Kamis, 22 Desember 2022

JANJI SENJA - Taofan Nalisaputra


 
Ulasan : 
Nilai sosial yang mendominasi naskah drama Janji Senja karya Taofan Nalisaputra yaitu nilai sosial diri dengan orang lain, hal ini terlihat dari kutipan adegan

“Istri harus patuh pada suami, ujaran yang kasar berdampak menyakiti hati orang lain, kebencian yang memutuskan tali darah dalam tubuh, lebih

mementingkan orang lain dari pada ibunya sendiri”. Hal ini tampak jelas dituangkan oleh pengarang dalam dramanya. Berdasarkan hasil tersebut terlihat jelas jika drama Janji Senja karya Taofan Nalisaputra sangat kental akan nilai social. Hal ini karena drama yang diangkat berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat sehari-hari.


PEMAIN :

1. IBU
2. ANAK (GADIS)



SETTING :

RUMAH DENGAN HALAMAN DAN TEMPAT DUDUK (BANGKU PANJANG) UNTUK BERSANTAI

LAMPU MENYOROT HANYA DARI SEBELAH SISI PANGGUNG MENGGAMBARKAN KEADAAN SENJA.


ADEGAN 1

KALA SENJA ITU IBU DAN ANAK GADISNYA SEPERTI BIASA DUDUK DI BANGKU PANJANG DEPAN RUMAHNYA. MEREKA TENGAH MENATAP SENJA MENUNGGU, MENANTI SESEORANG YANG TELAH LAMA DINANTI.

SETELAH LARUT DALAM DIAM BEBERAPA SAAT, SANG ANAK MEMULAI PEMBICARAAN.


ANAK
Ibu...Jangan kau ceritakan lagi apa pun tentang Ayah.

IBU
Kenapa?

ANAK
(SAMBIL MEMANDANG KE ARAH LANGIT SENJA) karena Ayah tak pernah datang, dan ku kira ia memang tak akan pernah datang.

IBU
(TENANG/DATAR) Ayahmu berjanji akan datang saat senja.

ANAK
(AGAK MENINGGIKAN NADA BICARA) Sudah tak terhitung lagi jumlah senja yang kita lalui..di sini..tempat ini...sedari dulu waktu aku masih dalam kandungan hingga kini, namun Ayah tak jua datang.

IBU
(TETAP TENANG SEDIKIT PARAU) Ayahmu lelaki yang baik. Ia akan datang, ia pasti datang menepati janjinya.

ANAK
(TERUS MENCECAR) kenapa Ayah berjanji akan datang saat senja? Kenapa tidak pagi atau siang saja?

IBU
Karena senja bukan akhir, ia adalah permulaan sebuah hari.

ANAK
(SEDIKIT EMOSI) Haaaaah....Sudahlah! Aku tak mengerti maksud perkataan Ibu itu. (BERLALU MASUK KE DALAM RUMAH)

IBU MASIH DUDUK DI HALAMAN RUMAH MENATAP SENJA DENGAN SEJUTA HARAP YANG TERPANCAR DARI SOROT MATANYA. SANG ANAK KELUAR LAGI DARI DALAM RUMAH DAN BERDIRI DI DEPAN PINTU, IA MELIHAT IBUNYA YANG SEDANG DUDUK ITU SEOLAH IA AKAN MENGHAMPIRINYA NAMUN IA URUNGKAN NIATNYA.

BARU SAJA SANG ANAK AKAN MASUK KEMBALI KE DALAM RUMAH, IBUNYA MEMANGGIL:


IBU
(SAMBIL MELAMBAIKAN TANGAN PADA ANAKNYA) Duduklah sini!

SANG ANAK KEMUDIAN DATANG MENGHAMPIRI IBUNYA, LALU DUDUK DI SAMPINGNYA. MEREKA TERDIAM SEJENAK SEMBARI TETAP MENATAP KE ARAH SENJA.

IBU
Tidak rindukah kau pada Ayahmu?

ANAK
Rindu…Tapi itu dulu, sekarang tidak lagi.

IBU
(MENATAP TAJAM PADA ANAKNYA) Kenapa?

ANAK
(DIAM SEJENAK) Karena aku tak lagi menganggap Senja sebagai Ayahku, bagiku dia hanyalah lelaki yang menitipkan sperma pada Ibu.

IBU
Kau tak yakin Ayahmu akan datang?

ANAK
Maaf Bu, aku bahkan tak yakin Ayah masih ingat pada kita

IBU
(AGAK PARAU) Kau tak akan bicara seperti itu saat kau dapati Ayahmu datang kala senja.

MEREKA BERDUA SALING BERTATAPAN, MATA IBU SEOLAH-OLAH AKAN MENANGIS.

IBU
(MEMALINGKAN MUKA) Tinggalkan Ibu sendiri! (SAMBIL MENGUSAP AIR MATANYA)

DENGAN LANGKAH BERAT SANG ANAK MELANGKAH MASUK KE DALAM RUMAH.

(LAMPU MATI)


ADEGAN 2

IBU DUDUK SEPERTI BIASA DI DEPAN RUMAH, TETAP SEMBARI MENATAP SENJA. DARI ARAH LUAR ANAKNYA DATANG DENGAN PAKAIAN RAPI, LALU DUDUK DI SAMPING IBUNYA.

ANAK
Aku diterima bekerja di sebuah perusahaan di kota. Aku berencana akan tinggal disana, dan ku harap Ibu mau ikut bersamaku tinggal di kota.

IBU
Ibu masih ingin menunggu Ayahmu di sini, di rumah ini setiap senja.

ANAK
Dimanapun itu kita akan tetap menikmati senja yang sama.

(IBU TERDIAM SEMBARI TERSENYUM DAN TETAP MENATAP KE ARAH SENJA)

ANAK
Ibu bisa menikmati senja bersamaku. (MENCOBA MEMBUJUK)

IBU
Ibu hanya ingin menunggu Ayahmu disini, di rumah ini.

ANAK
(BERDIRI, KEMUDIAN MELANGAKAH SEDIKIT MAJU DENGAN EMOSI) Mengapa Ibu harus menunggunya seperti ini? Menunggu seseorang yang tak jelas dan tak pasti kapan ia kan kembali. Dia sudah lupa dengan kita, dan ku pikir ia memang sudah lupa dengan kita. Coba ibu pikirkan, sedari dulu waktu aku masih dalam kandungan hingga kini aku dewasa, sudah bertahun-tahun lamanya ia tak pernah kembali ke rumah ini. Bahkan aku sendiri tak pernah tau wajahnya (DIAM SEJENAK). Ku pikir sebaiknya Ibu menikah lagi dan melupakan lelaki tidak bertanggung jawab itu.

IBU
(MARAH, LALU BERIDIRI MENDEKATI ANAKNYA DAN MEMBENTAK) Pakai otakmu...!!!!
(BERBALIK MENINGGALKAN ANAKNYA SAMBIL MENANGIS MASUK KE DALAM RUMAH)

SANG ANAK KAGET TERHERAN-HERAN DENGAN APA YANG DIKATAKAN IBUNYA, KEMUDIAN IA DUDUK DENGAN GELISAH MENUNGGU IBUNYA KELUAR.

(LAMPU REDUP FOKUS PADA ANAK)

ANAK
Ya Tuhan... Apa yang barusan aku katakan. Aku tak seharusnya berkata itu pada ibu. Ibu maafkan aku. (SEDIKIT MENANGIS)

SESAAT KEMUDIAN IBU KELUAR DAN BERDIRI DI DEPAN PINTU MELIHAT ANAKNYA.


ANAK
(BERLARI MENDEKATI IBUNYA LALU MEMELUKNYA) Ibu maafkan aku...!!! (SAMBIL MENANGIS DALAM PELUKAN IBU)

IBU
(MELEPAS PELUKANNYA DAN DENGAN TANGANNYA MEMEGANG DAGU MENGANGKAT WAJAH ANAKNYA) Ayahmu terlalu bersih. Ibu tidak mungkin bisa menggantikannya dengan orang lain. (DIAM SEJENAK SALING BERPANDANGAN) Jangan lagi berpikir untuk mencari orang lain sebagai pengganti Ayahmu. Karena Ibu yakin Ayahmu akan datang pada suatu senja.

SANG ANAK MENGANGGUK PERLAHAN KEMUDIAN KEMBALI MEMELUK IBUNYA.

(LAMPU PERLAHAN MATI)


ADEGAN 3

SUDAH 2 TAHUN BERLALU, SANG ANAK TINGGAL DAN BEKERJA DI KOTA, IA PULANG HANYA SESEKALI MENJENGUK IBUNYA. SORE ITU SEPERTI BIASA, IBU TETAP DUDUK DI DEPAN RUMAH MENATAP SENJA. SANG ANAK DATANG DARI ARAH LUAR MEMBAWA MENGHAMPIRI IBUNYA. IA LALU DUDUK BERDERET MENATAP SENJA BERSAMA IBUNYA. SETELAH BEBERAPA SAAT DALAM KEBISUAN, SANG ANAK MEMECAH KEHENINGAN.


ANAK
Ibu… aku kan sudah bekerja, aku pun sudah dewasa..bukan remaja lagi.

IBU
Lalu?

ANAK
Aku…ingin menikah

IBU
Sudah ada yang melamarmu? Siapa?

ANAK
Seseorang yang sudah cukup lama ku kenal. Dewasa, bertanggungjawab, dan kurasa dia mencintaiku.

IBU HANYA TERDIAM TIDAK MENANGGAPI

ANAK
Aku berharap ibu memberi restu untukku.

IBU MASIH TERDIAM, SANG ANAK PUN KEMBALI MEMALINGKAN WAJAHNYA KE ARAH SENJA SEMBARI MEMAINKAN UJUNG BAJUNYA DAN JEMARINYA.


IBU
Ibu akan meresetuimu. Tapi.. kau juga harus meminta restu pada senja… Ayahmu.

SANG ANAK MELONGO TERHERAN-HERAN.

IBU
Tinggallah dulu disini beberapa waktu. Ayahmu pasti akan datang. Ibu yakin.

MEREKA BERDUA TERDIAM, SANG ANAK MASIH DALAM KEBINGUNGAN AKAN SIKAP IBUNYA.

(LAMPU MATI)


ADEGAN 5


IBU MASIH DUDUK DI DEPAN RUMAHNYA SORE ITU, MENATAP SENJA. SANG ANAK KELUAR DARI DALAM RUMAH DENGAN PAKAIAN YANG SUDAH RAPI.


IBU
Kau mau kemana?

ANAK
Aku mau pergi. Dia sudah menungguku.

IBU
Kau tak mau menunggu ayahmu?

ANAK
Ayah mana yang harus kutunggu? Sudah berhari-hari aku disini, tapi ia tak jua datang. Sudahlah Bu, jika ia memang datang aku tak mau mengenalinya sebagai ayahku.

IBU
Jaga ucapanmu! Maksudmu apa mengatakan hal demikian?

ANAK
Sudah sepantasnya kan. Ayah macam apa namanya yang tega meninggalkan anak dan istrinya begitu lama. Hingga anaknya akan dipersunting orang pun ia tak ada.

IBU
Ayahmu tak seperti itu. Dia laki-laki yang bertanggung-jawab.

ANAK
Ibu sudah mengatakan itu berulang kali..Sejak dulu aku masih kecil. Tapi apa? Mana buktinya? Omong kosong.

IBU
Kau anak durhaka!

ANAK
Biarlah, tak apa aku durhaka pada orang yang telah durhaka pada keluarganya.

IBUNYA KEMUDIAN TERDIAM. MATANYA BERKACA-KACA, AIRMATANYA NAMPAK AKAN JANTUH. SANG ANAK BERLALU MENINGGALKAN IBUNYA. IBU MASIH DIAM MENATAP SENJA DENGAN LINANGAN AIR MATA.

IBU
(BERBICARA PADA SENJA) Kau berjanji akan datang saat senja. Dan aku yakin kau akan datang. Aku yakin kau tak akan melupakan cinta kita, melupakanku dan buah hati kita. Aku akan tetap menunggumu, sampai senja terakhir hidupku.


TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar