Rabu, 25 Januari 2023

PAMFLET MERDEKA


 
Babak A

Panggung terlihat gelap dan perlahan cahaya lampu menyinari tetapi masih redup. Seorang kekasih sedang duduk menunggu kekasihnya. Ada 2 orang yang satu duduk didekat kekasih dan yang satu berdiri pada posisi kuda-kuda, dua orang tersebut membuat gerakan yang telah ditentukan. Setelah selesai lampu tidak lagi redup dan Datang seorang lelaki membawa sebuah pamflet dia terus mengamati benda itu sampai melupakan sekitarnya.

Kekasih :
dari mana aja, saya sudah tunggu dari tadi?

Lelaki itu tidak mendengarkan kekasihnya.

Kekasih :
dari mana aja? (dengan nada sedikit keras)

Lelaki :
ternyata disini, aku cari ke kebon binatang sebelah ngak ada.

Kekasih :
emang, aku monyet?

Lelaki :
mungkin iya, mungkin tidak.

Kekasih :
lalu kau anggap apa aku ini?

Lelaki :
em..........entah lah.

Kekasih :
apa?

Lelaki :
sudah lah, ini aku punya sebuah pertanyaan.

Kekasih :
tidak mau.

Lelaki :
ini……..(memberikan pamflet)

Kekasih : 
dari mana kau dapat ini?

Leleki : 
tepatnya 17 Agustus tahun lalu, aku memungutnya dipingir jalan raya. Kertas ini selalu ku taruh diatas meja kerjaku, ku tanyakan pertanyaan ini setiap orang yang datang kepada ku, ah…..coba jawab pertanyaan pamflet itu!.

Kekasih : 
rumit.

Lelaki : 
apa rumit…………jawabannya ahanya satu atau dua kata. Pertanyaan “ masih adakah kemerdekaan di hati kita?” jawaban ya atau tidak, gampang!

Kekasih : 
bila pertanyaan itu ku jawab iya maka aku salah, bila ku jawab tidak itu juga salah.

Lelaki : 
tidak mungkin.

Kekasih : 
pernah kau menanyakanya pertanyaan itu entah kapan dengan kaget, aku terdiam. Jawaban dari Ku tak butuh teori-teori tapi kau butuh kenyataan.

Lelaki : 
itu lah dirimu.

Kekasih : 
kau hanya mengerti aku setengah dari diri ku bukan sepenuhnya!

Lelaki : 
janggan bahas soal itu, aku sudah tunduk kepada mu.

Kekasih : 
bukan kah kau masih lelaki liar? Dengan segala masalah. Ingat waktu kau terjerat suatu kasus.

Lelaki : 
itu awal cinta kita bukan?

Kekasih : 
Mungkin.

Lelaki : 
Pada hari itu tepatnya hari senin aku dihadapkan sederet para penghukum yang siap menjebloskan ku dalam hotel jeruji bintang 16 dan kau duduk disebelah ku sebagai pengacara ku.

Kekasih : 
itu waktu tergila yang pernah kita temui.

Lelaki : 
aku tau itu, tapi sebentar dengarkan cerita ku. Tapi jangan kaget ya…..Perhatian-perhatian kepada para penonton yang mendengarkan cerita saya “sakit berlanjut hubungi dokter” Begini.

Kekasih : 
begini apa?

Lelaki : 
jangan menyela. Begini ceritanya. Jam satu siang, pintu rumah saya di ketuk oleh beberapa polisi. saya buka pintu, saya bicara dalam hati “ wah pasti akan ada hal yang seru”
“maaf ini betul rumah bapak sukar?” kata lelaki besar itu.
Dengan sopan saya menjawab “ iya, saya sendiri”
“kami datang kemari datang untuk melaksanakan tugas”
Dengan bercucuran keringat kedua polisi itu mengusap keringatnnya.
“ silahkan masuk dulu pak”
Wah betul-betul akan ada peristiwa seru. Didalam saya sengaja tidak membuat kan minum.

Kekasih : 
kenapa?

Lelaki : 
mau menangkap saya kok di buatin minum, nambah pekerjaan saja.

Kekasih : 
kau memang membuat masalah. teruskan cerita mu.

Lelaki : 
saya tertawa meliahat mereka kepanasan.
“mohon maaf tugas apa ya?”
Mereka memberikan sebuah amplop coklat dan saya buka. Wah surat penangkapan, dengan sengaja saya pura–pura tidak bisa membaca.
“mohon maaf pak tolong dibacakan saya tidak bisa membaca!”
Kepala kedua polisi itu mengeleng-geleng, dalam hati saya tertawa.

Kekasih : 
gila kamu, itu namanya penipuan.

Lelaki : 
biar saja merekakan pelayan masarakat.Mereka terburu-buru menangkap saya. Saya bilang.
“bapak polisi yang terhormat, saya belum mandi dari tadi pagi saya mohon untuk berbenah sebentar”
“tapi jangan kabur ya”
“tunggu saya disini atau bapak didalam dan bapak satunya mengawasi di luar”
Lah kok polisi engkel-engkelan.
“Kamu yang diluar”
“Kamu aja”
“tidak”
“Sudah-sudah, sut aja bagaimana?”
Mereka turuti kata-kata ku, saya tertawa. Emang ada penjahat yang memerintah polisi.

Kekasih : 
banyak. Buktinya mulai dari polisi, kejaksaan agung sampai sipir dapan disuruh seperti anjing peliharaan gayus. Bahkan bisa lihat tenis di bali.

Lelaki : 
hahahahahahaha………………Dimana-mana kok selalu yang punya uang yang menang. pajak di embat, “apa kata dunia”. Oh iya, setelah aku masuk kamar mandi saya lama-lamakan saja sambil bernyayi lagunya bang iwan, berkali kali kamar mandi saya didodok.
“maaf pak apa sudah selesai?”
Saya berteriak. “sebentar lagi selesai”
Dengan mengunakan handuk saja saya buka pintu kamar mandi. Saya bilang. “jangan nafsu ya pak”
Pak polisi itu geleng-geleng kepala, saya pun menuju kamar tidur untuk ganti pakaian.
Didepan pintu pak polisi itu berdiri.
“pak baju ini cocok untuk dipakai hari ini”
Pak polisi itu cuek saja. Berulang kali saya bertanya soal baju sampai pak polisi marah-marah.
“sudah cepat-cepat itu saja juga bagus”
Saya memilih baju batik dan songkok. Kekasih itu memakaikan baju batik dan songkok.

Kekasih : 
sudah rapi, tapi jangan menjadi koruptor.

Lelaki : 
engak tapi aku mau jadi penjahat seorang koruptor.

Kekasih : 
itu baru aku suka.

Lelaki : 
Sekitar jam setengah tiga saya berada dikantor polisi. Disana ada 23 pertanyaan yg harus dijawab, di kursi saya terlebih dahulu mendengarkan ceramah, saya pura-pura budeng. Ini kantor polisi atau lembaga dakwah. Jam 4 sore baru dimulai pertanyaan. Satu persatu pertanyaan saya jawab. Pukul 19.00 wib, introgasi selesai dan saya dinyatakan bersalah dan akan menjadi terdakwa. Waktu itu pak. Polisi meminta saya berada dikantor polisi untuk wawancara sebentar, katanya untuk mulusnya pengadilan besok.
“saudara sukar, besok kami akan menjeput saudara untuk pengadilan sekitar jam 1 siang dan kami harap bapak tidak kabur”
“ baik”
“begini saudara sukar kami bersedia memberikan kesaksian yang sebetul betulnya, asal”
Saya tersenyum “ lihat saja pengadilan besok” 
Seburuk inikah polisi negeri ini.

Kekasih : 
kalau kau tak mau berurusan dengan polisi, kenapa kau mau menanggungnya sendiri.

Lelaki : 
bagaimana tidak semua orang ketakutan ada yang lari kebirit-birit sambil kencing, ada yang bersembunyi, ada yang pura-pura tidak tau, semua ketakutan! Dari semua pimpinan produksi hanya tiga yang masuk kepengadilan dan yang lain dibiarkan mengalir seperti air kencing.

Kekasih : 
itu permainan politik.

Lelaki : 
bukan……….. itu permainan. Dari awal aku diintrogasi ada unsur-unsur yg dibuat-buat. mereka berbicara penuh semangat toh pada intinya akhirnya dia menawarkan sebuah kesepakatan yang berujung imbalan.

Kekasih : 
sekarang dan dulu apa sama?

Lelaki : 
sama……..apa lagi mencakup uang.

Kekasih : 
coba lihat kepengurusan-kepengurusan mulai daerah sampai pusat.

Lelaki : 
sama aja, sama sialanya.

Kekasih : 
sedalam ilmu pengetahuan yang ku timba hingga menjadi pengacara aku tidak pernah meningalkan satu perkulihahanpun pada saat jam mata kuliah pancasila dosen berkata “pemerintahan haruslah menjunjung pancasila dalam setiap pemeritahan dan para penggerak pemerintahan tidak ada kepentingan apa-apa dalam pemerintahan, hanya sebagai penjalan pemerintahan dengan baik” lalu apakah tercemin dalam pemerintahan negeri ini?

Lelaki : 
tentu saja teaori butuh praktek begitu sebaliknya.

Kekasih : 
ingat ketika presiden kita mengusik sebuah pemerintahan daerah yang berjalan dengan baik.

Lelaki : 
tentu “ saya tidak ada masalah terhadap hamengku Buwono ke 10, maka dri itu daerah istimewa yogyakarta akan diadakan pemilu yang diatur oleh pemerintah pusat” hahahahaha sudah salah kaprah negeri ini.

Kekasih : 
mengusik macan yang sedang makan.

Lelaki : 
apa artinya pemilu-pemilu bila meja-meja kekuasaan macet. Hanya membuang-buang uang rakyat.

Kekasih : 
pemerintahan ini penuh permainan.

Lelaki : 
monopoli kekuasaan?

Kekasih : 
mari kita bermain, sayang ku.

lelaki dan kekasihnya menari dengan diiringi lagu, menuju keluar panggung lampu pun perlahan mati


Babak B

Lampu panggung perlahan menyala.
Ada dua orang berdiri membawa sebuah bendera selenjutnya membuat gerakan.

Lelaki : 
ha………..(berteriak karena merasa tertekan)

Kekasih : 
ada apa?

Lelaki : 
aku kalah.

Kekasih : 
kenapa tidak banding saja.

Lelaki : 
halah, percuma baik banding apa tidak toh hasilnya sama. Aku terjebak pengadilan ini dengan parapangadilan berengsek mereka akhirnya menang.

Kekasih : 
sudah-sudah jangan marah-marah nanti kamu ngompol.

Lelaki : 
untuk hal ini aku tidak akan ngompol kan sudah kamu popoki.

Kekasih : 
coba ceritakan pengadilan itu.

Lelaki : 
bertahun tahun saya memakai pekaian necis demi menghadap sisi gelap hukum di Indonesia.entah mengapa aku banyak temui hal-hal yang lucu dipengadilan betapa tidak setelah pengadilan pertama bapak hakim penasehat menghapiri saya memberikan selembar kertas, lalu saya baca “ transfer sekian maka anda akan bebas, ini nomor rekening saya” bangsat………ujung-ujungnya duit.

Kekasih : 
kau tak akan berbuat itu, aku tau kamu.

Lelaki : 
tidak, bila saya lakukan itu berarti saya mengaku salah. Setelah pengadilan pertama selesai saya ditahan sementara di sebuah kantor polisi.

Kekasih : 
maafkan aku waktu itu saya tidak bias membantu banyak.

Lelaki : 
tidak sayang, kau begitu membantuku sampai sekarang.

Kekasih : 
bukan kah pengadilan mu sudah ditangani oleh pengacara yang terbaik.

Lelaki : 
halah……percuma pengadilan ini selalu ditunda-tunda sampai sekarang sepertihalnya jam karet. Pengacara hebat semacam apapun tak mampu menyelesaikan kasus ku kecuali pengacara hebat yang berbentuk rupiah.

Kekasih : 
berarti aku bukan pengacara hebat.

Lelaki : 
kau bukan seorang pengacara bagiku kau kekasihku.

Kekasih : 
begitukah.

Lelaki : 
sayang, aku pamit dulu, aku sudah ditunggu di didepan meja hijau. Menunggu hal yang lucu sembari mendengarkan omongan membosankan.

Kekasih : 
pergilah menjadi bromocorah bersanjung sastra!

Lampu panggung perlahan mati.


Babak C

Perlahan lampu panggung menyala kembali.
Ada Tiga orang duduk bersila dan membuat gerakan-gerakan. Setelah selesai lalu mereka berdiri di belakang meja dan menutup mata mereka dengan kain hitam. Datang seseorang yang berposisi memibisik disamping mereka.
Lelaki itu datang kesebuah gedung pengadilan . dia duduk didepan para jaksa.

Lelaki : 
saya kemari untuk mengakhiri kasus ini yang lama ditunda, dan saya mengaku dan bertangungjawab terhadap pertunjukan tersebut dan saya siap mendengarkan bapak ketua hakim untuk memutuskan hukuman bagi saya.

Terdengar suara ketukan yang sangat keras.

Lelaki : 
ada apa? Kenapa bapak hakim ketua hanya diam dan termangu, binggung mau memutuskan apa? Atau tak bias mendapatkan uang sogokan untuk makan keluarga bapak ? Anda tau Saya juga punya keluarga bapak hakim yang terhormat, saya punya kehidupan bukan hanya untuk menanti persidangan-persidangan yang ditunda terus, saya bosan. Bagaimana dengan hak kita dalam untuk mendapatkan keadilan yang sama dimata hukum kalau bapak sendiri tidak adil terhadap diri anda sendiri. Anda menjalankan kekuasan yudikatif, jangan seperti benalu diatas pohon, kepentingan anda tidak dapat dicampur adukan dengan pekerjaan anda.

Kekasih : 
Sekarang kita mencari keadilan yang sebenarnya.

Lelaki : 
Dan pertanyaan ini muncul bagai hantu mimpi malam “adakah kemerdekaan dihati kita?”

Kekasih : 
disela-sela dedaunan yang dibasahi embun aku melihat kau bagi aku memukuli diri ini, angan terbang dilangit yang biru, matahari diatas kepala, senjapun bermula.

Lelaki : 
“adakah kemerekaan dihati kita?”

Kekasih : 
kami sangat merindukan pemimpin-pemimpin bijak diantara rakyat jelata, menari bagai rumput disiang hari tertiup angin, lalu aku pergi bersama mu.

Lelaki : 
“adakah kemerdekaan dihati kita?”

Kekasih : 
kasih tangalkan baju mu biar kau cari kemerdekaan.

Lelaki : 
kemerdekaan bukan hanya sebuah perjuangan oleh pahlawan.

Kekasih : 
lempar pekerjaan mu agar kau mencium bau kemerdekaan.

Lelaki : 
berlarilah meraih kemerdekaan.

Kekasih : 
waktupun butuh kemerdekaan.

Lelaki : 
kemerdekaan ini bukan milik siapa-siapa.

Kekasih : 
lalu kemerdekaan macam apa yang kita inginkan?

Lelaki : 
memang kita telah merdeka pada tanggal 17 agustus 1945 tetapi apakah selama ini kita mencium bau kemerdekaan sesungguhnya diantara ekonomi yang menghimpit, politik busuk para partai dan korupsi para pemimpin dan kita akan bertanya lagi “apakah ada kemerdekaan dihati kita?”

Lampu pangung perlahan meredup dan akhirnya gelap.


Pamflet Merdeka
Sebuah karya kecil dibuat dengan kepolosan pemikiran akibat tekanan jaman
Bermula dari sebauh pertanyaan
“ masih adakah kemerdekaan dihati kita?”
Sebuah pertanyaan yang akan terjawab diantara kebebasan dan kebenaran

Bersumber :
Pencarian sebuah kemerdekaan
Karya : bima /bimus/ciko/pak lurah/mbah
Adaptasi :Drama Tanda Cinta
Terimakasih untuk :
Teater Smaraghanesa
Papi (aufa)
Ws. Rendra
Putu Wijaya
Teater Koma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar