Minggu, 25 Desember 2022

PADANG BULAN - Ucok Klasta



Makna Leksikal :
Padang bulan ini merupakan sebuah pementasan drama remaja yang memiliki nilai-nilai sebagai bentuk sebuah penghormatan untuk tanah kelahiran kampung halaman.semua orang bertumbuh dan berkembang pada tempat bermain yang menjadi tempat cerita. Pada pementasan drama ini memiliki nilai kehidupan untuk saling tolong menolong, saling memiliki simpati dan empati yang tinggi, toleransi dan bermasyarakat, dan menjaga alam tetap lestari serta melestarikan budaya negara kita.

Makna Gramatikal :
Kebudayaan yang dimasukkan kedalam naskah berwujud pada permainan tradisional yang sering dimainkan oleh anak-anak. Selain itu selain permainan tradisional adapun juga beberapa lagu yang digunakan seperti lagu "Padang Bulan" dan "Mentog-Mentog. Ucok Klasta menyampaikan pesan kepada pembaca bahwa budaya yang sejak ada sejak dulu seterusnya tetap dilestarikan agar generasi penerus tidak melupakannya.

Kesimpulan :
Analisis yang dapat diambil pada pementasan drama Padang Bulan yaitu kita dapat menambah wawasan baru yang juga berkaitan pada seni yang menunjang pengalaman serta pengetahuan tambahan. Pada drama ini, menunjukkan sebuah pesan bahwa arus globalisasai yang demikian banyaknya. Indonesia harus mempunyai sebuah karakter bangsa tersendiri dimata dunia yaitu dengan tidak meninggalkan nilai-nilai luhur kebudayaan yang lama sehingga masyarakat Indonesia terus menanamkan kebudayaan.


TOKOH – TOKOH

PADANG
BULAN
JEMBAR
KALANGAN
AKI
NINI / (SEKALIGUS)
IBU LUGU
LUGU
PEJABAT PEMERINTAH KOTA
POLITIKUS (ANGGOTA DEWAN KOTA)
BOSS (PENGUSAHA)
PETUGAS KAMTIB


ADEGAN I

LAGU TEMA PADANG BULAN.

LAMPU HIDUP.

PEKARANGAN DEPAN RUMAH AKI-NINI.

BULAN MASUK PANGGUNG, BERTERIAK MEMANGGILI TEMAN-TEMANNYA
.

BULAN
Hoooiii …Teman-temaaan …! Padaaang …! Jembaaar …! Kalangan …! Ayo kumpuuul … ! Malam bulan purnama betapa indahnya …! Jangan di rumah saja …! Mari kemari …! Bermain bersama di sini …!

DARI BELAKANG PANGGUNG BERSAMA-SAMA.

KOOR
Aduhaaai …Betapa …! Bulan purnama …Ooo indahnya …!

PADANG MASUK.

PADANG
Mana yang lain ?

BULAN, PADANG
Jembaaar …! Kalangaaan!

JEMBAR MASUK.

BULAN
Kamu tak bersama kalangan, Jembar ?

JEMBAR
Tidak.

BULAN, PADANG, JEMBAR
Kalangaaan …!

KALANGAN MASUK DENGAN DIAM-DIAM LANTAS BERTERIAK MENGAGETKAN TEMAN-TEMAN.

KALANGAN
HEI !!!

BULAN, PADANG, JEMBAR
Ora kageeet …Weee !

SEMUANYA TERTAWA.

PADANG
Nah, main apa kita sekarang ? Kejar-kejaran? Betengan? Gaprakan ? Tebak-tebakan?

JEMBAR
Tebak-tebakan saja deh.

KALANGAN
Ya, setuju. Tebak-tebakan.

PADANG
Yang tak bisa menebak, apa hukumnya?

BULAN
Mmm … Di suruh menari saja.

JEMBAR
Usul. Bagaimana kalau menirukan gerak binatang.

KALANGAN
Menirukan gerak binatang dengan tarian?

PADANG, BULAN, JEMBAR
Ya ya ya …

KALANGAN
Setuju?

PADANG, BULAN, JEMBAR
Setujuuu …

MEREKA DUDUK MELINGKAR (SETENGAH LINGKARAN MENGHADAP PENONTON).

CARA BERMAIN ANAK-ANAK MENGEJA HURUF BERGILIRAN DAN URUT SEIRING DENGAN MUSIK. SAAT MUSIK BERHENTI PADA ANAK TERTENTU, IA MENYEBUTKAN NAMA SESUATU YANG DIJADIKAN TEBAKAN SESUAI HURUF TERAKHIR YANG DIEJANYA.

MUSIK – LAGU TEMA PADANG BULAN.


BULAN
Nama apa? Buah ya?

PADANG, JEMBAR, KALANGAN 
 Ya, buah …

Musik.

(URUT)

A, B, C, D, E, F …

JEMBAR (Gelagapan)
G …

BERSAMA (Bersahutan)
Haa …Jembar berdiri Ayo …Ayo …

JEMBAR BERDIRI.

KOOR LAGU ‘ MENTHOG-MENTOG’ TAPI DENGAN KATA ‘MENTHOG’ DIGANTI NAMA BINATANG LAIN DAN GERAKANNYA HARUS DITIRUKAN YANG KENA HUKUMAN. LANTAS PERMAINAN MULAI LAGI SAMPAI BEBERAPA KALI (FLEKSIBEL)



ADEGAN 2

LAGU TEMA.

AKI-NINI KELUAR RUMAH (MASUK PANGGUNG), BERDIRI DITERAS MEMANGGIL ANAK-ANAK.


NINI
Hei cucu-cucuku! Istirahat dulu. Ini ada klenyem anget bikinan Simah. Ayo. Semua ke sini …

AKI
Iyo. Bulan, Padang, Jembar, Kalangan …Yo nganggo leren barang podho mreneo Nang bagus, Nok ayu …

KOOR
Haa … Klenyem … Woooow … keren …

ANAK-ANAK BERENTENGAN KE TERAS, PADA DUDUK MENGGELESOT.

NINI MELETAKKAN PIRING BERISI KLENYEM.


AKI
Ingat … Tidak usah re …?

KOOR
Butaaan …

AKI
Yang ada dibagi me …?

KOOR
Rataaa …

NINI
Maka tak ada yang tak keba …?

KOOR
Giaaan …

AKI
Sebab tak ada kesera …?

KOOR
Kahaaan …

BULAN
Inilah saudara-saudara tercinta, para penonton sekalian, indahnya …

KOOR
Kebersamaaan ….

AKI-NINI
Wis … Wis …

ANAK-ANAK MENIKMATI KLENYEM BERSAMA-SAMA.

PADANG
Ayo Simbah … Seperti biasanya …

JEMBAR
Iya … Cerita.

KALANGAN
Biar tambah nikmat klenyemnya.

NINI MASUK RUMAH (KELUAR PANGGUNG).

AKI
Ya ya ya … Untuk purnama kali ini Simbah sudah menyiapkan sebuah dongeng istimewa. Sebab apa ? Sebab hari ini tepat weton-nya Nini.

KOOR
Ooo …

AKI MASUK RUMAH (KELUAR PANGGUNG) DAN KELUAR LAGI MEMBAWA SEBUAH BUKU TEBAL, DUDUK DI KURSI / LINCAK, MEMBERSIHKAN DEBU PADA BUKU DAN MEMBUKANYA.

AKI
Nah, dengarkan ya … Dulu cucu-cucuku …

MUSIK LATAR.

AKI
Di sebuah desa tersebutlah seorang pemuda bernama Lugu …

LAMPU MATI.

AKI DAN ANAK-ANAK KELUAR PANGGUNG.

PERGANTIAN ‘ SETTING’.


ADEGAN 3

LAMPU HIDUP.

LUGU MASUK PANGGUNG.

NARASI AKI DARI LUAR PANGGUNG.

LUGU MEMPERAGAKAN CERITA AKI.


AKI
Syahdan di sebuah desa, tersebutlah seorang anak bernama Lugu. Ia mendengar cerita-cerita bahwa di kota alangkah majunya. Apa-apa ada, tak seperti desanya. Maka di suatu siang yang sunyi, nyeyet, tak ada orang, diiringi lagu dari suara keresek daun bambu digoyang sepoi angin lalu, berangkatlah ia ke kota. Ternyata nun di sana, memang benar apa yang ia dengar. Kota, ruaaarrr biasaaa … Gedung-gedung bagus tinggi menjulang-laaang … bagai menjolok awan. Mobil-motor war-wer-war-wer berseliweran, bagai tak berkesudahan. Supermarket bertaburan menggoda, seolah semua keinginan kita tersedia di sana. Tempat hiburan sungguh aneka ragam, seolah tak ada kesedihan everything just for fun. Dan pabrik-pabrik di pinggir-pinggirnya, laksana benteng gagah perkasa. Di tengah kota. Istana raja diraja walikota, kokoh megah mencerminkan kekuasaan berwibawa. Di sebelahnya. Istana satria-satria diraja dewan kota, elok anggun mencerminkan kebijaksanaan penghuninya. Di sana-sini, istana saudagar-saudagar, mewah kencar-kencar mencerminkan kesuksesan bisnisnya. Alun-alunnya? Ada tugu tertinggi sedunia, entah habis berapa membangunnya, yang penting jadilah lambang ; kemakmuran kota. Kota, ruaaarrr biasaaa …

lugu terus berjalan-jalan dengan takjub, terpesona buaian kota. Sampai akhirnya ia pun merasa lapar. Lugu bingung jadinya. Bangaimana bisa mendapatkan makanan ya? Kerja? Kerja apa ya? Minta? Minta siapa ya? Mem-bedhol ketela? Tegalnya mana ya? Lugu tambah dan tambah dan tambah bingung … Keringat dingin mengalir … Lemas sekujur badan … Kelaparan … Jatuhlah ia ndeprok. Dan tanpa disadarinya tangannya telah terangkat pelan-pelan … Makin terangkat … Menadah … Lugu ndeprok di pinggir jalan dekat restoran kondang ; menadahkan tangan!

LUGU
Kasihanilah Tuan … Kasihanilah Nyonya … Seikhlasnya Tuan … Seikhlasnya Nyonya … Kasihanilah Tuan … Kasihanilah Nyonya … Seikhlasnya Tuan … Seikhlasnya Nyonya …

PEJABAT, POLITIKUS DAN BOSS (MASUK PANGGUNG) KELUAR DARI RESTORAN HABIS ‘MEETING’,

BERJALAN HANYA MELEWATI LUGU SAJA SAMBIL BERCAKAP-CAKAP.


BOSS
Sekali lagi ini bukan suap Pak / Bu … Yah, sekedar silaturahmi untuk mempererat hubungan antara kita, kalangan investor, pemerintah kota dan dewan kota.

PEJABAT, POLITIKUS
Harmonis. Ya ya ya …

BOSS
Dengan demikian akan terciptalah kerjasama propesional yang kompak lagi saling menguntungkan.

PEJABAT, POLITIKUS
Harmonis. Ya ya ya …

BOSS
Dengan demikian kota akan terus membangun, kita-kita untung, dus segenap warga terse …

SEMUA
Nyuuummm!

PEJABAT, POLITIKUS
Harmonis. Ya ya ya …

BOSS
Dengan demikian bla bla bla bla …

PEJABAT, POLITIKUS
Ya ya ya bla bla bla bla …

KOOR
Bla bla bla bla bla …

PEJABAT, POLITIKUS DAN BOSS KELUAR PANGGUNG.

MUSIK.

PETUGAS KABTIB MASUK PANGGUNG, MENDATANGI LUGU.


KAMTIB
He! Dilarang Ngemis tahu? Dlarang menggelandang tahu?! Kamu ini mengganggu pemandangan! Kota ini tak boleh (Sambil menengok penonton kelihatan) ada gelandangannya! Kota ini tak boleh (Sambil menengok penonton kelihatan) ada pengangguranya! Kota ini tak boleh (Sambil menengok penonton kelihatan) ada kemiskinannya Tahu ?! Tahu ?! Tahu?!

LUGU
Saya bukan gelandangan! Saya Lugu!

KAMTIB
Lha iya ! Wong Lugu tur gelandangan! Ayo ikut aku!

LUGU
Tidak mau!

KAMTIB
Heh … Ngelawan kamu, ha?! Tak seret sisan kowe!

LUGU
Tidak mau! Saya bukan gelandangan! Saya Lugu ! Saya manusia! Saya bukan binatang!

KAMTIB DAN LUGU BERGELUT. LUGU DISERET-SERET. LUGU MERONTA-RONTA.

TIBA-TIBA BERTERIAKLAH SESEORANG.

NINI MASUK PANGGUNG.


NINI
Paaak … Paaak … Anakku diapakan?! Anakku mau dibawa kemana?!

LUGU BINGUNG, IA MERASA TIDAK KENAL DENGAN PEREMPUAN INI.

KAMTIB
Ini anak Ibu?

NINI
Iya.

KAMTIB
Bukan gelandangan?

NINI
Bukan.

KAMTIB
Benar?

NINI
Benar.

KAMTIB
Kamu benar anaknya Ibu ini?

LUGU
Bb, bb, bukan, eh … Benar! Bb, benar Pak …

KAMTIB
Kenapa ngemis? Kenapa menggelandang?

LUGU
Saya ini bukan ngemis! Saya bukan gelandangan?

KAMTIB
Yo wis sekarepmu. Ya sudah Bu … Saya percaya pada Ibu. Sekarang, anak ini dibawa pulang saja. Nongkrong di pinggir jalan seperti itu merusak pemandangan. Mengganggu ketertiban. Sudah … Permisi. Selamat siang.

KAMTIB KELUAR PANGGUNG. NINI MENDEKATI LUGU. LUGU MASIH BINGUNG.


NINI
Ini makanlah … Kamu lapar kan?

LUGU
Ibu siapa sebenarnya?

NINI
Lho … Aku ini ya ibumu tho le …

LUGU
Bukan! Jelas kamu bukan ibuku! Ibuku ya di kampung sana!

NINI
Kamu pikir sekarang ini kita dimana?

LUGU
Di kota.

NINI
Benar di kota? Bukannya dikampung kita?

LUGU
Benar! Eh … Mmm … Ah, bukan! Ini bukan kampungku! Eh, tapi … Nggg …

NINI
Naaa … Kamu ragu kan?

LUGU
Tidak …Tapiiii … Ah, tidak! Aku yakin. Ini bukan kampungku! Dan kamu, bukan ibuku! Sudah … Pergi sana! Kamu itu Cuma orang gila!

NINI
Wis? Tetep ngeyel? Jadi aku, ibumu ini kamu suruh pergi saja? Yo wis. Itu nasi bungkusnya dimakan … Aku pergi sekarang.

LUGU
Eh … Tapi … Tunggu dulu!

NINI BERHENTI DAN BERBALIK.


LUGU
Kalau ini memang kampungku, lantas mana rumahku hayooo?!

NINI
Rumah kita dan rumah-rumah tetangga sudah jadi gedung-gedung megah itu anakku.

LUGU
Lha pasar? Pasar Wage?

NINI
Kamu lihat supermarket itu? Itulah pasar kita.

LUGU
Lha tegal, sawah …?

NINI
Yah … Sebutlah itu sekarang jalan tol.

LUGU
Lha yang hilir-mudik di jalan ini? Pasa ngebut ini …?

NINI
Ya, itu pedati kita, gerobak kit, gledheganmu …

LUGU
Kampungku jadi macam ini?! O ya, o ya … Bagaimana dengan lapangan? Jadi apa tempat bocah-bocah berkumpul kalau malam padhang mbulan?

NINI
Jadi … Jadi ‘ dufan’ Le …

LUGU
Haaa … Tapi … Tapi kan ini semua … Milik kita? Kan kampung kita?

NINI
Sayangnya … Ini semua bukan milik kita.

LUGU
Lantas orang-orang kampung pada dimana?

NINI
Mereka di gedung-gedung itu … Tapi bukan pemiliknya … Klining serpis-nya. Mereka di supermarket-supermarket itu … Tapi bukan pemiliknya … Kuli gudangnya. Mereka di rumah-rumah mewah itu … Tapi bukan pemiliknya … Babu-nya. Mereka di jalan-jalan itu … Tapi bukan pemiliknya … Kakilimanya. Mereka di pabrik-parik itu … Tapi bukan pemiliknya …Buruhnya. Mereka dimana-mana … Tapi tak punya apa-apa … Tak ada tempatnya … Merana …

LUGU
Cukup! Cukuuup ! Cukuuuuuuup! Ini gila … Ini gila … Gila! Aku mau kampungku … Kembalikan kampungku! Kembalikan kampungku! Kampungku !!!

NINI
He! Bangun Lugu! Ayo bangun! Kerjanya molor saja ! Bangun!

LAMPU MATI.



ADEGAN 4

LAGU TEMA.

LAMPU HIDUP.

PEKARANGAN DEPAN RUMAH AKI-NINI.

BULAN MASUK PANGGUNG, BERTERIAK MEMANGGIL TEMAN-TEMAN.

BULAN
Heiii … Teman-temaaan …! Padaaang …! Jembaaar …! Kalangan …! Ayo kumpuuul …! Malam bulan purnama betapa indahnya …! Jangan di rumah saja …! Mari kemari …! Bermain bersama di sini …

DARI BELAKANG PANGGUNG BERSAMA-SAMA.


KOOR
Aduhaaai …! Bulan purnama ooo indahnya …

Padang masuk.

PADANG
Mana yang lain?

BULAN, PADANG
Jembaaar …! Kalangaaan!

Jembar masuk.

BULAN
Kamu tak bersama Kalangan, Jembar?

JEMBAR
Tidak.

BULAN, PADANG, JEMBAR
Kalangaaan …!

KALANGAN MASUK DEGAN DIAM-DIAM LANTAS BERTERIAK MENGAGETKAN TEMAN-TEMAN.

KALANGAN
HEI!!!

BULAN, PADANG, JEMBAR
Ora kageeet …Weee!

SEMUA TERTAWA.


BULAN
Aduuuh … Sedih ya … Aki-Nini sudah setahun ini tiada … Tiba-tiba aku terkenang-kenang mereka …

PADANG
Iya. Lagi mereka tak meninggalkan siapa-siapa …

JEMBAR
Dulu saja mereka sudah sepi … Cuma berdua saban hari … Tak ada anak, cucu apalagi …

KALANGAN
Tapi tetap ada kita semua … Kita kan sudah jadi cucu-cucu mereka? Seperti mereka pun sudah jadi kakek-nenek kita …

BULAN
Benar. Pokoknya semoga semoga Aki-Nini bahagia selamanya. Pokoknya kita semua janji tak akan sekali-kali melupakan mereka. Setuju?

PADANG, JEMBAR, KALANGAN
Setujuuu!

KOOR
Oh Aki … Oh Nini … Sekali kami janji, pantang Nyulayani. Swer!

JEMBAR
Katanya rumah itu dibeli sama orang kota ya ?

KALANGAN
Iya. Belum lama.

BULAN
Baik hati juga enggak ya? Seperti Aki-Nini enggak ya?

PADANG
Katanya, pemilik baru itu orangnya sombong. Tak kenal tetangga.

JEMBAR
Dan tak bakal menunggui kita bermain ya …

KALANGAN
Tak bakal juga mendongengi kita …

JEMBAR
Apalagi berharap keluarnya klenyem manis-gurih-anget ya …

BULAN,
Padang, Kalangan Huuuuu!

PADANG
Sudah sudah … Ayuk, bermain apa kita sekarang? Kejar-kejaran? Betengan? Gaprakan? Tebak-tebakan?

JEMBAR
Jilumpet saja. Sembunyi-sembunyian.

BULAN, PADANG, KALANGAN
Setuju … Setuju …

KALANGAN
Sekarang kita hompimpah …

BULAN
Lainnya deh, jangan hompimpah terus …

PADANG
Terus piye?

JEMBAR
Pingsut? Itu kalo dua orang …

BULAN
Gini … Dengar! Gini …

(Bulan memperagakan ‘gerak-lagu’ dengan iringan musik ‘Padhang mbulan’)

Siapa yang giliran bergerak saat musik berhenti, dia yang ‘jadi’

BULAN
Jelas enggak?

PADANG, JEMBAR, KALANGAN
Jelas … Jelas …

PADANG
Yuk atur posisi. Baris.
Anak-anak berbaris menyamping menghadap ke kanan dan menghitung bersama.

KOOR
Tu Wa Ga Pat!

MUSIK.

TERNYATA YANG ‘JADI’ BULAN.

PADANG, JEMBAR, KALANGAN
Bulan ‘ jadi’! Bulan ‘jadi’!

JEMBAR
Ayo, tutup mata!

BULAN
Kuhitung sampai 20 ya? Satu! Dua …

BULAN MENGHITUNG.

LAINNYA BERLARIAN MENCARI TEMPAT SEMBUNYI (KELUAR PANGGUNG).


BULAN
Sepuluh!

BULAN MENCARI-CARI TEMAN-TEMANNYA. TERUS MENCARI … MENCARI … MENCARI … SAMPAI LAMA TAK KETEMU-KETEMU … MENCARI … MENCARI … LAMA SEKALI … (KELUAR MASUK PANGGUNG). SAMPAI MENCARI DIANTARA PENONTON.


BULAN
Padang! Jembar! Kalangan! Jangan jauh-jauh kalian sembunyi! Oooiii! Kalian tu dimana?

BULAN MENCARI-CARI LAGI.


BULAN
Oooiii! Kalian mengerjai aku yaaa ?!

PERLAHAN-LAHAN EKSPRESI BULAN MULAI BERUBAH. IA DIJALARI SEMACAM CAMPURAN ANTARA RASA CEMAS, GELISAH, TAKUT …

BULAN
Padang … Jembar … Kalangan … Kalian mbook jangan keterlaluan … Aku agak-agak merinding ini … Padaaang … Jembaaar … Kalangaaan … Kalian mbok nongol … Padaaang … Jembaaar … Kalangaaan …

DIPUNCAK RASA TERCEKAMNYA, BULAN LARI KELUAR PANGGUNG. LAMPU MATI.


ADEGAN 5


LAMPU HIDUP.

PADANG MASUK PANGGUNG, MENGAMBIL ‘BLOCKING’ DAN ‘POSE’ TERTENTU. DISUSUL JEMBAR. DISUSUL KALANGAN.

KOMPOSISI DIAM. SEJURUS KEMUDIAN BULAN MASUK PANGGUNG, BERJALAN DENGAN LANGKAH TERTAHAN-TAHAN.


BULAN
He! Padang! Jembar … Kalangan …

(Mereka tetap diam)

BULAN
Kalian dari mana saja tadi? Kalian sembunyi dimana sih? Kalian sudah rencana ngerjai aku ya? Awas ya?

(Mereka tetap diam)


BULAN
He! Kok pada diam?! Padang! Padang …(Suara melunak).

PADANG
Aku bukan Padang. Aku PLEIII … STESIEEEN …

(Bulan terlonjak mundur)


BULAN
Play station?!

(Bulan mendekati Jembar)

BULAN
Jembar … Heh! Jembar! Jembar …

JEMBAR
Aku bukan Jembar. Aku HENPOOON …

(Bulan tambah terlonjak)


BULAN
Handpone?!

(Bulan mendekati Kalangan)

BULAN
Kalangan … Kamu apa lagi? Kalangan …

KALANGAN
Aku bukan Kalangan. Aku BULDOZERRR …

(Bulan bahkan terjengkang)

BULAN
Buldoser?!

PLEI STESIEN, HENPON, BULDOZER MULAI TERTAWA MENGIKIK, LAMA-LAMA MAKIN KERAS DAN MAKIN KERAS SAMBIL BERKATA-KATA SECARA MENYAYAT-PARAU.


Dimana Padang, Bulan? Dimana Jembar, Bulan?! Dimana Kalangan Bulan?!

(Mereka mulai merengsek, mengerubut Bulan, menarik-nariknya kesana-kemari)

Bulaaan … Bulaaan … Bulaaan … BULAAAN! BULAAAAAN!!!

SAMBIL MERONTA-RONTA BULAN MEMEKIK-MEKIK MEMANGGILI TEMAN-TEMANNYA
.

PADANG !!! JEMBAR !!! KALANGAN!!! DI MANA KALIAN TEMAN-TEMANKU SAYAAANG???!!! PADAAANG!!! JEMBAAAR!!! KALANGAAAN !!!

‘BLACK OUT’. OFF STAGE’. APLUS. LAMPU MENYALA.

SEMUA PEMAIN MASUK PANGGUNG MENYANYI DAN MENARI DENGAN LAGU PADANG BULAN.



SELESAI


Lakon Remaja Drama sederhana buat belia Karya Ucok Klasta
Tentang yang semestinya tetap ada namun melenyap dan sebaliknya

Penghormatan untuk tanah kelahiran-kampung halaman, teruntuk adik-adik tersayang, tumbuh-kembang-mekar dalam karya, melangkah-mengalir sebagai jalan-kali-mu sendiri, ada di kancah bumi, mengoda bersama berbagai hasrat, impian, cita umat manusia, tanpa sekali-kali lupa hulunya, tanpa kehilangan sejarahnya, tanpa menyangkali gua garbanya

Jagalan, februari 2006
Nominator
Lomba Penulisan Naskah Remaja
Jawa Timur 2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar