalu lama.

Rena : 
(ketika Fauzi sudah setengah jalan menuju kamar anak-anak, Renata memanggilnya) Mas Fauzi, Selamat Jalan.(tersenyum dengan penuh kemenangan).


ADEGAN 7

Fauzi masuk kekamar anak-anak, tetapi anak-anak menjauh ketakutan. Fauzi kecewa melihat itu semua dan berusaha membujuk anak-anak untuk menjelaskannya.

Fauzi : 
Apa kabar anak-anak? (tersenyum pahit melihat anak-anak tak ingin melihat wajahnya, mereka hanya menunduk, menahan tangis).Kakak hanya mengembalikan ini semua, ini punya kamu kan Setyo?

Setyo : 
(perlahan-lahan anak-anak memperhatikan apa yang ada ditangan Fauzi, ternyata gitar kecil milik Setyo, dan di samping kaki Fauzi terlihat keranjang berisikan cita-cita mereka, ternyata Fauzi nekat mengambil barang-barang tersebut di gudang. Anak-anak semakin ingin menangis) Iya kak, Tadinya. Sekarang gitar itu milik Ibu Rena.

Fauzi : 
(Wajah Fauzi semakin sedih, Fauzi ingin memeluk mereka namun mereka merapat menegaskan bahwa Fauzi tidak boleh mendekati mereka. Tubuh Fauzi melemas, dia pun menyerah tak ingin menyakiti anak-anak lebih jauh lagi) Ini adalah hari terakhir Kakak datang kemari. Kakak sangat ingin memeluk kalian, ingin melihat kalian bernyanyi dan menari untuk terakhir kali. Apakah bisa? (anak-anak terdiam, tetesan air mata mulai mengalir di pipi mereka). Sepertinya tidak (tersenyum sedih). Anak-anak, dengarkan kakak untuk yang terakhir kalinya. Ada atau tidaknya kakak di panti ini, kalian harus tetap memiliki cita-cita. Kalian harus tetap menggapai cita-cita kalian, jangan pernah berhenti bermimpi, ingatlah pelangi kita, Kakak sayang kalian anak-anak.(Fauzi pun pergi dengan sedih, menahan tangis yang jauh lebih perih dari siapapun).

Anak-anak : 
(Ketika Fauzi tidak terlihat lagi anak-anak mulai menangis) Kami juga sayang Kakak (menangis tersedu-sedu, Setyo menghampiri keranjang yang ditinggalkan Fauzi. Dengan penuh rasa takut dia mengambil gitar kecilnya dan memeluknya erat-erat. Melihat tindakan berani Setyo, anak-anak lain mengikutinya. Mereka mengambil cita-cita mereka dan burung cita-cita. Mereka terisak, dan akhirnya menangis penuh pilu lalu mereka menyanyikan lagu cita-cita yang telah mereka buat bersama dengan Fauzi)

Hari ini kami berbicara tentang mimpi
Esok hari kami akan mengejar mimpi
Suatu saat nanti, semua akan lihat kami
Menjadi sesuatu yang berarti

Rumah ini adalah saksi
Bahwa kami bisa bermimpi
Mimpi yang berwarna-warni seperti pelangi
Yang akan terlihat setelah hujan berhenti

Rumah ini adalah saksi
Bahwa kami bisa bermimpi
Mimpi yang berwarna-warni seperti pelangi
Yang akan terlihat setelah hujan berhenti


*****Tamat*****


Nb : Naskah ini ibuat sesuai dalam mengikuti lomba SENDRA FTI III

Tidak ada komentar:

Posting Komentar