Senin, 16 Januari 2023

LENA TAK PULANG - Muram Batubara


 

SATU

Lampu menyala.

Dalam sebuah rumah. Sofa besar menghadap tv. Meja makan. Kulkas. Pintu kamar mandi. Pintu dapur. Pintu kamar tidur. Pintu keluar masuk rumah. Pak Lena duduk memandang tv. Bu Lena keluar dari kamar mandi.


Bu Lena
Lena sudah pulang, Pak?

Pak Lena
Belum

Bu Lena 
(Duduk di kursi meja makan) Bagaimana ini? Sudah tiga hari ia tidak pulang.

Pak Lena
Nanti juga pulang

Bu Lena
Sudah tiga hari

Pak Lena
Nanti juga pulang

Bu Lena
Ya, tapi belum juga pulang, padahal sudah tiga hari. Dia itu kan perempuan.

Pak Lena
(Tetap memandang tv) Anak kita

Bu Lena
Iya, anak kita, tapi ia perempuan dan belum pulang tiga hari.

Pak Lena

Nanti juga pulang sendiri ketika bekalnya lari telah habis.

Bu Lena

Tidak segampang itu, Pak, ia itu perempuan!

Pak Lena
Jika memang ia perempuan, ia akan pulang.

Bu Lena
Tapi belum…(Menghentikan kalimat, memperhatikan pintu keluar rumah) Ada yang datang, sepertinya itu Lena, anak kita, pulang juga ia setelah tiga hari tidak pulang.

Pak Lena
Bukan, pasti temannya datang mencari.

Bu Lena
Pasti Lena

Pak Lena
Berani taruhan

Bu Lena
Taruhan apa?

Pak Lena
Jika bukan Lena, lebaran tahun ini kita pulang ke rumah orang tuaku.

Bu Lena

Tapi tahun kemarin sudah

Pak Lena

Itu karena kau kalah taruhan

Bu Lena
Ya tidak bisa, bayangkan dalam lima tahun ini kita tidak pernah pulang ke rumah orang tuaku.

Pak Lena

Berani taruhan tidak?

Bu Lena
(Bingung) Ehm…

Pak Lena
Dengar langkah itu sudah semakin dekat.

Bu Lena

Baik

Terdengar ketukan pintu. Bu Lena membuka pintu. Kecewa

Tamu I
Permisi Tante, Lenanya ada?

Bu Lena

Oh tidak ada, dia belum pulang.

Tamu I

Belum pulang? Pergi ke mana ya Tante?

Bu Lena

Tante juga tidak tahu tuh, kamu tahu tidak?

Tamu I

Ya, kalau tahu saya tidak datang Tante.

Bu Lena

Iya juga ya. Hm, kamu teman sekolahnya ya?

Tamu I
Bukan Tante, saya teman…

Pak Lena
(Memotong) Suruh duduk dulu, hanya tukang pos yang diterima di depan pintu.

Tamu I
Terima kasih Om, saya harus kembali pulang.

Pak Lena

Kenapa buru-buru?

Tamu I

Ada yang harus buru-buru saya lakukan

Bu Lena
Jika buru-buru, kenapa mencari Lena?

Tamu I

Ya itu dia, Tante. Karena Lenalah saya harus buru-buru?

Pak Lena

Masuk dulu jangan buru-buru

Bu Lena

Iya masuk dulu

Tamu I

Maaf tidak bisa, saya permisi dulu.

Bu Lena menutup pintu. Duduk di ruang tv.

Pak Lena
Siapa namanya?

Bu Lena
Siapa?

Pak Lena
Yang tadi?

Bu Lena
Teman Lena

Pak Lena
Iya, teman Lena tadi namanya siapa?

Bu Lena

Berarti tahun ini kita pulang ke rumah orang tuamu lagi?

Pak Lena
Jelas! Siapa nama teman Lena tadi!

Bu Lena

Sudahlah ke rumah orang tuaku saja. Kasihan ibu sudah semakin tua, dia ingin melihat kita sekeluarga kan?

Pak Lena

Tidak bisa! Kesepakatan telah tercipta, tidak bisa dirubah. Jika terus dirubah, bagaimana menjalankan kesepakatan itu dan untuk apa membuat kesepakatan jika tidak ada kepastian untuk dilakukan. Siapa nama teman Lena tadi?

Bu Lena
Nggak tahu.

Pak Lena

Loh

Bu Lena

Kok loh

Pak Lena
Ya, loh, bagaimana mungkin kamu tidak menanyakannya?

Bu Lena
Kenapa bukan kamu?

Pak Lena
Aku kan sedang nonton tv dan aku tidak sedang berhadapan langsung dengannya.

Terdengar ketukan pintu.


Pak Lena
Ada yang ketuk pintu, bukahlah.

Bu Lena
Bagaimana jika Lena?

Pak Lena

Ya tetap dibuka pintu kan?

Terdengar ketukan pintu.


Bu Lena
Bukan itu, jika bukan Lena, perjanjian tadi batal.

Terdengar ketukan pintu.

Pak Lena
Bukalah pintu itu, kasihan tamunya.

Bu Lena
Buat satu kesepakatan baru dulu.

Terdengar ketukan pintu.

Bu Lena

(Teriak ke arah pintu) sebentar ya, lagi menunggu kesepakan nih, sabar ya.

Pak Lena

Ya sudah, buka sana.

Bu Lena

Kesepakatan?

Pak Lena
Yah!

Pintu terbuka. Bu Lena puas. Perbincangan di depan pintu masuk rumah.

Tamu II
Kesepakatan apa Tante?

Bu Lena

Ah, tidak. Kamu siapa dan ada apa?

Tamu II

Saya temannya Lena, Tante, kebetulan saya sedang main di daerah sini.

Bu Lena

Terus

Tamu II

Ya, terus saya mampir. Karena kebetulan saya sedang main di daerah sini, jadi saya mampir ke sini, Tante.

Bu Lena

Terus

Tamu II
Ya, karena itu Tante, hm, Lenanya ada?

Bu Lena

Jadi karena kebetulan main di daerah sini, kamu mampir dan mencari Lena?

Tamu II
Benar itu Tante.

Bu Lena

Karena kebetulan?

Tamu II

Sebenarnya tidak Tante.

Bu Lena

Yang benar yang mana?

Tamu II

Saya memang mencari Lena, Tante.

Bu Lena

Karena main di daerah sini?

Tamu II

Tidak Tante, saya memang sengaja kemari untuk mencari Lena. Sumpah, Tante.

Pak Lena

(Memotong) Suruh duduk dulu, hanya tukang pos yang diterima di depan pintu.

Tamu II masuk dan duduk di ruang tv. Bu Lena masuk dapur.

Tamu II
Nonton berita ya, Om?

Pak Lena
Tidak, cuma sedang melihat tanggapan wakil rakyat tentang bencana yang tidak berkesudahan.

Tamu II
Itukan berita namanya, Om.

Pak Lena

Itu bukan berita, itu opini. Opini itu pendapat, kebenarannya masih belum bisa diandalkan. Namanya berita harus mengutamakan kebenaran, kenyataan.

Tamu II
Tapi itukan acara berita, Om.

Pak Lena

Memang, beritanya, wakil rakyat sedang memberikan opini.

Tamu II

Berarti sedang nonton berita, Om.

Pak Lena

Tidak, saya sedang melihat opini. Ingat, opini!

Tamu II

Bedanya apa, Om?

Pak Lena

Opini itu tidak murni kenyataan, namanya juga pendapat, sedang berita itu nyata, kenyataan tadi. Begini, kucing ditabrak mobil, itu berita.

Tamu II

Kalau opini?

Pak Lena
Mengapa kucing itu mau ditabrak?

Tamu II

Mungkin saja ia tidak melihat mobil yang laju, tiba-tiba saja ia sudah bersimbah darah.

Pak Lena

Itu dia opini.

Tamu II
Opini?

Pak Lena

Ya, opini kamu. Lihat omongan wakil rakyat itu, semuanya serba mungkin kan?

Tamu II

Jadi yang serba mungkin itu bukan berita?

Pak Lena

Mungkin kok berita. Mungkin itu kan belum jelas sedang berita adalah yang jelas dan pasti.

Tamu II

Tapi apa yang pasti di jaman sekarang, Om?

Pak Lena

Ya, opini.

Bu Lena keluar dapur membawa teh dalam gelas menuju kulkas. Membukanya.

Tamu II

Tidak usah yang dingin, Tante, lagi batuk.

Bu Lena

Mau puding?

Tamu II
Boleh, Tante.

Bu Lena

Tapi dingin?

Tamu II
Tidak apa-apa, Tante, kan cuma puding.

Bu Lena ke ruang tv dan meletakkan sajian kemudian kembali menuju dapur.


Pak Lena

Kamu temannya Lena?

Tamu II

Benar itu, Om.

Pak Lena

Teman dari mana?

Tamu II

Ya teman saja, Om, tidak dari mana-mana.

Pak Lena

Yang dari sekolahan, les biola, les balet, renang, atau malah dari kelas mengaji?

Tamu II

Untuk yang terakhir tampaknya bukan, Om.

Pak Lena
Mengapa? Apa karena sudah pintar mengaji?

Tamu II

Tidak Om, saya non muslim.

Pak Lena
Oh begitu, terus dari mana?

Tamu II

Saya teman Lena dari tempat nongkrong, Om.

Pak Lena

Seingat saya Lena tidak mengambil les nongkrong.

Tamu II

Om, lucu juga. Tempat nongkrong itu tempat kita kumpul-kumpul, ya, istilah kerennya berbincang atau berdiskusi.

Pak Lena

Oh begitu, tapi yang nongkrong itu kan tentunya berasal dari tempat tertentu. Nah, kamu itu selain teman nongkrong Lena, teman di mana?

Tamu II

Ya tidak ada, Om. Saya cuma teman Lena di tempat nongkrong.

Pak Lena

Terlalu tipis, pertemanan itu belum begitu kuat. Hm, lalu maksud kamu mencari Lena?

Tamu II

Ya itu dia Om, saya ingin tahu tentang apa yang terjadi dengan Lena. Sudah tiga hari ia tidak muncul, Om.

Pak Lena

Memangnya kenapa kalau ia tidak muncul dalam tiga hari?

Tamu II

Ya itu dia, Om.

Pak Lena

Apa?

Tamu II
Ehm, dia bawa sesuatu yang penting, Om. Sesuatu yang sangat saya banggakan.

Pak Lena

Oh begitu. Penting sekali?

Tamu II

Sangat penting malah, Om.

Pak Lena

Lena mengambilnya dari kamu?

Tamu II
Begitulah Om, saya malah tidak tahu bagaimana bersikap jika tidak ada kabar dari Lena.

Pak Lena

Banyakkah?

Tamu II

Ya kalau besar itu dianggap banyak, ya, banyak Om.

Pak Lena

Begini saja, kamu pulang dulu, besok kamu kembali lagi. Yang kamu punya itu pasti akan kembali.

Tamu II
Tapi Lenanya bagaimana Om?

Pak Lena

Itu urusan saya.

Tamu II

Kalau memang begitu, tentunya dengan ada kepastian dari Om, saya menjadi yakin untuk datang besok.

Pak Lena

Ya, ya, pulanglah.

Tamu II pergi, Bu Lena masuk.

Pak Lena
Anakmu membawa lari uang temannya?

Bu Lena

Bagaimana bisa?

Pak Lena

Temannya yang datang tadi, yang terlalu banyak bicara itu, melaporkan apa yang telah dilakukan anakmu.

Bu Lena
Anak kita

Pak Lena
Ya, anak kita. Pencuri.

Bu Lena

Belum tentu benar, jangan terlalu banyak percaya dengan orang yang terlalu banyak bicara.

Pak Lena

Tapi bagaimana bisa kita percaya dengan orang yang sedikit bicara, dari mana kita tahu isi kepalanya jika tidak dikeluarkannya.

Bu Lena

Terlalu banyak bicara malah menghilangkan kata-kata kunci, kata yang seharusnya bisa menjadi andalan.

Pak Lena

Tanpa bicara, kata kunci itu malah tidak keluar, bagaimana bisa ia tampak?

Bu Lena
Tetapi mengapa kau begitu percaya dengan anak ingusan yang terlalu banyak bicara itu?

Pak Lena
Karena tampaknya benar, sudah tiga hari Lena pun tidak muncul di tempat biasa mereka bertemu.

Bu Lena

Bagaimana jika benar?

Pak Lena
Kita harus menggantinya, tidak bisa tidak, Lena kan anak kita.

Bu Lena

Jika tidak benar?

Pak Lena
Mau taruhan?

Lampu padam



DUA


Lampu menyala. Dalam sebuah rumah. Sofa besar menghadap tv. Meja makan. Kulkas. Pintu kamar mandi. Pintu dapur. Pintu kamar tidur. Pintu keluar masuk rumah. Pak Lena duduk memandang tv. Bu Lena keluar dari kamar mandi.

Bu Lena

Lena sudah pulang, Pak?

Pak Lena

Belum

Bu Lena

(Duduk di kursi meja makan) Bagaimana ini? Sudah empat hari ia tidak pulang.

Pak Lena
Nanti juga pulang

Bu Lena

Kemarin kau jawab seperti itu juga, tidak kemarin saja, kemarinnya lagi dan kemarinnya lagi juga.

Pak Lena
Terus harus bagaimana? Berteriak, mengabarkan pada semua orang bahwa anak kita yang perempuan tidak pulang dalam empat hari ini. Bagaimana kata dunia? Apa kata mereka pada kita? Orang tua yang tidak bertanggung jawab?

Bu Lena

Tampaknya kita memang tidak bertanggung jawab.

Pak Lena
Kok bisa?

Bu Lena

Lihatlah sendiri! Apa yang kita lakukan pada anak kita? Empat hari, bayangkan empat hari anak kita tidak pulang, tidak ada usaha kita untuk mencarinya.

Pak Lena

Menunggu juga mencari.

Bu Lena

Menunggu itu pasrah

Pak Lena
Tidak sama, pasrah itu tanpa berbuat. Mununggu itu kan berbuat, sama seperti berdoa.

Bu Lena

Apa yang dilakukan dalam menunggu? Diam memandang tv atau sibuk berbincang tanpa tujuan?

Pak Lena

Jika kita ke kantor polisi dan melaporkan kehilangan anak, terus apa yang kita lakukan? Menunggu kan? Menunggu kabar dari pak polisi itu. Dan dalam menunggu kabar dari pak polisi, kita juga menonton tv atau berbincang kemana suka kan? Sama saja.

Bu Lena

Beda

Pak Lena

Apanya yang beda? Jika kita memasang iklan tentang kehilangan, sama juga seperti melapor ke polisi. Jika kita mencari sendiri, sama juga dengan menunggu kabar kan? Kita mencari itu tanpa tujuan, kita tidak tahu di mana anak kita berada, jadi sama juga dengan nol. Kita tetap juga menunggu. Daripada kita memutari kota, tentunya habis energi, toh lebih baik kita di rumah. Semuanya itu berarti menunggu, mencari itu juga menunggu. Menunggu juga mencari. Jelas!

Bu Lena

Pusing aku. Jika kita tahu di mana Lena berada kan gampang, bisa kita jemput.

Pak Lena

Itu dia kata yang tepat. Menjemput. Menjemput itu jelas beda dengan mencari atau juga menunggu.

Bu Lena

Tapi kita tidak tahu di mana Lena berada?

Pak Lena

Yah harus dicari

Bu Lena
Dengan?

Pak Lena

Ya menunggu.

Terdengar ketukan pintu

Pak Lena
Bagaimana ini, ini pasti teman Lena yang banyak bicara kemarin itu.

Bu Lena
Yang uangnya Lena curi itu?

Pak Lena

Bagaimana ini, apa yang harus kita lakukan.

Bu Lena

Kita bayar saja

Pak Lena

Tapi kita belum ketemu Lena, bisa saja berita ini tidak benar.

Terdengar Ketukan pintu

Bu Lena
Jika belum benar, jangan dibayar dulu

Pak Lena
Tapi kita belum tahu mana yang benar. Kenapa Lena belum pulang juga.

Terdengar ketukan pintu

Bu Lena
Bagaimana jika dia datang dengan polisi.

Terdengar ketukan pintu


Pak Lena
Bukahlah pintu

Bu Lena
Kau saja

Pak Lena
Kau kan perempuan

Bu Lena

Kau kan laki-laki

Pak Lena
Perempuan duluan, atas nama kesopanan.

Terdengar ketukan pintu

Bu Lena
(Teriak ke arah pintu masuk) Sebentar ya.

Pak Lena
Bukalah pintunya (Berlari kecil menuju depan tv, seakan-akan tak terjadi sesuatu)

Pintu Terbuka. Bu Lena bingung.

Tamu I
Maaf Tante, Lenanya sudah pulang? Belum ya? Ya sudahlah, nanti saya datang lagi. Terima kasih Tante. Tolong nanti kalau Lena pulang, katakan saja saya mencari dan akan kembali lagi. Permisi Tante. (Pergi menghilang)

Pak Lena

Suruh duduk dulu, hanya tukang pos yang diterima di depan pintu.

Bu Lena
Sudah pulang (menutup pintu dan berjalan menuju ruang tv) tamunya sudah pulang.

Pak Lena
Tukang pos?

Bu Lena
Bukan, temannya Lena?

Pak Lena
Yang kemarin?

Bu Lena

Ya

Pak Lena

Terus dia menagih uangnya? Apa yang kau bilang hingga dia langsung pulang.

Bu Lena
Aku tidak bilang apa-apa dan dia bukan yang uangnya dicuri Lena.

Pak Lena

Jadi teman yang mana?

Bu Lena

Yang pertama datang, yang lupa kutanyakan namanya.

Pak Lena

Sudah tahu kau namanya?

Bu Lena

Belum, dia terlalu buru-buru. Belum sempat aku bicara dia sudah pergi.

Pak Lena
Tampaknya dia memang selalu buru-buru. Tunggu dulu, siapa nama teman Lena yang banyak bicara itu?

Bu Lena

Kenapa kau tanyakan aku, bukankah kau yang banyak bicara dengannya? Seharusnya kau tanyakan namanya.

Pak Lena

Itu dia, dia terlalu berlama-lama sampai aku lupa menanyakan, padahal aku sudah berhadapan langsung dengannya.

Bu Lena

Sudahlah. Setidaknya bukan dia yang datang jadi kita tidak perlu risau lagi.

Pak Lena

Untuk sementara

Bu Lena
Walau sementara, setidaknya tidak risau.

Lampu padam


TIGA


Lampu menyala. Dalam sebuah rumah. Sofa besar menghadap tv. Meja makan. Kulkas. Pintu kamar mandi. Pintu dapur. Pintu kamar tidur. Pintu keluar masuk rumah. Bu Lena duduk memandang tv. Pak Lena keluar dari kamar mandi.


Pak Lena
Sudah hampir sore, hari keempat sejak tidak pulang, apakah Lena tidak akan pulang lagi?

Bu Lena

Belum lima hari

Pak Lena
Hampir lima hari, lihatlah sudah mendekati senja. Jika matahari terbenam dan terbit lagi, tepat lima hari Lena tidak pulang. Apakah bekal larinya masih cukup?

Bu Lena
Mengapa kau kuatir?

Pak Lena

(Menuju pintu keluar masuk rumah, membukanya, menegok keluar dan menutupnya kembali) Belum pulang juga.

Terdengar ketukan pintu. Pak Lena langsung membuka. Tersenyum senang.

Pak Lena
Pulang juga rupanya kau Lena

Lena
Lapar (Berjalan menuju dapur, keluar lagi sambil membawa piring makanan, makan di meja makan.)

Bu Lena
(Mendekat dan langsung duduk di samping Lena) Makanlah yang banyak, tentunya kau lapar.

Pak Lena
(Mendekat dan langsung duduk di samping Lena) Dari mana saja?

Bu Lena
Jangan ditanyakan dulu, biarkan dia makan dengan tenang. Sudah hampir lima hari dia berada di luar, rindu dengan rumah ini tentunya.

Pak Lena
Banyak temanmu yang datang.

Bu Lena
Jangan dikatakan dulu, biar dia makan dengan nyaman, sudah lima hari dia di luar, banyak bertemu orang tentunya, lebih banyak dari kawannya yang datang. (Berjalan menuju kulkas dan mengeluarkan botol air dingin, menuangkan ke gelas Lena) Dari mana saja kau Lena?

Pak Lena
Kenapa kau tanyakan?

Lena
Dari rumah teman (Terus makan)

Pak Lena
Temanmu yang mana? Yang dari sekolahan, les biola, les balet, renang, kelas mengaji, atau malah teman nongkrong?

Bu Lena

Ya, yang mana?

Lena
Teman lain

Pak Lena

Masih ada temanmu yang lain rupanya.

Bu Lena

Teman yang mana?

Lena

Kenapa terlalu mengurusi sih? Bukannya selama ini aku bebas, seperti yang kalian inginkan. Mengapa kalian bertanya ketika aku menghilang, mengapa tidak mencari? Lalu, apakah kalian pernah menanyakan aku sekolah apa tidak? Dan, untuk apa les yang mahal-mahal itu, bukan untukku kan? Untuk kalian yang gila gengsi tanpa memikirkan kebutuhanku kan? (Berdiri, membawa makanan, duduk di depan tv sambil terus makan.)

Pak Lena

(Berbisik) Bagaimana ini?

Bu Lena

(Berbisik pula) Bagaimana apanya?

Pak Lena
Dia terlalu tertutup, kita harus bisa membukanya. Mengapa kita yang disalahkan? Kita kan hanya menanyakan temannya saja.(Mendekati Lena) Enak makannya?

Lena
Biasa saja

Bu Lena

(Mendekati Lena) Tentunya enak, Ibu sengaja masak untuk kamu.

Lena
Sejak kapan masak khusus? (Berjalan menuju dapur, masuk ke dalamnya)

Bu Lena

(Berbisik) Tidak berhasil. Tampaknya dia memang marah pada kita.

Pak Lena
(Berbisik pula) Kita harus lebih berusaha lagi.

Lena keluar dari dapur tanpa membawa sebarang pun. Bu Lena dan Pak Lena mendekat, persisi menghalangi jalan Lena yang masih berada di depan pintu.

Pak Lena
Sudah selesai makannya?

Bu Lena
Enak kan? Pasti kenyang.

Lena
(Menghindar dan berjalan menuju kamar tidur) Mau tidur

Pak Lena

(Mengejar hingga depan pintu kamar tidur) Belum malam

Bu Lena
(Ikut mengejar) Iya, belum malam, mari kita berbincang dulu.

Lena masuk kamar. Pintu tertutup. Bu Lena dan Pak Lena duduk di kursi meja makan.

Bu Lena

Apa sebab dia begitu dingin

Pak Lena
Mungkin kita terlalu kaku

Bu Lena

Kau yang kaku

Pak Lena

Mungkin kau juga.

Terdengar ketukan pintu

Pak Lena
Pasti temannya yang banyak bicara itu, yang uangnya dicuri Lena, bagaimana ini? Kita belum bicara tentang itu dengan Lena.

Bu Lena
Mungkin temannya yang lain.

Terdengar ketukan pintu

Bu Lena

Kau saja yang buka, terserah itu melangkahi kesopanan.

Pak Lena

(Malas membuka pintu, hingga sampai depan pintu, menoleh ke Bu Lena dengan bingung) Sebaiknya kau saja.

Terdengar ketukan pintu. Pak Lena terkejut dan langsung membuka pintu. Tambah terkejut melihat tamu yang datang.

Tamu II

Terkejut, Om.

Pak Lena
(Gagap) Tidak, tidak. Ayo masuklah.

Bu Lena menyingkir ke dapur. Pak Lena dan Tamu II duduk menghadap tv.

Tamu II
Saya tidak kebetulan main ke daerah sini, Om. Saya khusus datang seperti permintaan, Om, kemarin itu. Jadi rasanya tidak perlu basa-basi lagi…

Pak Lena

(Memotong) Basa-basi itu terkadang perlu. Ayolah berbasa- basi.

Bu Lena
(Muncul membawa segelas minuman hangat) Iya, kenapa harus langsung jika kita bisa berbasa-basi terlebih dahulu.

Tamu II
Wah, tampaknya akan ada lampu hijau nih.

Pak Lena

Tidak hanya boleh langsung jalan, ini jalan tol jadi bisa sekencang apa juga.

Tamu II
Boleh ngebut?

Pak Lena
Oh tentu, asal pakai pengaman biar tidak kecelakaan.

Tamu II
(Tertawa) Ini dia calon mertua yang paling hebat.

Bu Lena
Mertua?

Pak Lena
Ada apa dengan mertua?

Tamu II
(Bingung) Katanya boleh langsung ngebut?

Pak Lena
(Bingung juga) Tunggu dulu. Begini saja, kita buang dulu basa-basi. Apa maksudnya ini? Mertua dan ngebut, hubungannya apa?

Tamu II
Loh, bukankah sudah jelas Om, ini soal sesuatu yang saya miliki itu, yang dibawa Lena.

Bu Lena
Ya terus.

Tamu II

Bukankah hari ini akan saya temukan lagi, seperti janji Om kemarin.

Bu Lena

Uang kan?

Pak Lena

Ya, berapa yang dicuri dari kamu?

Bu Lena
Masalah besarnya tidak perlu risau, kami akan bayarkan semuanya, bagaimanapun Lena itu anak kami, jadi tidak mungkin kami membiarkannya mencuri uang kamu.

Pak Lena

Ya benar itu.

Bu Lena
Tunggu dulu, biar semuanya jelas (Berjalan menuju kamar Lena) Lena! Keluar kamu, Nak.

Tamu II
Tunggu dulu, Tante…

Bu Lena

Tenang, biar jelas saja.

Tamu II

Tapi…

Pak Lena

Tenang saja

Bu Lena
Lena!

Lena
(Keluar dengan muka suntuk, bertambah suntuk begitu melihat Tamu II) Ada apa?

Bu Lena

Ayo, ada yang harus kita selesaikan. (Menggiring Lena ke depan tv)

Tamu II

(Tersenyum manis) Hai Len.

Lena
(Senyum masam) Ada apa?

Pak Lena
Tenang, santai semuanya. Begini, sebaiknya kita cari tahu yang sebenarnya. Bu, kau saja yang bicara.

Bu Lena

Lena, teman kamu ini kemarin sudah datang, tapi karena kamu belum pulang, kami suruh dia datang sekarang. Nah, dia ini datang untuk meminta sesuatu yang kamu bawa, begitulah.

Pak Lena

Ya, dengan kata lain ia datang untuk menagih sesuatu yang telah kau curi. Nah, berapa jumlahnya, Nak, berapa yang kau ambil darinya.

Tamu II
(Panik) Tunggu dulu…

Pak Lena
Sudah kamu jangan bicara dulu. Berapa Lena?

Lena
(Bingung) Lena tidak mencuri apa-apa. Hey (Menunjuk Tamu II) kamu jangan sembarangan menuduh aku pencuri ya! Sampai datang ke rumah lagi!

Bu Lena
Sabar Nak, tenang. Katakan saja jumlahnya, biar kita ganti. Jangan takut kami marah. Sungguh kami tidak akan marah.

Pak Lena

Ya katakan saja, biar semuanya jelas.

Lena
Ahk, bagaimana ini! Lena tidak mencuri, sumpah. Tanyakan saja sama dia. (Duduk dengan sewot)

Tamu II
Waduh, bagaimana ini, kenapa bisa kacau. Begini saja, Om, saya permisi, anggap saja tidak terjadi apa-apa. (Bergerak pergi)

Pak Lena

(Menahan) Bagaimana kamu ini, bukannya kamu ingin mengambil yang telah dicuri Lena?

Tamu II
Sudahlah Om, tidak apa-apa, biarkan saja.

Bu Lena

Tidak bisa begitu. Begini saja, berapa yang dicuri Lena?

Lena

Ya berapa yang kucuri! Cepat bilang!

Tamu II

(Takut) Tidak ada…

Pak Lena
Apa!

Tamu II

Lena tidak mencuri uang, Om. Sejak tadi dan malah kemarin saya sudah ingin jelaskan tapi Om tidak mau mendengar. Saya pikir Om sudah mengerti dengan yang saya maksud.

Pak Lena

Kok malah menyalahkan.

Tamu II

Benar, Om. Saya sudah coba jelaskan. Lena tidak mencuri uang tapi…

Bu Lena

Tapi apa? HP, perhiasan, atau apa?

Tamu II

Bukan itu Tante.

Bu Lena

Jadi apa? Bicara yang jelas!

Tamu II
(Malu) Lena mencuri hati saya, Tante. Dengan kata lain, saya itu senang sama Lena tapi Lenanya belum memberikan jawaban.

Terdengar ketukan pintu. Semuanya terkejut.

Pak Lena

Siapa lagi itu, bukalah pintunya, Lena kamu yang buka.

Pintu terbuka. Lena tertawa.

Lena
Aku baru saja pulang, kamu bolak-balik ya mencari aku?

Tamu I

Kurang ajar, kalau utang cepat bayar dong!

Lena
Ala, gitu aja sewot.

Pak Lena
Suruh duduk dulu, hanya tukang pos yang diterima di depan pintu.

Bu Lena

Siapa Len?

Lena

Teman

Bu Lena

Bawa temanmu ke dalam, tidak baik terus di depan pintu.

Tamu I

Terima kasih Tante, di sini saja.

Pak Lena

Masuklah, biar saling bertemu semuanya.

Lena
Ayolah masuk

Tamu I

Bayar dulu utangmu, ini urusan kita berdua.

Lena

Iya, nanti di dalam.

Tamu I
Tapi…

Lena
Tidak ada alasan (menggandeng Tamu I)

SEMUANYA BERKUMPUL DI DEPAN TV


Bu Lena
Oh, rupanya kamu. Len, temanmu ini bolak-balik mencari kamu.

Tamu I
Maaf Tante, merepotkan.

Pak Lena
Ah, tidak ada apa-apa. Kenapa terlihat begitu penting, ada apa ini?

Tamu I

Tidak ada apa-apa, Om, cuma sekedar mampir.

Pak Lena

Kalau cuma sekedar berarti tidak berulang, benar tidak?

Tamu II

Kalau begitu saya pulang lebih dulu saja, Om.

Pak Lena

Kamu di sini dulu, masalah yang tadi belum selesai.

Lena

Masalah apa lagi?

Bu Lena
Lena, kamu kan belum mengembalikan uang yang kamu curi dari dia.

Tamu I
Kamu mencuri uang, Len?

Tamu II

Tidak… tidak, wah serba salah semuanya.

Pak Lena

Sudahlah, mari kita selesaikan. Lena, katakan saja berapa yang kau ambil dari dia?

Lena

(Marah) Kenapa nggak ada yang percaya! Lena tidak pernah mencuri uangnya!

Tamu II

Iya, Om. Lena tidak mencuri uang saya.

Lena

Dengar itu! Lena tidak pernah mencuri! Lena cuma meminjam uang.

Tamu II
Kapan?

Lena

Bukan kamu!

Tamu I

Tidak, Om. Tidak, Tante. Lena tidak pernah meminjam uang.

Lena

Hey!

Pak Lena
Tunggu dulu, ada apa ini?

Bu Lena

Ya, yang benar yang mana? Mencuri atau meminjam, lalu uang siapa yang dicuri atau dipinjam?

Tamu I

Bukan uang saya.

Lena
Hey!

Tamu II
Sudah jelas, saya tidak ada hubungan dengan uang. Seperti yang sudah terkatakan tadi, hati saya yang dicuri.

Bu Lena

Berarti uang kamu? Berapa?

Tamu I

Tidak ada, Tante.

Lena

Hey! Jangan bohong kamu. Aku pinjam uang kamu beberapa hari yang lalu sebagai bekal lari dari rumah. Dan, bukankah kamu datang kemari untuk menagihnya?

Bu Lena

Bekal lari?

Pak Lena

Lari dari mana, Nak?

Lena

Lihat, lihatlah orang tuaku ini kawan-kawan. Aku lari dari rumah pun mereka tidak tahu. Yang mereka pikirkan semua baik-baik saja. Aku benci! (marah mendekati menangis)

Tamu I

Aku tidak tahu, aku pinjami kamu uang bukan untuk itu. Kalau aku tahu kamu pinjam uang untuk lari, aku tidak beri tentunya.

Tamu II

Kamu lari dari rumah? Kenapa tidak bilang padaku, Len. Aku, ah…

Tamu I

Kenapa, kamu mau membantunya lari kan!

Lena

Diam kalian! Kalian (memandang orang tua) lihatlah anak kalian ini! Apakah kalian hafal setiap tahi lalatnya? Apa kalian tahu yang diinginkannya? Pandang aku melalui mataku jangan pandang aku dengan mata kalian!

Bu Lena

Kenapa kamu harus lari, Nak. Bukankah hidup di luar itu lebih berbahaya.

Pak Lena

Jika memang ingin lari, kamu kan bisa permisi dulu, tidak perlu kamu pinjam uang kawan.

Lena

Ini bukan piknik…(menangis)

Bu Lena dan Pak Lena langsung mendekati Lena.

Tamu I

(Menarik Tamu II ke sudut lain) Urusan keluarga, sebaiknya kita menyingkir.

Tamu II
Kita harus permisi dulu

Tamu I

Kalau keadaannya seperti ini, sebaiknya tidak perlu.

Tamu II

Uangmu…

Tamu I

Sudahlah…

Tamu I dan Tamu II pergi dengan cepat. Tangis Lena semakin menjadi.


Pak Lena

Diamlah, jangan menangis. Uang yang kamu pinjam akan kita ganti. (Menyadari Tamu I dan Tamu II telah hilang) Bagaimana ini, mereka telah hilang. Uangnya belum kita ganti.

Lena
(Sambil menangis) Bukan uang…

Pak Lena

Jika begitu mengapa menangis?

Bu Lena
Diamlah, jangan menangis terus. Kami bingung, Len. Ceritalah, Nak.

Lena
Lena tidak pulang selama ini karena Lena merasa tidak punya rumah.

Bu Lena

Tidak punya rumah?

Lena

Ya, rumah ini segalanya dihitung dengan uang, tidak ada pembicaraan yang menyenangkan. Kalian sibuk dan Lena pun sibuk sendiri. Tidak ada yang perhatikan. Lena benci. Lena butuh rumah yang benar-benar rumah!

Bu Lena

(Menangis) Maaf ya, Nak. Mungkin selama ini kami tidak memperhatikan kamu, semuanya selalu dihitung dengan uang. Rumah ini rumah kamu, rumah yang kami bebaskan untukmu, kami tidak ingin mengekang, kami rasa itu yang baik.

Pak Lena

Membebaskan kamu bukan berarti tidak perhatian. Dulu kami dikekang orang tua kami dan kami tidak suka, maka kami ingin kamu tidak seperti kami.

Lena

(Lari masuk kamar) Seharusnya kalian jadi orang tua yang benar-benar orang tua!

MUSIK PERLAHAN, SAHYDU BEGITU TERASA. BU LENA TERUS MENANGIS.

Bu Lena
Kita salah mendidiknya…

Pak Lena
Sebenarnya kita bermaksud baik, tapi salah juga…

Bu Lena

Kita harus bagaimana? Membebaskannya salah, mengekangnya juga bisa salah…

TERDENGAR KETUKAN PINTU

Bu Lena

Siapa lagi?

TERDENGAR KETUKAN PINTU. PAK LENA MENUJU PINTU DAN MEMBUKANYA.

Bu Lena

Siapa lagi?


Selesai


Yogyakarta maret-april 2006
JUARA I
LOMBA PENULISAN NASKAH TEATER REMAJA TAMAN BUDAYA JAWA TIMUR
2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar