Selasa, 13 Desember 2022

ZETAN - Putu Wijaya



Analisis :
Retorika dalam drama merupakan hal yang penting untuk diketahui dandipahami oleh setiap individu dalam pembuatan karya sastra berbentuk naskahdrama. Kajian Retorika dalam Naskah Drama Zetan Karya Putu Wijaya untukPengembangan Pengetahuan dan Keterampilan dapat dijadikan tolak ukur bagipelaku drama untuk lebih memperdalam pengetauan dan wawasan sehingga mampumeningkatkan keterampilan dalam melahirkan karya yang bernilai seni tinggi.Dari penulisan hingga pementasan dalam sebuah drama, penting melibatkanadanya suatu keterampilan beretorika. Bahwasanya retorika merupakan sebuah senidalam berbicara. Maka dari itu, tidak hanya berpidato di depan umum, segalasesuatu yang melibatkan kegiatan berbicara seperti bermain peran/drama juga harusmemasukkan unsur retorika agar sebuah pementasan dapat dinikmati oleh penontondan dapat dipahami maksud dan tujuan daripada isi darama yang dipentaskan tersebut dengan memunculkan gaya bicara dan gerak tubuh yang jelas, terarah, dantidak membosankan


AWAL

PENTAS DIBAGI DALAM BEBERAPA BAGIAN. DAERAH PENTAS UTAMA. PENTAS DEPAN DI KANAN. PENTAS DEPAN DI KIRI. PENTAS DEPAN DI DEPAN PENTAS UTAMA YANG LETAKNYA LEBIH RENDAH DENGAN SEBUAH LUBANG BESAR DI SAMPINGNYA.
LAMPU TERPUSAT KE TITIK-TITIK PEMAIN. MENYALA/PADAM DENGAN CEPAT TANPA MEMPEDULIKAN KEWAJARAN, SESUAI DENGAN CERITA YANG MELOMPAT DARI KE JADIAN KE JADIAN.
DI LATAR BELAKANG ADA LAYAR PUTIH RAKSASA. UJUNGNYA TERJURAI DI LANTAI. UJUNG LAYAR INI BILA DITARIK KE DEPAN BISA MENUTUP LUBANG SAMPAI KE PANGGUNG RENDAH DI DEPAN PANGGUNG UTAMA. LAYAR DALAM PERTUNJUKAN DIKIBAS-KIBASKAN SESUAI DENGAN EMOSI ADEGAN UNTUK MEMBERIKAN AKSENTUASI VISUAL.
PERTUNJUKAN DIMULAI DENGAN MEMPROYEKSIKAN KE LAYAR FILM DENGAN GAMBAR CU GURU YANG MENGUCAPKAN MONOLOG SEPERTI YANG KEMUDIAN DIULANG DI AKHIR LAKON INI.


GURU (Close Up Atau Silhuet Profil Wajah)
Berpuluh-puluh tahun aku berkoar-koar tentang budi-pekerti yang telah dikesampingkan, tetapi tidak seorang pun yang menggubris. Semua orang melihat pengorbanan dan pengabdian sebagai kebodohan, karena pergaulan, tuntutan kehidupan, bahkan pembelajaran dari penguasa, semuanya memacu semangat bersaing untuk merebut yang terbaik, menjadi orang yang nomor satu, tanpa peduli lagi kepada nasib orang lain. Tata-krama, kasih-sayang apalagi gotongroyong dianggap pemborosan, apalagi pengabdian kepada tanah air, negara dan bangsa sudah dirasakan memuakkan.

PERLAHAN-LAHAN GAMBAR ITU LENYAP DI SAMBUNG DENGAN ADEGAN DI PANGGUNG UTAMA


SATU

DI DAERAH PENTAS UTAMA. GURU BERSERAGAM GURU, MEMBAWA TAS GURU BERDIRI DI SAMPING MEJA. ISTRINYA DUDUK DI KURSI MENDENGARKAN KELUHANNYA DENGAN SABAR. GURU BARU PULANG DARI SEKOLAH DAN NAMPAK SANGAT KESAL.


GURU
Aku guru yang hebat. Tanganku luar biasa dingin. Aku bisa mengocok kepala batu dan otak udang menjadi cemerlang. Betul, aku tidak main-main. Aku seperti tukang sulap. Itu semua sudah karunia. Tapi aku terpaksa keluar dan berhenti mengajar. Aku tidak mau lagi jadi guru.
(Guru melempar tasnya. Istri memunggut dengan sabar. Guru membuka bajunya, kemudian hendak membantingnya. Tetapi istrinya menyabarkan dan membujuk agar suaminya duduk sambil kemudian memijit pundaknya. Semabari dipijit guru terus ngomel)
Aku benci kepada birokrasi. Aku lihat sekolah kok tidak lagi memberikan pendidikan kepada calon pengganti generasi, tapi memperjual-belikan pendidikan. Ilmu sudah jadi barang komoditi seperti hasil pabrik. Diicrit-icrit supaya mahal. Publikasi dan fasilitasnya digembar-gemborkan, tapi hasilnya memble. Pendidikan hanya menjual sertifikat dan gelar tidak bikin manusia pinter apalagi siap pakai. Prek!
(Guru bangun dan kemudian kentut)
Alhamdulillah

(Merasa lega. Istrinya berhenti mijit, dengan cekatan mengumpulkan barang-barang suaminya, lalu masuk. Guru tinggal sendiri)

Jadi jangan salahkan kalau aku lantas kabur dan mendirikan Akademi Mandiri. Sekolah mahal yang bergengsi dan bercita-cita mulia. Pendidikan yang bagus memang mahal, tidak mungkin gratis, itu omong kosong. Gaji guru mesti cukup karena mereka profesional, sarana mesti canggih supaya jangan ketinggalan zaman. Tapi yang bayar orang yang berduit. Makin dia kaya, makin tinggi bayarannya, itu sudah adil. Orang kaya dicekek tidak akan mati malah hartanya berlipat ganda. Orang kaya kalau kehilangan seperak akan langsung menggaruk sejuta tak peduli dari mana. Mereka semuanya pemain sulap. Orang kecil lain, belum ditembak sudah pinsan, banyak yang kontan mati. Karena itu orang miskin berhak dapat pendidikan kelas satu sama dengan orang kaya dan gratis.

(Guru ketawa. Istri guru muncul, pakaiannya keren. Ia membawa kemeja panjang, dasi dasi dan jas. Beberapa orang pembantu ikut muncul membawa buku-buku dan map, meletakkannya di meja dan menata ruangan. Istri guru menyerahkn hp dan earphoe pada guru. Guru memasang dan menjawab hp lewat earphoe. Istri guru menolong guru memakai kemeja. Mengganti sepatu sandal dengan sepatu boat pendek yang keren. Guru bicara di hp dengan earphone.)

Betul. Puluhan ribu muridku. Kebanyakan anak-anak orang gedean yang bisa membayar berapa saja, asal anaknya bisa pinter. Dalam tempo singkat Akademi Mandiri menjadi idola. Kalau tidak bawa ijazah Akademi Mandiri orang merasa kurang bergengsi. Habis setiap lowongan kerja mesti syaratnya pertamanya menguasai bahasa Inggris. Tidak tersangkut G.30 S. Tapi kalau bawa ijazah Akademi Mandiri, semua itu tidak berlaku lagi. Langsung diterima dengan gaji pertama yang bikin ngiler. Apa nggak hebat? (KETAWA BANGGA)

(Seorang pembantu datang membawa minuman dan beberapa obat yang harus ditelan. Istri guru mencari saat yang tepat, untuk menyerahkan dan kadangkala membantu memasukkan ke mulut tanpa mengganggu guru karena guru sibuk bicara di earphone.)

Tapi aku masih tetap kecewa. Aku memang selalu berhasil mencetak alumni yang berprestasi, yang cerdas dan kompetetif seperti yang dikehendaki oleh Mentri Pendidikan. Tapi aku tetap gagal mencetak manusia yang berguna. Setelah pintar, semua anak didikku mempergunakan ilmunya untuk kepentingan diri mereka sendiri. Jelas sekali mereka cari ilmu hanya untuk jadi kaya. Ada yang ngebet jadi pemimpin, tapi begitu menduduki kursi, mereka mempergunakan kekuasaannya untuk menginjak rakyat! Aku merasa gagal total! Kalau sekolah hanya mengajarkan orang untuk sukses, cari kedudukan, menumpuk kekuasaan dan kekayaan, akhirnya seperti sekarang korupsi di mana-mana. Mantan anak didikku semua jadi orang. Pemimpin kakap, berpengaruh dan konglomerat. Tapi tidak seorang pun yang berhati mulia. Semuanya berjiwa dengki. Tidak usah 5 trilyun, disogok motor saja tetap mau, padahal di rumahnya berderet Jaguar, Lambordini, Mercy, Audi, bahkan ada becak untuk dipamerkan kepada tamu-tamu asing. Ini kenapa? Pendidikan yang salah? Guru yang keliru? Moral kita bejat? Atau hidup memang sudah berubah buas?

(Semua beres. Pembantu semua keluar. Istri guru juga, duduk menunggu suaminya selesai bicara.)

Begitu frustasi sehingga aku mau gulung tikar menutup akademi. Tentu saja semua orang protes. Bahkan ada yang mengancam kalau kau berani menutup Akademi Mandiri, berarti kamu mau bunuh diri. Tinggal pilih mau mati diracun seperti Munir, kecelakaan menggenaskan, ditembak di pinggir jalan, bom, atau disantet perlahan-lahan. Aku ngeper juga, karena aku bukan manusia pemberani. Sambil tertekan batin aku terus mengajar dengan separuh hati. Tapi bukan menyerah apalagi kalah! Oke aku mau berangkat sekarang. Siap bertempur dengan orang-orang Yayasan itu!

(Mencopot earphone. Istri berdiri membenarkan pasangan dasi. Kemudian membantu guru memakai jas. Istri guru mencium pipi suami, lalu masuk. Guru mengambil tas dan map-map. Tetapi kemudian hpnya berdering. Ia meraih, melihat siapa yang menelpon, kemudian menjawab.)

Hallo, aku sudah siap berangkat. Ah, ada apa? Masak? Betul? Pasti? O ya? Boleh!

(Istri guru muncul lagi perlahan-lahan. Ia memperhatikan apa yang dibicarakan suaminya)

Selamat Pagi Pak Mentri. Ya. Baik. Tentu. Pati. Itu mesti. Harus. O tidak. Ya. Tidak. Ya. Apa? Apa? Masak? Masak?? Masak! Jangan. Jangan. Maaf jangan. Ini serius. Saya yakin. Al yakul yakin! Sebaiknya tidak. Jangan. Tidak! Sama sekali. O ya! Ya! Ya!!! Baik. Jadi? Oke!
(Menutup hp. Menaruh tasnya. Memandang istrinya yang kelihatan cemas. Kemudian membuka kembali jasnya. Istrinya ketakutan. Nampak berpikir. Kemudian menarik nafas panjang. Istrinya menangis.)
Alhamdulillah, aku dipecat. Bebas!!!!

(Istrinya berteriak menutup telinga tak percaya. Guru mengambil tasnya dan menyerakkan isinya ke udara. Guru berteriak lega)

Merdeka!

ISTRI GURU PINSAN. LAMPU PADAM


DUA

PANGGUNG DEPAN KIRI. GURU MEMAKAI PIYAMA SEDANG MEMBACA KORAN. DI DEPANNYA BERTUMPUK BERBAGAI MACAM KORAN. RAMBUTNYA ACAK-ACAKAN. IA KELIHATAN TIDAK TERURUS. TIBA-TIBA IA MEMBANTING KORAN ITU.

GURU
Kurangajar! Salah! Ini keliru fatal! Bukan itu masalahnya. Aku dipecat bukan karena aku gagal! Aku tidak gagal memenuhi kuota. Bagiku kualitas yang nomor satu bukan kwantitas. Kalau memang bodo, buat apa diluluskan. Suruh her atau didiskualifikasi! Negara tidak perlu sarjana bodo, tapi pekerja-pekerya tangguh.
(Mengambil koran yang lain, setelah membaca kontan membanting).
Salah! Itu salah! Aku tidak pernah menuntut gaji menuntutr fasilitas. Aku hanya ingin menegakkan konsep yang benar. Pendidikan itu bukan menyulap manusia menjadi robot kejam tapi mempertahankan manusia tetap manusia. Manusia yang punya hati nurani, kepribadian, peka pada kemanusiaan! Kok gaji si. Bukan gaji! Bego! Bukan soal duit, bukan pula soal kredibilitas taek sapi itu! Aku dipecat bukan karena goblok. Mereka semua yang otaknya di dengkul. Pedagang-pedagang rakus semua. Orang Yayasan itu mata duitan semuanya. Tujuan mereka bukan mendidik tapi menumpuk harta. Rakyat diperas, mereka ditipu mentah-mentah! Masak science disembah, itu berhala! Aku tidak goblok. Tidak mungkin orang goblok dijadikan Presiden Asosiasi Pembela Hak Azasi Manusia di Negara Terkebelakang? Masak orang goblok ditawari kursi Mentri. Aku dipecat karena aku menolak, karena menolak Akademi dijadikan mafia pendidikan. Itu menyalahi sumpah guru! Aku mendirikan Akademi bukan untuk cari makan. Aku masih bisa jadi tukang ojek untuk makan. Pendidikan ini sebuah perjuangsn, pengabdian yang punya cita-cita mulia, menyelamatkan anak bangsa. Menyelamatkan ratusan juta manusia Indonesia yang akan ditendang dari tanah airnya, karena sudah tidak becis lagi mandiri. Anjing! Mereka memang maunya mengembangkan Akademi Mandiri menjadi raksasa. Mereka berkomplot dengan modal asing yang menginginkan Mandiri jadi gurita yang membekuk kebangkitan di negeri ini. Kelihatannya saja kita dihormati, dipilih, dianggap sejajar dengan mereka, padahal sebenarnya kita sedang dijebak supaya masuk ke dalam ketergantungan. Ini penyusupan. Aku menolak. Akademi ini tidak perlu menjadi raksasa, asal tetap memancarkan cahaya di dalam gelap yang membuat bangsa ini tahu ke mana arah melangkah, sudah cukup. Itu sejatinya inti pendidikan.Tidak perlu paling besar sendiri, apalagi main monopoli. Kita tetap butuh saingan untuk berlomba mengejar kualitas. Produk Akademi bukan hanya mencetak manusia cerdas yang kompetitif, tetapi manusia kreatif yang berbudaya dan beradab. Panik mau mencetak anak didik yang pintar bersaing itu namanya sakit jiwa, berak karena digertak oleh globalisasi. Kalau sudah ketakutan, mana mampu bersaing, jangankan mengatasi globalisasi, ketemu tikus juga sudah jantungan. Dan itu memang yang sudah direncanakan orang-orang di sana. Mereka tidak mau macan tidur ini bangun. Mereka mau kita hambruk tapi tidak mati, supaya terus jadi budak seperti di zaman Surapati. Aku menolak merger. Tidak usah bergabung dengan pemodal besar, nanti kita disodomi. Jangan mendewa-dewakan kecerdasan, karena keenceran otak yang tidak disertai kebijakan, kebijaksanaan, kedewasaan, kepribadian dan jatidiri, akan membawa keruntuhan peradaban. Kemajuan teknologi yang tidak disertai dengan kemantapan moral akan membuat manusia jadi robot lalim. Humaniora, cinta-kasih, kepekaan, kemanusiaan, tenggang rasa, solidaritas, gotong-royong harus dinomor satukan. Itu yang rawan sekarang. Akibatnya terjadi erosi kebangsaan yang memicu perang saudara di mana-mana. Makanya aku rombak kurikulum. Pendidikan kepribadian, muatan kesenian dan kebudayaan dilipatgandakan dijadikan seimbang dengan science, kalau perlu 3 per 4.
(Menjemput kembali koran.)
Masak media massa kampungan begini. Aku dihujat Professor linglung! Seniman sinting! Doktor eksentrik! Kurangajar! Bangsat! Kamu sendiri yang sudah berkhianat kepada tujuan utama pers untuk membela kebenaran dan keadilan! Bukan kebenaran yang dipaparkan kepada pembaca tapi gossip, fitnah dan teror! Ini semua berita sesat
(Merobek koran dan menginjak-injaknya. Mengambil koran-koran yang lain, lalu membuangnya ke keranjang sampah.)
Semua kamu tidak pernah lagi memaparkan kenyataan tetapi mau menciptakan kenyataan yang kamu maukan! Gelo!
(Menendang tong sampah itu).
Kamu tidak mencerdaskan tapi menghina kecerdasan rakyat demi oplag!
(Mengangkat tong sampah itu kemudian melemparkannya ke panggung depan yang lebih rendah. Sepasang manusaia yang lagi pacaran memaki-maki karena kena lempar. Keduanya berhamburan lari sambil mengenakan pakaiannya.)
Aku ogah baca koran. Semuanya bullshit. Ini kemerosotan peradaban. Bertambah tua manusia, bertambah bodoh. Bertambah maju, bertambah sesat. Yang disembah sukses, uang, kekuasaan, idiologi. Semuanya itu tidak ada artinya kalau di sininya
(Menunjuk dada)
kopong. Rasa harus dibelajarkan. Kemenangan dan kebahagiaan memerlukan pendidikan rasa. Orang yang terdidik bisa merasakan bahagia dalam segala cuaca. Orang yang bisa merasa kemenangan dalam segala cuaca adalah orang yang sudah terdidik.

( Dua orang yang pacaran tadi mengendap-ngendap menghempiri panggung depan yang lebih rendah)

Aku berjuang membelajarkan pendidikan rasa yang memulyakan pengorbanan. Hanya dengan pengorbanan serentak kekalahan yang sudah tidak ketulungan ini bisa ditebus. Bangsa ini memerlukan pekerja-pekerja tangguh, trampil, setia, tekun dan sanggup mengorbankan segala-galanya!

(Kedua orang yang pacaran tadi mengambil tong. Lalu koran-koran dilemparkan balik ke panggung kiri yang ditempati guru, ditambahi dengan seabrek sampah. Guru terkejut. Tapi ketika mendengar caci-maki yang ditujukan kepadanya ia menahan diri.)

Termasuk mengerti, kalau buang sampah ke kepala orang, harus menerima sumpah-serapah.

(Tong sampah terlempar ke dalam)

Dan dijadikan tong sampah

TONG DILEMPARKAN TEPAT MENGENAI KEPALA GURU. GURU JATUH. KEDUA ORANG ITU MELANJUTKAN PACARANNYA KEMBALI. LAMPU PADAM.


TIGA

PANGGUNG TENGAH. GURU MEMAKAI PAKAIAN BATIK YANG SEDERHANA MENUNGGU ORANG-ORANG KURSUS DI RUMAHNYA. TAPI TAK ADA YANG MUNCUL. DI SAMPING KAKINYA ADA HELM.

GURU
Pendidikan memang mahal. Bukan saja karena sarananya mahal, tapi karena muridnya tidak ada yang datang. Seribu orang mendaftar waktu dibuka. Hanya seratus bisa diterima, karena tempat tidak cukup. Akhirnya tempat diperjual-belikan. Harga satu kursi mencapai 100 juta. Ada yang berani bayar 250 juta. Padahal tarif resmi untuk satu tahun hanya 10 juta. Hari pertama semua muncul setengah jam sebelum pelajaran dimulai. Seminggu kemudian tinggal separuh. Dan sekarang aku yang menunggu. Tidak ada yang datang padahal waktu pelajaran tiggal 15 menit. Mreka kecewa. Aku juga sakit hati. Mereka pikir aku akan mendidik mereka membalikkan nasib dari kere menjadi raja. Dari kecoak menjadi penguasa seperti yang lain. Mereka kesal diajak ngobrol ngalor-ngidul, nyanyi-nyanyi, menari, nonton film dan main petak umpet seperti anak-anak kampung. Mereka menuduh aku sudah jadi dukun yang mengajarkan ilmu kebatinan. Padahal memang betul. Aku mengobati jiwa mereka yang sakit karena sudah diracuni oleh televisi, film, pornografi, narkoba, paham-paham sesat, berbagai gerakan fundamentalis yang mencuci otak orang sehingga menjadi anarkhis dan benci hidup di tengah pluralisme plus juga gaya hidup hedonis dan keranjingan membeli akibat rayuan pusat-pusat perbelanjaan. ku mengajarkan budi pekerti, jati diri dan kebijakan tradisi dan segala macam yang tidak mereka sukai. Akhirnya aku dimaki-maki.

(Terdengar suara ribut-ribut disusul dengan gedoran-gedoran keras dari segala penjuru. Istri guru muncul dan nampak ketakutan.)

Itu mereka. Semuanya masih ada di sini. Tapi bukan untuk belajar. Mereka menuntut uangnya dikembalikan. Padahal sudah aku kembalikan lunas. Setiap orang 10 juta kali seratus, total semuanya satu milyar. Tidak ada yang dipotong. Tapi mereka menuntut jumlah yang sudah mereka keluarkan untuk beli kursi. Jelas tidak bisa aku penuhi.

(Suara-suara dan gedoran semakin seru. Guru mengambil helm dan memakainya. Tapi kemudian ia sadar istrinya perlou. Ia membuka helm dan memasang di kepala istrinya. Tapi istriny menolak. Ia lebih suka masuk ke bawah meja. Guru memakai helm itu kembali lalu betrjaga-jaga.)

Ini penting.

(Suara-suara itu tiba-tiba berhenti. Tapi kemudian batu-batu berhamburan dilemparkan masuk ke dalam ruangan. Semuanya ditujukan ke atas kepala guru. Batu-batu itu menghantam kepala guru. Setelah reda, guru membuka kembali helmnya. Istri guru keluar datri bawah meja.)

Gelombang kedua lebih berbahaya.

DIBANTU ISTRINYA, GURU MENURUNKAN KURUNGAN YANG SUDAH DISIAPKAN. BEKAS KOTAK LEMARI ES TURUN DARI ATAS, LANGSUNG MENJADI KERANGKENG GURU. SUARA RIBUT DAN GEBRAKAN KEMBALI TERDENGAR, LALU BERBAGAI BARANG DILEMPARKAN KE ARAH KOTAK. GURU TERPAKSA KELUAR LAGI KARENA HANDUKNYA TERTINGGAL LEMPARAN SEMAKIN SERU. LAMPU PADAM.


EMPAT

GELAP. GURU MENYALAKAN GERETAN.


GURU
Seperti kerlip bintang di tengah lautan bagi nelayan, yang kita perlukan hanya cahaya kecil di dalam gelap. Terus setia menyala dalam badai dan hujan. Aku ingin membentuk jiwa manusia supaya berjuang mengalahkan nasib dan membawa seluruh cita-citanya menjadi kenyataan. Bahkan ketika tidak seorang pelaut pun memandang ke langit, ketika tidak seorang pun manusia berada di dalam kegelapan, cahaya itu harus terus menyala, untuk dirinya sendiri. Pendidikan tidak hanya penting kalau banyak orang yang harus dididik, tetapi juga ketika tidak seorang pun bisa dididik lagi. Pendidikan juga wajib mendidik dirinya sendiri. Jangan mendidik dengan ilmu yang kedaluwarsa, pendidikan tidak boleh busuk menjadi doktrin, tapi terus tumbuh mengambangkan diri, berubah dan kalau perlu menentang yang sudah tidak berguna. Guru-guru yang tidak laku seperti aku, harus tetap menjadi seorang guru dan mendidik diriku sendiri. Karena kita tidak pernah tahu, tiba-tiba di tengah malam yang gelap ada kapal kehilangan kompas, ada pikiran yang gelap membutuhkan tuntunan. Di situ harus tetap ada seorang guru yang memberikan arahan.

(Geretan mati. Lampu padam)

Bahkan ketika nyala itu padam, guru wajib menyala untuk menerangi zaman kegelapan.


LIMA


PENTAS DEPAN. GURU MEMBAWA PLAKAT BERKELILING MENCARI MURID. TULISAN DI PLAKAT GURU MENCARI MURID. IA BERDIRI DI PINGGIR JALAN DAN MENCOBA MENARIK PERHATIAN SAMBIL MENJAJAKAN DAGANGANNYA.

GURU
Dicari murid yang mau belajar kepribadian, jatidiri, kemandirian. Siapa saja yang berani melawan arus yang sudah menyesatkan manusia untuk semata-mata memburu kenikmatan, kenyamanan, sehingga melakukan apa saja demi mengejar sukses, kekuasaan dan harta. Akan dididik menjadi manusia yang berani mengatakan tidak, toleran, mampu menderita, tetap beriman dalam kemiskinan, tidak pernah mendahulukan kepentingan pribadi, berani berkorban untuk nusa dan bangsa.

(Suara Guru Tertutup Oleh Debur Musik Rap. Ia Membalikkan Pelakatnya. Di Situ Sekarang Ada Tulisan Pendidikan Moral Gratis. Guru Mengambil Megaphone Dan Berseru Mengatasi Suara Musik.)

Pendidikan prodeo, gratis tapi enak dan perlu. Memantapkan mental siap menghadapi dekadensi moral dalam penindasan globalisasi yang membuat manusia menjadi nomor-nomor yang kehilangan identiitas dan jatidiri. Cuma-cuma dan dapat kudapan.

(Megaphone Guru Tertutup Oleh Musik Dangdut. Guru Mencoba Melawan. Ia Naik Kepanggunh Utama. Di Sana Ada Sebuah Poster Besar. Ia Mengangkatnya Sebagai Sebuah Papan Baliho Besar Yang Berisi Tulisan Surga Bagi Yang Mengabdi Pertiwi. Kemudian Terdengar Suara Bisik Elektronik. Ruang Penuh Dengan Suara-Suara Eklektronik. Guru Terpental Ke Sana-Ke Mari Dengan Balihonya. Ia Sempoyongan Berusaha Mati-Matian Terus Menegakkan Baliho Itu. Tetapi Kemudian Ke Atas Baliho Itu Disemprotkan Gambar-Gambar Yang Berasal Dari Video Game, Ps 2, Klip-Klip Mtv, Fashion Yang Nyaris Telanjang, Gambar-Gambar Merangsang Dan Kekerasan. Akhirnya Guru Terpaksa Menghancurkan Baliho.. Tetapi Baliho Itu Menolak, Bahkan Kemudian Bergerak Sendiri Melawan Guru. Guru Ditangkupnya. Dibungkusnya. Guru Berusaha Keluar Dari Gulungan Baliho Tapi Tak Berhasil. Akhirnya Ia Berteriak-Teriak Minta Tolong).

Tolong! Tolong! Tolong!

LAMPU PADAM. SUARA-SUARA LANGSUNG BERHENTI.


ENAM

PENTAS DEPAN KIRI. GURU MENJADI TUKANG BECA. IA BERDIRI DI PINGGIR JALAN DENGAN MEMAKAI TOPI DAN HANDUK TERBELIT DI LEHERNYA. MEMAKAI CELANA PENDEK, KAUS OBLONG DAN SEPATU KATS BUTUT.


GURU
Menjadi guru bagi saya pengabdian. Untuk hidup saya bisa ngojek. Asal berani berkeringat, di mana-mana ada hidup. Daripada ngemis.di perempatan jalan, padahal badan masih seger, pakai kalung emas, nyanking bayi yang disewa atau nuntun tunanetra. Ada yang modal bulu ayam dan kincring. Lebih tidak bermalu lagi hanya tepuk-tepuk tangan memeras pengendara mobil. Surga untuk yang ngasih sedekah, neraka jahanam bagi yang pelit. Itu salah pendidikan.
(Ketawa)
Semua tukang ojek terkejut melihat saya turun gunung. Lho suhu kok terjun ke lapangan, katanya heran. Ada apa? Apa mau bersaing dengan kami. Ya terang tidak akan bisa menang. Saya hanya menjawab dengan senyum. Tapi saya buktikan di dalam bersaing bukan yang berani, bukan yang kasar, bukan yang kurangajar, bukan yang culas seperti kebanyakan mereka yang menang, tapi yang otak dan rasanya seibang. Melihat pakaian saya yang bersih, air muka yang bisa dipercaya dan motor saya yang mengkilap, langganan-langganan pindah hati ke jok saya. Anak sekolah, ibu rumah tangga, mahasiswi, janda bahenol itu bahkan istri simpanan anggota DPR yang suka mengadakan pertemuan rahasia di warung nasi liwet itu semuanya maunya saya. Tukang ojek sirik. Mereka berkomplot mau mendepak. Itu dia yang saya mau. Lalu saya kumpulkan mereka dan berikan siraman batin. Tujuan hidup bukan memburu uang. Kalau cuma cari untung tidak akan dapat penumpang. Menjadi tukang ojek adalah mengabdi ibu pertiwi.

(Terdengar Suara Ledakan Petasan Beruntun)

Itu hanya sound effek. Tapi salah.
(Berteriak)
Hee belum sampai di situ goblok, tunggu Belanda masih jauh! Maaf petugasnya orang baru. Sampai di mana tadi? O ya, sebagai tukang beca saya

PETUGAS PANGGUNG BERTERIAK DARI SAMPING.

PETUGAS
Salah! Itu melompat dua halaman!

GURU
Memang! Tapi ini sengaja untuk menguji ente, goblok
(Langsung Mendamprat)
Ah brengsek! Kotbah lagi! Kami tidak perlu ceramah! Kami perlu setoran ngerti! Jangan ganggu kami lagi banting tulang bangsat! Kata tukang-tukang ojek itu. Tak bakar motor kamu baru nyahok! Mau dipotong berapa kamu ha? Ayo minggat! Tidak menunggu saya berhenti terkejut karena dibentak begitu, motor ojek saya dibakar. Saya dikerubut mau dipotong-potong karena sudah mengganggu rezeki mereka. Untung ada tentara lewat. Sebenarnya bukan tentara. Dia hanya pakai baju loreng, padahal saya tahu betul itu anak yang suka sakau di perempatan yang lain. Rupanya ketakutan sama militer masih ada. Alhamdulillah begitu dilepas saya langsung kabur. Makanya sekarang jadi tukang beca.

(bersuit memanggil. Pentas tengah terang. Sebuah becak jalan sendiri mendekati guru pun menghampiri. Kepentas tengah. Pentas kiri lampu padam).

Stop!

(Becak Berhenti)

Mundur dikit.

(Mundur Sedikit)

Stop.

(Beca Berhenti)

Beca saja bisa dididik, masak manusia tidak? Kalau kaum terpelajar, kelas menengah yang seharusnya menggerakkan masyarakat untuk nyahok sudah memble, kita terpaksa turun gunung. Tapi kalau kelas tukang ojek juga baru disengol rezekinya sedikit sudah mau ngamuk mengeluarkan taringnya, padahal diberi tuntunan gratis, kita harus turun ke bawah lagi. Mungkin di dalam lubuk hati rakyat jelata masih ada harapan. Abang-abang beca, tadinya petani tanpa tanah yang lari ke kota untuk mengubah nasib, mungkin masih mau mendengar. Nasib mereka sekarang kocar-kacir karena beca dimusnakan. Aku masuk ke dalam lubuk mereka melakukan provokasi. Jangan cuma tiduran di jok, berjuang. Sisihkan sisa setoran untuk menabung. Kalau sudah cukup, beli beca sendiri, supaya jangan stress dikejar-kejaran setoran. Nikmati rezekimu yang halal dan tumbuhkan anak-anakmu menjadi anak baik yang cinta kepada bangsa dan negaranya, bukan hanya mempersenang diri sendiri. Ingat masa depan negara di tangan anak-anakmu! Tapi begitu beca menjadi milik dan tidak lagi diuber-uber setoran, mereka makin malas. Sepanjang hari tiduran. Setiap hari tekor. Istrinya tidak kuat, lari ikut tukang ojek. Anak-anaknya jadi sampah jalanan. Begitu bangun dia kaget lalu ngamuk. Guru bangsat itu biang keladinya. Tangkap! Dia provokatornya! Bunuh! Bakar! Potong!

(Suara-Suara Rame Mau Membunuh, Membakar Memotong Guru.)

Ya Tuhan mengapa jadi kacau begini. Aku tidak mau mati konyol.
(Cepat Menghampiri Beca Dan Hendak Melarikan Beca. Tapi Beca Tak Mau Berberak.)
Lho kamu kok melawan majikan kamu. Aku ini juragan kamu bukan barisan tukang becak goblok itu.

(Teriakan Dan Umpatan Makin Seru. Dia Terpaksa Menarik Beca Itu Dengan Tali. Suara-Suara Semakin Keras. Yang Kemudian Kelihatan, Guru Tidak Menyeret Beca Tapi Dia Dikejar-Kejar Beca. Dia Terkejut Dan Memperlebar Jarak. Akhirnya Dia Berhenti. Beca Itu Juga Berhenti. Guru Dan Beca Saling Pandang-Pandangan.)

Kamu kok jadi terbalik? Aku kan juragan kamu? Aturannya aku yang naik kamu. Kok sekarang kamu ngejar-ngejar aku! Itu salah kaprah!

(Becak Mengeram Dan Gemetar).

Gusti! Kamu hanya beca. Kamu barang mati! Tidak boleh emosi! Kamu tidak boleh durhaka sama juragan. Itu kualat tahu?!

BECA MENGERAM LEBIH DAHSYAT, LALU MENYERANG GURU. GURU PANIK, JATUH DAN BERTERIAK. BECA MELINDAS DAN KEMUDIAN TERBANG, DITARIK DENGAN SLING. GURU BERTERIAK. LAMPU PADAM.


TUJUH

PANGGUNG DEPAN KIRI. KEMBALI DI RUMAH GURU. IA MENGENAKAN PAKAIAN BERSIH, RAPI TAPI SANGAT SEDERHANA. DI KEPALANYA KOPIAH.

GURU
Memang semua pekerjaan mulia, tetapi guru cocoknya hanya jadi guru. Saya terpaksa kembali pada kepribadian semula. Siapa yang mau belajar silakan, ayo saya didik, tanpa bayaran sepeser pun, tapi dengan syarat ikuti cara saya. Yang tidak mau, tidak boleh dipaksa. Perjuangan tidak berarti harus menyerang, tetapi juga bersabar menahan segala serangan. Walaupun tekanan saya darah saya sudah hampir 150, saya tidak boleh stress. Untuk bertahan hidup, istri saya jadi tukang kue baskom.

(Lampu terang di panggung sebelah kanan. Nampak istri sedang menjual kue baskom, dikelilingi oleh pembeli laki-laki, tukang beca, sopir taksi, tukang ojek. Mereka tidak hanya membeli tetapi mengganggunya.)

Kadang-kadang dicowel diganggu anak-anak muda. Tapi di mana belahan dunia ini tidak mengandung bahaya. Tak apa, itu resiko perjuangan. Yang penting hatinya bersih dan setia.

(Istri guru memukul salah seorang pembeli yang kurang ajar dengan baskomnya. Lampu gelap).

Bicara soal selingkuh, kenapa kalau wanita selingkuh dianggap dosa, tapi kalau lelaki melakukan dianggap prestasi?
(Cepat)
Itu juga bagian dari pendidikan, tapi nantilah itu tidak kita bicarakan hari ini.
(Meneriakkan Azan)

(Terdengar Sahutan Suara Azan Dari Berbagai Penjuru Bersahut-Sahutan. Kemudian Bunyi Lonceng Gereja. Ada Suara Genta Dari Pendeta Hindhu Membawakan Puja, Kemudian Gumam Mantera-Mantra Dari Para Bhiksu. Di Panggung Utama Nampak Pendeta Himdu Dan Budha Melakukan Puja, Seseorang Mengumandangkan Azan, Pendeta Agama Khatolik Dan Kristen Memimpin Ibadah)

Dari zaman baheula kita hidup di tengah perbedaan. Walau keyakinan berbeda, tapi kita tetap bisa hidup dalam satu atap dalam rumah yang kita sepakati bernama Indonesia. Agamaku agamaku, agamamu agamamu, kita tetap bersaudara. Berbeda-beda itu satu. Ini rasa. Dulu tidak menjadi persoalan, mengapa sekarang dijadikan bahan perpecahan.

(Tiab-Tiba Kedengaran Suara Ledakan. Asap Tebal Di Panggung Tengah. Semua Berlarian Lacau-Balau. . Langit Runtuh. Dari Atas Berjatuhan Kepingan-Kepingan Bangunan Juga Anggota Badan Manusia. Guru Langsung Tiarap. Kemudian Dia Lari Ke Panggung Tengah. Lampu Panggung Depan Kiri Dan Kadan Padam. Gutru Bersimpuh.)

Tuhan, jangan lupakan kami. Lindungi bangsa yang bodoh ini. Dulu semuanya ada pengertian, perbedaan menjadi kelebihan. Tapi sekarang karena ditonjol-tonjolkan jadi gontok-gontokan. Ke mana perginya kearifan lokal kita. Apa dosa kami sudah terlalu banyak sehingga

(Suara Geledek. Guru Tiarap)

Aduh! Engkau marah. Jangan marah Tuhan. Maafkan kami. Bimbing kami. Tunjukkan kami jalan yang benar. Hukum kami kalau memang salah, tapi sesudah itu beri kami kesempatan. Mengapa bangsa lain Kamu manjakan, mereka sudah menjajah ratusan tahun, menjarah kekayaan kami, mengobrak-abrik kebudayaan kami, mereka sudah merusakkan kepribadian anak-anak kami, mereka mengacau negeri kami, memecah-belah kami, mengapa mereka tetap menang dan adi kuasa. Sedangkan kami yang hina, papa, miskin, kurus-ceking-cacingan ini dihukum terus dengan banjir tiap tahun, longsor.

(Suara Gemuruh Ombak Laut)

Tsunami, busung lapar, demam berdarah, flu burung, penindasan perempuan, kekerasan anak, kesewenang-wenangan pemimpin, korupsi.

(Suara Yel-Yel Para Demonstran )

Kenapa kami dikutuk? Tunjukkan kami jalan yang benar. Ke mana harus melangkah, beri kami peta yang akurat dan tidak menjadi teka-teki silang. Jangan menghukum terus. Selamatkan kami. Beri kami kesempatan.

(Makin Lama Makin Memerintah )

Penderitaan kami sudah cukup. Bebaskan kami sekarang. Beri kami keadilan dan kebenaran. Jangan melakukan diskriminasi. Jangan misyterisu. Bicara saja blak-blakan, mau minta apa! Kalau masih bisa diusahakan kami akan penuhi, tapai kalau memang sudah mungkin jangan memaksa! Kami mahluk ciptaanMu, kami tanggungjawanMu! Siapa lagi kalau bukan kamu!
(Keras )
Hanya Kamu! Hee hanya Kamu. Denger tidak?!

(Sunyi Tiba-Tiba. Tambah Lantang Dan Memerintah )

Hanya kamu! Lindungi kami! Sejahterakan kami! Bahagiakan kami!

(Suaranya Bersiponggang. Guru Terkejut)

Lho kok jadi memerintah, padahal maunya berdoa. Maaf keterusan.

(Guru Memperhatikan Sekitarnya. Dia Memunggut Boneka Bayi Yang Tadi Ikut Terlempar.)

Lihat. Dulu orang mati ditangisi. Diarak ke pemakaman. Tapi sekarang disyukuri, dianggap melapangkan rezeki, karena saingan berkurang. Anak-anak diculik. Ada yang diambil jeroannya, jantung, buah pinggang, mata, untuk dijual kepada yang membutuhkan. Ibunya sendiri melacurkan anaknya, karena mau hidup lebih enak.
Sebuah Tubuh Jatuh Perempuan Jatuh Terlambat Menimpa Guru. Guru Langsung Mengambilnya Dam Memperhatikan.
Janjinya melindungi perempuan. Kok yang begini dibiarkan terus berlangsung. Marsinah Nirmala Bonar, Esther hanya dibicarakan tok. Perempuan terus dilecehkan, dihina, dituding sebagai biang keladi kecabulan, padahal yang porno itu laki-laki. Kalau mau memberantas pornografi sudah ada aturannya dalam KUHP, Undang-Undang Penyiaran, Undang-Undang Pokok Pers, ada Perda di mana-mana, kok masih MEMBIAYAI RUU APP yang isinya sesat, emang kurang kerjaan. Itu narkoba, judi, penuksaan anak, kekerasan pada perempuan, kejahatan administrative, pendidikan amburadul, bahasa Indonesia mau bangktut, rupai anjlok, beras

TIBA-TIBA TERDENGAR SUARA TERIAKAN DARI PENONTON.

PENONTON
Hee jangan ngelantur terus!

GURU TERKEJUT, MELIHAT KE SANA-KE MARI.

GURU
Ya Tuhan! Kamu mendengar suaraku? Kamu menjawab? Di mana kamu?

PENONTON MAJU

PENONTON
Di sini!

GURU
Oh?!

PENONTON
Pertunjukan ini judulnya SETAN! Ini sudah satu jam. Mana setannya?
(Penonton itu dengan demonstratif mau pergi. )
Ayo pulang!

GURU TERKEJUT TURUN KE PANGGUNG DI BAWAH DAN MEMBUJUK. PANGGUNG BAWAH TERANG. PANGGUNG UTAMA GELAP.

GURU
Ya Tuhan betul juga. Tunggu! Tunggu! Sabar! Setannya sebentar lagi keluar, lagi dibedakin supaya jangan terlalu bau. Tunggu. Maaf.

(Penonton itu mencoba sabar.)

Sabar ya. Sekarang juga mau dikeluarkan.
(Berteriak)
Siapkan setannya!

(Di Belakang Terdengar Sahutan)

Ya sekarang juga, tapi silakan duduk dulu. Maaf. Inilah akibat pendidikann yang salah, tidak ada yang ingin berkorban, semua orang ingin sukses, ingin jadi nomor satu, makanya guru

PENONTON YANG TADINYA SUDAH DUDUK BERDIRI LAGI DAN BERTERIAK

PENONTON
Berisik! Ngecap lagi! Kalau mau ngecap ke gedung DPR!

GURU TERKEJUT.


GURU
Aduh maaf.

PENONTON ITU BERKOAR LAGI


PENONTON
Jangan akting terus, keluarkan setannya! Kami datang mau nonton setan bukan bacot Ente! Semua tadi itu sudah ada di koran tahu! Cepat!

GURU
Oke, oke, oke!
(Guru mengangkat tangan dan meniup sempritan.)
Oke! Zetannnnnnnnnnnnn!

LAMPU PADAM. TERDENGAR SUARA ANGIN MENDERU-DERU.



DELAPAN

DALAM GELAP TERDENGAR SUARA ANGIN MENDERU-DERU. KEMUDIAN DERIT MENGIRIS BAGAIKAN SUARA SETAN. SUASANA MENCENGKAM KEMUDIAN SUARA LOLONG SRIGALA. TAPI KEMUDIAN PENONTON YANG PROTES ITU BERTERIAK LAGI.

PENONTON
Bohong! Bohong! Itu bukan suara srigala! Itu suara si Ucok!

LAMPU PANGGUNG TENGAH LANGSUNG MENYALA LAGI. GURU BERGEGAS MENJAWAB.


GURU (Marah Karena Diganggu )
Memang itu bukan srigala! Itu suara si Ucok.

(Ucok Yang Menirukan Suara Srigala Muncul Dan Langsung Melolong Tapi Bengek)


Itu contoh srigala yang kena flu burung

PENONTON KEMBALI MARAH

PENONTON
Mana ada srigala di Indonesia! Jangan menghina kecerdasan penonton!

UCOK MELOLONG SEKALI LAGI DAN BAGUS.

GURU
Nah itu dia! Koreksi sedikit itu bukan srigala tapi lolong anjing

(Penonton mau membantah., guru langsung membentak )

Diem! Ini semua kan simbol tahu! Karena itu ini namanya tontonan. Kalau mau potret kenyataan itu ke sana nonton ulah manusia di gedung DPR!

(Ucok mau melolong lagi, langsung ditimpuk oleh guru.)

Cukup! Penonton satu yang nggak beli karcis aja dipedulikan. Lihat jangan rugikan rakyat yang lain. Lanjutkan! Lampu!

(Lampu padam. Terdengar kembali suara angin, ombak.)

GURU
Ucok!!!! Anjingnya bulldognya mana!

SUARANYA ANJING MELOLONG PANJANG

GURU
Bagus! Honornya ditambah!


SEMBILAN

LAMPU MENYALA. GURU DUDUK DI KURSI DIRIAS OLEH JURU RIAS BANCI. MEREKA TAK SADAR PERTUNJUKAN SUDAH MULAI. UCOK MEMBERITAHUKAN DARI SAMPING DENGAN ISYARAT DAN BISIK-BISIK, TAPI SI BANCI TERUS ASYIK MERIAS. AKHIRNYA UCOK MASUK DAN MELOLONG DI SAMPING SI BANCI. SI BANCI KAGET DAN BERANTAKAN SEGALANYA. IA MEMUKUL-MUKUL KETIKA TAHU ITU UCOK. UCOK LANGSUNG MENUNJUK KE PENONTON. SI BANCI MENOLEH DAN MENJERIT LALU JATUH PINSAN. MAUNYA SUPAYA DIGOTONG. TAPI UCOK KEMUDIAN MENYERET KAKINYA KELUAR DARI PANGGUNG. IA CEPAT BERDIRI SAMBIL MINTA MAAF KEPADA PENONTON DAN LARI MASUK KE DALAM, TAPI MENUBRUK SESUATU DI BELAKANG PANGGUNG. TERDENGAR BARANG-BARANG JATUH DAN MAKI-MAKIAN.


SEPULUH

PANGGUNG TENGAH. GURU NAMPAK SEMAKIN TUA. IA TETAP HIDUP SEBAGAI GURU. MENUNGGU MURID, MESKIPUN TIDAK ADA YANG DATANG.

GURU
Kalau gagal, kita harus bangkit lagi, karena dalam setiap kegagalan selalu ada janji. Asal mau menukar pandang, setiap kekalahan adalah kemenangan, setiap kelemahan adalah kekuatan. Tapi itu waktu muda. Kalau sudah manula, setiap kegagalan membuat kita lebih enak tidur saja, supaya lepas dari siksaan nasib. Tapi aku guru, aku harus memberi contoh yang baik, habis para pemimpin yang seharusnya menunjukkan toladan malah lebih brengsek lagi kelakuannya sekarang. Biar tidak ada lagi yang mau berguru ilmu jatidiri, padahal sudah digratiskan, aku tetap menjalankan tugasku. Siapa tahu, sewaktu-waktu nanti kesadaran mereka bangkit.

(Suara Pintu Terbuka)

Setiap pintu dibuka melihat ke pintu, tapi selalu saja kosong. Hanya ada angin di situ, kadang-kadang ada tikus. Aku tidak mau mendidik tikus walau pun Mickey Mouse sudah kaya raya bisa bikin Disneyland di mana-mana. Buatku sekali tikus tetap saja tikus, nanti pasti mencuri.

(Terdengar Angin Kencang. Pintu Yang Tertutup Diterobos Hingga Ternganga. Guru Terkejut.)


Apa itu? Angin apa lagi nyerbu hari gini. Cuaca diramal bagus kok!

(Kedengaran Kaca Jendela Pecah.)

Ya Tuhan kaca-kaca jendela berantakan

(Terdengar Langkah Kaki Berdentam Menghampiri.)

Siapa itu?

LAMPU DI PANGGUNG KANAN DEPAN MENYALA. ISTRI GURU YANG BARU PULANG DARI JUAL KUE BASKOM BERTERIAK.

ISTRI GURU
Pak! Ada tamu menyelinap dari pintu belakang

GURU BINGUNG DIA CLINGAK-CLINGUK.

GURU
Menyelinap? Orang baik-baik tidak mungkin menyelinap dari pintu belakang.

ISTRI GURU
Awas Pak!

GURU PANIK
GURU (MELIHAT JAM)

Bukan jam berkunjung. Pasti rampok! Mana kelewangku!

ISTRI GURU
Orangnya sudah masuk, Pak!

GURU
Aduh biung!

GURU CEPAT MENYELINAP KE SAMPING. ISTRI GURU BERGEGAS HENDAK MENYUSUL.


ISTRI GURU
Hati-hati Pak!

SOSOK TINGGI BESAR, SEBUAH BONEKA RAKSASA YANG DIMAINKAN OLEH BEBERAPA ORANG, MUNCUL MENGHADANG. ISTRI GURU MENJERIT PINSAN. SOSOK TINGGI BESAR ITU TERTEGUN. KEMUDIAN IA BERUSAHA UNTUK MENOLONG.. NAFASNYA KEDENGARAN MENDENGUS-DENGUS, SERAM.

GURU MUNCUL MEMBAWA KELEWANG.


GURU
Siapa itu!

TAMU ITU BERPALING SAMBIL MENYERINGAI. SUARA SERAM. PEDANG DI TANGAN GURU JATUH. IA GEMETAR. IA KETAKUTAN. SUARANYA BERGETAR.

Kamu?

ZETAN SUARANYA BERGEMA MENAKUTKAN

ZETAN
Ya, aku!

GURU LEMAS DAN JATUH TAPI TIDAK PINSAN.


GURU
Aduh kenapa aku tidak bisa pinsan.

ZETAN (SERAM)
Jangan pinsan Guru, nanti saja setelah aku selesai bicara.

MENDEKAT DENGAN LANGKAH BERDENTAM.
GURU MELONJAK BANGKIT, MENGAMBIL PEDANGNYA DAN BERTERIAK PANIK


GURU
Jangan dekat!

ZETAN MUNDUR LAGI, ISTRI GURU TERINJAK. ISTRI GURU MENJERIT. ZETAN DENGAN BISING MUNDUR. GURU CEPAT MENGHAMPIRI ISTRINYA DAN MAU MENGGENDONGNYA TAPI TERLALU BERAT.

GURU
Makanya aku bilang jangan terlalu berat, susah digendong.

ISTRI GURU
Aku tidak apa, Pak aku pura-pura saja pinsan supaya selamat.

KEDUANYA KEMUDIAN HENDAK LARI. ZETAN MENAHAN.

ZETAN
Jangan pergi.

GURU
Tapi kamu, kamu

ZETAN
Ya ini aku

GURU
Zetan?

ZETAN
Betul sekali. Aku Zetan.

GURU PINSAN. ISTRINYA BINGUNG.

ISTRI GURU
Bapak serius atau akting?

GURU
Serius tapi aku tidak bisa pinsan, aku terlalu takut.

ZETAN
Kenapa takut?

MENDEKAT

GURU DAN ISTRI (MENJERIT BARENG)
Jangan dekat-dekat!

ZETAN
Kenapa?

GURU
Habis kamu setan.

ZETAN
Apa setan tidak boleh dekat manusia?

GURU
Tidak!

ISTRI GURU
Jangan kasar Pak, nanti dia marah.

ZETAN
Aku tidak marah

MENDEKAT

GURU
Jangan dekat!

ZETAN
Kenapa? Karena aku tidak menelpon lebih dulu?

GURU
Kami takut

ISTRI GURU;
Bau!

ZETAN (MENCIUM KELEKNYA)
Ya memang kelekku bau.

ISTRI GURU
Mulutnya juga busuk!

ZETAN
Padahal aku sudah berhenti makan daging

GURU
Daging apa?

ISTRI GURU
Daging manusia?

ZETAN
Daging apa saja.

GURU DAN ISTRI BERTERIAK KAGET BARENG.

GURU
Jadi sekarang kamu mau cari daging?

ZETAN
Tidak, sekarang aku sudah vegetarian.

GURU
Kalau gitu ngapaian datang ke mari

ZETAN
Mau kenalan

GURU
Tidak usah!

ZETAN
Kenapa?

GURU
Aku takut!

ZETAN
Kenapa takut?

GURU
Kamu seram

ZETAN
Muka yang seram belum tentu hati juga kejam. Banyak contoh bintang filem kelakuannya malah lebih gurem. Aku ini permata yang jatuh ke comberan, guru

GURU
Aku sudah berhenti jadi guru.

ZETAN
O ya? Too bad. Tapi ilmunya pasti masih ada kan?

ISTRI GURU BERBISIK-BISIK PADA SUAMINYA.


ZETAN
Aku tahu apa yang kamu bisikkan. Aku juga tahu apa yang belum kamu bilang!

ISTRI GURU
Kami tidak ngerasani sampeyan kok.

ZETAN
Ya kan benar. Aku tahu.
(Ketawa)
Jangan lupa aku Zetan.

ISTRI GURU BISIK-BISIK LAGI. GURU MENENANGKAN.


GURU
Tenang jangan panik.

ZETAN
Kenapa mesti panik?

GURU
Maaf, kalau bukan cari daging segar, ngapain kamu ke mari?

ZETAN
Terus terang aku sudah lama mau ke mari, tapi karena ada pembahasaan RUU Anti Pornography dan Pornoaksi, baru sekarang kesampaian.

GURU
Lho di situ juga ada pornography? Kok nyontek?

ZETAN (Ketawa)
Terbalik. Apa yang ada di situ, di sini lalu ikut-ikutan nyontek.

GURU
Terus kamu menolak atau menerima.

ZETAN
Pengaturannya sudah ada dalam KUHP jadi untuk apa lagi dibikin ngabis-ngabisin duit rakyat saja, memangnya nggak ada kerjaan lain. Di samping itu isi RUUnya keriting. Yang bikin otaknya miring.

GURU
Wah kalau begitu sama dong.

ZETAN
Terbalik lagi. Yang di sini meniru-niru apa yang ada di situ. Tapi aku datang ke mari bukan untuk ngurus pornography, itu urusan iman masing-masing orang, kan semuanya juga beragama. Aku datang dengan maksud mulia.

GURU
Mulia?

GURU
Aku mau berguru

ISTRI GURU
Nah iya kan! Makanya plakat di depan itu dicabut saja Pak!

ZETAN MENGELUARKAN PLAKAT-PLAKAT YANG DULU DIPAKAI KAMPANYE OLEH GURU.


ZETAN
Ini yang menyebabkan aku datang ke mari. Masih ingat?

GURU
Lho kamu dapat darimana itu?

ZETAN
Dari dulu aku ikuti langkahmu. Tiap detik aku tahu apa saja yang kamu lakukan. Yang di WC juga!

GURU
Stttt!

ISTRI GURU TERKEJUT


ISTRI GURU
Kenapa? Apa apa yang dilakukan suamiku di WC.

ZETAN
Dasar guru, di WC kamu juga guru. Aku banyak belajar!

ISTRI GURU
Apa yang bapak lakukan di WC?! Terus terang!

GURU
Apa itu harus diceritakan?

ISTRI GURU
Ya! Kita sudah 50 tahun bersama, Bapak sudah tahu semua punyaku, aku juga mau tahu semua punyaya! Apa?

GURU PANIK.

ZETAN
Dia melakukan pemersihan

ISTRI GURU
Maksudmu ngepel?

ZETAN
Semacam itu. Menggosok.

ISTRI GURU
O ya? Menggosok dinding WC? Kerajinan amat.

GURU
Habis mau apa lagi?

ZETAN
Kalau bersih kan pikiran juga ikut tenang. Jadi bagaimana ini? Kapan kita mulai?

ISTRI GURU TERKEJUT.

ISTRI GURU
Mulai apa?

ZETAN
Aku melamar jadi muridmu

ISTRI GURU
Astaga!

ZETAN
Serius, aku mau jadi muridmuguru. Gratis kan?

ISTRI GURU (MENGUCAP)
Ya Tuhan!

ZETAN
Sttt! Jangan sebut-sebut Tuhan, nanti Dia datang! Aku tidak mau ketahuan menambah pendidikan.

GURU
Pendidikan? Kamu mau minta pendidikan?

ZETAN
Ya

GURU
Tapi kamu Zetan!

ZETAN
Ya!

GURU
Tidak mungkin!

ZETAN
Guru belum percaya aku zetan . Mau aku buktikan sekarang?

ZETAN HENDAK MEMBUKTIKAN SESUATU, GURU DAN ISTRINYA SERENTAK MEMPEROTES


GURU & ISTRI GURU
Jangan!

ZETAN
Bagus! Jadi percaya aku Zetan? Terimakasih. Kapan aku mulai, guru?

ISTRI GURU
Dia salah terima, Pak

GURU
Memang! Ini bedanya dengan manusia. Manusia selalu pakai perasaan, zetan tidak punya rasa!

(Kepada Setan)

Hee, dengerin ya, guru tidak boleh mendidik setan, tahu!

ZETAN TERKEJUT

ZETAN
Apa?

GURU (Berteriak)
Guru tidak boleh …….

KEPALANYA DIPUKUL OLEH SETAN. GURU TERPELANTING. ISTRINYA CEPAT MENOLONG.

ISTRI GURU
Jangan kasar dong!

ZETAN
Habis! Siapa kenapa bilang guru tidak boleh mendidik setan??

ISTRI GURU
Itu melanggar Sumpah Sapta Marga!

ZETAN
Itu diskriminasi!

GURU
Ilmu tidak boleh diajarkan kepada Zetan.

ZETAN
Rasialis!

GURU
Sebab zetan itu jahat!

BU GURU
Pak!

ZETAN
Apa?

GURU
Setan itu bejat!

ZETAN
Sabar!

GURU
Setan itu laknat!

ZETAN MENAMPAR GURU. GURU TUMBANG.

ISTRI GURU
Pak!

GURU
Setan itu bangsat!

SETAN MENIUP. TOPAN BEREMBUS DAN MENYERET GURU. BU GURU MENCOBA MEMEGANGI SUAMINYA. ANGIN MAKIN KENCANG BERTIUP. BU GURU LALU MELEMPARKAN BASKOMNYA KE SETAN. SETAN BERBALIK DAN KENTUT. GURU DAN ISTRI TERSERET KELUAR PANGGUNG.


ZETAN (MEMAKI)
Setan!


LAMPU PADAM.


SEBELAS


GURU BERBARING DI KURSI MALAS BADANNYA DIBALUT. KEPALANYA JUGA DIBALUT AKIBAT LUKA-LUKA. IA MENGENAKAN KAIN SARUNG. PERLAHAN-LAHAN IA BANGUN DENGAN SUSAH-PAYAH, TAPI KEMUDIAN JATUH. IA BANGUN LAGI TAPI TERUS JATUH. IA BERUSAHA LAGI BANGUN UNTUK KETIGA KAKLINYA DAN BISA, TAPI KEMUDIAN KAKI KANANNYA COPOT. IA BERTERIAK KESAKITAN. LALU DUDUK. IA MENGAMBIL LAGI KAKI KANNNYA ITU DAN MEMASANGNYA KE DALAM SARUNG.


GURU
Tapi aku tidak menyesal jadi guru. Miskin, dibetot habis padahal tidak salah, ungung hanya kehilangan kaki, itu memang nasib guru di dunia ketika. Asal jangan kehilangan kepala dan perasaan, aku akan terus bertahan samp[ai titik darah penghabisan.

(Terdengar Kjeplok Tangan Seru)


Tidak usah keplok tangan, ini bukan kampanye. Aku Cuma mau bilang kalau tidak siap berkorban, jangan coba-coba jadi guru. Siapa suruh? Hanya satu yang aku sesalkan. Hanya satu saja. Kecil tapi penting sekali.

SUARA
Apa?

GURU
Mereka semua tidak merasa tersendir oleh perjuanganku.

SUARA
Mereka siapa?

GURU
Semuanya! Tetangga, kenalan, masyarakat di sini, di mana-mana, kecil, gede sama saja tidak ada yang peduli pada pengorbanan lagi. Semuanya mau enak sendiri. Setan!

SUARA
Lho guru kok pakai naik darah?

GURU
Biarin! Aku juga manusia biasa yang punya emosi. Aku bukan robot!Kalau sudah kesel, sebel, bagaimana lagi? Masak membetot anak didik. Terpaksa aku salurkan dengan mulut.
(Berteriak Keras Sampai Habuis Nafasnya)
Titit besarrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr ! Kontol gedeeeeeeeeeeeeeeeeeee!

SUARA
Oke sudah lega?

GURU TIBA-TIBA MERASA SEHAT. LALU DIA MEMBUKA SARUNGNYA DAN BEBAS BERDIRI TANPA TONGKAT. KELIHATAN SEGAR.

GURU
Ternyata kalau sudah ngomong jorok, sakitnya hilang.

SUARA
Jadi meskipun guru, tetap saja manusia biasa yang banyak dosa.

GURU
Betul. Ente tahu aja!
(Terkejut)
Lho aku bicara dengan siapa ini?
(Guru melihat ke sekitarnnya.)
Siapa itu di sana?
(Suaranya bersiponggang dan kembali kepadan ya keras sehingga dia agak mental.)
Sapa itu?
(Suaranya bersiponggang tambah keras dan kemudian menghantam lebih dahsyat sehingga ia jatuh. Guru cepat berdiri. Lalu bertanya dengan sopan.)
Siapa itu? Apa aku bicara dengan hati kecilku seperti Bima waktu ketemu Dewa Ruci?

(Terdengar bunyi bel sepeda. Lalu masuk seorang naik sepeda butut. Ia menakai celana pendek dan seragam sekolah, lengkap dengan tasnya.)

Siapa itu?

ZETAN
Masak lupa?

GURU
Tukang Pos

ZETAN
Bukan. Aku Zetan.

GURU LANGSUNG BERDIRI.

GURU
Jangan main-main!

ZETAN
Sumpah, aku Zetan.

GURU
Kok kecil, imut-imut?

ZETAN
Biar kecil aku tetap Zetan.

GURU
Tidak mungkin!

ZETAN
Perlu dibuktikan rupanya?!

MEMBANTING PETASAN BANTING, LALU MUNCUL ASAP

GURU
Jangan! Jangan! Aku percaya!

ZETAN
Kebetulan. Smoke’s gunnya juga kehabisan minyak.

BATUK-BATUK SAMBIL MENGIPAS-NGIPAS ASAP SUPAYA BERHENTI BATUKNYA. ZETAN KEMUDIAN MENGAMBIL BANGKU PLASTIK YANG ADA DI BONCENGAN SEPEDA BERIKUJT MEJA KECIL. IA MENARUHNYA DI DEAN GURU. LALU DUDUK MEMBUKA KOTAK MAKANAN. MENUANGKAN ITU KE MULUTNYA, LALU MENU&ANGKAN MINUMAN DARI BOTOL KE MULUTNYA. LALU MENYIMPAN SEMUANYTA DENGAN CEPAT. SETELAH ITU DIA MENGAMBIL BUKU TULIS, LALU DUDUK, MENGHADPA GURU, SIAP UNTUK MENULIS.

ZETAN (SUARA KEKANAK-KANAKAN)
Aku sudah siap.

GURU
Siap apa?

ZETAN
Belajar. Aku ingin jadi pahlawan.

GURU
Apa?

ZETAN
Aku Ingin Jadi Pahlawan. Pah-La-Wan!

SIAP UNTUK MENULIS APA YANG AKAN DIKATAKAN GURU. GURU TERKESIMA.

ZETAN
Pahhhhhhhhh ……….la……….. wan!

GURU MASIH BENGONG.

ZETAN
Pahlawan yang lebih hebat dari pahlawan-pahlawan yang sudah pernah ada! Bukan pahlawan gadungan. Bukan pahlawan kesiangan. Bukan juga pahlawan kampungan. Tapi pahlawan sejati. Kalau kamu tidak bersedia aku cabuti sekarang bulu kamu sehelai demi sehelai. Mulai dari bulu
(Menoleh Ke Nan Dan Ke Kiri)
mumpung tidak ada Pansus RUU Aksi Pornography dan Pornoaksi, bulu

GURU
Tidak bisa!

ZETAN
Aku tadi mau bilang bulu kaki. Masak mau bilang bulu kaki saja dilarang. Negeri apa ini! Guru apa kamu! Kalau bulu jembut itu baru tangkap! Ini kan TIM. Tempat Indonesia Merdeka. Bisa kualat sama Ali Sadikin kamu, Pak Guru.

GURU
Diam!

ZETAN
Lho guru kok kayak penguasa! Kolonial!

GURU
Setan tidak bisa jadi pahlawan!

ZETAN
Berarti referensi kamu kuno! Dulu hanya bangsawan bisa jadi raja. Anak presiden bisa jadi presise. Sekarang pelawak juga boleh jadi presiden. Bromocorah juga boleh jadi pahlawan, tahu goblok. Guru apa sih kamu, gitu saja ketinggalan. Makanya jangan ngerem di WC saja sibuk main gosok sampai badan kamu kayak cacing, keluar tatap matahari, hari gini kok masih bicara soal, soal apa tadi, Setan tidak bisa jadi pahlawan? Memang kenapa? Apa manusia lebih baik dari setan? Tiap detik menyebut-nyebut nama Tuhan, tapi kelakuanmu kayak telek! Itu ribuan hektar hutan Kalimantan kamu babat habis, milyardan duit rakyat kamu gerogoti, perempuan dan anak-anak kami injak-injak saja seenak udelmu sendiri, hukum ditegakkan untuk menghukum orang tidak bersalah dan melindungi bromocorah. Taek semua itu! Mana lebih setan, manusia yang kesetanan atau setan yang kecil, mungil dan pakai celana pendek ini? Ke sekolah saja aku pakai sepeda butut sementara anak-anak pejabat itu diantar oleh jaguar, padahal gaji pejabat itu kata Wapres kan untuk makan saja tidak cukup? Ah Ente nggak usah ngomong lagi, ajarin saja aku jadi pahlawan, berunding melulu kapan bertindaknya, nanti keburu Pemilu lagi!

GURU
Se… !

SETAN MELONCAT DAN LANGSUNG MENCEKEK LEHER GURU, TANGANNYA SATU LAGI MENCEKEK BUAH AMPULUR GURU.

ZETAN
Aku tahu kamu mau bilang Setan! Busyet! Apa salahnya setan jadi setan! Apa salahnya setan mau jadi pahlawan, kalau manusia sudah tidak sanggup lagi? Ah? Lihat itu manusia-manusia yang ngaku pahlawan, kelakuannya ceme, mencret semua kalau sudah duduk di kursi, mabok kekuasan dan teler urusan duit. Jangan berlagak lhu! Buktinya kita sama saja! Mau mati atau mau aku pecahin ini?

GURU
Jangan! Itu kepunyaan istriku!

ZETAN
Makanya! Ajarin aku jadi pahlawan!

GURU
Tidak mungkin itu menyalahi prosedur

ZETAN MELEPASKAN CEKEKEN LEHER DAN MEMUSATKAN PADA PIJITAN PADA BARANG GURU.

GURU
Jangan!!!!!!!!!!!

ZETAN
Makanya! Ajarin! Ayo!

GURU
Bagaimana aku ngajarin kalau barangku digigit.

ZETAN
Siapa yang gigit? Ini Cuma pegang! Barang sudah arfkir begitu! Sok lhu! Nyoh!

MELEPASKAN. GURU AGAK LEGA KARENA DILEPASKAN.


GURU
Aduh, kalau tidak ditipu, tidak akan dilepaskan.

ZETAN
Ayo cepetan! Aku tidak sabar

ZETAN DUDUK LAGI MANIS DI KURSINYA SIAP MENULIS.

GURU
Persyaratan jadi pahlawan itu berat.

ZETAN
Tahu!

GURU
Jiwanya harus kuat.

ZETAN
Tahu, tahu, tahu! Tahu! Sudah nggak usah banyak cincong, ajarin aja!

GURU
Tanggungjawabnya lebih berat lagi.

ZETAN
Tahu!

GURU
Kalau sudah tahu kenapa minta diajarin?

ZETAN (Terkejut)
Ah?

GURU
Kalau sudah tahu kenapa bertanya lagi?

ZETAN (Membenarkan)
O itu baru pertanyaan bermutu.
(Tiba-Tiba Berbalik Lagi Menggebrak)
Sebab aku mau menguji kamu!

GURU (Ketawa Sinis)
Na, sekarang aku yakin kamu memang setan. Setan memang suka membolak-balik omongan seperti politikus. Aku tidak mengatakan politikus itu tukang putar-balik omongan. Tapi aku hanya bilang kamu memutar-balik omongan seperti politikus. Jadi kamu bakat politkus, tapi bukan pahlawan, Setan! Atau mau jadi seniman saja?

ZETAN
Terimakasih. Bakatku hanya jadi pahlawan.

GURU
Kalau begitu, siapa guru kamu sebelumnya? Pasti ajarannya ilmu sesat!

ZETAN
Kamu!

JANTUNG GURU BERDENTUM KERAS.


GURU
Kok jadi aku?

ZETAN
Kan kamu, sudah mengajarkan, syarat paling mendasar untuk menjadi pahlawan adalah pengorbanan. Pengorbanan total tanpa pamrih! Betul tidak?!

GURU
Betul.

ZETAN
Kamu bilang kalau mau jadi pahlawan harus siap mati. Betul?

GURU
Masak?

ZETAN
Kok masak. Yakin!

GURU
Kenapa?

ZETAN
Karena begitu jadi pahlawan kamu sudah jadi milik rakyat, bukan milik anak-istrimu lagi, bukan milik keluargamu, bukan milik RT dan RW mu, bukan milik suku kamu, bukan milik golongan kamu, bukan milik agama kamu. Kamu milik rakyat semua! Pahlawan itu manusia yang sudah mati!

GURU
Aku belum pernah mengatakan begitu.

ZETAN
Tapi kamu setuju?

GURU
Setuju sekali.

ZETAN
Kamu juga setuju bahwa pahlawan itu adalah abdi rakyat?

GURU
Ya.

ZETAN
Sebagai abdi dia akan menyediakan dirinya untuk pijakan kaki rayat yang mau menyebrang dari neraka jahanam untuk pindah ke surga kenikmatan!

GURU
Betul.

ZETAN
Dienjek-injek dengan kaki yang korengan, belepotan kotoran juga tidak akan mengeluh, asal untuk keahagiaan rakyat semua.

GURU
Tidak akan mengeluh!

ZETAN
Sama sekali tidak marah kalau dikritik!

GURU
Tidak.

ZETAN
Tidak suka mencari kambing hitam, tidak mau menyalahkan keadaan

GURU
Tidak

ZETAN
Diem! Aku belum selesai ngomong. Tidak akan berdalih tidak mampu bertindak dan memngubah keadaan karena keadaanya sudah terlalu payah. Tapi terus saja bekerja.

GURU
Terus

ZETAN
Walaupun akhirnya kalah, menyerah dan harus diganti, rela!

GURU
Rela

ZETAN
Demi Nusa dan Bangsa

GURU
Itu namanya pengorbanan.

ZETAN
Sama sekali tidak menuntut untuk dihargai!

GURU
Tidak!

ZETAN
Menolak nepotisme

GURU
Jelas

ZETAN
Melawan kekejaman, menentang pelecehan pada perempuan.

GURU
Tanpa reserve

ZETAN
Melindungi anak-anak

GURU
Menjunjung tinggi kemanusiaan, keadilan dan kebenaran, kesetaraan.

ZETAN
Membela demokrasi

GURU
Merdeka!

ZETAN
Kok merdeka?

GURU
Itu memang syarat pahlawan.

ZETAN
Kalau begitu ajari aku sekarang!

KEMBALI KE TEMPAT DUDUKNYA DAN SIAP MENULIS. GURU DIAM SAJA.

ZETAN
Ayo!

GURU
Ayo apa?

ZETAN
Ajari aku jadi pahlawan.

GURU
Ajari apa lagi, kamu sudah lulus.

ZETAN TERKEJUT.


ZETAN
Apa

GURU
Kamu sudah lulus.

ZETAN
Aku sudah lulus?

GURU
Ya!

ZETAN (Bangun Dan Marah)
Bangsat! Kamu pikir aku bodoh? Aku ini setan tahu?! Jangan coba-coba menipu setan. Mentang-mentang aku mengaku mau berguru, kamu lalu menghina kecerdasanku seperti tayangan televisi itu ya?!! Sialan! Aku sembur lagi baru tahu rasa kamu! Tujuanku tidak bisa dibelokkan. Lebih baik aku mati daripada gagal!

GURU
Itu dia watak pahlawan!

ZETAN
Ah prek! Jangan coba-coba memuji. Aku geli kalau pantatku dijilati! Gua telan sekalian tahu rasa lhu! Kamu kok menyamakan aku dengan wakil-wakil rakyat yang mengejar jabatan untuk cari makan itu! Tidak! Kebenaran bagi aku di atas segala-galanya. Itu prinsip, tidak bisa ditawar.

GURU
Lebih baik mati berkalang tanah…

ZETAN LANGSUNG MENIMPALI

GURU DAN SETAN
…….. dari pada mati bercermin bangkai. Rawe-rawe rantas-malang-malang buntung. Sekali berarti sudah itu mati!

SUARA BERDENTAM TANDA KEDUANYA SEPAKAT.

GURU
Begitu memang seharusnya pahlawan!

ZETAN
Memang begitu tidak bisa tidak! Kalau tidak, apa bedanya pahlawan dengan tukang kredit, apa bedanya tukang beca dengan tukang minyak dan tukang sayur? Pahlawan itu mengorbankan segala-galanya untuk cita-cita yang mulia.

GURU
Segala-galanya!

ZETAN
Mobil, rumah, duit, kedudukan, kehormatan, bintang jasa, keluarga, tidak ada artinya dibandingkan dengan bangsa, negara dan Tanah Air!

GURU
Kalau disogok satu trilyun?

ZETAN (Ketawa Sinis)
Satu trilyun? Kalikan lagi seribu! Tambah lagi dengan seribu bidadari untuk selir, tetap saja tidak bisa. Maaf, mengedipkan sebelah mata pun aku tidak akan mau, apalagi yang namanya berkhianat menjual negara? Itu aib!

GURU
Lulus cum laude!

ZETAN
Pahlawan itu begitu. Makanya ajari aku sekarang cepat jadi pahlawan.

GURU BINGUNG. MENGGELENG-GELENGKAN KEPALA.

GURU
Dasar setan! Tahunya hanya buka mulut.

ZETAN
Aku siap Guru.

GURU (Ke Arah Setan)
Heeeeee! Sampeyan sudah lulus!

ZETAN
Lulus apa?

GURU
Sampeyan sudah pahlawan, tidak perlu belajar lagi.

ZETAN
Siapa bilang? Jangan tolak aku guru, itu lebih kejam dari pembunuhan!

SETAN MENYEMBAH.

GURU
Tidak perlu menyembah, kamu sudah lulus!

ZETAN
Bagaimana lulus, belajar saja belum?

GURU
Itu dia!

ZETAN
Kok itu dia!

GURU
Tanpa belajar saja kamu sudah tahu. Itu artinya bukan saja berbakat tapi kamu jenius!

ZETAN
Setan imut-imut begini jenius?
(Sebenarnya Bangga)
Guru goblok! Tak keplak sisan kamu!

GURU
Lho serius! Dengan bisa mengatakan secara tepat apa itu pahlawan, seperti yang kamu lakukan tadi, berarti kamu sudah menjadi pahlawan. Pahlawan itu adalah, apa kamu bilang tadi?

ZETAN
Pahlawan adalah orang yang sudah membunuh dengan kejam dan tuntas hawa-nafsu pribadinya, karena seluruh dirinya dikorbankan untuk kepentingan nusa-dan bangsa

GURU
Coba ulangi?

ZETAN
Pahlawan adalah orang yang sudah memberikan tubuh dan jiwanya untuk Tanah Air dan Bangsa, karena itu ia bukan lagi milik keluarganya, bukan milik golongannya tapi milik rakyat seluruhnya.

GURU
Itu lebih indah dari puisinya Goenawan Mohammad

ZETAN
Siapa itu Goenawan?

GURU
Dikasih tahu juga kamu tidak akan ngerti. Pokoknya kamu sudah lulus.
(Mengulurkan Tangan)
Selamat.

ZETAN TERCENGANG.

GURU
Ayo jabat tangan!

ZETAN
Lulus? Aku sudah lulus? Ah, aku jadi malu!

GURU
Betul aku tidak basa-basi.

ZETAN BERDIRI.

ZETAN
Aku jadi merasa tolol.

GURU MENGAMBIL TANGAN ZETAN DAN MENGGUNCANGNYA. TIBA-TIBA ZETAN MEMELUK GURU ERAT.

ZETAN
Guru!

GURU
Aduh jangan keras-keras aku bukan setan!

ZETAN (Melepaskan Pelukan)
Sorry, kau mulia sekali, guru. Jadi aku sudah lulus ya, padahal belum dihajar?

GURU
Kamu lulus!

ZETAN
Oh Guru!

ZETAN LANGSUNG HENDAK MEMELUK GURU. GURU CEPAT MENGELAK.


ZETAN
Guru! Di negeriku kalau berterimakasih kita harus berciuman. Guru!

ZETAN MAU MEMELUK GURU. GURU MENJERIT.


ZETAN
Guru!

GURU
Tolonggggg!

GURU LARI KELUAR. ZETAN MEMBURU. TERDENGAR MUSIK ZETAN.


DUA BELAS

PANGGUNG DEPAN KIRI. PESTA ZETAN DI RUMAH ZETAN DENGAN MUSIK ZETAN. SALAH SATU ZETAN MENYANYIKAN MUSIK ZETAN. ZETAN-ZETAN JOJING BERSUKA RIA. LAMPU KELAP-KELIP. ZETAN MEMBUNYIKAN LETUPAN. MUSIK BERHENTI.

ZETAN
Hari ini kita akan berpisah untuk sementara. Aku akan mengembara mencari pengalaman. Akan kubawa nanti pulang sebanyak-banyaknya apa saja yang aku dapatkan di rantau. Semuanya itu untuk membangun negeri kita lebih berjaya lagi di masa yang akan datang.

(Tepuk Sorak)

Kita buktikan siapa sebenarnya yang terbaik.

(Bersorak)

Selama ini kita sudah diperlakukan semena-mena. Keadilan dan kebenaran hanya untuk manusia. Kalau ada kejahatan pasti kita yang dikambing-hitamkan!

(Tepuk Sorak)

Apa betul kita bejat?

ZETAN-ZETAN
Tidak!

ZETAN
Apa betul kita laknat?

ZETAN-ZETAN
Tidak!

ZETAN
Apa betul kita bangsat?

ZETAN-ZETAN
Tidak!

ZETAN
Apa betul jiwa kita tidak sehat?

ZETAN-ZETAN
Tidak!

ZETAN
Apa betul kita kualat?

ZETAN-ZETAN
Tidak!

ZETAN
Apa betul kita nekat?

ZETAN-ZETAN
Tidak!

ZETAN
Apa betul kita kuat?

TAK ADA YANG MENJAWAB.

ZETAN
Apa betul kita kuat?

ZETAN-ZETAN
Betul!

ZETAN
Kalau betul, mengapa berhenti bergerak, tancap!

MUSIK KERAS. SEMUA MENARI TAMBAH GILA-GILAAN. MUDIAN MEREDUP. MUSIK TAMBAH LIRIH TAPI TERUS.


TIGA BELAS


SAYUP-SAYUP MASIH TERDENGAR MUZIK DARI PESTA ZETAN. GURU SEDANG DIMANDIKAN DENGAN AIR BUNGA OLEH ISTRINYA. GURU TELANJANG HANYA MEMAKAI CELANA PENDEK. ISTRI BERDIRI DI ATAS BANGKU DI SAMPING SEBUAH DRUM. IA MENYIRAM SUAMINYA DENGAN AIR BUNGA DENGAN CIDUK AIR YANG BERGAGANG PANJANG. GURU SUDAH MULAI GEMETAR.


GURU
Terus-terus. Cipokannya masih lengket. Aku geli.

(Istri guru terus menciduk air)

Terus!

ISTRI GURU
Aku capek Pak. Masuk saja ke dalam!

GURU
Bener juga!

ISTRI GURU TURUN DARI BANGKU. GURU NAIK BANGKU LALU MELOMPAT KE DALAM DRUM.

ISTRI GURU
Makanya jangan main-main sama Setan

GURU
Siapa yang main sama Setan. Aku dipaksa, kalau tidak mau itunya mau digigit.

ISTRI GURU
Itu kan gertak sambal.

GURU
AH susah menjelaskan, kalau tidak mengalami sendiri memang bisa bilang begitu.

ISTRI
Tapi enak kan dicipok.

GURU
Enak apaan!

ISTRI MEMBAWA SARUNG

ISTRI GURU
Ayo cepetan mandinya, jangan main gosok lagi.

GURU KELUAR DARI TONG, ISTRINYA BERLARI MENGAMBIL SARUNG. DENGAN PERKASA KEMUDIAN PEREMPUAN ITU MENGANGKAT TONG DAN MEMBAWANYA KELUAR.

GURU
Sudah satu drum air bunga, kok cipokannya masih terasa lengket terus. Dosa memang tidak bisa dihapus, tapi terus mengejar-ngejar. Maafkan aku Tuhan, aku sudah berusaha menolak, dia yang memperkosaku.

(Terdengar suara bel sepeda mendekat. Guru terkejut.)


Ah?

ZETAN (Dari Luar)
Guruuuuuuuuu!

GURU PANIK.

GURU
Yailah datang lagi. Buuu! Buuuu!

ZETAN (Makin Keras Dan Enthusias)
Guruuu!!!!

GURU KETAKUTAN. TUBUHNYA GEMETAR. IA MAU LARI, TAPI KAKINYA SEPERTI DI LEM, LEKAT KE LANTAI TIDAK BISA DIANGKAT. KADANG TERANGKLAT TAPI KEMBALI LAGI KARENA TAKUTNYA.

GURU
Buuuu!.

ZETAN (Tambah Dekat)
Guru!!!!


EMPAT BELAS


PESTA ZETAN SEMAKIN SERU. TIBA-TIBA TERDENGAR SUARA LEDAKAN. MUSIK BERHENTI. RAJA ZETAN MUNCUL.

RAJA ZETAN
Apa-apaan ini?

(Tidak ada yang menjawab).

Siapa yang bertanggungjawab di sini?

(Tidak ada yang menjawab.)

Apa kamu semua tuli? Bisu? Gagu?

(Tidak ada yang menjawab)

Setan! Mana dia? Bawa ke mari!

(Semuanya menunduk.)


Mana dia?!

(Tak Ada Yang Menjawab. Raja Setan Mencari Zetan Tapi Tidak Menemukan. Ia Hanya Mendapatkan Buku Tulisnya. Ketika Ia Pegang, Tiba-Tiba Buku Tulis Itu Menyala Terbakar. Ia Terkejut Dan Melemparnya. Yang Lain Cepat Mematikan Api.)

Setan! Cari dia sampai ketemu!

(Tak Ada Yang Bergerak.)

Cariiiiiiii!

(Semua Terkejut Dan Bergerak. Lampu Padam.)

ZETAN (Hanya Suaranya)
Guru!!!!


LIMA BELAS


GURU BERBARING UNTUK MENYEMBUNYIKAN DIRINYA. ZETAN DENGAN PAKAIAN ORANG YANG MAU NAIK GUNUNG MASUK SAMBIL MENYERET SEGALA MACAM BARANG. SEABREK BARANG YANG DITARIKNYA ITU BERBUNYI BERISIK.

ZETAN
Guruuuuuu!

ZETAN BERHENTI MENARIK, MELIHAT GURU BERBARING, MENGHAMPIRI.

ZETAN
Guru lagi ngapain kau?

GURU (Berusaha Menutupi)
Aku cari jangkrik.

ZETAN
Siang bolong begini mana mungkin? Mau ngintip orang mandi kali!

GURU
Stttt nanti kedengaran Ibu

ZETAN
Atau mau ngintip Ibu mandi?

GURU (KETAWA)
Kok tahu?

ZETAN
Ya kita kian sama-sama pernah muda. Aku mau pamitan Guru

GURU
O ya mau ke mana kau?

ZETAN
Mau merantau seperti Colombus dulu. Tapi aku perlu nasehatmu

GURU
Nasehat apa lagi, kau sudah lulus.

ZETAN
Tapi aku belum tahu ke mana aku harus pergi. Supaya jangan mubazir ke mana baiknya Guru. Mana tempat yang masih membutuhkan pahlawan. Amerika?

GURU
Jangan, di situ sudah banyak koboi

ZETAN
Ke Bosnia?

GURU
Jangan. Perangnya sudah selesai.

ZETAN
Ke Timur Tengah?

GURU
Di situ juga banyak saingan.

ZETAN
Habis ke mana?

GURU BERPIKIR.

ZETAN
Tidak banyak waktu lagi, Guru. Aku menunggu.

GURU
Bagaimana kalau ke Indonesia.

ZETAN
Indonesia?

GURU
Ya. Itu bagus.

ZETAN
Indonesia itu di mana?

GURU
Ah masak tidak tahu Indonesia. Itu negara besar, lebar wilayahnya sama dengan Amerika Serikat.

ZETAN
Negaranya Mahathir?

GURU
Itu Malaysia. Tetangganya.

ZETAN
O, Lee Kwan You

GURU
Itu Singapura.

ZETAN
Di sebelah mananya Bali?

GURU
Lho Bali itu bagian dari Indonesia.

ZETAN
O Soekarno?

GURU
Ya. Itu. Diproklamasikan oleh Soekarno-Hatta pada 17 Agustus 1945.

ZETAN
Oke boleh. Tapi arahnya ke mana ya?

GURU
Itu
(Menunjuk)
kalau kamu terus saja lempeng ke Timur, terus, terus jangan belok-belok lagi, pasti sampai.

ZETAN
Patokannya apa?

GURU
Apa ya?

ZETAN
Aku tidak mau buang-buang waktu percuma. Kasih ancer-ancernya apa? Ada gunung?

GURU
Baik. Catat. Kalau kamu terus ke Timur, nanti kalau kamu lihat nyiur-nyiur melambai itu Indonsia. Kalau kamu lihat bukit barisan, gunung, hutan-hutan yang gundul dan terbakar, sungai-sungai coklat karena erosi, udara yang kotor karena polusi melebihi ambang batas, jalanan selalu macat karena kebanyakan angkot dan motor yang berseliweran seperti rayap, kalau kamu lihat setiap hari mahasiwa bukannya belajar tapi turun ke jalan demo, anak-anak ABG bukannya sekolah tapi main narkoba, kalau kamu lihat pejabat-pejabat lebih bergairah berdagang dan merampok rakyatnya, kalau kamu lihat pelataran parkir Gedung Perwakilan Rakyat sepert showroom mobil mewah, kalau kamu lihat agama dipakai alat untuk membenarkan pembunuhan, kalau kami lihat ibu-ibu menjual anak gadisnya dan kamu saksikan perempuan diperhinakan, dilecehkan, kalau kamu lihat banyak penjara seperti hotel mewah, korupsi di mana-mana, hukum dijunjung karena tidak bergigi, jangan ragu-ragu lagi itulah Indonesia.

ZETAN
Oke, baik.

GURU
Jelas?

ZETAN
Aku paham. Terimakasih, Guru

ZETAN MENGULURKAN TANGAN. GURU MENYAMBUT. TAPI KEMUDIAN DIA TERKEJUT.

ZETAN
Terimakasih Suhu. Menurut tradisi bangsaku, kalau kita salaman kita mesti terus pelukan!
(Langsung Memeluk)
dan kalau sudah pelukan mesti ciuman.

ZETAN MAU MENCIUM. GURU BERONTAK DAN MENJERIT.

GURU
Buuuuuuuuuu!


LAMPU PADAM.


ENAM BELAS


PANGGUNG DEPAN KANAN. RAKYAT BERSORAK-SORAK MENGELU-ELUKAN. DI LAYAR BELAKANGNYA ADA FILM BERISI PENYAMBUTAN RAKYAT YANG MERIAH. TIGA O(RANG MELAMBAI-LAMBAIKAN TANTGANNYA DI PANGGUNG DEPAN KIANAN.

PANGGUNG DEPAN KIRI TERANG. MUNCUL ZETAN. SAMBUTAN DI PANGGUNG KANAN SEMAKIN MERIAH. ZETAN TAKJUB. IA MULA-MULA MENONTON DAN MERASAKAN ITUSEBAGAI TONTONAN. TETAPI KEMUDIAN IA TERKEJUT, KARENA BARU MENYADARI BAHWA SAMBUTAN ITU DITUJKAN KEPADANYA. IA TERPAKSA BALAS MELAMBAI. KETIGA ORANG YANG MELAMBAI DI PANGGUNG DAN KANAN BERSORAK. MEREKA BERLARI MENUJU MENGHAMPIRI.

TIGA ORANG DI PANGGUNG DEPAN KIRI MUNCUL DAN LANGUSNG MEMBOPONG ZETAN. SORAK SORAI BERTAMBAH SERU SAMPAI LAMPU MERDUP DAN PADAM.


TUJUH BELAS

DI PANGGUNG TENGAH. GURU KEMBALI MANDI AIR BUNGA. SEPERTI SEBELUMNYA ISTRI GURU MENYEDOK BUNGA-BUNGA DARI ATAS BANGKU DAN DIGUYURKAN KE KEPALA GURU.

GURU (Suaranya Gemetar)
Terus! Terus!

AKHIRNYA GURU TIDAK SABAR. IA MENGANGKAT DRUM ITU DAN MEMBALIKKAN KE ATAS KEPALANYA. SETELAH BUNGA-BUNGANYA HABIS, IA MENURUNKAN DRUM ITU MENUTUP TUBUHNYA. IA BERADA DI DALAM DRUM.

ISTRI GURU CEMAS DAN MEMANGGIL-MANGGIL SUAMINYA.


ISTRI GURU
Pak! Pak! Jangan Pak! Jangan!

LAMPU PADAM. SORAK-SORAI.


DELAPAN BELAS

ZETAN DIARAK DAN DIDUDUKKAN DI KURSI YANG LETAKNYA TINGGI. KEMUDIAN DIA DIBERIKAN MIKROPHONE UNTUK BERPIDATO. DIDAULAT BERBICARA. IA TERPAKSA BERBICARA. ZETAN MENGETUK-NGETUN MENCOBA MIKROPHONE SEMUA BERSORAK.

ZETAN
Tes-tes-tes, percobaan….

TEPUK SORAK RAMAI.

ZETAN
Saudara-saudara sekalian

TEPUK SORAK LEBIH MERIAH

ZETAN
Tenang, tenang harap tenang semua!

TEPUK-TANGAN MERIAH

ZETAN (MEMBENTAK SUARA MENGGLEDEK)
Diammmmm!

TEPUK TANGAN SERU. ZETAN BINGUNG. IA TERPAKSA MENGANGKAT TANGANNYA. KEMBALI TEPUK TANGAN SERU LAGI. KEMUDIAN KEDENGARAN MUSIK MARS. MAHKOTA DATANG DIBAWA OLEH SEORANG PENARI DALAM SEBUAH UPACARA , LALU DIPASANG DI KEPALA ZETAN. ZETAN BINGUNG.

ZETAN
Saudara-saudara aku ini bukan pemimpin tapi aku Zetan!

TEPUK TANGAN MEMUNCAK SEMUA MENYERBU DAN MENGELU-ELUKAN. MUSIK MENGHENTAK-HENTAK SEMUANYA MENARI KESETANAN. ZETAN BENGONG. LAMPU PADAM PERLAHAN-LAHAN.


SEMBILAN BELAS

DI PANGGUNG DEPAN YANG RENDAH. GURU TIDUR DI KURSI MALAS. SEKARANG SUDAH TUA. IA MEMAKAI SELIMUT. ISTRINYA MEMIJIT-MIJIT KAKINYA.

GURU
Aduh Gusti kenapa aku tidak bisa tidur, apa dosaku terlalu banyak, tidak tertutup oleh amalku sebagai guru.

ISTRI GURU
Sabar Pak, sabar, jangan mengeluh terus, jangan cepat putus asa

GURU
Aku stress Bu

GURU
Terus saja coba, nanti kan berhasil. berdoa

GURU
Doaku sudah tiak mempan. Setiap mau lelap aku rasa tergelincir masuk jurang dan di situ mulut Zetan ternganga mau nyipokin aku

ISTRI GURU
Tenang-tenang, jangan ingat yang dulu-dulu

GURU
Jangan-jangan aku ketagihan dicipok

ISTRI GURU
Eling, eling, teguhkan imanmu, Pak, kamu seorang guru, harus tabah

GURU
Justru itu. Aduh aku tak kuat lagi, Bu

ISTRI GURU
Bertahan, Pak bertahan.

MELEPASKAN TANGANNYA YANG MEMIJIT DAN MULAI BERDOA

GURU
Aduh aku tidak tahan, jangan dilepas, terus pijit dong, aduh

ISTRI GURU BERHENTI BERDOA DAN KEMBALI MEMIJIT KAKI SUAMINYA DENGAN LEBIH RAJIN

GURU
Aduh biung

ISTRI GURU
Sabar

GURU
Hhmmmm enak itu pijit terus. Aduh

TIBA-TIBA TERDENGAR SUARA MEMANGGIL.

ZETAN(Belum Kelihatan)
Guru!!!!!!!!!

GURU DAN ISTRINYA TERKEJUT.


ZETAN
Guru!!!!

GURU LANGSUNG MELONCAT BANGUN. ISTRINYA NGUMPET.

ZETAN
Guru!!!!!

GURU
Jailah dia datang lagi! Ampun! Ayo kita lari saja, Bu!

MENARIK ISTRINYA MAU PERGI TETAPI DI PANGGUNG UTAMA SUDAH MUNCUL ZETAN. IA MEMAKAI PAKAIAN SAFARI YANG RAPIH.

ZETAN
Guru!

GURU TERTEGUN. BINGUNG

ZETAN
Guru

GURU BINGUNG, ISTRINYA MENUNJUK KE BELAKANG. GURU LALU MENOLEH KE BELAKANG.


ZETAN
Guru ini aku

GURU
Kamu siapa?

ZETAN
Masak lupa? Aku muridmu.

GURU
Kamu Zetan?

ZETAN (Ketawa)
Ya.

GURU
Kamu jadi lain. Ya? Kok jadi ramah sekali.

ISTRI GURU
Ganteng lagi.

ZETAN
Yah semuanya berkat guru.

GURU
Bukannya kamu ke Indonesia

ZETAN
Memang aku baru dari situ, langsung naik Emirat Arab

GURU
O ya? Kenapa tidak naik Garuda?

ZETAN
Habis pilotnya yang pinter-pinter kabur karena gajinya kecil, pimpinannya pada korupsi semua. Pesawatnya juga butut dan pelayanannya payah.

GURU
Kenapa kamu balik lagi, gagal?

ZETAN
Sama sekali bukan. Aku berhasil.

ISTRI GURU
Kamu jadi pahlawan di situ?

ZETAN
Ya

GURU
Luar biasa. Selamat!

ZETAN
Aku juga tidak percaya, Guru. Bagiku ini pengalaman pertama yang aneh. Begitu aku datang, belum kenalan mereka semua sudah bersorak-sorak.

GURU
Masak

ZETAN
Rupanya mereka sudah lama menunggu-nunggu aku

GURU
Masak?

ZETAN
Aku juga tidak percaya. Tadinya aku pikir itu jebakan. Masa baru kenal, sudah langsung disambut dan dielu-lekukan, kontan dipikul, diarak sepanjang jalan, dijadikan pahlawan dan diberikan mahkota.

GURU
Masak? Apa mereka tidak tahu kamu setan?

ZETAN
Itu dia. Rupanya mereka sudah lama menunggu-nunggu setan. Mereka senang sama setan.

ISTRI GURU
Yah sukses dong!

ZETAN
Bahkan terlalu sukes Bu, aku sampai kewalahan. Aku belum ngomong mereka sudah tepuk sorak. Belum minta sudah diberikan. Anak-anak perawannya semua diserahkan kepadaku.

GURU
Enak dong

ISTRI GURU
Sttt! Dasar!

ZETAN
Ya. Tapi jadi aneh. Itu di luar bayanganku. Aku pikir tadinya jadi pahlawan itu susah. Mesti berjuang. Memberikan pengorbanan total seperti kata Guru. Bahkan harus mati, karena seluruh diri kita jadi milik rakyat. Nyatanya, itu hanya teori. Jadi tidak usah begitu Guru. Malah mereka senang sekali ketika mendengar asal-usulku sebenarnya setan.

GURU
Masak?

ISITRI GURU
Enak dong!

ZETAN
Bukan enak lagi, keenakan Bu. Tapi karena itu, aku jadi merasa tidak berarti. Aku ingin perjuangan dan perkelahian yang seru, baru aku bisa menikmati hasilnya. Ini sambil tidur-tiduran juga semuanya sudah beres. Aku jadi bosan. Makanya aku pulang dulu untuk tukar hawa biar segar lagi.

ZETAN MELOMPAT TURUN KE PANGGUNG BAWAH. GURU CEPAT MENARIK ISTRINYA NAIK KE PANGGUNG UTAMA. ISTRINYA AGAK SEGAN NAIK. GURU MENGGERTAK.

GURU
Nanti dicipok!

ZETAN
Tapi maaf aku tidak bawa oleh-oleh apa-apa, Guru.

GURU
O tidak perlu.

ZETAN
Aku hanya membawa jiwaku yang lelah. Guru dan Ibu baik-baik saja?

GURU
Baik, baik

ISTRI GURU
Hanya mobil kami sudah butut, maunya ganti yang baru tapi harganya mahal

GURU
Stttt!

ZETAN
Saya banyak mobil di situ. Kalau balik nanti saya kirim dua. Mau naik Jaguar?

ISTRI GURU
Uang mukanya berapa?

ZETAN
Tidak usah. Di sana juga tidak dipakai, daripada lumutan. Tapi sekarang saya pulang dulu. Nanti kita bicara lagi. Saya terlalu rindu. Ada seseorang yang menunggu saya, yang membuat saya selalu ingat rumah.

GURU
Betul. Lebih baik pulang dulu.

ZETAN
Saya sudah senang sebab lihat Guru tetap sehat. Saya permisi dulu Guru.

ZETAN MELONCAT NAIK SAMBIL MENGULURKAN TANGAN. GURU KEBINGUNGAN. ISTRI GURU MENDORONG SUAMINYA.

ISTRI GURU
Jangan diam saja itu diajak salaman

GURU
Sudah tidak usah salaman, tanganku tadi habis cebok belum dicuci.

ZETAN
Kalau begitu Ibu saja

MENGULURKAN TANGAN KE ISTRI GURU. ISTRI GURU LANGSUNG MENYAMBUT.

GURU
Bu!

KARENA TERLAMBAT MENCEGAH GURU KONTAN MEMALINGKAN MUKANYA. ZETAN MENCIUM TANGAN ISTRI GURU. GURU BERTERIAK DALAM HATI.

GURU
Selingkuhhhhhhh!

ZETAN BERBALIK DAN MELONCAT KE LUBANG DI SAMPING PANGGUNG YANG RENDAH SAMBIL BERTERIAK

ZETAN
Aku pulanggggggggg!

SUARANYA BERSIPONGGANG. GURU DAN ISTRINYA TAKJUB. MEREKA MENDEKATI LUBANG.



DUA PULUH

PANGUNG DEPAN KANAN. RAJA SETAN DAN PARA PENGIKUTNYA SEDANG TIDUR MENDENGKUR. TIBA-TIBA CAHAYA MERAH KERAS MEMBAKAR. SEMUANYA TERKEJUT DAN BANGUN.

RAJA ZETAN
Bangsat. Apa ini?

SEMUANYA KEPANASAN.

RAJA ZETAN
Belum pernah aku panas seperti ini. Apa ini kiamat yang dipercepat?

ZETAN
Janggutku terbakar

ZETAN
Rambutku terbakar

ZETAN
Jembutku terbakar

RAJA ZETAN
Tahan!!!!!! Permainan apa ini! Api neraka masih rasa nyaman, mengapa seluruh tubuhku rasa hangus!

ZETAN
Anak-anak kecil terbakar.

ZETAN
Rumah hangus!

ZETAN
Gudang perbekalan daging ludas jadi areng!

RAJA ZETAN
Bangsat! Ini pasti kerjaan teroris! Pengkhianatan!!!! Siapkan senjata andalan!

SUARA GEBRAKAN. SEMUA ZETAN MEMEGANG SENJATA. TETAPI SAMBIL MEMEGANG SENJATA NAMPAK SEMUA TIDAK BERDAYA.

ZETAN
Hatiku terbakar!

ZETAN
Pandanganku terbakar

ZETAN
Kesadaranku terbakar

RAJA ZETAN
Bertahan! Bertahan! Kampungan! Kamu semua biasa makan orang mentah-mentah, masak baru terbakar sudah memble. Gebrak!

SEMUANYA MENGEBRAK DAN MENGERAM. TAPI MALAH SEMAKIN LOYO.

ZETAN
Kakiku yang sebelah mana?!

ZETAN
Kepalaku rasanya ketinggalan!

ZETAN
Bokongku tak bisa diangkat!

RAJA ZETAN
Jaga reputasi kalian Zetan! Lebih baik lebur jadi tanah daripada mundur takut digempur. Pakai nyali tambahan!

SEMUANYA MENGGEBRAK DAN KEMBALI TETAP LOYO. LALU TERDENGAR TERIAKAN DARI LUBANG. DENGAN GESIT MELONCAT KELUAR ZETAN. IA LANTAS BERDIRI DI PANGGUNG DEPAN YANG RENDAH.

ZETAN
Bang!

ZETAN-ZETAN MUNDUR DAN MELIHAT KE TEMPAT LAIN.

ZETAN
Aku di sini Bang!

RAJA ZETAN BERPALING DAN MENUTUP MATANYA KARENA SILAU. YANG LAIN JUGA KESAKITAN MENUTUP MATA.

RAJA ZETAN
Bangsat siapa itu?

ZETAN
Aku Bang!

MAU MENDEKAT, TAPI SEMUANYA BERTERIAK KESAKITAN. MEREKA MUNDUR LAGI SAMBIL MENUTUP MATA KARENA SILAU. ZETAN MAU MENGHAMPIRI.

RAJA ZETAN
Bangsat! Jangan mendekat!

ZETAN
Kenapa Bang?

RAJA ZETAN
Kenapa Bang, kenapa Bang, sialan Lhu! Jangan bawa api ke mari.

ZETAN
Api? Siapa yang bawa api? O ya,
(KETAWA)
aku memang membawa api rindu yang berkobar-kobar.

RAJA ZETAN

Sialan! Bangsat! Ngapain kamu ke mari?!

ZETAN
Aku kangen Bang!

RAJA ZETAN
Kurangajar kamu! Awas!

ZETAN
Sumpah. Aku kangen sekali! Aku kira jadi pahlawan di Indonesia itu enak. Fasilitas berlimpah-ruah, bunuh ratusan orang juga dipujikan masuk sorga, hukumnya jinak bisa dikelesin dengan duit. Tapi aku tidak betah. Dadaku kosong, Bang. Apa enaknya duit tanpa keringat? Ternyata tidak enak jadi pahlawan, Bang! Enakan juga jadi Zetan.

RAJA ZETAN TERKEJUT. IA MEMBUKA MATANYA.

RAJA ZETAN
Pahlawan? Jadi kamu si Pahlawan Zetan itu?

ZETAN
Ya ini aku, Bang!

MAU MENGHAMPIRI. SEMUA BERTERIAK


ZETAN-ZETAN
Jangan!

RAJA ZETAN
Awas!

RAKA ZETAN MELOMPAT MENGAMBIL POSISI. YANG LAIN-LAIN MENYEBAR SIAP UNTUK MENYERGAP. ZETAN TERKEJUT.

ZETAN
Lho ada kejadian apa, Bang?

RAJA ZETAN
Ada kejadian apa, ada kejadian apa. Setan! Coba tengok ke sekelilingmu. Tengok bajingan!

ZETAN TERTEGUN. LALU IA MELIHAT KE SEKELILINGNYA. DI LAYAR NAMPAK KEBAKARAN BESAR.

ZETAN
Waduh kenapa gudang logistik kita terbakar, Bang?

RAJA ZETAN
Bukan hanya gudang persediaan makanan, semua aset kita tujuh turunan, rumah, bayi-bayi, janin yang masih dalam kandungan terbakar jadi abu gara-gara kamu!

ZETAN
Janggut

ZETAN
Rambut

ZETAN
Jembut

RAJA ZETAN
Lutut, perut, semua terbakar karena kamu!

ZETAN
Karena aku?

RAJA ZETAN
Karena kamu!

ZETAN
Lho kenapa aku? Aku kan baru saja datang?

MAU MENDEKAT. SEMUANYA MUNDUR KESAKITAN.


RAJA ZETAN
Jangan dekat! Bangsat! Kamu membawa api neraka. Kamu membawa hawa panas. Kamu membakar Tanah Airmu.

ZETAN KEBINGUNGAN.

ZETAN
Masak?

RAJA ZETAN
Kamu membunuh rakyat tidak berdosa, perempuan dan anak-anak mati terbakar. Tujuh turunan kita akan kelaparan!

(Zetan-Zetan Mengepung)

Akibat pergaulanmu dengan manusia, kamu sudah menjadi neraka bagi kami. Kamu bukan zetan lagi, kamu pahlawan yang harus dimusnahkan!

ZETAN
Lho aku lakukan ini untuk kebaikan kita semua. Bukan hanya tujuh keturunan, kita harus bertahan tujuh ribu keturunan, kita harus abadi, Bang!

RAJA ZETAN
Pengkhianat!

ZETAN YANG MENGEPUNG MEMBEKUK. ZETAN PAHLAWAN ITU TIDAK MELAWAN.

ZETAN
Jangan Bang!

ZETAN ITU DIBARINGKAN TELENTANG. LALU RAJA SETAN MELONCAT DAN MENANCAPKAN LEMBING DIBERUTNYA.


RAJA ZETAN
Ini akhir dari semua pengkhianatan!

ZETAN MENJERIT KERAS. RAJA ZETAN MENANCAPKAN LEMBING BERKALI-KALI. ZETAN-ZETAN LAIN MENGHAJAR DENGAN SENJATA MASING-MASING. ZETAN MELOLONG KESAKITAN. LAMPU PADAM.


DUA PULUH SATU

PANGGUNG UTAMA. SEKARANG ISTRI GURU YANG MANDI AIR MAWAR, GURU YANG MENGGUYUR BERKALI-KALI.


ISTRI GURU (Suaranya Gemetar)
Brrrrrrr aku kedinginan Pak.

GURU
Tahan, biar bekas cipokannya hilang. Nanti ketagihan

ISTRI GURU
Tapi dia tidak nyipok, hanya mencium tanganku kok

GURU
Ah jangan munafik!

ISTRI GURU
Betul. Aku bisa mati kedinginan mandi malam-malam begini, Pak

GURU
Tahan! Kebaikan tidak akan membunuh!

ISTRI GURU
Sudah Pak, aku jangan disiksa

GURU
Ini demi kebaikan, karena aku sayang kepada kamu, Bu!

TERDENGAR SUARA TERIKAN KESAKITAN.

ZETAN
Guruuuu!

KEDUANYA TERKEJUT. CEDOK DI TANGAN GURU TERLEPAS.

ZETAN
Guruuuuuuuuu!

GURU TERKENCING DI CELANA KARENA KETAKUTAN.

ISTRI GURU
Lho kok sekarang pakai air panas?

GURU
Itu air kencingku.

SUARA ZETAN SEKARANG DEKAT

ZETAN
Guru!

GURU
Cepat pakai BH kamu!

MELONCAT TURUN DARI BANGKU. ISTRI GURU LANGSUNG MEMAKAI KAINNYA YANG TERONGGOK DI SEBELAH. DARI LUBANG DI PANGGUNG DEPAN ADA GERAKAN.

ZETAN (Mengerang Kesakitan)
Guru!

ISTRI GURU MENUNJUK KELUBANG. GURU MENDEKAT KE LUBANG.

GURU
Siapa itu?

ZETAN (Kesakitan, Belum Kelihatan)
Aku guru.

GURU
Kamu bukannya pulang?

DARI LUBANG KELUAR ASAP. GURU MUNDUR KE BELAKANG. KEMUDIAN TERDENGAR SUARA GEBRAKAN DAN BONEKA BESAR ITU MUNCUL KEMBALI DENGAN TOMBAK TERTANCAP DI SELURUH TUBUHNYA. IA TELENTANG.

ZETAN
Tolong guru!

SETELAH ASAP BERKURANG, GURU BISA MELIHAT ZETAN. IA NAMPAK TAK BERDAYA. SEKUJUR TUBUHNYA BERDARAH.

ISTRI GURU
Kasihan tubuhnya ditancapi lembing seperti Bhisma dalam Bharatayuda.

GURU
Lho kenapa kamu jadi begini?

ZETAN
Aku mau pulang Guru, sebab aku rindu. Tapi mereka menolakku. Mereka bilang aku panas. Aku membakar Tanah Aitrku dan membunuh perempuan dan anak-anak. Mereka lalu menyerangku.

GURU
Kali mereka cemburu karena kamu jadi pahlawan?

ZETAN
Bukan. Mereka menuduh aku datang untuk memusnahkan mereka. Aku dianggap pengkhianat.

GURU
Oh kalau begitu masalah sudut pandang yang berbeda.

ZETAN (Mengerang Kesakitan)
Tolong Guru!

GURU
Tolong bagaimana?

ZETAN
Selamatkan aku!

ZETAN MENGERANG KESAKITAN

ISTRI GURU
Kasihan, Pak.

ZETAN (Menangis)
Tolong guru!

ISTRI GURU
Pak!

GURU
Aku bukan pahlawan, aku guru!

ZETAN MENGERANG DAN MELOMPAT, LALU JATUH KE PANGKUAN GURU DAN ISTRINYA.

ZETAN
Tolong guru, kau harapanku satu-satunya!

ISTRI GURU
Tolong Pak

GURU
Bagaimana mau menolong, menggotong saja kita tidak sanggup.

ISTRI GURU MENCOBA MENARIK SALAH SATU TOMBAK YANGF MENANCAP DI TUBUH ZETAN. TAPI WAKTU ITU PANGGUNG DEPAN KIRI KANAN TERANG. MUNCUL RAJA ZETAN DAN PARA ZETAN.


RAJA ZETAN
Jangan ditolong!

ISTRI GURU TERKEJUT.


ISRI GURU
Pak! Aku berak di celana.

GURU
Bapak-bapak ini siapa?

RAJA ZETAN
Ini persoalan antara Zetan dengan Zetan. Kau jangan ikut campur!

GURU
Dari awal aku tidak mau ikut. Aku dipaksa.

RAJA ZETAN
Serahkan Pahlawan Kesiangan itu kepadaku.

ZETAN
Guru, tolong Guru!

ISTRI GURU
Jangan Pak, jangan diserahkan, kasihan.

RAJA ZETAN
Kalau tidak mau kamu serahkan baik-baik, aku akan rebut dengan caraku sendiri. Kepung!

SEMUA ZETAN MENGEPUNG.

ISTRI ZETAN
Pak itu yang sebelah kiri seperti bekas muridmu yang suka melolong seperti anjing, si Ucok

RAJA ZETAN
Mau diserahkan baik-baik atau memaksa aku pakai kekerasan?!

ZETAN (Memelas)
Guru, tolong aku tidak mau mati sekarang

GURU
Sebenarnya aku tidak boleh ikut campur, karena ini urusan di antara kalian Zetan

RAJA ZETAN
Betul!

ZETAN MENANGIS

ZETAN
Jangan begitu Guru, aku ini muridmu

RAJA ZETAN
O jadi kamu gurunya?

ISTRI GURU
Jangan dijawab, Pak.

GURU
Nasi sudah jadi bubur. Ya aku gurunya.

RAJA ZETAN
Bangsat! Jadi kaulah Biang Keroknya

ZETAN
Bukan. Aku yang memaksa Guru supaya memberi aku pelajaran.

RAJA ZETAN
Betul itu Guru bangsat kurang kerjaan?

GURU
Memang dia mula-mula memaksa waktu itu, tapi kemudian aku juga mau

RAJA ZETAN
Karena dicipok?

GURU
Katakanlah begitu

ISTRI GURU
O jadi begitu, kalau tidak dipaksa tidak akan terus-terang.

GURU
Terus-terang, dia murid yang baik. Ribuan kali aku berseru kepada manusia supaya belajar jadi pahlawan, tapi ribuan kali aku gagal. Bahkan aku dikejar-kejar karena dianggap menyebarkan paham sesat. Jadi apa salahnya aku menerima Zetan yang dengan ihklas mau belajar jadi pahlawan.

RAJA ZETAN
Bah, itu urusan kau. Aku tidak peduli! Yang penting sekarang serahkan si Pahlawan Gadungan Tempe Busuk itu pada kami!

GURU
Akan aku serahkan, tetapi kasih aku waktu.

ISTRI GURU
Pak!

ZETAN
Jangan Guru!

RAJA ZETAN
Baik, aku kasih waktu 5 menit!

ISTRI GURU (PROTES)
Pak!

ZETAN MENGERANG.

ZETAN
Jangan guru! Mereka akan mencencang aku habis.

ISTRI GURU
Kamu sudah kehilangan kegagahan sebagai guru!

GURU
Tenang! Baru dicipok sekali sudah cinta mati.

ZETAN
Guru, aku tidak mau mati. Aku masih ingin hidup!

GURU
Aku tahu.

ZETAN
Aku masih ingin berbuat kebaikan. Tigapuluh tahun di Indonesia, aku melihat banyak kecurangan, keculasan, keruntuhan peradaban. Dulu aku tidak peduli. Tapi sekarang jiwaku terpanggil. Aku ingin menyumbangkan dharma bhaktiku. Aku ingin menjadi pahlawan Guru!

GURU
Kamu akan akan menjadi pahlawan.

ZETAN
Tapi bagaimana aku bisa memperbaiki segala keculasan itu kalau aku diserahkan kepada mereka sekarang?

GURU
Tenanglah

ZETAN
Kau tidak tahu bagaimana kejamnya mereka. Aku akan disiksa, Aku akan dicencang sekarang juga. Aku akan dibunuh mati, Guru!

GURU
Seorang pahlawan tidak boleh takut mati.

ZETAN (Menangis)
Tapi aku belum jadi pahlawan

GURU
Jadi kamu serius mau jadi pahlawan?

ZETAN
Aku serius, tolong aku Guru

GURU
Kalau kamu serius, bersiaplah untuk mati

ZETAN
Guru!

RAJA ZETAN
Satu menit lagi!

ISTRI GURU
Pak!

GURU
Kalau takut mati, kamu tidak akan pernah menjadi pahlawan.

ZETAN
Guru, sampai hati kamu menyerahkan aku

GURU (Membentak)
Jangan cengeng! Zetan kok cengeng!

RAJA ZETAN
Tigapuluh detik lagi!

ZETAN MENANGIS.

GURU (Marah Dan Membentak Keras)
Mana nyali kamu Pahlawan!

ZETAN
Maksudmu kalau mati, aku akan jadi pahlawan?

GURU
Ya! Dan kalau kamu menjadi pahlawan, kamu tidak akan pernah mati. Biar mereka cencang kamu habis jadi debu, tetapi jiwa kamu akan terus hidup, berdegup setiap detik di hati kami semua, di hatiku.

ISTRI GURU
Di hatiku juga!

GURU
Paham?!

RAJA ZETAN
Satu detik lagi

GURU (Membentak)
Mengerti?!!

ZETAN
Baik, kalau begitu serahkan aku kepada mereka, Guru

RAJA ZETAN
Waktu habis! Serbu!

ZETAN
Selamat tinggal Guru!

RAJA ZETAN DAN ZETAN MENYERBU. MEREKA MENARIK, MEMBANTING, MEMUKUL, MENCINCANG ZETAN DENGAN DENGAN SANGAT KEJAM. GURU HANYA MEMANDANG SAMBIL MELAMBAIKAN TANGANNYA. ISTRI GURU MENAHAN AIR MATA DAN IKUT MELAMBAIKAN TANGANNYA.

GURU
Selamat berjuang pahlawan!

ISTRI GURU
Selamat jalan pahlawan!

LAYAR PUTIH BESAR BESAR DI BELAKANG BERGERAK MAJU SAMBIL BERKIBAR-KIBAR. TERDENGAR SUARA ANGIN DAN OMBAK. ZETAN-ZETAN ITU MENGHABISI ZETAN YANG JADI PAHLAWAN ITU SAMPAI SEHABIS-HABISNYA. KEMUDIAN MEREKA BERSORAK-SORAK KEMENANGAN.

GURU
Berpuluh-puluh tahun aku berkoar-koar tentang pengorbanan dan pengabdian kepada semua orang, tetapi tidak seorang pun yang menggubris. Sekarang aku melihat kok ada zetan malah mau belajar menjadi pahlawan. Dia berani mengorbankan jiwa-raganya, sementara duaratus limapuluh juta jiwa manusia jangankan jiwanya, hatinya kecowel sedikit saja, padahal tak sengaja, sudah ngamuk bunuh orang seperti mahluk tidak beradab

(Di layar nampak silhuet boneka besar itu dihajar habis. Guru dan istrinya hanya berdiri memandangi kejadian itu. Kemudian keributan itu perlahan-lahan surut. Tubuh zetan itu menggelatak tak berdaya. Guru dan istri memandanginya dengan penuh simpati)


Aku betul-betul maluuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu!!!!!!!


DAN SETERUSNYA


Jakarta Minggu, 19-08-01, 16.29.
Jakarta 1-1-2002, 10.50 AM.
Jakarta, 5 Maret 2006


Tidak ada komentar:

Posting Komentar