Jumat, 06 Agustus 2010

RAJA MATI - Eugene Ionesco



RAJA MATI
(Le Roi Se Meurt)
Eugene Ionesco


Setting Dekor
Balairung istana, agak usang tampaknya. Gaya arsitekturnya mengesankan gaya gothic. Di bagian tengah pentas menempel pada dinding belakang. Terdapat undakan yang menuju ke tempat singgasana Raja. Di masing-masing sisinya, tapi di downstage, terdapat beberapa kursi singgasana lainnya yang ukurannya lebih kecil. Inilah tempat kedua permaisuri Raja.

Upstage, sebelah kiri, terdapat sebuah pintu kecil menuju ke kamar Raja. Di sebelah kanan, masih di upstage, terdapat sebuah pintu lainnya lagi, juga berukuran kecil. Di downstage dan masih di sebelah kanan, terdapat pintu berukuran besar. Di antara kedua pintu di kanan ini terdapat sebuah jendela yang bergaya gothic.

Di sebelah kiri terdapat sebuah jendela lagi. Sedang di downstage, masih di bagian kiri, terdapat sebuah pintu kecil.

Dramatic Personae
RAJA
RATU MAHRIT
RATU MARI
JULIET
TABIB
PENGAWAL


SEBELUM LAYAR DIANGKAT,TERDENGAR SUARA MUSIK YANG DIMAINKAN DENGAN LUCU. TERUS TERDENGAR SELAMA LAYAR DIANGKAT DAN UNTUK SEBENTAR SETELAH LAYAR BERADA DI ATAS.

DI DEKAT PINTU BESAR BERDIRI SEORANG PENGAWAL ISTANA, USIANYA SUDAH TUA. DITANGANNYA TERGENGGAM SEBUAH TOMBAK KHUSUS UNTUK PENGAWAL ISTANA.

PENGAWAL (MENGUMUMKAN)
Yang mulia paduka Raja! Panjang usia!

SANG RAJA MASUK DARI PINTU KECIL DI SEBELAH KANAN, MENGENAKAN JUBAH WARNA LEMBAYUNG, DENGAN MAHKOTA DI KEPALANYA DAN SEBUAH TONGKAT KEBESARAN DI TANGANNYA, DENGAN CEPAT DIA MENYEBRANGI PENTAS KELUAR LEWAT PINTU DI SEBELAH KIRI DI UPSTAGE.

PENGAWAL (MENGUMUMKAN)
Yang mulia ratu Mahrit, istri pertama sang Raja. Diiring oleh Juliet sang pembantu rumah tangga, disertai abdi dalam para ratu. Panjang usia ratu kita!

MAHRIT DIIKUTI OLEH JULIET, MUNCUL LEWAT PINTU DI PANGGUNG KIRI BAWAH DAN AKHIRNYA KELUAR LEWAT PINTU BESAR.

PENGAWAL (MENGUMUMKAN)
Yang mulia ratu Mari, Istri kedua tapi paling dicintai oleh sang Raja, diiringi oleh Juliet dan abdi dalem. Panjang usia ratu kita.

MARI DIIKUTI OLEH JULIET DARI PINTU BESAR DAN PERGI KE LUAR LEWAT PINTU DI PANGGUNG KIRI BAWAH MARI, PARASNYA LEBIH MUDA DAN LEBIH CANTIK DARIPADA MAHRIT. MARI MENGENAKAN JUBAH WARNA LEMBAYUNG, DIKEPALANYA SEBUAH MAHKOTA, DI SAMPING ITU DIA MENGENAKAN PERHIASAN INTAN BERLIAN. JUBAHNYA ITU POTONGAN MODERN DAN TAMPAKNYA DIBUAT OLEH PENJAHIT KELAS ATAS.

TABIB DATANG DARI PINTU PANGGUNG KANAN ATAS.

PENGAWAL (MENGUMUMKAN)
Yang mulia tabib pribadi sang Raja, anggota dewan kehormatan sekaligus algojo keRajaan, dan tak asing lagi sebagai ahli perbintangan!

TABIB MENUJU KE TENGAH-TENGAH RUANGAN. TIBA-TIBA DIA SEPERTI LUPA SESUATU LALU CEPAT KEMBALI KELUAR LEWAT PINTU TEMPATNYA MASUK TADI.

PENGAWAL DIAM DALAM SUNYI, BEBERAPA SAAT TAMPAKNYA LELAH SEKALI. TOMBAK YANG BERADA DALAM GENGGAMANNYA ITU DISANDARKANNYA PADA DINDING DI DEKATNYA, LALU DIA MENGHEMBUS-HEMBUS KEDUA TELAPAK TANGANNYA AGAR TERASA HANGAT.

PENGAWAL
Aku tidak mengerti, mestinya ruangan ini sudah hangat. Sumber panas, ayo, bekerjalah! Dia sudah tidak suka bekerja lagi! Sumber panas, ayo, bekerjalah! Ini bukan kesalahanku. Beliau toh tidak pernah mengeluarkan keputusan memecat aku dari kedudukanku sebagai Kepala bagian Pusat Pengatur Panas. Memang tidak ada yang resmi lagi sekarang ini. Kita tidak peduli lagi apa kemauan mereka sebenarnya!

TIBA-TIBA DIAMBILNYA KEMBALI TOMBAK YANG DISANDARKAN PADA DINDING ITU. RATU MAHRIT MUNCUL KEMBALI LEWAT PINTU DI PANGGUNG KANAN ATAS, DIA MENGENAKAN MAHKOTA, SEDANG JUBAH YANG DIKENAKANNYA BERWARNA LEMBAYUNG, CUMA TAMPAK AGAK KUSAM DAN SEDIKIT USANG. TAMPAKNYA DIA SEORANG YANG TEGAS HATINYA. DIA BERHENTI DI PANGGUNG BAWAH, TEPAT DI TENGAH-TENGAH JULIET MENGIRINGKANNYA.

PENGAWAL
Panjang usia ratu kita!

MAHRIT (KEPADA JULIET, SAMBIL MENENGOK KE SEKELILING)
Di sini banyak susu. punting rokok dimana-mana.

JULIET
Yang mulias, saya tidak sempat membersihkan kamar tamu ini. Barusan saya memerah susu. Sapi-sapi kita telah kering susunya.

MAHRIT
Bukan kamar tamu! Ini balairung istana. Berapa kali kau ini harus kuberitahu tentang nama ruangan ini?

JULIET
Baiklah, yang mulia. Balairung istana, seperti kata Yang Mulia. Saya tidak sempat membersihkan kamar tamu ini.

MAHRIT
Di sini dingin sekali!

PENGAWAL
Saya sudah menghubungi pusat pengatur panas, tapi gagal karena sistemnya macet. Langit selalu mendung dan awan-awan kelihatannya enggan menghilang. Matahari terbit terlambat. Padahal saya telah mendengar paduka yang mulia Tuanku Raja kita telah memerintahkan matahari terbit tepat pada waktunya.

MAHRIT
Kok begitu!? matahari telah tuli terhadap perintah-perintah Tuanku Raja!

PENGAWAL
Saya mendengar bunyi-bunyi gemeretak sepanjang malam. Ada retak lebar dinding tembok istana.

MAHRIT
Sampai begitu!? tidak kuduga secepat ini segalanya berlangsung!

PENGAWAL
Juliet dan saya telah berusaha memerbaikinya tadi.

JULIET
Tengah malam buta kala saya sedang enak-enaknya tidur, ia bangunkan saya.

PENGAWAL
Apakah perlu kami coba lagi untuk memerbaikinya, yang mulia?

MAHRIT
Percuma. Kita mustahil memutar jarum jam mundur ke belakang (KEPADA JULIET) di mana ratu Mari?

JULIET
Beliau sedang berdandan.

MAHRIT
Bisaa!

JULIET
Beliau bangun sebelum fajar

MAHRIT
Oh! Itu istimewa sekali!

JULIET
Saya dengar beliau menangis di dalam kamarnya.

MAHRIT
Ketawa dan menangis. Cuma itulah yang bisa dikerjakannya! (KEPADA JULIET) mohon kepada ratu Mari agar datang kemari sekarang juga. Pergilah dan iringkanlah beliau!

TEPAT PADA SAAT ITU JUGA MUNCUL RATU MARI DENGAN PAKAIAN YANG DIKENAKANNYA TADI.

PENGAWAL (SEDETIK SEBELUM RATU MARI MUNCUL)
Panjang usia ratu kita!

MAHRIT (PADA MARIT)
Matamu tampak merah. Itu bisa meredupkan kemolekanmu.

MARI
Aku tahu.

MAHRIT
Jangan menangis lagi.

MARI
Aku benar-benar tak kuasa.

MAHRIT
Jangan sembrono, apa pun yang terjadi. Semua peristiwa ini jelas normal dan wajar. Kau toh sudah tahu segalanya akan berakhir begini. Atau kau tidak pernah mengira segalanya akan berakhir begini?

MARI
Itulah yang selama ini diharapkan!

MAHRIT
Juga yang hebat penuh kebesaran! Kini tiba saatnya! (KEPADA JULIET) He! Kau mestinya memerbanyak saputangan untuk ratu Mari!.

MARI
Aku tetap masih berharap

MAHRIT
Percuma dan sia-sia! Harapan! (IA MENGANGKAT PUNDAKNYA) Tak ada lagi yang digumamkan bibir mereka, kecuali berharap. Harapan! Sementara Cuma berfungsi meneteskan air mata! Tingkah macam apa ini!?

MARI
Dengan tabib, kau sudah jumpa lagi? Apa katanya?

MAHRIT
Jangan lagi mengharapkan yang tidak-tidak! Pertanda-pertanda yang tampak, sudah meyakinkan.

MARI
Mungkin saja tabib itu keliru dalam menafsirkan pertanda-pertandanya.

MAHRIT
Jika kita amati segalanya dengan objektif, tak mungkin ada kesalahan. Dan kau juga sudah tahu semua itu.

MARI (MELIHAT RETAK DI DINDING)
Oh! Retak!

MAHRIT
He! Kau akhirnya bisa melihat retak itu! dan itu bukan satu-satunya tanda. Ini semua kesalahanmu sendiri jika dia lengah untuk menerima segalanya. Kau biarkan dia menuruti kemauannya sendiri. kau bahkan telah ikut merambah jalan bersama dia, menolongnya selalu. Padahal kau toh sudah tahu itu menyimpang.
O, ya! Hidup sangatlah mengasyikan! Dengan keceriaanmu dan senda guraumu, tari-tarian kalian, pesta arak-arakan, makan malam yang mewah, gerak-gerikmu yang menawan hati dan pesta kembang api, sendok-sendok perak murni dan bulan madu-bulan madu kalian! Berapa kali kalian sudah mengadakan tamasya bulan madu!?

MARI
Itukan Cuma untuk merayakan ulang tahun perkawinan kami berdua!

MAHRIT
Dan itu empat kali dalam setahun! “Kita mesti mereguk hidup ini penuh-penuh” begitu selalu slogan yang kalian teriakan di mana-mana.

MARI
Dia sendiri yang menyukai pesta-pesta itu.

MAHRIT
Orang-orang tahu hal yang satu itu. mereka juga tahu tapi tidak mau tahu. Tapi dia! Dia seorang Raja! Dia! Harus ingat hal yang satu itu! penglihatannya mesti dibuka seterang-terangnya, sehingga dia betul-betul menyadari setiap tahap yang dilaluinya, tahu betul berapa panjang jalan yang mesti dilaluinya, dan tidak pernah ngawur atau hilang arah.

MARI
O, cintaku yang malang. Rajaku, jungjunganku yang malang.

MAHRIT (PADA JULIET)
Kasih sapu tangan satu lagi! (PADA MARI) Sedikit tabahlah! Apa kau tidak bisa! Air mata menyebabkan hati rawan. Betapa buruknya akibat mentalmu ini pada dirinya. Padahal ia pun cukup lembek. Sudahlah! Dia memang lebih menyukai kau daripada aku. Aku sama sekali tidak cemburu. Aku hanya ingin kau menyadari betapa selama ini ternyata dia tidak bijaksana sama sekali. Dan sekarang kau sekali pun tak akan mampu menolongnya. Lihatlah dirimu, basah kuyup oleh airmata! Kau sekarang tidak akan sanggup lagi membantahku. Wajahmu yang mampu bersaing, telah kehilangan fungsinya. Apa artinya semua kebanggan yang ada pada dirimu itu, apa artinya senyumanmu yang sanggup melumpuhkan sendi-sendi lelaki itu!? nah, coba gunakan lagi semua milikmu itu! sekarang duduk-duduk sajalah pada tempat yang telah disediakan untukmu, tabahkanlah hatimu. Pergunakan otakmu! Ingatkah kau sedang mengenakan kalung indah itu di lehermu? Ayolah! Duduklah di tempatmu yang bisaa.

MARI (DUDUK)
Aku tidak kuasa mengutarakan hal yang satu ini kepadanya.

MAHRIT
Akulah yang akan mengatakan hal itu padanya. Aku bisaa ditugasi hal semacam ini.

MARI
Tapi apa gunanya? Sebaiknya jangan diberitahu. Sebaiknya tidak. Jangan ucapkan satu kata pun yang ada hubungannya dengan hal itu, aku betul-betul memohon padamu.

MAHRIT
Ini urusanku! Kita masih tetap membutuhkanmu. Kau tahu, setelah itu, nanti, kau tetap dibutuhkan untuk upacara kebesaran terakhir itu. kau bisaanya menyukai kedudukan resmi dalam upacara kebesaran.

MARI
Tapi bukan upacara yang satu ini.

MAHRIT (PADA JULIET)
Kau kembangkan lebar-lebar pakaian panjang kami.

JULIET
Baik yang mulia (JULIET MENGERJAKANNYA)

MAHRIT
Aku setuju acara ini tidak harus semenarik acara tari-tarian dalam pesta-pesta keRajaan. Tari-tarian yang kalian hidangkan itu memang untuk anak-anak, orang tua dan pengantin baru. Untuk mengumpulkan dana bagi korba bencana alam, untuk para pemenang sayembara. Untuk wanita-wanita penulis novel atau tarian amal untuk panitia penyelenggaranya. Tapi upacara yang satu ini hanyalah untuk lingkungan keluarga, tanpa penari atau tarian.

MARI
Jangan! Jangan beritahu dia! Akan lebih baik baginya jika dia tidak menyadari akan hal yang satu ini.

MAHRIT
…dan begitu saja lewat lalu sirna bagaikan cahaya? Mustahil!

MARI
Engkau tidak punya hati!

MAHRIT
O, ada! Aku punya! Ini dia sedang memukul-mukul dari dalam.

MARI
Engkau tidak berperikemanusiaan!

MAHRIT
Apa artinya kata-katamu itu?

MARI
Ini kekejaman! Dia belum siap-siap untuk ahl ini.

MAHRIT
Salahmu jika dia tidak pernah bersiap-siap! Ia seperti pengelana yang selalu hendak bercokol membenamkan diri di setiap penginapan yang dicapainya, ingin melupakan bahwa tempat penginapan bukanlah tujuan akhir perjalanannya itu. ketika aku memeringatkan kau tentang nasib Tuanku Raja yang paling ujung itu, kau cemooh aku sebagai orang yang sombong dan sok.

JULIET (TIDAK PADA SIAPA-SIAPA)
Sekarang pun sombong dan sok!

MARI
Ya, tak bisa dihindari lagi. Tapi setidaknya ia mesti diberitahu secara lebih bijaksana. Bijaksana, hati-hati sekali!

MAHRIT
Seharusnya dari dulu dia sudah bersiap-siap untuk ini. Ia mestinya sudah memikirkan hal ini setiap hari. Alangkah sia-sianya waktu, terbuang percuma! (PADA JULIET) ada apa kau membelalak seperti itu? kau toh tidak terlibat proses mencucurkan air mata, aku harap! Tinggalkan kami berdua, tapi jangan jauh-jauh. Suatu saat kau kami panggil!

JULIET
Jadi ruang tamu ini tidak perlu saya bersihkan dulu?

MAHRIT
Sudah terlambat. Tidak apa. Tinggalkan kami.

JULIET KE KIRI, KELUAR.

MARI
Beritahu dia secara baik-baik. Aku mohon padamu. Jangan buru-buru. Ia mungkin mendapat serangan jantung.

MAHRIT
Kita sama-sama merasakan beratnya, berat bagimu, berat bagiku. Juga berat baginya. Jangan terus-terusa merengek begitu! ini perintahku!

MARI
Ia tidak akan mau menerimanya

MAHRIT
Memang tidak pada mulanya

MARI
Aku akan menahannya

MAHRIT
Jangan coba lakukan itu! segalanya mesti berjalan dengan seksama. Marilah kita jadikan ini sebuah kemenangan. Sudah lama tidak ada lagi kemenangan-kemenangan. Istananya sudah semakin rusak. Padang-padangnya kering tandus. Gunung-gunungnya terbenam. Laut telah menghancur leburkan bendungan dan menyebabkan negeri dilanda banjir. Dia biarkan segalanya jadi puing berserakan. Kau gagasannya yang cemerlang dengan cara mendekapnya ke dalam pelukanmu yang menyebarkan wewangian itu! selera rendah! Padahal semula mengatasnamakan pemabngunan. Tapi memang dia suka begiTuan. Tanah-tanah tidak dimanfaatkannya menjadi pertanian dan perkebunan yang subur, tanah-tanah ini malah dibiarkannya terlantar, dan akhirnya lenyap ditelan lubang-lubang besar tanah rengkah dimana-mana.

MARI
Sok ahli. Sepertinya bisa mengentikan gempa bumi!

MAHRIT
Sebenarnya aku bosan meladenimu!.... ia masih bisa menanami pasir dengan pohon pakujajar misalnya, atau membetoni yang mungkin terbang! Tapi tidak dikerjakannya! Sekarang keRajaan ini nyaris seperti tempe busuk yang banyak lubangnya itu!

MARI
Kita tidak bisa menolak takdir, melawan alam, gempa bumi.

MAHRIT
Belum termasuk peperangan yang membawa malapetakan bagi negeri ini. Bala tentaranya mabuk dan tertidur karena kebanyakan makan. Ingat pada malam hari sehabis pesta makan siang itu, Negara-negara tetangga yang memusuhi kita aktif mencaplok daerah-daerah perbatasan. Lama kelamaan garis batas kekuasaan negeri kita makin menciut. Bala tentaranya menolak untuk bertempur kembali.

MARI
Soalnya mereka tidak setuju peperangan

MAHRIT
Dengan mudahnya kalian terima mereka sebagai kelompok penganut paham anti perang! Tapi kau tahu nama kelompok macam itu menurut musuh-musuh kita? Namanya pengecut! Namanya, Desertir! Dan kelompok macam itu mereka jatuhi hukuman tembak! Akibat semua kau lihat sendiri; kota-kota diratakan musuh, pemandian kita dibakar, sementara tempat-tempat hidburan kita diporakporandakannya! Para pemuda dan pemudi kita pada akhirnya mengungsi ke luar negeri. Ketika dia pertama kali menduduki tahtanya, jumlah penduduk di negeri kita ini tidak kurang dari 120 juta.

MARI
Untuk ukuran negeri ini, jumlah itu namanya kelebihan penduduk. Kekurangan tempat untuk menam pung mereka.

MAHRIT
Sekarang sisanya tinggal sekitar seribu orang. Tidak sampai seribu. Bahkan sewaktu aku mengatakan ini, satu persatu mereka mati setelah meregang nyawa masing-masing.

MARI
Masih ada kurang lebih 45 orang muda-mudi.

MAHRIT
Tak ada lagi yang menginginkan mereka. Kita pun tidak lagi membutuhkan harapan-harapan bangsa itu kembali ke negeri kita. Kau tahu, mereka jadi cepat tua! Waktu mereka kembali ke negeri ini, mereka berubah seperti orang berumur 80 tahun lebih! Kau jangan pura-pura menganggap cara itu tidak normal.

MARI
Tapi, Tuanku Raja masih tetap muda belia.

MAHRIT
Betul. Kemarin dia begitu. tadi malam saja dia masih muda, tapi lihat sebntar lagi, apakah dia masih tetap muda belia!?

PENGAWAL (MENGUMUMKAN)
Yang mulia tabib pribadi sang Raja sudah kembali! Yang mulia! Yang mulia!

TABIB MASUK LEWAT PINTU SEBELAH KANAN YANG BESAR ITU, DAN PINTU INI MEMBUKA DENGAN SENDIRINYA. DIA TAMPAK SEPERTI AHLI PERBINTANGAN. TAPI JUGA SEKALIGUS TAMPAK SEPERTI ALGOJO. DIA MENGENAKAN TOPI BERBINTANG-BINTANG PAKAIANNYA MERAH DENGAN KETOPONG KEPALA YANG BERGELAMBIR DI BELAKANG PUNDAKNYA. DIA MEMEGANG TEROPONG BINTANG CUKUP BESAR.

TABIB
Selamat pagi, yang mulia ratu. Selamat pagi, yang mulia ratu. Selamat pagi.
(UCAPAN SELAMAT PAGI YANG PERTAMA DITUJUKAN KEPADA MAHRIT, YANG KEDUA KEPADA MARI)
Saya mohon yang mulia berdua sudi memaafkan keterlambatan saya ini. Saya langsung datang dari rumah sakit, saya harus melaksanakan beberapa operasi bedah yang boleh dibilang sangat penting sebagai ilmu pengetahuan kita.

MARI
Engkau tidak perlu melakukan operasi bedah atas diri Tuanku Raja.

MAHRIT
Memang benar tidak lagi diperlukan operasi itu

TABIB (MENENGOK KEPADA MAHRIT SEJENAK, KEMUDIAN PADA MARI)
Saya sudah tahu masalahnya. Saya memang tidak bermaksud mengadakan operasi atas diri Tuanku Raja.

MARI
Tabib, apakah ada keterangan baru? Ia sudah agak membaik , kukira? Betul begitu? ada tanda-tanda yang menunjukan hal itu, tabib?

TABIB
Tuanku Raja menunjukan gejala-gejala normal seperti penderita sakit lainnya, dan hal ini tidak ada yang bisa merobahnya lagi. Sudah sewajarnya, begitulah keadaannya.

MARI
Ya, memang benar, sudah tidak ada harapan lagi (MELIRIK PADA MAHRIT) Ia tidak mau aku punya ahrapan. Ia tidak mengizinkan aku untuk berharap.

MAHRIT
Banyak orang yang mengkhayalkan hal-hal yang agung dan besar, tapi kau diliputi kabut kahyal kekerdilan jiwa! Tak ada seorang ratu pun di dunia ini macam engkau. Kau membuat aku seakan wajahku dicoreng arang! Ho! Dia siap merengek kembali!

TABIB
Pada hakekatnya ada. Kalau saja yang mulia menghendaki, ada sebuah keterangan baru yang saya peroleh.

MARI
Apa itu?

TABIB
Gejala itu memertegas firasat-firasat yang sudah ada. Bintang ekr kuning dan bintang kala ungu telah saling bertabrakan.

MAHRIT
Sudah kita duga.

TABIB
Kedua bintang itu meledak!

MAHRIT
Sudah sewajarnya begitu!

TABIB
Matahari telah kehilangan energi panasnya sekitar 50 dan 75 persen

MAHRIT
Sesuai dengan hokum alam.

TABIB
Matahari telah mencairkan salju di kutub utara. Bintang susu tampak seperti carian kental yang basi! Bintang berekor tampaknya lelah sekali, jelas usianya telah tua, ekornya pun dipelintirkan seperti anjing sedang sekarat.

MARI
Itu bohong! Kau Cuma melebih-lebihkannya! Pasti! Ya, pasti kau Cuma merekayasa!

TABIB
Maaf, jika yang mulia berkenan, silakan lihat sendiri lewat teropong bintang ini.

MAHRIT (KEPADA TABIB)
Tidak ada gunanya. Kami percaya padamu. Apalagi lainnya?

TABIB
Kemarin sore seharusnya masih musim tanam. Kemudian 2 jam 30 menit yang lalu segalanya telah berubah sama sekali. Sekarang sepertinya sudah panen! Di luar batas Negara kita rumput-rumput tumbuh subur dan hijau, pohon-pohon pun sama. Semua sapi melahirkan bayinya dua kali sehari. Sekali waktu dipagi hari, sekali lagi sore hari sekitar jam 5 atau lebih 30 menit. Tapi di negeri kita, daun-daun kering jatuh meranggas. Pohon-pohon mengeluh dan sekarat. Bumi mengalami gempa sedikit lebih banyak daripada bisaanya.

PENGAWAL (MENGUMUMKAN)
Departemen Meteorologi dan geofisika keRajaan, meminta perhatian rakyat atas cuaca buruk keRajaan kita!

MARI
Ya, aku rasakan getaran-getaran gempa itu. ya, aku dengar gemuruh gempa itu. ya, aku tidak bisa mengakhiri semua kenyataan ini.

MAHRIT
Celah itu! retaknya makin lebar dan panjang!

TABIB
Kilat tertahan di angkasa. Awan menurunkan hujan kodok. Guntur Cuma bergumam. Itulah sebabnya kita tidak bisa mendengarnya. 25 orang penduduk negeri kita telah lebur mencair. 12 orang telah kehilangan kepala. Dipotong tepat pada lehernya. Kali ini kematian-kematian itu tanpa campur tangan profesiku sebagai tabib sekaligus algojo.

MAHRIT
Semua itu tanda-tanda yang pasti!

TABIB
Selain itu…..

MAHRIT
Tidak perlu dilanjutkan! Selalu demikian gejala yang menjadi firasat untuk peristiwa yang satu ini. Kita semua sudah tahu.

PENGAWAL (MENGUMUMKAN)
Paduka yang mulia Tuanku Raja!
(TERDENGAR SUARA MUSIK PENGIRING)
Semua perhatian tujukan kepada Tuanku Raja! Hidup Raja kita!

RAJA MASUK LEWAT PINTU KIRI DI PANGGUNG ATAS KAKINYA TELANJANG, JULIET DATANG MENGIRINGKANNYA.

MAHRIT
Nah, dimana dia menyimpan sandalnya?

JULIET
Sandal itu ada pada saya, yang mulia.

MAHRIT
Itu kebisaaan buruk! Berjalan dengan kaki telanjang!

MARI (KEPADA JULIET)
Kenakan sandalnya, cepat! Ia nanti bisa masuk angin.

MAHRIT
Tidak penting lagi bagi dia masuk angin atau tidak. Tapi ini betul-betul buruk!

SEMENTARA JULIET MENGENAKAN SANDAL PADA KAKI RAJA, MARI BERGERAK MENDEKATI RAJA. MUSIK MASIH TERDENGAR.

TABIB (DENGAN MEMBUNGKUK PENUH HORMAT DAN KUATIR)
Ijinkanlah saya menyambut paduka Tuanku Raja dengan ucapan “selamat pagi, Tuanku”. Dan doa semoga selamat untuk junjungan kami sekalian.

MAHRIT
Semua itu tidak ada isinya lagi, kecuali Cuma kata-kata formal belaka.

RAJA (KEPADA MARI, KEMUDIAN BARU PADA MAHRIT)
Selamat pagi Mari, selamat pagi Mahrit. Masih di sini? Maksudku kalian berdua masih di sini? Bagaimana perasaanmu? Aku merasa tak enak. Tidak tahu apa salahnya. Kakiku sedikit kaku. Susah untuk bangkit, rasanya sakit. Aku mesti ganti sandal dengan yang baru. Mungkin aku sedang terus tumbuh membesar.
Aku mengalai tidur yang buruk tadi malam, dibarengi gempa, garis keliling keRajaan makin menciut kecil, sapi-sapi menguak, sirine menjerit-jerit. Terlalu bising. Aku mesti menyelidiki apa artinya semua ini! Lalu kita lihat apa yang bisa kita lakukan. Oh… igaku! (KEPADA TABIB) selamat pagi, tabib. Gejala rematik, Tabib? (KEPADA YANG LAIN) aku menunggu kedatangan seorang insinyur dari luar negeri. Insiyur-insinyur kita tidak ada yang bagus lagi. Mereka soalnya tidak peduli lagi. Selain itu, kita memang tidak lagi punya seorang insinyur. Kenapa kita tutup institute teknologi kita? O, iya! Institute itu telah terbenam ke dalam tanah longsor. Nah, buat apa kita mesti membangun yang lainnya lagi kalau toh segalanya akan masuk ke dalam tanah? Di atas segalanya aku punya kepala yang sakit! Dan awan-awan itu…. seingatku mereka sudah kuusir. Awan! Kita sudah cukup punya hujan! Cukup, kataku! Cukup hujan! Oh, lihatlah apa itu! hujan turun lagi! Ada awan tolol yang tidak bisa menahan diri, seperti orang tua pikun yang punya penyakit ompol!

RAJA MENENGOK PADA JULIET

RAJA (KEPAD JULIET)
Apa maksudmu menatapku seperti itu? wajahmu tampak merah! Kamar tidurku penuh dengan sarang laba-laba. Pergi ke sana dan bersihkan semua laba-laba itu!

JULIET
Sudah saya bersihkan semuanya, tadi ketika Tuanku masih tidur nyenyak. Aku betul-betul tidak mengerti darimana mereka muncul. Datang lagi dan datang lagi!

TABIB (KEPADA MAHRIT)
Bagaimana yang mulia? Semua ini mendukung diagnosisku.

RAJA (PADA MARI)
Ada apa cintakku?

MARI (DENGAN SUARA TIDAK LANCAR)
Aku….tidak tahu….tidak ada….tidak.

RAJA
Matamu tampak merah. Engkau menangis? Ada apa?

MARI
Ya, Tuhan!

RAJA (KEPADA MAHRIT)
Aku benci pada orang yang membuat dia sedih. Dan kenapa dia menyebut “Ya Tuhan”?

MAHRIT
Itu Cuma ungkapa saja (KEPADA JULIET) Pergi dan bersihkan sarang laba-laba itu

RAJA
Duh! Laba-laba itu, menjengkelkan! Mereka menciptakan mimpi-mimpi buruk!

MAHRIT (KEPADA JULIET)
Cepat! Jangan melongo! Lupakah kau cara menggunakan sapu lidi?

JULIET
Sapu saya sudah lapuk, saya butuh sapu baru, 12 sapu, baru mencukupi kebutuhan.

JULIET PERGI

RAJA
Kenapa aku dipandangi dengan sorot mata yang aneh? Ada yang kacau? Sekarang tidak ada lagi yang disebut rawan. Bahkan sudah tergolong wajar jika ada kekacauan. Nah, soalnya sudah beres sekarang!

MARI (TERBURU-BURU MENUJU RAJA)
Tuanku, engkau pincang!

RAJA (MELANGKAH DENGAN DUA TIGA LANGKAH YANG PINCANG)
Pincang? Aku tidak pincang. Ya, memang. Tapi Cuma sedikit.

MARI
Kakimu sakit, mari kutolong!

RAJA
Tidak sakit. Kenapa mesti sakit? Ya, memang, sakit sedikit, tidak apa-apa. (KEPADA MARI) aku tidak membutuhkan pertolongan. Tapi kalau kau, ya, aku senang kalau kau yang menolongku.

MAHRIT (BERGERAK KE ARAH RAJA)
Tuanku aku punya berita penting untukmu.

MARI
Jangan! Diamlah!

MAHRIT
Kau sendiri yang diam!

MARI (KEPADA RAJA)
Jangan percaya dia.

RAJA
Berita apa? Apa yang jangan dipercaya? Mari, kenapa kau tiba-tiba tampak sedih? Ada apa?

MAHRIT (KEPADA RAJA)
Tuanku, kami mesti mengabarkan hal ini. Tuanku akan mati.

TABIB
Duh! Ya, benar. Tuanku!

RAJA
Tapi, aku sudah tahu itu. kita semua tahu itu. kau boleh memeringatkan aku kalau waktunya sudah tiba. Mahrit, kau sudah tergila-gila untuk membicarakannya, padahal hari masih pagi!

MAHRIT
Sekarang sudah tengah hari.

RAJA
Belum. Memangnya kenapa!? Tidak apa! Untukku hari ini masih pagi. Aku belum sarapan apa-apa. Bawakan sarapanku kemari. Tapi terus terang saja aku sebenarnya belum mau makan apa-apa. Tabib, kau mesti memberiku pil penambah selera dan nafsu makan, dan penambah darah. Lidahku jadi tebal, ya enggak?

IA MEMERLIHATKAN LIDAHNYA PADA TABIB

TABIB
Ya, memang. Tuanku benar.

RAJA
Darahku tidak lancar. Aku tidak minum apa-apa tadi malam. Tapi ada rasa tidak enak pada darahku.

TABIB
Tuanku, ratu Mahrit telah mengutarakan berita yang benar. Tuanku sedang menuju ke ambang kematian.

RAJA
Apa lagi? Kau menggangguku! Aku akan mati? Ya, benar. Aku akan mati itu memang benar. Dalam waktu 40 tahun, 50 atau 300 tahun yang akan datang? Atau malah mungkin jauh sesudah itu semua! Kalau aku sudah ingin mati, kalau sampai waktuku, kalau aku memutuskannya. Sementara ini marilah kita selesaikan masalah yang menyangkut pemerintahan kita.
(IA MENDAKI TANGGA MENUJU SINGGASANANYA)
Aduh, kakiku! punggungku! Aku masuk angin. Istana ini suhunya buruk. Penuh dengan angin jahat. Bagaimana halnya dengan kaca jendela yang rusak itu? dan genteng-genteng yang bocor itu, belum juga ada yang mau menggantinya? Ya, tak ada lagi orang yang mau bekerja. Aku harus menangani segalanya ini secara langsung, tapi bagaimana, aku sibuk dengan masalah-masalah berbeda! Orang lain tak bisa lagi diharapkan! (KEPADA MARI YANG BERUSAHA MENOLONGNYA) jangan, aku bisa! (DENGAN TONGKAT KEBESARANNYA, DITOLONGNYA DIRINYA BERDIRI TEGAK) ada juga gunanya tongkat kebesaran ini.
(RAJA PUN BERHASIL DUDUK, TAPI DENGAN SUSAH PAYAH DAN KESAKITAN. CUMA KEBERHASILAN INI ADALAH BANTUAN MARI)
Tidak, tidak. Aku bisa melakukannya sendiri. nah! Akhirnya! Singgasana ini rasanya terlalu keras. Mestinyya singgasana ini diberi karet busa. Nah, bagaimana keadaan negeriku pagi ini?

MAHRIT
Yang masih ada….

RAJA
Masih ada sisa-sisanya sedikit. Kita mesti memeliharanya. Itu bararti ada sesuatu yang lain yang perlu kau pikirkan. Kita panggil semua menteri kita.
(JULIET MUNCUL)
Kuperintahkan kau memanggil menteri-menteriku. Kukira saat ini mereka masih nyenyak tidur. Ah, apa mereka pikir sudah tidak ada lagi pekerjaan untuk mereka selesaikan?

JULIET
Mereka sedang cuti besar. Tapi mereka tidak bepergian jauh karena negeri kita sudah menciut sempit. Mereka tepat berada di ujung negeri, atau dengan kata lain mereka sekarang berada di tepi hutan dekat sungai, sedang mincing ikan. Ya, mudah-mudahan bisa menangkap beberapa ekor, untuk kemudian dibagikan kepada penduduk.

RAJA
Pergilah ke hutan, iringkan mereka kemari.

JULIET MELONGOK KE LUAR JENDELA

RAJA
Tidak punya disiplin!

JULIET
Aduh! Mereka jatuh ke dalam sungai itu!

MARI
Jala mereka dan angkat keluar dari sungai itu!

JULIET KELUAR

RAJA
Jika saja negeri ini bisa menghasilkan politikus lainnya, sudah kupecat menteri yang dua orang itu!

MARI
Kita akan mengangkat menteri lain yang baru.

TABIB
Kita sudah sia-sia mendapatkan sumber daya manusia lainnya, yang mulia.

MAHRIT
Engkau tidak akan lagi mendapatkan tenaga baru!

MARI
Kita akan mendapatkannya, pasti. Dan anak-anak sekolah, nantinya kalau mereka sudah dewasa. Kita cukup menunggu sebentar, tapi sementara dua menteri sudah cukup untuk menggerakan roda pemerintahan kita berputar lancar.

TABIB
Satu-satunya murid yang bisa kau peroleh sekarang adalah mereka yang cacat bawaan badannya. Kepalanya membesar, sedang lehernya kejangkitan gondok.

RAJA
Rupanya kesehatan penduduk kita sangat parah. Usahakanlah menolong mereka. Tabib, paling tidak cobalah perbaiki kondisi mereka. Paling sedikit nantinya mereka bisa memelajari empat atau lima huruf yang ada dalam alphabet. Pada zaman dahulu hukuman mati selalu dijatuhkan pada mereka yang cacat macam begini.

TABIB
Untuk saat ini, jangalah hukuman mati jenis itu dilaksanakan lagi, Tuanku. Kalau dilaksanakan, wah, betul-betul tidak punya penduduk sama sekali nanti!

RAJA
Berbuatlah sesuatu untuk kebaikan mereka, Tabib.

MAHRIT
Tak ada sesuatu pun yang hisa kita perbaiki lagi sekarang ini. Kita sudah tidak mungkin lagi menolong siapa pun. Bahkan dirimu sendiri sudah tidak bisa tertolong lagi.

TABIB
Tuanku, engkau sudah tidak bisa disembuhkan lagi!

RAJA
Aku tidak dalam keadaan sakit!

MARI
Ia merasa betul-betul sehat. (KEPADA RAJA) betul tidak?

RAJA
Cuma sedikit kejang. Itulah seluruhnya. Dan ini bukan apa-apa. Sekarang malah sudah jauh lebih enakan rasanya.

MARI
Ia mengatakan, tidak apa-apa. Kau dengar? Kau dengar?

RAJA
Betul. Aku merasa baik-baik saja!

MAHRIT
Engkau akan mati dalam waktu satu jam setengah mendatang. Kau akan mati di akhir pertunjukan ini.

RAJA
Apa katamu? Itu tidak lucu!

MAHRIT
Kau akan mati diakhir pertunjukan ini!

MARI
Ya Tuhan!

TABIB
Ya, Tuanku. Engkau akan mati. Tidak ada lagi sarapan besok pagi. Tidak juga makan malam nanti. Tukang masak sudah mematikan kompor-kompornya. Mereka sudah meninggalkan seragam dapur mereka. Semua taplak meja dan serbet telah dilipat rapi-rapi, disimpan dalam lemari, lalu ditutup untuk selama-lamanya.

MARI
Jangan bicara terlalu cepat, jangan bicara terlalu keras.

RAJA
Dan siap yang akan memberikan perintah-perintah tanpa ada pengesahan dariku? Aku dalam keadaan sehat wal afiat. Kau memerolok aku! Bohong! (KEPADA MAHRIT) kau selalu menginginkan kematianku (KEPADA MARI) ia selalu menghendaki kematianku (KEPADA MAHRIT) aku akan mati kalau aku sudah menginginkannya. Aku sang Raja. Aku satu-satunya maujud yang memberikan keputusan!

TABIB
Engkau telah kehilangan daya kemampuanmu untuk memberikan keputusan apa yang berlaku atas dirimu, Tuanku Raja.

MAHRIT
Sekarang bahkan tidak mampu lagi melarang dirimu untuk tidak jatuh sakit.

RAJA
Aku tidak sakit! (KEPADA MARI) barusan kan kau juga bilang aku ini tidak sakit? Aku masih tetap segar bugar seperti sedia kala.

MAHRIT
Lalu rasa kelu yang ada di kakimu itu tadi?

RAJA
Sudah hilang

MAHRIT
Coba bergerak sedikit. Kau akan lihat nanti.

RAJA (YANG BARU SAJA DUDUK, MENCOBA BEERANJAK KEMBALI UNTUK BERDIRI)
Aduh….! Ini soalnya belum ada persiapan dalam arti mental. Aku tidak cukup punya waktu untuk memikirkannya. Aku berpikir, maka aku akan sembuh. Raja sudah sewajarnya bisa menyembuhkan dirinya sendiri, tapi urusan-urusan keRajaan selalu menyibukkan aku.

MAHRIT
KeRajaan!? Hah, betapa kacau balaunya keadaan keRajaan ini. Kau sudah tidak bisa lagi mengendalikan pemerintahan. Sungguh, kau sudah tidak mampu, tapi kau tidak mau mengakuinya. Sekarang engkau telah kehilangan kekuasaan, kekuasaan atas dirimu sendiri mau pun atas segala elemen lainnya. Kau tidak bisa menyetop tumbuhnya lumut! Dan atas diri kami kau juga telah kehilangan kekuasaanmu.

MARI
Kau senantiasa punya kekuasaan atas diriku

MAHRIT
Tidak juga atas dirimu!

JULIET MASUK

JULIET
Terlambat, kedua menteri itu tidak bisa dijala lagi! Sungai tempat mereka jatuh tadi, termasuk juga tepi-tepinya dan pohon-pohon yang tumbuh, sudah hilang terbenam ke dalam lobang yang tidak berdasar.

RAJA
O, begitu? apa ini sebuah boikot? Kalian ingin menurunkan aku dari tahta?

MAHRIT
Itulah jalan terbaik. Turunlah dari tahtamu dengan ikhlas.

TABIB
Turun tahta? Aku?

MAHRIT
Ya. Turun dari tahta secara rohaniah juga secara resmi.

TABIB
Secara jasmaniah

MARI
Tolak semua usul-usul itu! jangan dengarkan ocehan mereka.

RAJA
Mereka gila! Aa….tentunya mereka ini penghianat

JULIET
Tuanku, Rajaku. Tuanku yang malang

MARI (KEPADA RAJA)
Mestinya kau jebloskan mereka ke dalam penjara.

RAJA (KEPADA PENGAWAL)
Pengawal! Jebloskan mereka ke dalam penjara!

MARI (KEPADA PENGAWAL)
Pengawal! Jebloskan mereka! (KEPADA RAJA) Begitulah! Berikanlah perintah-perintah!


RAJA (KEPADA PENGAWAL)
Jebloskan mereka ke dalam penjara! Kunci mereka di menaranya! Tidak, jangan di sana, menara itu sudah runtuh. Jebloskan mereka ke dalam penjara bawah tanah, atau di dalam sel yang sempit, atau jebloskan ke dalam kandang kelinci. Jeebloskan merka! Semua! Itulah perintah yang kami keluarkan pada hari ini!

MARI (KEPADA PENGAWAL)
Jebloskan mereka!

PENGAWAL (TANPA BERGERAK)
Atas nama Raja…. PAduka Yang Mulia…. Saya… Saya…. Menahan…. Kalian…..

MARI (PADA PENGAWAL)
Bertindaklah!

RAJA (PADA PENGAWAL)
Kerjakanlah dengan baik perintah Rajamu ini, pengawalku bertindaklah!

MAHRIT
Kau lihat sekarang, kenyataanya dia tidak bisa bergerak. Seluruh otot-ototnya menderita keram.

TABIB (MENUNJUK PADA PENGAWAL)
Tuanku Raja, engkau sekarang saksikan sendiri, justru perintah-perintahmulah yang menyebabkan tentara ini tidak berdaya.

MARI (PADA RAJA)
Jangan percaya. Ia sudah berusaha menghipnotismu. Ini hanyalah masalah tekad. Kau kan bisa menguasai situasi jika engkau memunyai tekad yang kuat.

PENGAWAL
Aku…. Engkau…. Atas nama engkau… aku engkau….

PENGAWAL ITU BERHENTI BERKATA-KATA, MULUTNYA TERNGANGA LEBAR DAN TAK BISA BERGERAK LAGI

RAJA (PADA PENGAWAL)
Apa yang terjadi atas dirimu? Bicaralah! Maju! Kau pikir engkau ini sedang main patung-patungan!?

MARI (PADA RAJA)
Jangan bertanya! Jangan diajak berdiskusi. Berikanlah perintah-perintahmu. Gerakanlah langkah-langkahnya dengan tekadmu yang dahsyat!

TABIB
Tuanku lihat sendiri, dia tidak bisa lagi bergerak, bahkan sepotong otot pun tidak bisa digerakannya lagi. Tidak satu patah kata pun bisa diucapkannya lagi. Sudah kaku membatu. Tuli terhadap printah-perintahmu. Dan ini betul-betul gejala yang sangat jelas sekali. Sangat jelas bagi seorang tabib.

RAJA
Mari kita lihat apakah aku betul-betul tak lagi punya kekuasaan.

MARI (PADA RAJA)
Perlihatkanlah, kau memang mmunyai kekuasaan itu! kau bisa kalau kau mau!

RAJA
Akan kuperlihatkan aku ini punya kemauan, dan kuperlihatkan aku ini bisa karena aku ada kemauan.

MARI
Pertama berdirilah tegak

RAJA
Aku mau berdiri (DIKERAHKAN SELURUH SISA TENAGANYA)

MARI
Lihat, betapa netengnya kau melakukannya!

RAJA
Kau lihar, kalian semua lihat tadi, betapa entengnya! Jelas sudah kau berdua adalah sepasang komplotan penjahat! Gestapu!
(RAJA MELANGKAH KE ARAH MARI YANG INGIN MENOLONG)
Jangan…. Jangan…. Jangan….sendiri saja. aku masih tetap bisa dengan diriku sendiri
(RAJA JATUH, JULIET BURU-BURU MENDAPATKANNYA, MENOLONGNYA)
Aku bisa berdiri kembali tanpa pertolongan siapa-siapa

RAJA BERHASIL BERDIRI, TANPA PERTOLONGAN SIAPA PUN

PENGAWAL
Panjang usia Raja kita!

RAJA JATUH KEMBALI

PENGAWAL
Raja sedang sekarat!
(DENGAN SUSAH PAYAH, AKHIRNYA RAJA BERDIRI KEMBALI DENGAN PERTOLONGAN TONGKAT KEBESARAN)
Hidup Raja kita!
(RAJA KEMBALI JATUH)
Raja kita sudah mati!

MARI
panjang usia Raja kita! Hidup Raja kita!

MAHRIT
Benyolan apa ini?

DENGAN SUSAH PAYAH DAN KESAKITAN RAJA BANGKIT KEMBALI

JULIET (YANG TADI MENGHILANG, SEKARANG MUNCUL KEMBALI)
Hidup Raja kita!

JULIET HILANG LAGI. RAJA JATUH.

PENGAWAL
Raja sedang sekarat!

MARI
Tidak! Hidup Raja kita! Berdirilah tegak, hidup Raja kita!

JULIET (MUNCUL LAGI, TAPI NANTI PERGI LAGI SELAMA RAJA BERDIRI TEGAK)
Hidup Raja kita!

PENGAWAL
Hidup Raja kita!

MAHRIT
Ini Cuma sisa terakhir tenaganya. Betul tidak, Tabib?

TABIB (PADA MAHRIT)
Cuma tinggal puncak hentakan-hentakan sebelum segalanya habis sama sekali

RAJA
Aku Cuma kesandung tadi, itulah soalnya. Ketersandungan bisa saja terjadi atas diri siapaun. Mahkotaku!
(MAHKOTANYA TERJATUH TADI. MARI MEMASANG KEMBALI MAHKOTANYA)
Ini tanda buruk lainnya lagi.

MARI
Jangan percaya terhadap tahayul.
(MARI MEMBERIKAN TONGKAT ITU KEMBALI PADA RAJA)
Pegang ini kokoh-kokoh dalam genggamanmu! Cengkeram kuat-kuat!

PENGAWAL
Hidup…. Raja….

TIBA-TIBA PENGAWAL ITU TERDIAM

TABIB (PADA RAJA)
Tuanku Raja….

MAHRIT (PADA TABIB SAMBIL MENUDING MARI)
Kita harus membungkam wanita ini terlebih dulu. Dia selalu bicara tanpa otak. Sudah tiba saatnya untuk membredel mulutnya.

MARI JADI BEKU TAK BERGERAK


MAHRIT (PADA TABIB SAMBIL MENUDING RAJA)
Nah, cobalah usahakan agar dia mengerti masalahnya.

TABIB (PADA RAJA)
Paduka yang mulia Tuanku Raja, beberapa dasawarsa yang lalu atau katakanlah hanya tiga hari yang lewat, keRajaanmu ini megah digjaya. Tapi dalam waktu tiga hari ini, engkau telah dikalahkan di semua medan pertempuran yang pernah kau menangkan. Demikianlah akhirnya engkau telah terkalahkan lagi dan lagi dan lagi.
Sementara teman-teman di padang-padang kita, dan negeri ini kemudian menjadi tandus dan berubah jadi gurun pasir, sementara tanah-tanah di Negara tetangga kita berubah jadi subur menghijau, Tuanku. Padahal negeri tetangga kita itu pada kamis yang lewat saja masih berupa tanah tandus kering kerontang.
Kapal perang yang dibeli tidak bisa bertolak meninggalkan pelabuhan. Ada memang yang berhasil berlayar, tapi tidak lama berada di atas lautan, sebab kemudian mendadak sekali kapal itu kandas.

RAJA
Itu namanya kesalahan teknis

TABIB
Tapi, Tuanku Raja, sebelum ini tidak pernah terjadi apa yang disebut dengan kesalahan teknis itu!

MAHRIT
Kejayaanmu sudah sirna. Kau harus menyadari hal ini.

TABIB
Rasa sakitmu, rasa kelumu…..

RAJA
Sebelum ini, aku tidak pernah merasakan. Ini yang pertama.

TABIB
Tepat! Itulah tandanya. Semuanya itu terjadi dengan tiba-tiba, betul tidak?

MAHRIT
Kau mestinya sudah tahu semua ini akan terjadi atas dirimu.

TABIB
Segalanya sangatlah tiba-tiba, dan sejak itu engkau tidak lagi menguasai dirimu. Kau mestinya sudah tahu hal ini, Tuanku Raja. Coba dan beranikan dirimu menghadapi kenyataan ini. Hadapilah!

RAJA
Aku masih sanggup menegakkan diriku sendiri. kau bohong! Kau lihat betapa aku betul-betul berhasil tadi!

TABIB
Sakitmu betul-betul sudah tidak tertolong lagi. Kau tidak akan pernah berhasil lagi.

MAHRIT
Tentu saja tidak akan bisa lagi. Sudah tinggal sedikit sekali waktumu. Apa yang masih bisa kau lakukan? Mengeluarkan perintah yang bisa dipatuhi? Merbuah sesuatu hal? Coba saja dan kita lihat nanti berhasil tidaknya.

RAJA
Hanya, memang, aku tidak pernah memergunakan tekadku, segalanya jadi berantakan. Itu namanya kelengahan murni. Segalanya masih bisa diperbaiki. Segalanya akan mendapat perhatian yang cermat dan segalanya akan kembali jadi baru. Kalian akan saksikan tindakan-tindakan cepatku nanti.
Pengawal! Maju dua langkah!

PENGAWAL MAJU DUA LANGKAH

MAHRIT
Pengawal, mundur dua langkah!

PENGAWAL MUNDUR DUA LANGKAH

RAJA
Penggal kepala pengawotong lehernya!
(KEPALA 
al itu! pPENGAWAL GOYANG KE KANAN DAN KE KIRI, SEDIKIT SEKALI)
Kepalanya akan jatuh! Kepalanya akan jatuh!

MAHRIT
Bukan. Kepalanya Cuma goyang-goyang sedikit. Tidak beda sejak dulunya.

RAJA
Penggal kepala Tabib itu! penggal sekarang juga!

MAHRIT
Itukan kepala yang potongannya baik dan otaknya encer. Kepala-kepala macam itu terpacak kukuh di lehernya, kokoh pada pundak yang sehat.

TABIB
Maafkan saya, Tuanku Raja. Seperti Tuanku telah memakluminya, saya merasa malu.

RAJA
Copot mahkota dan kepala ratu Mahrit! Remukan mahkota itu ke lantai!

MAHKOTA RAJAJATUH TERPELANTING KE LANTAI. MAHRIT MEMUNGUTNYA.

MAHRIT
Akan kupasangkan kembali.

RAJA
Terima kasih! Apa maknanya semua ini? Sihir? Bagaimana aku kehilangan kekuasaan atas dirimu? Jangan kau kira segalanya akan kubiarkan berjalan terus seperti ini! Akan kuselidiki sampai ke akar-akarnya. Mestilah ada sekrup-sekrup yang berkaraat di dalam susunan mesin ini, yang menyebabkan roda tidak lagi bisa berputar.

MAHRIT (PADA MARI)
Kau boleh bicara sekarang. Aku beri kau ijin.

MARI (PADA RAJA)
Katakanlah apa yang mesti kuperbuat, pasti kutaati perintahmu. Beri aku perintah! Perintah aku, Tuanku. Perintahkanlah aku. Aku akan patuh taat padamu.

MAHRIT (PADA TABIB)
Dia pikir yang disebut cinta bisa meraih yang mustahil. Takhayul dan sentimental. Segalanya telah berubah. Itu sudah tidak punya kemungkinan-kemungkinan lagi sekarang. Masa itu telah lewat. Sudah lama sekali lewat.

MARI (MELANGKAH MUNDUR KE SEBELAH KIRI. DAN AKHIRNYA DEKAT JENDELA)
Perintahmu, Rajaku. Perintahmu, cintaku. Lihat, betapa cantiknya aku. Enduslah bau wangiku. Perintahkanlah aku untuk datang dan menciummu.

RAJA (PADA MARI)
Datanglah padaku, diumlah aku, kekasihku.

MARI TIDAK BISA BERGERAK

RAJA
Bisakah engkau mendengar suaraku?

MARI
Bisa. Aku akan melakukan perintahmu

RAJA
Datanglah padaku

MARI
Aku mau. Aku akan. Aku mau melaksanakannya. Tapi kedua tanganku jadi lumpuh.

RAJA
Kalau begitu, menarilah!
(MARI TIDAK BISA BERGERAK)
Menarilah! Atau setidaknya gerakkanlah kepalamu. Pergilah ke jendela, bukakan tingkapnya, lalu katubkan kembali.

MARI
Aku tidak bisa

RAJA
Lehermu jadi kelu rupanya. Majulah dan mendekatlah padaku

MARI
Ya Tuhan!

RAJA
Dan tersenyumlah!

MARI
Aku tidak tahu bagaimana melaksanakan semua itu, aku tidak bisa melangkah. Aku tiba-tiba saja lupa segalanya itu!

MAHRIT
Ambil berapa langkah, mendekatlah.

MARI MENDEKAT SEDIKIT KE ARAH RAJA
RAJA
Nah, kau lihat! Dia mendekat kepadaku!

MAHRIT
Karena dia mendengarkan aku (Pada Mari) Stop! Berhenti di sana!

MARI
Maafkan aku, Tuanku. Ini bukan kesalahanku.

MAHRIT (PADA RAJA)
Perlu bukti-bukti lainnya lagi?

RAJA
Aku perintahkan agar muncul tumbuh sebatang pohon di lantai ini!

PAUSE

Aku perintahkan genteng-genteng untuk lenyap

PAUSE

Apa? Tidak terjadi apa-apa? Aku perintahkan hujan deras turunlah!

PAUSE, TETAP TIDAK TERJADI APA_APA

Aku perintahkan datanglah secercah kilat biar kugenggam dengan tanganku!

PAUSE

Aku perintahkan dedaunan tumbuh kembali!

IA PERGI KE JENDELA

Apa? Tidak terjadi apa-apa? Aku perintahkan engkau Juliet datanglah lewat pintu besar!

JULIET MUNCUL DARI PINTU KECIL SEBELAH KIRI DI UPSTAGE

Bukan lewat pintu itu, tapi lewat pintu ini! Pergilah ke luar lewat pintu ini!
MENUNJUK PINTU BESAR. BERLAWANAN DENGAN PERINTAH ITU, JULIET KELUAR LEWAT PINTU KECIL KIRI. PADA JULIET

Aku perintahkan engkau untuk tinggal di sini!

JULIET TERUS SAJA KELUAR MENINGGALKAN RUANGAN

Terompet, bunyikanlah! Dan deringkanlah semua bel! Sebuah salut kebesaran 121 meriam dentumkanlah untuk menghormatiku!

RAJA MENDENGARKAN
Tidak ada apa-apa? Tunggu!.... ya! Aku bisa mendengar sesuatu!

TABIB
Itu hanya suara dengung di dalam telingan Anda sendiri, Tuanku Raja.

MAHRIT (PADA RAJA)
Percuma. Kau Cuma menjadikan dirimu bahan tertawaan saja.

MARI (PADA RAJA)
Kau… kau tampak lelah sekali, jungjunganku marilah, jangan putus asa. Kau Cuma basah kuyup oleh keringat. Istirahatlah sebentar. Setelah sejenak, kita akan memulainya kembali. Tunggu satu jam dan kita akan menguasa segalanya kembali

MAHRIT (PADA RAJA)
Cuma tinggal satu jam 25 menit, engkau pun mati sudah.

TABIB
Benar, Tuanku. Dalam waktu satu jam 24 menit 50 detik lagi.

RAJA (PADA MARI)
Amri!

MAHRIT
Satu jam 24 menit 42 detik (PADA RAJA) Bersiap-siaplah untuk itu.

MARI
Jangan menyerah!

MAHRIT
Jangan ganggu lagi dia! Jangan kau bentangkan kedua tanganmu lagi untuknya. Dia sudah jatuh tersungkur. Tak mungkin lagi ditolong. Acara resmi mesti diikuti ditel demi ditel.

PENGAWAL (MENGUMUMKAN)
Upacara akan dimulai!

ISTIRAHAT
(Atau dicari kemungkinan lain menjelang perpindahan ini)

KERAMAIAN UMUM. MEREKA MENGAMBILTEMPAT MASING-MASING, SEAKAN-AKAN SEDANG DALAM UPACARA RESMI. RAJA DUDUK DI SINGGASANANYA, SEDANG MARI DUDUK DI SEBELAHNYA.

RAJA
Kita putar mundur jarum sang waktu

MARI
Kembali ke dalam masa 20 tahun yang silam!

RAJA
Kembali pada satu minggu yang lewat!

MARI
Kembali ke saat senja yang kemarin itu! mundurlah sang waktu! Mundurlah! Mundurlah! Waktu! Berhentilah!

MAHRIT
Waktu sudah tidak ada. Waktu telah meleleh dari tangannya.

MARI
O, tengok! Rambutnya tiba-tiba putih semuanya!

RAMBUT RAJA MEMANGLAH BERUBAH JADI PUTIH SEMUA

MARI
Keriput menggaris dahinya, mencoreng wajahnya. Dia betul-betul telah menjadi 14 abad lebih tua dibandingkan tadi!

TABIB
Jadinya betul-betul antik! Betul-betul serba mendadak!

RAJA
Raja haruslah abadi!

MAHRIT
Mereka memang abadi. Untuk waktu yang terbatas

RAJA
Telah dijanjikan padaku untuk diberikan kesempatan waktu yang kupilih untuk waktu kematianku

MAHRIT
Tapi kau tidak pernah memiliki waktu untuk kematianmu. Kau bahkan lupa, karena keasyikanmu mengendalikan pemerintahan Negara dan menggenggam kekuasaan di tanganmu. Itu sebabnya kau sekarang dipaksa harus memilih waktu ini untuk kematianmu. Kau telah tertawan di dalam lumpur kehidupan ini. Kau merasa hangat dan nikmat. (DENGAN TAJAM) sekarang engkau sedang berangkat menuju kebekuan yang amat dingin!

RAJA
Aku terjebak sudah. Mestinya diingatkan kepadaku bahwa aku ini terjebak!

MAHRIT
Sudah sering kali aku mengingatkan hal itu kepadamu.

RAJA
Tapi peringatan-peringatanmu terlalu pagi kau utarakan kepadaku. Aku tidak mau mati…. Aku tidak bersedia! Seseorang mestilah menjadi juru selamatku, sebab aku sendiri tidak bisa lagi menyelamatkan diri sendiri.

MAHRIT
Ini adalah kesalahanmu, padahal kau mestinya bersiap-siap sejak dulu kala! Kau tidak pernah menyediakan waktu untuk persiapan diri. Kau sudah dijatuhi kutukan, bahwa kau mesti mati suatu ketika dank au mestinya sudah memikirkan hal itu sejak hari pertama. Pikirkanlah setiap lima menit setiap harinya, lalu kau bisa kembangkan menjadi sepuluh menit, seperempat jam, setengah jam dan seterusnya. Itulah caranya berlatih diri.

RAJA
Aku pernah memikirkan hal itu.

MAHRIT
Tapi kau tidak serius memikirkannya, tidak dengan seluruh perasaan dan jiwamu

MARI
Dia masih sehat walafiat waktu itu.

MAHRIT
Justru itu! (PADA RAJA) kau mestinya memikirkan hal itu secara permanen di dalam lubuk kesadaranmu itu.

TABIB
Ia tidak pernah melihat ke depan. Ia selalu Cuma hidup dari satu hari ke satu hari lainnya, seperti umumnya orang-orang bisaa.

MAHRIT
Kau selalu menawar sang waktu. Pada usia 20 tahun kau mengatakan akan menunda sampai kau mencapai usia 40 tahun, baru kau akan memulai latihan-latihan persiapan diri itu. ketika umurmu sudah 40 tahun…..

RAJA
Aku sehat wal afiat, aku begitu muda belia!

MAHRIT
Pada usia 40 tahun, kenapa tidak tunggu saja usia 50? Pada 50….

RAJA
Aku penuh dengan cahaya kehidupan. Hidupku sangatlah indah!

MAHRIT
Pada usia 50, kau katakana nanti saja kalau sudah mencapai usia 60. Begitulah terus kau menawar dan menawar. Dari 60 melompat ke 90, lalu menjadi 125, kemudian ke 200 dan kahirnya kau mencapai usia 400 tahun.
Kalau mula-mulanya kau menawar dengan usia 10 tahun, akhir-akhirnya kau menawar 50 tahun setiap kali kau mengadakan penundaan. Tapi yang kelewatan banget adalah kemudian sekali kau menawar dengan satu abad setiap kalinya.

RAJA
Tapi rasanya aku seperti baru mulai saja! oh, jika saja aku bisa memiliki seluruh abad-abad kehidupan ini, barulah rasanya aku mantap untuk memulai latihan-latihan persiapan diri ini.

TABIB
Waktu yang tersisa Cuma tinggal satu jam, Tuanku Raja. Kau tidak mau tapi kau ahrus melaksanakan segalanya dalam waktu satu jam terakhir ini

JULIET MASUK

JULIET
Kasihan. Tuanku yang malang memang suka membolos

RAJA
Ya, seperti anak sekolah yang tidak mengerjakan pekerjaan rumahnya, yang duduk di bangkunya menghadapi ujian tulis tapi tidak siap untuk mengisikan jawaban apa pun atas pertanyaan-pertanyaan di kertas ujiannya….

MAHRIT
Sudahlah!

RAJA
….atau seorang aktor pada saat pertama kali naik pentas ia lupa akan baris-baris kalimat yang mesti diucapkannya dan ia pun jadi kosong, kosong. Seperti seorang tukan pidato yang dipaksa naik ke podium dan tidak tahu sama sekali kepada siapa pidatonya itu akan diucapkannya. Aku tidak tahu siapa hadirin yang sedang kuhadapi ini. Dan lebih-lebih lagi aku tidak pernah menginginkannya. Aku tidak punya apa-apa untuk kuucapkan kepada mereka. Dalam situasi macam apa aku ini!

PENGAWAL
Sang Raja mencemoohkan situasi negaranya!

MAHRIT
Situasi kebodohan!

JULIET
Ia akan terus-terusan membolos meski pun, seluruh abad-abad yang akan datang diberikan kepadanya.

RAJA
Aku mau mengulang ujian itu

MAHRIT
Ujian itu harus dijalani sekarang juga. Tidak aka nada ijin mengulang kembali

TABIB
Tidak ada lagi yang bisa kau perbuat, Tuanku. Kami juga tidak. Kami hanyalah memraktekan ilmu pengobatan, kami tidak melahirkan sebuah mukjizat

RAJA
Apakah rakyat sudah diberi pengumuman? Sudah kau peringatkan mereka? Aku mau seluruh rakyat mengetahui Raja mereka sedang sekarat!

DENGAN TERGESA-GESA DIA MEMBUKA JENDELA. DENGAN SELURUH SISA TENAGANYA, SEMENTARA PINCANGNYA MAKIN MEMBURUK.

RAJA
Rakyatku! Rakyat tercinta! Aku sedang sekarat! Dengarkan aku! Rajamu sedang sekarat!

MAHRIT (PADA TABIB)
Mereka tidak boleh mendengarnya! Stop teriakan-teriakannya itu!

RAJA
Jangan ganggu aku Raja kalian! Aku mau setiap rakyatku mengetahui aku ini sedang sekarat!

RAJA BERTERIAK-TERIAK, SUARA TADI MEMANTuL JADI GEMA “RAJA KALIAN SEKARAT”

RAJA
Kalian dengar itu?

MARI
Ya, aku dengar. Aku bisa mendengarnya

RAJA
Mereka menjawabku. Tidak akan mustahil mereka akan datang menolongku!

JULIET
Tidak ada seorang pun di sana.

GEMA TERDENGAR LAGI, TAPI BERUPA “TOLONG….”

TABIB
Itu Cuma suara pantulan. Sedikit terlambat datangnya.

MAHRIT
Terlambat seperti biasanya. Seperti halnya segala sesuatu di dalam negeri ini. Tak ada yang berjalan dengan lancer dan cekatan

RAJA (MENINGGALKAN JENDELA)
Tidak mungkin! (KEMBALI KE JENDELA) Aku ngeri! Ini tidak mungkin!

MAHRIT
Dikiranya belum pernah manusia mati sebelum ini

MARI
Tak seorang pun pernah mati sebelumnya

MAHRIT
Ini semua menyakitkan!

JULIET
Dia menangis! Sama seperti orang-orang lainnya

RAJA (MASIH DI JENDELA)
Rakyatku! Kemarilah! Tolong….! Rakyatku! Kemari!

MAHRIT
Apa kau belum merasa cukup, Tuanku!? Itu Cuma buang-buang tenaga percuma!

RAJA (MASIH DI JENDELA)
Siapa diantara kalian yang bersedia menyumbangkan nyawa kepadaku? Siapa, nyawa siapa yang bersedia menjadi nyawaku! Nyawa Raja kalian! Sebuah saja nyawa untuk Raja kalian yang matang dan baik, sebuah saja, sebuah nyawa!

MARI
Biarkanlah dia mencoba segalanya sekali ini

JULIET
Kenapa tak ada lagi seorang pun di negeri ini yang mendengarkannya. Ya, kenapa tidak?

JULIET PERGI KELUAR

MAHRIT
Mata-mata masih berada di lingkungan kita

TABIB
Telinga-telinga musuh dipasang di batas Negara

MAHRIT
Betul-betul memalukan ini! Masa jadi panic macam begini!

TABIB
Tak ada lagi suara-suara pantulan. Suaranya sudah tidak sekeras tadi lagi. Biarkan saja dia berteriak seberapa banyak dia mau. Suaranya tidak akan bisa mencapai jauh dari dinding belakang.

MAHRIT (MELIHAT RAJA SEDANG MERATAP-RATAP)
Ia meratap!

TABIB
Cuma kita yang bisa mendnegar suaranya sekarang. Ia sendiri bahkan tidak lagi bisa mendengar suaranya sendiri.

RAJA BERPUTAR, LALU MELANGKAH SAMPAI AKHIRNYA TIBA DITENGAH-TENGAH PENTAS

RAJA
Aku kedinginan, aku merasakan kengerian yang luar bisaa.

MARI
Seluruh kakinya jadi kejang

TABIB
Rematiknya benar-benar sudah tidak ketulungan (KEPADA MAHRIT) coba diurut barangkali menenangkan yang mulia

JULIET MEMBIARKAN KURSI RODA ITU KOSONG TERLETAK DI PENTAS BAGIAN KIRI, DI DEPAN LALU DIA KELUAR

MAHRIT
Duduk di kursi itu, atau engkau akan terjungkir jatuh.

NYATANYA MEMANG RAJA TERHUYUNG-HUYUNG
RAJA
Aku tidak mau menyerah! Aku mesti berdiri tegak pada kedua kakiku!

JULIET DATANG DENGAN SELIMUT TEBAL

JULIET
Kau akan merasa enakan, Tuanku. Jauh lebih nyaman rasanya nanti jika selimut ini sudah menyelimuti lutu-lututmu apalagi dtambah dengan botol-botol berisi air hangat.

JULIET KELUAR LAGI

RAJA
Tidak. Aku ingin berdiri tegak pada kaki-kakiku. Aku ingin menjerit! Aku ingin menjerit!

RAJA MENJERIT-JERIT

PENGAWAL (MENGUMUMKAN)
Paduka Tuanku Raja sedang menjerit-jerit!

TABIB (KEPADA MAHRIT)
Tidak akan lama. Aku hapal gejala-gejala ini. Ia akan menjadi lelah. Kemudian ia pun akan berhenti dan diam. Dan akhirnya barulah ia akan mendengar kata-kata kita.

JULIET DATANG, DI TANGANNYA SELEMBAR HANDUK KECIL YANG BASAH DAN HANGAT. DITAMBAH BOTOL BERISI AIR HANGAT.

RAJA (PADA JULIET)
Aku tidak menginginkan semua itu

MAHRIT
Duduklah, cepat duduklah!

RAJA
Aku menolak!

RAJA BERUSAHA MENDAKI JENJANG-JENJANG YANG MENUJU SINGGASANANYA. TAPI DIA GAGAL. AKHIRNYA JATUH DAN TAK BERDAYA. DUDUK PADA SINGGASANA RATU DI KANAN.

RAJA
Aku tidak berdaya lagi. Aku hampir jatuh tersungkur.

JULIET YANG SELAMA INI TERUS SAJA MEMBUNTUTI RAJA DENGAN BENDA-BENDA TADI DI TANGANNYA, MELETAKKAN BARANG-BARANG ITU PADA KURSI RODA.

MAHRIT (PADA JULIET)
Ambil tongkat kebesarannya. Terlalu berat

RAJA (PADA JULIET YANG DATANG KEPADANYA SAMBIL DI TANGANNYA MEMBAWA KERUDUNG MALAM UNTUK RAJA)
Aku tidak mau!

JULIET
Ini nilainya sama dengan mahkota, tapi tidak berat

RAJA
Berikan tongkat itu

MAHRIT
Kau tidak akan kuat lagi.

TABIB
Kami akan meletakkan kau pada kursi roda itu dan mendorongnya

RAJA
Aku mau tongkat itu

MARI (PADA JULIET)
Berikan. Ia menginginkan tongkat itu

JULIET MENENGOK PADA MAHRIT MENANTIKAN PERINTAH

MAHRIT
Ya, berikan.

JULIET MEMBERIKAN TONGKAT ITU PADA RAJA

RAJA
Pastilah! Ini bukan kenyataan. Ini mimpi buruk. Pasti!

YANG LAIN TERDIAM TIDAK MENJAWAB

RAJA
Pastilah ada satu diantara sepuluh kemungkinan. Sebuah kemungkinan diantara seribu.

YANG LAIN DIAM, SEMENTARA RAJA TERSEDU-SEDAN. SELANJUTNYA RAJA MENANGIS KERAS-KERAS.

MAHRIT
Kau mesti dengarkan, Tuanku.

RAJA
Aku menolak! Kata-katamu menimbulkan ngeri! Diamlah! (PADA MARI YANG SEDANG MENDEKAT) jangan mendekat! Kau juga mengerikan aku dengan segala kasihanmu itu!

RAJA MENGERANG KEMBALI

MARI
Seperti anak kecil. Ia kembali jadi anak-anak.

MAHRIT
Anak laki-laki yang jelek, janggotan, wajahnya keriput (PADA MARI) kau terlalu memberi hati padanya.

JULIET (PADA MAHRIT)
Yang mulia tidak pernah menempatkan diri pada tempat Raja sekarang ini

RAJA (PADA MARI)
Tidak, bicaralah padaku. Aku Cuma main-main tadi. Bicaralah. Peluklah tubuhku. Berdirilah di sampingku. Tolong. Aku mau berdiri. Aku mau lari!

RAJA AKHIRNYA BERDIRI, TAPI DENGAN KESAKITAN MELANGKAH KE SINGGASANA KECIL LAINNYA YANG TERLETAK DI SEBELAH KIRI.

JULIET
Kedua kakinya hampir-hampir tidak bisa lagi menjalankan fungsinya.

RAJA
Sakit juga kalau tangan ini kugerakkan. Apakah ini artinya segalanya sudah mulai? Tidak. Buat apa aku ini dilahirkan kalau tidak bisa hidup selama-lamanya? Sialan orangtua yang melahirkanku. Lelucon macam apa ini? Dagelan konyol! Aku datang ke dunia 5 menit lalu, kemudian kawin 3 menit yang lalu

MAHRIT
283 tahun!

RAJA
Aku naik tahta dua setengah menit yang lalu

MAHRIT
277 lebih 3 bulan!

RAJA
Tak pernah ku punya waktu sekedar mengucapkan up! Tak punya waktu untuk mengetahui apa ini hidup!

MAHRIT
Tak pernah dicobanya

MARI
Yang lampau itu begitu indahnya, bagaikan bunga-bunga, kini jadi layu. Segalanya berlangsung begitu singkatnya.

MAHRIT (PADA TABIB)
Padahal banyak ahli-ahli yang hebat. Ahli-ahli teologi, rakyat yang berpengalaman, buku, tapi tak diindahkannya sama sekali!

RAJA
Aku tidak pernah memiliki waktu!

MAHRIT
Bisaanya kau mengatakan kau yang memiliki seluruh waktu yang ada ini!

RAJA
Aku tidak pernah. Tidak punya waktu.

JULIET
Kembali lagi dia pada masalah yang satu ini

MAHRIT (PADA TABIB)
Itu-itu juga, tak pernah berubah

TABIB
segala ini memerlihatkan perkembangan-perkembangan maju. Betapa pun dia mengerang dan mengeluh, dia sebenarnya sedang menyelidiki sebab-sebab di balik segala yang ada kini. Dia mengeluh, memrotes, melampiaskan apa saja yang ada di dalam dirinya. Itu artinya dia sedang mulai menyabar-nyabarkan dirinya.

RAJA
Tak pernah aku menyabarkan diriku

TABIB
Nah, dia tidak mau, katanya. Tapi itu tandanya dia sebentar lagi akan mau. Saat ini dia sedang bergulat dengan masalah kesabaran. Jumlah pertanyaan demi pertanyaan makin menumpuk di dalam dirinya, menyoalkan apa itu kesabaran.

MAHRIT
Ya! Itulah akhirnya!

TABIB
Tuanku, engkau telah mengadakan peperangan sebanyak 108 kali. Memimpin bala tentaramu ke dalam 2000 medan pertempuran. Pertama di atas kuda putih yang berhiaskan bulu burung yang merah menyala dan putih bersih. Engkau tidak kenal rasa takut. Lalu kau modernisir angkatan perangmu dan engkau pun berdiri tegak di atas tank, atau bahkan pada sayap kapal terbang yang memimpin formasi penyerangan.

MARI
Seorang pahlawan!

TABIB
Sudahs seringkali kau berada di sisi sang maut, ribuan kali!

RAJA
Ya, berada di sisi, hanya di sisinya saja. itu bukan apa-apa.

MARI
Kau seorang pahlawan. Ingat ini!

MAHRIT
Dengan dibantu oleh tabib pribadimu yang merangkap algojo keRajaan, kau pun memerintahkan pembunuhan-pembunuhan.

RAJA (MEMOTONG)
Hukuman mati!. Bukan pembunuhan!

TABIB (PADA MAHRIT)
Hukuman mati, yang mulia. Bukan pembunuhan. Dan lagi aku Cuma sebuah alat keRajaan. Dan bukan aklgojo keRajaan. Bagiku itu berarti menjadi alat yang terhormat, tugas mulia. Namun begitu, betapa pun yang mulia, aku prihatin atas peristiwa-peristiwa itu. aku merasa rawan.

MAHRIT (PADA RAJA)
Apa!? Kau telah membantai kedua orang tuaku, saudara-saudara kandungmu sendiri, saingan-sainganmu, keponakan kita dan seluruh anggota keluarganya. Kawan-kawan kita dan juga sapi kerbau. Kau telah banjirkan darah dimana-mana, rumah-rumah mereka kau bumi hanguskan.

TABIB
Tuanku memang berpendapat – mereka toh akan mati juga kalau tidak kemarin, tentu besok 

RAJA
Tindakan-tindakanku itu demi Negara!

MAHRIT
Kau juga akan mati

RAJA
Tapi aku ini adalah Negara

JULIET
Betapa buruknya situasi yang ada kini

MARI
Dia adalah undang-undang. Dia bahkan di atas undang-undang!

RAJA
Aku bukanlah undang-undang lagi sekarang

TABIB
Nah, dia menerima kenyataan itu! makin maju!

MAHRIT
Segalanya akan jadi lebih lancer

RAJA MENGERANG

RAJA
Aku tidak di atas undang-undang. Tidak di atas undang-undang

PENGAWAL
Tuanku paduka Raja tidak lagi berada di atas undang-undang

JULIET
Orang tua yang malang, dia tidak lagi berada di atas undang-undang. Ia tidak bedanya lagi dengan kita, boleh disamakan juga dengan kakekku.

MAHRIT
Kalau dia telah bersedia menerima nasibnya yang terakhir, dan pergi untuk selama-lamanya.

RAJA
Pergi untuk selama-lamanya!
Lalu mereka akan tertawa riang, melahap makanan sekuat mereka sambil menari di atas kuburanku. Bagaikan aku ini tidak pernah ada. O, buatlah mereka meratapi diriku dengan kalap, kenangkanlah aku dalam buku-buku sejarah mereka! Buat semua orang memelajari dan jangan lupa menghapalkan sejarah hidupku. Buat merka menghidupi dengan sungguh-sungguh isi buku tentang hidupku itu. ajarkan anak-anak sekolah serta sarjana-sarjana untuk tidak lagi memelajari apa-apa, kecuali tentang diriku, kerjaanku, peristiwa bersejarah itu! ajarkan pada mereka untuk membakar buku-buku yang ada, kecuali buku-buku berisikan tentang diriku, hancurkan semua patung yang ad, lalu pasanglah patung-patung diriku yang berukuran raksasa di setiap taman-taman umum. Jangan lupa potret-potretku di tiap kantor kementrian, disetiap kantor balaikota, termasuk juga kantor-kantor keuangan dan pajak dan semua rumah sakit.

Jadikanlah setiap orang memakai namaku sbagai nama depan mereka dan juga sebagai nama keluarga mereka. Tempatkanlah gambaran wujud diriku pada semua akar-akar suci. Ciptakan nyanyian suci sebagai nyanyian pujian untukku.
Buatlah peraturan yang mewajibkan setiap jendela memasang kaca yang warnanya persis dengan warna mataku, juga lengkungannya mewujudkan lengkungan mataku.
Janganlah mereka menyebut atas nama Tuhan lagi, tapi menyebutlah atas namaku, untuk selama-lamanya. Ajukanlah doa-doa pada diriku, adukanlah untung nasib baik dan nasib buruk mereka pada diriku.

MARI
Mungkinkah kami bisa b erdoa meminta engkau agar kembali lagi pada kami?

RAJA
Mungkin aku akan kembali lagi. Simpanlah jasad tubuhku di dalam sebuah istana negeri berseri. Di atas sebuah singgasana yang agung, dan berikanlah sesajen berupa makanan-makanan kontemporer yang enak-enak. Jangan lupa pemain suling dan gamelan memainkan musiknya yang syahdu untukku. Di samping itu sekelompok perawan-perawan suci bersujud tepat dekat kakiku yang telah dingin.

RAJA KETIKA MENGUCAPKAN PIDATONYA BERDIRI TEGAK

JULIET (PADA MAHRIT)
Ia sudah edan yang mulia

PENGAWAL (MENGUMUMKAN)
Paduka yang mulia Raja kita dalam keadaan sudah edan!

MAHRIT
belum. Masih terlalu banyak kebenaran di dalam ucapan-ucapannya. Terlalu banyak. Itu sbabnya belum cukup.

TABIB (PADA RAJA)
Kalau mmang itu kehendakmu, Tuanku Raja. Kami akan mengawetkan jasadmu dengan balsam, lalu kami simpan baik-baik.

JULIET
Sebisa kami tentu saja

RAJA
Mungkin! Aku tidak mau dibalsem! Aku tidak mau jadi mayat! Aku tidak mau dibakar! Aku tidak mau dikuburkan! Aku tidak mau dijadikan mangsa binatang-binatang buas atau burung nasar! Aku mau merasakan lengan-lengan merangkumku, tangan-tangan hangat, tangan-tangan yang sejuk nyaman, tangan-tangan yang lembut dan tangan-tangan yang cukup kukuh.

JULIET
Ia tidak punya kepastian apa yang diinginkannya

MAHRIT
Kita akan tentukan apa-apa yang boleh menjadi keinginannya (PADA MARI) tenang, jangan pingsan

JULIET MULAI MENANGIS

MAHRIT
Ada lagi! Keduanya sama saja!

RAJA
Kalau aku jadi yang dikenang, berapa lama kenangan itu? jadikanlah mereka mengenangkan aku sampai ujung waktu dan jatuh sesudah itu, 2000 tahun, 255 juta tahun… sampai akhirnya tak ada lagi yang tersisa untuk jadi peengenang orang lain. Tapi mereka sudah akan lupa sebelum saat ini tiba. Mereka akan Cuma memikirkan lingkungan hidup masing-masing yang serba sempit, Cuma memikirkan kesehatan kulit tubuh mereka sendiri-sendiri. tak akan ada lagi yang memikirkanku.

Kalau seluruh dunia sudah tua renta dan rapuh, atau bumi ini akan meleleh jadi cairan. Ya, akan terjadi! Kalau seluruh alam semesta akan meledak! Meledaklah seluruhnya! Semuanya sama saja. terjadinya itu besok atau terjadi pada waktu yang tak terhingga yang akan datang. Akan yang mesti fana, sudah fana sekarang ini.

MAHRIT
Segalanya masuk menjadi kemarin

JULIET
Jangan lupa hari ini juga akan jadi kemarin

TABIB
Yang lewat pun jadi daluarsa

MARI
Rajaku yang tercinta, tidak ada yang lampau, tidak ada masa yang akan datang. Ingatlah itu! ingatlah; hanya ada hari ini. Hari ini yang akan terus berlangsung sampai ke ujungnya di akhir hari. Segalanya adalah kini. Jadilah yang kini.

RAJA
Aku hanya hadir di masa yang lalu.

MARI
Salah!

MAHRIT
tidak salah. Kau benar. Teruskanlah memaklumi segalanya dengan kebenaran-kebenaran yang telah kau peroleh itu.

MARI
Ya, maklumilah segalanya dengan betul, Tuanku. Ada dan tiada Cuma kata-kata belaka. Cuma simbol-simbol untuk fantasi-fantasi kita. Sekali kau mengerti symbol-simbol itu, tak ada yang bisa menyakitimu lagi. Buanglah klise-klise kosong jauh-jauh. Kita ini tdak akan pernah tahu apa itu maknanya ada atau tiada. Kalau kita sangka kita mengetahuinya, maka yang kita hasilkan dan kita kenal sebagai ilmu pengetahuan itu adalah Cuma kebohongan-kebohongan besar belaka. Tegaklah dengan kukuh! Kontrolah dirimu sendiri! jangan kehilangan control, buang jauh-jauh segala yang tidak cocok. Saat ini, kini, engkau ada. Dan karenanya lupakanlah yang liannya. Inilah satu-satunyanya kebenaran, Tuanku, cintaku.

Boleh saja engkau bertanya dan bertanya tak habis-habis, tapi kalau pada akhirnya engkau tidak menemukan jawaban, maka penemuanmu itu adalah jawabannya. Jadi, jawabannya adalah tiada jawaban. Itulah engkau, dirimu dan seluruh kehidupan dirimu sendiri.

Engkau di dalam kehidupan, engkau yang berusaha ingin keluar, bagaikan engkau ini berada di dalam sebuah labirin tak berujung. Menyelamlah terus ke dalam teka-teki yang tak habis-habisnya itu, maka kamu sendiri akhirnya selalu akhirnya aka nada tanpa akhir. Tataplah semua itu, biarkanlah dirimu jadi takjub dan bingung untuk selama-lamanya. Patahkanlah jeruji-jeruji penjara, runtuhkanlah dinding-dindingnya! Lupakanlah berpikir tentang definisi dan engkau pun akan bisa bernapas lega kembali.

TABIB
Dia sedang sesak napasnya

MAHRIT
Ketakutan telah menyempitkan pandangannya.

MARI
Bukakanlah pintu dam agar membanjirlah cahaya kesukariaan dan ketakjuban dan biarkan semua memberikan kebingungan. Rasakanlah getaran-getaran suka cita sampai betul-betul mengisi kelenjar-kelenjar tubuhmu dengan ketakjuban yang memebrikan rasa nikmat luar bisaa. Kalau kau mau, kau bisa, junjunganku.

JULIET
Tentu saja dia mau

MARI (DENGAN SUARA PENUH HARAPAN)
Tidakkah engkau ingat sebuah pagi di bukab Juni di tepi pantai itu, ketika kita bersama-sama, ketika kebahagiaan merangkum dirimu, memebrikan kenikmatan yang tak ada taranya. Kau pun tahu ketika itu apa artinya suka cita kehidupan; kata Raja, tidak pernah berubah, tidak bisa lenyap.

Kalau engkau pernah mengenalnya sekali saja, maka engkau pun bisa dengan mudah merasakannya kembali sekarang ini. Cahaya gemerlapan itu telah menjadi milikmu yang abadi, di dalam dirimu sendiri! sekali engkau telah menangkap itu, maka tidak sulit lagi bagimu untuk menangkapnya kapan saja.
Carilah segalanya itu di dalam dirimu sendiri.

RAJA
Aku tidak mengerti

MARI
Kau tidak bisa mengerti lagi semua ini?

MAHRIT
Ia tidak pernah mengerti tentang hal itu.

MARI
Kontrolah dirimu sendiri!

RAJA
Bagaimana bisa? Tak seorang pun bisa menolongku. Aku sendiri tidak bisa menolong diri sendiri. matahari! Tolonglah aku! Matahari! Usirlah kegelapan dan malam klam! Matahari-matahari, terangilah setiap lorong kuburan, cahayailah setiap lubang, setiap pojok, setiap tempat-tempat sempit ke dalam diriku!

Menyelinaplah masuk ke dalam diriku! Ah! Kakiku malah jadi dingin. Datanglah, hangatkanlah tubuhku, merasuklah sampai ke bawah kulitku dan semburlah mataku. Kembalikanlah cahaya yang memancar dari mataku, biarkanlah aku melihat, melihat, melihat!

Matahari, matahari pernahkah kau merindukan daku? Matahari kecil yang baik, lindungilah diriku. Kalau kau minta korban kecil dariku, ambilah dunia dan jadikanlah sampai kering kerontang. Biarlah semua manusia mati, asal aku tetap hidup selama-lamanya, tak peduli apakah aku Cuma sendiri hidup di gurun yang tak bertepi. Aku bersedia hidup sendiri sunyi dan sepi. Aku akan simpan hidup-hidup di dalam diriku semua kenangan-kenangan tentang orang lain, aku akan merindukan mereka dengan rasa rindu dendam yang dalam. Aku bisa hidup dalam kekosongan, di tanah yang tak berharga, yang luas dan Cuma udara melulu dimana-mana. Rasanya lebih enak merindukan orang lain daripada dirindukan orang lain.

Apalagi, pada akhirnya tak ada lagi orang yang akan merindukan aku. Wahai cahaya hari-hari siang, datanglah dan selamatkanlah diriku.

TABIB (PADA MARI)
Yang dikatakannya cahaya, bukalah cahaya yang kau maksudkan

MAHRIT(MENUNJUK MARI)
Bujukan yang sia-sia. Pengarahannya tidak cocok.

RAJA
Aku mau hidup sepanjang masa dari abad kea bad, meski pun dengan sakit gigi yang selalu kumat tak henti-hentinya.

TABIB
Nah, Tuanku. Apalagi yang dirisaukan?

MAHRIT
Tinggal lagi pidato-pidatonya yang belum habis (PADA MARI DAN JULIET) Dan kedua perempuan cengeng ini. Mereka Cuma menyebabkan dia terbenam lebih dalam ke lumpur, menjebaknya, menawannya dan berusaha membokongnya.

RAJA
Belum cukup itu sedu sedan mereka, belum cukup kadar derita dalam ratap tangis mereka (PADA MAHRIT) biarkanlah mereka makin keras menangis sampai meraung-raung. Melampiaskan duka cita dan kasihan mereka untuk Raja mereka. Raja yang muda belia, Raja yang tua, Raja yang malang.

Sebenarnya aku juga kasihan pada mereka, betapa mereka nanti akan merindukan aku, ditinggalkan sendirian dalam sunyi.

Aku orangnya yang selalu memikirkan orang lain. Kalian semua jadilah diriku, masuklah berdiam di balik diriku. Aku sedang sekarat, kau dengar, aku berusaha menjelaskan padamu, aku sedang sekarat, tapi aku tidak bisa mengekspresikannya secara total, kecuali, kalau saja aku mampu berbicara seperti buku-buku sastra.

MAHRIT
Rupanya ocehannya sejak tadi mengandung ambisi kesastrawanan!

TABIB
Tidak ada yang perlu dicatat. Tidak ada yang baru.

RAJA
Ternyata mereka asing bagiku. Tadinya kukira keluargaku. Aku sekarang betul-betul sangat ketakutan! Rasanya seperti sedang tenggelam, jatuh terpelanting ke dalam kekosongan. Aku tidak pernah eksis! Aku sedang sekarat.

MAHRIT
Nah! Itu baru bernilai sastra!

TABIB
Selamanya begini, tak habis-habisnya, sampai di hari akhir pun, segalanya kita jadikan kesusastraan.

MARI
Kalau saja aku bisa melipur hatinya yang lara!

PENGAWAL (MENGUMUMKAN)
Paduka Tuanku Raja menemukan pelipur lara di dalam kesusastraan!

RAJA
Tidak! Tidak! Aku tahu tak aka nada yang bisa melipur hatiku. Segalanya akan jadi baik. Itu tergantung kepada diriku sendiri seorang. Keusastraan hanya memberikan kehangatan seperti yang diberikan tahi ayam, cuma sebentar, setelah itu lenyap. Aduh… aduh…. Aduh….!
Tolonglah wahai engkau yang ribuan telah mati mendahuluiku! Katakanlah kepadaku bagaimana kau bisa menerima kematian dan lalu mati. Ajarilah aku! Biarlah contoh teladanmu menjadi pelipurku, biarkan aku bersandar padamu. Bagaikan orang pincang mengenakan tongkat dikepit di bawah ketiaknya, seperti juga tangan-tangan para sahabat.
Bimbinglah aku melintasi gerbang yang pernah kau lintasi! Kembalilah dari seberang sana itu, dan tolonglah aku! Bantulah aku, engkau yang pernah merasakan kengerian dan tidak mau menyebrang!
Bagaimanakah rasanya melintasi gerbang itu!? siapa yang membimbingmu, siapa yang menyeretmu, yang mendorongmu!? Apakah engkau masih juga mengidap rasa takut di detik yang terakhir itu?
Dan engkau yang kuat dan berani, yang menerima kematian dengan rela, dengan kehendak pedulian, dengan tenang, ajarkanlah kepadaku keikhlasan dan kesabaran yang kau miliki itu! ajarkanlah kepadaku kepasrahan dan tawakal!

DIALOG-DIALOG BERIKUT INI HENDAKNYA DIUCAPKAN DAN DIKERJAKAN SEPERTI UPACARA RITUAL, DENGAN SERIUS, HAMPIR-HAMPIR SEBUAH KEHIDMATAN YANG MURNI. DIBARENGI DENGAN BEBERAPA GERAKAN PARA AKTOR, BERSUJUD PADA LUTUT, ATAU MERENTANGKAN KEDUA TANGAN DAN SEBAGAINYA.

JULIET
Kau para patung, engkau roh yang gelap atau gemerlapan bercahaya, kuno dan kelam….

MARI
Ajarkan kepadanya kesabaran!

PENGAWAL
Ajarkan kepadanya keikhlasan!

TABIB
Ajarkan kepadanya ketawakalan!

MAHRIT
Jadikanlah dia memaklumi semua ini. Tentramkanlah jiwanya.

RAJA
Engkau yang bunuh diri, ajarkanlah aku bagaimana bisa menjadi mual kepada kehidupan ini!? Ajarkan kepadaku kebosanan! Obat macam apa yang mestinya kuminum?

TABIB
Aku bisa memberikanmu pil penenang, atau pil tidur.

MAHRIT
Dia sudah tidak bisa lagi menelan pil

JULIET
Engkau yang mengisi kenangan….

PENGAWAL
Engkau gambaran hari yang telah lewat…

JULIET
…. Yang tidak ada lagi, tinggal kenangan atas kenangan-kenangan kita

PENGAWAL
Catatan atas catatan-catatan….

MAHRIT
Dia mestinya sudah belajar bagaimana melepaskan sesuatu dan menyerah secara lengkap.

PENGAWAL
…. Kami memanggil engkau.

MARI
Engkau kabut dinihari dan embun pagi….

JULIET
Engkau asap senja hari dan awan petang hari….

MARI
Engkau orang-orang suci, engkau yang bijaksana atau yang bodoh, tolonglah dia! Aku sudah tidak bisa lagi….

JULIET
Tolonglah dia!

RAJA
Engkau yang mati dnegan senang, wajah siapa yang kau lihat dengan jelas pada saat krisi itu, senyuman siapa yang memberikan kau rasa senang dan menyebabkan kau jadi tersenyum? Berkas cahaya apa yang terakhir yang melintasi matamu!?

JULIET
Tolonglah dia, wahai engkau seribu juta orang-orang yang telah mati….

PENGAWAL
Wahai engkau yang maha tiada, tolonglah Raja kami!

RAJA
Ribuan dan jutaan orang mati! Mereka melipat gandakan deritaku. Akulah seluruh rasa nyeri mereka yang sedang menghadapi kematian. Kematianku pun jadi berganda-ganda.

MAHRIT
Hidup adalah tempat pembuangan

RAJA
Aku tahu. Aku tahu.

TABIB
Pendeknya, Tuanku Raja, kau akan kembali ke tempat asalmu.

MARI
Kau akan kembali ke tempat semula dimana kau lahir. Jangan takut, kau tentulah akan berjumpa dengan sesuatu yang sudah kau kenal dengan baik di tempat itu.

RAJA
Aku lebih menyiukai tanah tempat pembuangan. Aku telah melarikan diri dari tempat kelahiranku, aku tidak mau kembali ke sana. Bagaimana rupa tanah asalku itu?

MAHRIT
Coba ingat-ingat

RAJA
Aku tidak melihat apa-apa

MAHRIT
Ingatlah! Pikirkanlah! Pikirlah dengan sungguh-sungguh! Pikir! Cuma dengan pikiran! Ah, kau memang tidak pernah menggunakan otakmu!

RAJA
Tak ada lagi kenangan tentang tanah yang jauh itu

JULIET
Ia tidak bisa mengingat tanah asalnya.

TABIB
Kondisinya sudah tidak bisa mengijinkan. Dia terlalu lemah!

RAJA
Soalnya tidak ada kerinduan sedikit atau sekilas lintas pun!

TABIB
Nyatalah. Betul-betul sulit untuk membuat dia menyelami segalanya itu.

MAHRIT
Ia harus menyelaminya

PENGAWAL (MENGUMUMKAN)
Tuanku Raja tidak pernah belajar ke dalam laut.

JULIET
Sayang dia tidak pernah belajar menyelam

MAHRIT
Itulah yang semestinya harus dia pelajari

RAJA
Dalam berhadapan dengan maut, meski pun dia cuma seekor semut lata, dia akan melawan dan menentangnya! Tiba-tiba saja dia sendirian, terbuang dari kumpulannya. Betul-betul tidak cocok dengan alam kematian ini, karena tidak ada seorang pun yang menyukainya. Aku mau eksis!

JULIET
Itulah satu-satunya yang dikenalnya; dia mau eksis untuk selama-lamanya.

MAHRIT
Tidak akan mudah tapi kita bisa bersabar

TABIB
Kita sudah tahu bagaimana akhirnya nanti

RAJA
Tabib, tabib. Aku sudah di tahap terakhir sekaratku? Tidak! Kau membuat kekeliruan! Belum! Belum! (RAJA MENGELUH, SEMACAM NAPAS YANG RELAKS) Segalanya bahkan belum lagi dimulai. Aku ada. Masih ada. Di sini. Aku masih bisa melihat. Ada dinding dan peralatan di ruang ini. Ada udara untuk pernapasaan. Aku bisa mengetahui siapa-siapa yang menatapku. Aku bisa mendengar suara mereka. Aku masih hidup. Aku bisa berpikir. aku bisa melihat. Aku bisa mendengar. Aku bisa melihat dan mendengar. Bunyikan terompet untukku.

SEJENIS SUARA TEROMPET KEBESARA KERAJAAN TERDENGAR DARI KEJAUHAN. RAJA MELANGKAH

PENGAWAL
Raja kita sedang melangkah! Panjang usia Raja kita!

RAJA TERJATUH

JULIET
Raja terjatuh!

PENGAWAL
Paduka Tuanku Raja jatuh! Tuanku Raja sekarat!

RAJA BANGKIT BERDIRI

MARI
Raja bangkit kembali

PENGAWAL
Paduka Tuanku Raja sudah berdiri! Panjang usia Raja kita!

MARI
Raja sudah berdiri tegak!

PENGAWAL
Panjang usia Raja kita!

RAJA TERJATUH KEMBALI

PENGAWAL
Paduka Tuanku Raja sudah mati!

MARI
Ia bangkit kembali!

RAJA MEMANG BENAR BERDIRI KEMBALI

MARI
Dia masih tetap hidup!

PENGAWAL
Panjang usia Raja kita!

RAJA MENUJU SINGGASANANYA

JULIET
Dia ingin duduk di singgasananya!

MARI
Raja masih memegang kekuasan! Raja kita masih sanggup mengendalikan pucuk pemerintahan keRajaan!

TABIB
Dan sekarang tiba fase edannya!

MARI (PADA RAJA YANG MENCOBA MENCAPAI SINGGASANANYA DENGAN LANGKAH TERHUYUNG-HUYUNG)
Jangan jatuh! Capailah! (PADA JULIET) biarkan dia sendirian! Dia bisa melakukannya sendiri!

RAJA TIDAK BERHASIL MENCAPAI SINGGASANANYA

RAJA
Tapi aku masih memiliki kedua kakiku

MARI
Coba terus!

MAHRIT
Kita hanya punya sisa waktu 32 menit lebih 30 detik.

RAJA
Aku masih sanggup berdiri

TABIB (PADA MAHRIT)
Ini adalah kemampuannya bergerak sebelum yang terakhir.

RAJA JATUH DIKURSI RODA YANG TEPAT PADA SAAT ITU DIDORONGKAN OLEH JULIET. RAJA DITUTUPI DENGAN SELIMUT, DIBERINYA BOTOL BERISIKAN AIR HANGAT


RAJA (INI DIUCAPKAN SELAMA KESIBUKAN DI ATAS TADI)
Aku masih bisa berdiri

MARI
kau kehabisan napas. Kau sangat lelah. Istirahatlah, nanti kau akan bisa berdiri tegak kembali.

MAHRIT (PADA MARI)
Jangan bohong. Itu tidak akan menolong

RAJA (DI ATAS KURSI RODANYA)
Aku pernah menyukai gamelan memainkan jiro, tak akan pernah lagi kudengar musik abadi itu.

MAHRIT
Engkau akan melupakan itu

RAJA (PADA JULIET)
Apakah engkau sudah menambal celanaku yang robek? Atau kau pikir itu tidak perlu lagi? Ada sebuah lubang di pantat celananku. Sudah kau tambal? Dan pada piyamaku, kancingnya yang hilang sudah kau ganti? Sudah kau solkan sepatuku?

JULIET
Aku sudah tidak pernah memikirkan semua itu lagi

RAJA
Kau tidak pernah lagi? Jadi apa yang kau pikirkan? Bicaralah! Apa yang dikerjakan suamimu? Ceritakanlah bagaimana kau hidup sehari-hari. Macam apa hidup yang kau jalani selama ini?

JULIET
Hidup yang tidak enak, Tuanku.

RAJA
Hidup tidak bisa tidak enak. Hidup dan tidak enak adalah dua istilah yang saling bertentangan

JULIET
Hidup tidaklah begitu indah

RAJA
Hidup adalah hidup

JULIET
Waktu aku bangun di musin dingin, hari masih gelap. Apakah engkau tidak suka dingin?

RAJA
Begitu juga aku. Tapi dinginnya yang tidak sama. Apakah kau tidak suka dingin?

JULIET
Waktu aku bangun di musim panas, fajar baru saja akan mulai. Secercah cahaya yang pucat!

RAJA
Ya, betul. Banyak yang tidak sempat kuperhatikan. Tak pernah kukenal sesuatu secara detail. Aku tidak bisa begitu saja pergi ke tempat yang kuinginkan, yang bisa dikunjungi manusia-manusia bisaa. Kalau saja bisa, hidupku mestinya betul-betul padat.

JULIET
Di kamar saja tidak ada jendela

RAJA (TERCENGANG)
Tidak ada jendela? Kalau kau akan mencari cahaya, kau mesti keluar dulu. Nah, ketika kau temukan cahaya itu, kau pun bisa tersenyum.
Untuk keluar dari kamarmu, kau pertama-tama memutar kunci pintu, lalu membukanya, kemudian kau tutup kembali dan kau kunci untuk kedua kalinya. Omong-omong dimana kau tinggal?

JULIET
Di loteng

RAJA
Untuk turun ke bawah pada waktu dini hari kau melewati jenjang-jenajng tangga, dari satu anak tangga ke anak tangga yang lainnya di sebelah bawah dan begitulah seterusnya. Kalau kau mengenakan pakaianmu, pertama-tama kau kenakan stoking lalu sepatumu.

JULIET
Tumit saja keduanya telah rusak

RAJA
Dan selembar baju! Luar bisaa!

JULIET
Baju murahan. Baju yang telah lapuk, Tuanku.

RAJA
Ah, kau tidak tahu apa yang kukatakan, Juliet. Betapa indahnya baju yang sudah lapuk itu!

JULIET
Sekali aku menderita sakit di mulutku, dicabutnya gigiku sebuah

RAJA
Kau rasakan sakit yang nyeri yang amat sangat. Tapi kemudian makin hilang sedikit demi sedikit, sampai akhirnya betul-betul lenyap tak terasakan lagi. Wahai, berapa entangnya perasaanmu setelah segalanya itu lenyap. Maka kau pun menerima sebuah kebahagiaan yang besar!

JULIET
Saya betul-betul capek. Capek. Capek. Capek.

RAJA
Oleh karena itu kau pun beristirahat. Itu enak!

JULIET
Tak ada waktu beristirahat

RAJA
Tak apa. Masih ada harapan untukmu. Sekali waktu nanti kau akan punya. Nah, kau pergi keluar sambil menenteng keranjang untuk berbelanja. Selamat pagi kau ucapkan pada pedagang-pedagang yang kau jumpai.

JULIET
Wah, pedagang itu betul-betul besar! Gendut sekali! Jelek sekali! Sampai-sampai burung bisa ketakutan dan tidak mau mendekat!

RAJA
Luar bisaa! Kau keluarkan dompetmu, kau bayar. Akhirnya kau mendapatkan uang kembalian. Pasar! Tempat yang penuh dengan komposisi warna-warna! Hijau sayur mayur merahnya tomat, kuning emas jeruk bali, buah terong yang lemabyung! Dan banyak lagi warna-warna lainnya, warna-warna yang ada pada bianglala! Luarbisaa! Seperti sebuah dongeng saja!

JULIET
Akhirnya aku pulang lewat jalan yang sama

RAJA
Kau melangkah di atas sebuah jalan dua kali sehari! Langit biru di atas kepalanya, kau bisa melihatnya dua kali sehari. Kau menghisap udara. Apakah engkau pernah meyadari kau ini bernapas? Mestinya kau pikirkan hal ini. Jangan lupa. Tapi rupanya hal itu tak pernah melintass dalam pikiranmu. Betul-betul mukjizat.

JULIET
Aku lupa mencuci piring-piring yang dipergunakan malam sebelumnya. Kotor dengan lemak. Setelah itu aku masih harus memasak makanan di dapur.

RAJA
Mengasyikan sekali!

JULIET
Salah. Itu membosankan. Memualkan! Bikin muntah!

RAJA
Membosankan? Memang rupanya ada orang-orang yang tidak bisa dimengerti. Indah memang jika kita bisa menjadi bosa terhadap semua itu, tapi juga adalah indah untuk bisa tidak bosan. Atau menjadi marah sejadi-jadinya, disamping juga bisa menjadi tidak marah sama sekali. Menjadi tidak senang, menjadi senang. Menyerah atau tidak menyerah. Semuanya itu menjadikan kita bersemangat untuk berbicara. Sementara orang lain akan menjawab kita, atau kita menyentuh mereka kemudian kita pun disentuh kembali oleh mereka.
Ajaib sekali semua itu! bagaikan sebuah upacara yang tak akan punya akhir.

TABIB (PADA MAHRIT)
Butir-butir keringatnya panik keluar lewat lubang pori-pori kulitnya

TABIB MENGADAKAN PEMERIKSAAN ATAS DIRI RAJA, SEMENTARA ITU MARI BERSUJUD UNTUK SEJENAK. DIA MENUTUP MUKANYA DENGAN KEDUA TANGANNYA.

TABIB
Temperaturnya sudah menurun. Tapi tidak ada bekas-bekas kngerian. Bulu-bulu badannya jadi berdiri semua, sekarang sudah tertidur. Ia belum bisaa menderita kengerian hidup. O! sekarang kita bisa melihat ketakutan sedang berada di dalam dirinya. Itulah sebabnya dia menutup kedua matanya. Tapi dia akan kembali lagi, dia tidak berani melakukannya lama-lama, dia merasakan tekanan ketakutan lain dalam jiwanya. Lihatlah! Betapa kerut-kerut ketuaannya menggoresi permukaan wajahnya.
Ya, segalanya berjalan dengan normal
Cuma segalanya itu tadi masih mungkin bisa kembali lagi padanya. Ya, tidak cepat memang. Dan tidak akan terjadi kekejangan-kekejangan itu. semuanya sudah betul-betul mengurang. Takut masih dideritanya, memang, tapi ini adalah takut yang murni sekali, tanpa komplikasi yang berasal dari perut. Kita tidak bisa mengharapkan matinya Tuanku Raja.
Maut yang akan menyebabkan kematiannya nanti bukanlah ketakutan. Kita sudah tahu it. Namun demikian, yang mulias, betapa pun kita mau tidak mau mestilah membimbingnya selalu, dia betul-betul memerlukan bimbingan kita sampai detiknya yang terakhir.

MAHRIT
Ya, hasrat hidup yang ada di dalam dirinya mesti kita paksa keluar! Semua simpul mesti kita uraikan, jangan bisaakan jiwanya kusut masai. Kita mesti membuang gabah-gabah yang melekat pada kemurnian dirinya

TABIB
Tidak mungkin

RAJA
Aku sekarat

TABIB
Dia meengganti sudut pandangnya. Kedudukannya sudah berubah

MARI
Jika engkau memang mau melihatnya dari kedua belah pihak, Tuanku. Kau juga mesti melihat dari sudut pandangku

RAJA
Aku sekarat. Aku tidak bisa. Aku sekarat.

MARI
Pengaruhku sudah tidak berdaya lagi

MAHRIT (PADA MARI)
Kemolekanmu tidak ada artinya lag bagi Tuanku Raja

PENGAWAL (MENGUMUMKAN)
Kemolekan ratu Mari tidak lagi berdaya memengaruhi Tuanku Raja!

RAJA (SAMBIL TETAP DIDORONG BERKELILING)
Dan itu singgasana

MARI
Kau masih ingat padaku? Ini, di sini!

RAJA
Aku di sini. Aku ada.

JULIET
Beliau tidak ingat lagi apa itu kuda

RAJA
Aku teringat pada kucing kecil yang belang-belang warnanya!

MARI
Ia ingat kucing itu!

RAJA
Aku ingat memiliki seekor kucing kecil, bulunya belang-belang. Namanya si petualan. Kutemukan ia di sebelah lapangan, kucuri dari induknya, betul-betul asli kucing liar. Ia berusia dua minggu, atau lebih sedikit, tapi sudah bisa menerkam dengan pintar dan juga menggigit. Dia mahluk kecil menakutkan!
Kuberi dia makan, kuusap-usap dan kubawa pulang ke istanaku. Akhirnya dia menjadi kucing yang paling jinak.

Sekali petualang kita itu masuk ke dalam lobang tangan baju nyonya yang menjadi tamu Negara. Si belang itu betul-betul mahluk yang paling sopan, kesopanan yang dibuat-buat, seperti umumnya dimiliki seorang pangeran.
Kalau dia pulang malam, ia bisaanya datang menyambut kedatangan kita dengan mata yang sudah ngantuk. Setelah itu dia kembali lagi ke dalam kotak-kotak rumahannya yang khusus kita buatkan untuknya.

Di waktu pagi hari dia selalu membangunkan kita, melompat ke atas tempat tidur kita. Sekali kita tutup pintu kamar tidur. Pagi harinya ia berusaha dengan keras membukanya, mendorong dengan pantatnya yang kecil, betul-betul naik marahnya dan membuat suara-suara keributan.
Dia takut suara sapu, sedikit pengecut memang. Dia tidak suka atau pandai berkelahi, seperti penyair saja.

Sekali kami beli sebuah boneka tikus-tikusn. Dia mendekatinya, lalu dengan gugup diciuminya. Setelah kami putar tombol tikus-tikusan itu, lalu melepaskannya bergerak, kucing belang itu menyeringai, lalu melarikan diri, bersembunyi di bawah lemari.
Ketika sudah dewasa, pacarnya yang memanggil-manggil dia berkeliling di luar rumah telah menyebabkan dia ketakutan, tidak berani berkutik sama sekali!

RAJA MENCERITAKAN SEMUANYA DENGAN ASYIK SENDIRI

Kami mencoba memerkenalkan dia dengan dunia luar. Kita letakkan dia di pinggir jalan, dekat jendela. Dia jadi ketakutan karena burung-burung dara berjingkat-jingkat di sekelilingnya.

Itulah dia! Menempel pada tembok dan mengeong menangis kepadaku minta pertolongan. Baginya binatang-binatang lain, atau kucing-kucing lain adalah mahluk-mahluk asing yang tidak dipercayainya. Atau musuh yang menakutkannya. Dia hanya senang jika bersama-sama kita manusia. Kitalah familinya. Tidak pernah dia takut pada manusia, dan melompat enak saja ke pundak siapa saja tanpa minta izin, lalu menjilati rambutnya.
Mungkin dia pikir kita itu adalah kucing, sedang kucing-kucing baginya adalah entah apa, sesuatu yang lain yang bukan kucing!

Suatu hari yang cerah, dia keluar rumah, atas kehendaknya sendiri. anjing besar milik tetangga hari itu membunuhnya! Itulah dia; seperti boneka kucing-kucingan, tersentak-sentak melangkah bagaikan langkah-langkah maryonet, sedang sebuah matanya telah hilang, berlumur darah, sebuah kakinya ternyata juga putus, berlumuran darah, persis sebuah boneka yang dirusakan oleh anak kecil yang sadis!

MARI (PADA MAHRIT)
Mestinya pintu ditutup, sudah kuperingatkan kau!

MAHRIT
Aku benci pada binatang yang sentimental dan pengecut itu!

RAJA
Betapa aku merindukannya. Ia betul-betul baik, bijaksana dan indah sekali! Semua yang baik ada padanya! Ia meninggalkanku. Meninggalkanku. Kucingku yang malang. Satu-satunya. Yang kusayangi.

BARIS-BARIS TENTANG KUCING DI ATAS HENDAKLAH DIUCAPKAN DENGAN SESEDIKIT PERASAAN SEDAPAT MUNGKIN, DISAMPING ITU RAJA LEBIH MEMBERIKAN KESAN MELAMUN DAN SEDIKIT BINGUNG, KECUALI TENTU SAJA PADA BARI “YANG TERAKHIR NANTI TAMPAK ADANYA RASA SEDIH TEREKSPRESIKAN”

TABIB
Tahap-tahapnya berkembang lambat!

MAHRIT
Ya. Acara mengijinkan untuk diulur. Penguluran waktu juga termasuk hal yang telah diduga. sudah tahu itu.

RAJA
Aku bermimpi tentang dia… dia terbaring di atas balik kayu pediangan yang terbakar, di atas arang yang makin menyala, dan kucing itu tidak terbakar. Kukatakan padanya; kucing tidak bisa terbakar, kucing anti apa. Kucing itu kemudian mengeong keluar dari pediangan yang menyala itu melintas asap tebal. Tapi yang keluar bukanlah dia lagi.
Betapa berubah bentuknya! Kucing lain yang gemuk, tampak bodoh sekali! Induk kucing yang amat besarKita, liar seperti induknya dulu, dan agak mirip dengan Mahrit

UNTUK SEBENTAR JULIET MENINGGALKAN RAJA SENDIRI DI KURSI RODANYA, TERLETAK DI BAGIAN TENGAH DOWNSTAGE, MENGHADAP PENONTON.

JULIET
Sayang sekali. Betul-betul sayang. Dia sebenarnya Raja kita yang baik budi.

TABIB
Tapi tidak gampang meladeninya, sebenarnya dia jahat, pembalas dendam, kejang.

MAHRIT
Gila pujian!

JULIET
Ada yang lebih buruk dari dia

MARI
Ia baik hati, ia lemah lembut.

PENGAWAL
Kita agak menyukai beliau

TABIB (PADA PENGAWAL DAN JULIET)
Tapi kalian masih mengeluh saja padanya

JULIET
Sudah kami lupakan


TABIB
Sudah berapa kali aku terpaksa datang padamu, untuk membujuk kau agar bersabar

MAHRIT
Tuanku Raja hanya mendengarkan kata-kata Mari

TABIB
Tuanku Raja memang keras dan disiplin. Tapi tidak adil.

JULIET
Kita hanya mengenalnya sebagian-sebagian. Memang benar kita semua selalu berdekatan dengannya.

PENGAWAL
Dulu dia kuat. Betul-betul dia pernah memotong beberapa leher

JULIET
Hanya beberapa. Tidak banyak

PENGAWAL
Itu semua demi kebaikan masyarakat juga

JULIET
Kalau pun dia berhasil melepaskan diri, paling sedikit sepatunya tertinggal juga

MARI
Pegang erat-erat diriku. Aku juga memelukmu erat-erat. Tataplah aku, aku juga menatapmu!

MAHRIT (PADA RAJA)
Dia sedang mengacau. Lupakanlah dia. Kau akan jadi enakan nanti

TABIB
Menyerahlah. Tuanku. Turun tahta, Tuanku.

JULIET
Sebaiknya Tuanku turun tahta. Kalau Tuan pikir itu harus.

JULIET BERPUTAR MENDORONGNYA BERKELILING, LALU BERHENTI DI DEPAN MARI

RAJA
Aku bisa mendengar, aku bisa melihat, tapi siapakah engkau? Ibuku? Saudaraku? Istriku? Putriku? Keponakanku? Sepupuku?. Aku tahu…engkau….aku tahu engkau…. Aku yakin aku tahu engkau.

JULIET BERPUTAR MENDORONGNYA KE DEKAT MAHRIT

MAHRIT
Engkau perempuan, engkau penuh kebencian, engkau perempuan laknat! Kenapa engkau masih tetap bersamaku? Kenapa kau selalu mengawasiku? Pergilah! Pergi!

MARI
Jangan lihar dia. Berpalinglah tataplah aku saja, tatap dengan mata terbuka lebar-lebar. Harapan! Ia di sini, ada padaku. Ingat-ingatlah siapa dirimu, Tuanku! Aku Mari!

RAJA
Mari?

MARI
Engkau tidak ingat lagi. Tapi tataplah aku terus dengan cermat. Belajarlah mulai sekarang. Mari itu aku. Tataplah lurus-lurus ke dalam mataku, perhatikan baik-baik wajahku, rambutku, lenganku. Cobalah dengan keras.

MAHRIT
Kau Cuma mengacaukan. Sekarang tidak ada waktu lagi untuk memulai belajar

MARI
Meski pun aku tidak akan bisa menahanmu tetap hidup, paling sedikit berpalinglah kepadaku dan tataplah aku. Aku disini. Simpanlah gambaran wujud diriku ini di dalam lubuk hatimu dan bawah gambaran itu pergi nanti bersamamu.

MAHRIT
Dia tidak mampu untuk itu. sudah terlalu berat rasanya. Rohnya yang sekarang ini tidak kuat lagi untuk menduku roh lainnya. Beban selalu kau berikan padanya, padahal dia sendiri sudah terlalu lemah, sampai-sampai jatuh terjerembab karena menahan rohnya sendiri. rohnya akan penuh luka-luka berdarah sampai matinya nanti. Sudah berat sekali baginya untuk bergerak sekarang ini. Perjalananya ini betul-betul tidak boleh dibebani apa-apa (KEPADA RAJA) buanglah jauh-jauh semua beban, entengkanlah dirimu!

TABIB
Sudah saat memang beban mesti ditanggalkan. Ringankanlah, Tuanku.

RAJA BERDIRI, TAPI GERAKANNYA SUDAH LAIN. GESTUR-GESTURNYA SEPERTI BONEKA. SEPERTI ORANG YANG TIDUR BERJALAN. MAKINLAMA MAKIN JELAS JENIS GETURNYA ITU, DEMIKIANLAH.

RAJA
Mari!?

MAHRIT (PADA MARI)
Jelas namamu tidak lagi jelas baginya

RAJA
Mari!?

WAKTU KATA “MARI” ITU DIUCAPKANNYA DENGAN KEDUA TANGANNYA MERENTANG. TAPI CUMA SEJENAK, SEBAB KEMUDIAN KEDUA TANGAN ITU TERJATUH TERKULAI PADA PUNDAKNYA.

MARI
Dia menyebut namaku

TABIB
Diucapkan memang, tapi tanpa isi

MAHRIT
Seperti burung beo. Kata-katanya sudah mati

RAJA (PADA MAHRIT)
Tak kukenal kau. Tak kucintai kau

JULIET
Ia kenal makna kata tidak kenal

MAHRIT
Ia akan mula perjalanannya yang terakhir ini dengan mematrikan gambaran diriku di dalamnya. Itu tidak akan menjadi beban baginya. Tapi kalau sampai waktunya nanti, gambaran diriku itu akan hilang juga dari dalam dirinya. Semua itu akan jelas lewat control jarak jauh (PADA RAJA) tatplah diriku terus

MARI
Ia sudah tidak bisa melihat lagi

MAHRIT
Benar. Tidak lagi bisa melihat engkau

MARI LENYAP

RAJA
Masih ada…. Ada….

MAHRIT
Tak bisa lagi melihat yang ada

JULIET
Ia tak bisa melihat lagi

TABIB (MEMERIKSA RAJA)
Ya betul. Dia tidak punya daya ingat lagi

TABIB MENGGERAK-GERAKAN JARINYA DI DEPAN MATA RAJA. ATAU MUNGKIN SEBATANG LILIN MENYALA, ATAU SEBATANG KOREK API MENYALA. ATAU SEBATANG ROKOK MENYALA, DIGERAK-GERAKAN DI DEPAN MATA. MATA RAJA KOSONG MELONGPONG.

JULIET
Tidak bisa melihat lagi. Tabib telah mengeluarkan pernyataan


PENGAWAL
Yang mulia Tuanku Raja Barangze dengan resmi dinyatakan buta kedua matanya

MAHRIT
Penglihatannya makin terang jika diarahkan ke dalam dirinya sendiri

RAJA
Aku bisa melihat benda-benda dan wajah-wajah dan kota-kota dan hutan-hutan. Aku bisa melihat ruang. Aku bisa melihat waktu.

MAHRIT
Teruslah capai yang lebih dalam lagi!

RAJA
Tidak bisa lagi

JULIET
Cakrawalanya menciut jadi sempit, menghalangi pendangannya.

MAHRIT
Tempatkan matamu dibalik apa yang tampak. Di balik jalan Raja melintasi gunung-gunung, jauh di balik hutan belantara, di daerah yang belum pernah kau jelajahi sebelum ini

RAJA
Lautan samudera! Aku tidak berani melangkah lebih jauh lagi. Aku tidak bisa berenang

TABIB
Tidak cukup latihan-latihannya. Itulah soalnya.

MAHRIT
Tapi itu Cuma permukaan belaka. Menukiklah jauh lebih dalam lagi!

RAJA
Ada kaca cermin di dalam ususku, memantulkan segala yang ada, ya aku bisa melihat hal-hal lebih banyak lagi. Aku bisa melihat dunia-dunia, aku bisa lebih jauh lagi ke dalam!

MAHRIT
Lihatlah pula ke balik pantulan sesuatu itu!

RAJA
Aku melihat diriku sendiri. di balik segalanya ada aku. Yang lain kini jadi tiada. Akulah bumi ini. Akulah langit. Aku angin, aku api. Apakah aku ini berada dalam setiap cermin? Ataukah aku ini cermin itu seendiri dan memantulkan segala sesuatunya?

JULIET
Dia mencintai dirinya. Dengan cinta yang besar sekali!

TABIB
Penyakit jiwa yang tak asing lagi: narcisme!

MAHRIT
Datanglah mendekat

RAJA
Tak ada jalan walau sebuah

JULIET
Ia masih bisa mendengar. Ia memalingkan wajahnya ketika berbicara. Ia mencoba mendengarkannya. Ia menggapaikan tangannya, dan lihat sebuah lagi tangannya yang lain!

PENGAWAL
Apa yang digapainya?

JULIET
Suatu pegangan

UNTUK BEBERAPA SAAT RAJA MELANGKAH MAJU, BAGAIKAN ORANG BUTA, LANGKAHNYA GOYAH SEKALI

RAJA
Di mana dinding? Dimana tangan? Dimana pintu? Di mana jendela?

JULIET
Dinding ada di sini, Tuanku. Kami semua masih di sini. Marilah, ini tangan untukmu

JULIET MENOLONG RAJA MELANGKAH DAN MENDAPATKAN DINDING ITU

RAJA
Ya. Dinding, ke sini. Tongkat kebesaranku!

JULIET MEMBERIKAN YANG DIMINTA RAJA

JULIET
Ini

RAJA
Pengawal! Di mana engkau? Jawab aku!

PENGAWAL
Saya masih tetap abdi Tuanku. Abdi yang patuh taas

RAJA BEBERAPA LANGKAH MENUJU PENGAWAL, RAJA MENYENTUH PENGAWAL

PENGAWAL
Ya. Ya. Saya di sini. Ya, ya. Saya di sini.

JULIET
Tempatmu lewat sebelah sini, Tuanku

PENGAWAL
Kami bersumpah tidak akan meninggalkan Tuanku

PENGAWAL LENYAP TIBA-TIBA

JULIET
Kami ada di sini. Di sebelahmu. Bersamamu

JULIET TIBA-TIBA LENYAP

RAJA
Pengawal! Juliet! Jawablah aku! Aku tidak mendengar suaramu. Tabib! Tabib! Akapah aku tuli!?

TABIB
Belum Tuanku

RAJA
Tabib!

TABIB
Maafkan saya, Tuanku. Saya minta diri

TABIB PUN PERGI SAMBIL MEMBUNGKUK BERKALI-KALI SEPERTI MARYONET KELUAR LEWAT PINTU SEBELAH KANAN DI UPSTAGE. PERGINYA ITU TADI DENGAN JALAN MUNDUR, SAMBIL TERUS MINTA MAAF.

RAJA
Suaranya makin sayup. Suara langkahnya makin tak terdengar. Tabib telah pergi.

MAHRIT
Ia seorang tabib. Kesibukan pekerjaannya menantinya dib alai pengobata

RAJA (MERENTANGKAN KEDUA TANGANNYA SEBELUM JULIET SETENGAH PERGI TADI, KURSI RODA TELAH DILETAKKAN DI DALAH SATU SUDUT DI SATU SISI SEHINGGA TIDAK MENGGANGGU)
Kemana perginya yang lain?

RAJA SAMPAI DI PINTU SEBELAH KANAN DI DOWNSTAGE, LALU DIA MELANGKAH KE PINTU SEBELAH KIRI DI DOWNSTAGE.

RAJA
Mereka pergi semua. Aku dikunci di dalam

MAHRIT
Mereka Cuma mengganggu saja kerjanya. Mereka selalu menghalangi langkah-langkahmu. Memberati langkah-langkahmu. Jadi bebanmu, harus kau akui kenyataan ini.

RAJA MELANGKAH DENGAN SEDIKIT GAMPANGAN DIBANDING SEBELUMNYA

RAJA
Aku butuh banTuan-banTuan mereka

MAHRIT
Aku pengganti mereka semua. Aku siap meladenimu

RAJA
tak kuinginkan mereka meninggalkan aku. Panggil mereka kembali!

MAHRIT
Mereka tak ada hubungannya denganmu. Ini sesuai dengan keinginanmu

RAJA
Itu bukan keinginanku

MAHRIT
Tak mungkin mereka bisa pergi tanpa kau inginkan mereka pergi. keputusan yang telah kau ambil tak akan bisa berubah. Kau telah mengusir mereka semua

RAJA
Bawa mereka kembali!

MAHRIT
Bahkan nama-nama mereka kau sudah lupa. Siapa-siapa mereka? Coba!

RAJA TIDAK BISA MENJAWAB

MAHRIT
Berapa jumlah mereka?

RAJA
Mereka? Siapa? ….. Aku tidak mau dikunci di sini. Buka semua pintu

MAHRIT
Sabarlah sedikit. Sebentar lagi semua pintu akan terbuka lebar-lebar.

RAJA (SETELAH SEPI SEJENAK)
Pintu-pintu….pintu-pintu…..pintu apa?

MAHRIT
Pernahkah ada pintu? Pernahkah ada sebuah dunia? Pernahkah engkau hidup?

RAJA
Ya, aku hidup

MAHRIT
Diamlah. Gerak hanya akan menyebabkan engkau capek.

RAJA MELAKSANAKAN APA YANG DIKATAKAN MAHRIT

RAJA
Aku adalah…. Suara-suara, gema-gema datangnya dari kejauhan yang amat jauh makin sayup dan makin sayup, lalu lenyap. Aku tuli

MAHRIT
Kau masih bisa mendnegarku. Malah jauh lebih baik sekarang

RAJA TERDIAM TAK BERGERAK, TANPA KATA_KATA

MAHRIT
Sekali waktu engkau bermimpi. Engkau percaya kepada mimpi itu. di waktu pagi kalau membuka mata kedua buah dunia itu masih ebrbaur jadi satu. Dunia mimpi dan dunia nyata. Kau asyik sekali mengingatnya kembali. Kau ingin menguasai mimpi itu terus. Tapi wajah-wajah malam dikaburkan oleh cahaya. Semuanya pergi menyelinap lewat sela-sela jarimu tanganmu, dan kenyataan siang hari dengan ganas mengusir kenyataan yang ada di dunia mimpi itu. apakah yang ada dalam dunia mimpiku itu, tanyaka kepada dirimu sendiri. apa yang terjadi?

RAJA
Aku tidak tahu apa yang ada di dalam mimpiku itu. tapi aku tahu betul aku menjadi bagian dari mimpiku itu. aku berada di dalamnya. Aku tahu betul aku ada di sana. Apa lainnya lagi yang berada di dalam dunia itu. apa?

MAHRIT
Masih ada rupanya mengikat engkau. Aku belum melepaskan simpul-simpulnya, belum kupotong, masih ada tangan-tangan yang menahanmu.

BERKELILING DI SEKITAR MAHRIT, SEAKAN-AKAN MEMEGANG GUNTING DI TANGANNYA, MAHRIT MENGGUNTING UDARA DI SEKITAR

RAJA
Aku…aku…aku

MAHRIT
Engkau yang ini bukanlah yang sejati. Engkau yang ini adalah kumpulan tak karuan dari macam-macam benda yang mengerikan. Benda-benda yang hidup parasit pada dirimu. Pohon benalu yang menempel pada pohon bukanlah pohon. Pohon sirih-sirihan yang menempel pada tembok bukanlah tembok. Kau terbungkuk-bungkuk karena berat beban para parasit ini. Itulah sebabnya engkau tampak tua renta. Rantai besi yang mengikat kaki-kakimu menyebabkan kau sukar melangkah.

MAHRIT BERJONKOK, LALU MELEPASKAN RANTAI-RANTAI IMAJINER ITU DARI KAKI RAJA. DAN KETIKA BANGKIT SEAKAN-AKAN MENGANGKAT SESUATU YANG BERAT

MAHRIT
Berat satu ton, paling sedikit satu ton

MAHRIT SEAKAN-AKAN MELEPASKAN RANTAI BERAT ITU, KE ARAH PENONTON. KEMUDIAN DIA BERDIRI TEGAK DENGAN RINGAN

MAHRIT
Sekarang enakan. Bagaimana mungkin kau menyertnya sepanjang hidupmu

RAJA MENCOBA TEGAK

MAHRIT
Aku heran dan selalu bertanya-tanya kenapa punggungmu bungkuk? Jelas sekaran; itu karena karung-karung yang kau pikul!

MAHRIT MENGAMBIL KARUNG IMAJINER ITU DARI PUNGGUNG RAJA

MAHRIT
Dan ranselmu yang berat itu

MAHRIT MENGAMBIL RANSEL IMAJINER ITU DARI PUNDAK RAJA

MAHRIT
Dan sepatu boot itu, sepatu cadangan itu!

RAJA (SEDIKIT MENGGERUNDEL)
Jangan!

MAHRIT
Jangan gusar. Tenanglah. Kau toh tidak butuh sepatu ekstra lagi. Atau senjata itu dan senapan mesin itu.

MAHRIT MENGAMBIL BARANG-BARANG IMAJINER ITU DARI RAJA

MAHRIT
Atau kotak yang pnuh peralatan segala macam itu

MAHRIT MENGAMBIL BARANG-BARANG IMAJINER ITU DARI RAJA. RAJA TETAP MEMROTES

MAHRIT
Biarkan semuanya kusimpan. Jadilah anak manis

MAHRIT MENEPUK-NEPUK TANGAN RAJA

MAHRIT
Kau tidak membutuhkan perlindungan diri lagi. Tak ada yang bermaksud menyakitimu. Semua duri-duri yang ada pada jubahmu itu, semua pohon sirih-sirihan itu, lumut dan daun-daun basah yang melekat di dirimu itu. betapa semuanya ini ketat mencengkram dirimu. Tapi aku akan menguncinya satu demi satu dan membuangnya jauh dari dirimu. Lihat, betapa kotor bekas yang ditinggalkannya.

MAHRIT MELAKUKAN APA-APA YANG DIKATAKANNYA ITU, DALAM ARTI IMAJINER TENTU SAJA

MAHRIT
Yang mimpi telah terjaga dari mimpinya. Nah, inilah engkau! Aku telah membungkam hal-hal kecil yang selama ini menimbulkan rasa kuatir di dalam dirimu. Sekarang jubahmu tampak lebih indah, lebih bersih.
Kau pun tampak lebih baikan sekarang. Nah, melangkahlah sedikit. Berikan tanganmu, berikan padaku tanganmu. Jangan takut-takut lagi. Pasrahkanlah dirimu. Aku jaga kau. Kau tidak berani!

RAJA (SEDIKIT GAGAP)
Aku

MAHRIT
O! ia membayangkan ia adalah segalanya! Dikiranya kehadiran dirinya adalah segala sesuatu. Aku harus membuang pikiran macam itu keluar dari kepalanya

MAHRIT MENDORONG SESUATU YANG IMAJINER, MEMBUANGNYA JAUH-JAUH

MAHRIT
Tak ada lagi yang tersisa sekarang. Adalah selamat sentosa mereka yang tidak membutuhkan kenangan. Sejumput garam akan melebur ke dalam air, tapi bukan berarti hilang; air malah jadi asin. Ah, itulah! Diamlah sekarang. Nah, sekarang kau sudah tidak bungkuk lagi. punggungmu tidak sakit lagi. Tak ada lagi rasa kelu pada dirimu. Berapa beratnya bahan-bahan yang kau pikul selama ini. Betul tidak? Sekarang kau sudah jauh lebih baikan dibanding yang sudah-sudah. Enteng. Ayolah, datang padaku, berikan kedua tanganmu

DENGAN PERLAHAN PUNGGUNG RAJA ITU BUNGKUK KEMBALI

MAHRIT
Jangan bungkukan punggungmu itu lagi, kau toh tidak lagi punya beban di punggungmu itu! oh, kebisaan-kebisaan yang sudah jadi tradisi hidupnya, sudah merubahnya…. Sekarang. Sekarang tidak lagi ada beban pada punggungmu. Camkan! Berdirilah tegak!

MAHRIT MENOLONG RAJA

MAHRIT
Tanganmu….

RAJA BELUM BISA MEMUTUSKAN

MAHRIT
Betapa bandelnya. Jangan kepalkaan tinjumu seperti itu! kembangkanlah jari-jari tanganmu. Apa sih yang kau genggam?

MAHRIT MENGEMBANGKAN JARI-JARI TANGAN RAJA

MAHRIT
Dia menggenggam seluruh kemahaRajaan di dalam tangannya dalam bentuk minatur…. Dalam biji yang kecil (PADA RAJA) biji itu tidak akan tumbuh lagi, biji yang busuk. Soalnya biji-biji itu sudah berlumut! Buang semua itu. kembangkan jari-jari tanganmu! Lupakanlah dataran-dataran rendah, lupakanlah gunung-gunung. Seperti ini! Semuanya hanyalah debu belaka.

MAHRIT MEMEGANG TANGAN RAJA, BERUSAHA MENDORONGNYA, TAPI RAJA TETAP BELUM MAU

MAHRIT
Ayolah ikut! Masih tetap mencoba menolak. Dari mana dia mendapat semua semangat ini? Jangan mencoba berbaring, jangan mencoba duduk. Tak ada alas an untuk tersandung. Aku akan selalu menolongmu. Jangan takut.

MAHRIT MEMBIMBING RAJA PADA TANGANNYA MELINTASI PANGGUNG

MAHRIT
Kau bisa melakukannya sekarang. Betul tidak? Ini kan gampang. Betul tidak? Jalan sudah kurambah, enak untukmu, berjalanlah terus. Makinlama jalan ini makin sedikit menanjak, tapi itu bukan soal. Kau akan miliki kembali seluruh kekuatanmu pada akhirnya. Jangan tolehkan kepalamu pada apa-apa yang tidak pernah kau lihat lagi. Pikirkanlah ini keras-keras….
Pusatkan konsentrasi dirimu pada hatimu. Terus saja kau malah kau harus melangkah terus!

RAJA (MAJU DENGAN MATA MENGATUP, TANGANNYA MASIH DIBIMBING MAHRIT)
KemahaRajaanku…. Apakah pernah ada kemahaRajaan seperti itu? dengan dua matahari, dua bulan, dua surge yang meneranginya. Ada sebuah matahari lainnya, yang baru, yang muncul belakangan, disusul dengan matahari lainnya, lagi dan lagi. Surge yang ketiga pun muncul. Bagaikan kuncup, lalu merekahlah bagaikan paying. Pada saat matahari yang satu tenggelam, matahari yang lainnya fajar. Fajar dan senja terjadi pada waktu yang bersamaan. Negeri yang terbentang meliputi lautan dan lautan.

MAHRIT
Seberangi!

RAJA
Melewati 777 kutub

MAHRIT
Jelajahlah lebih jauh! Lebih jauh lagi! Majulah terus maju! Maju!

RAJA
Biru. Biru.

MAHRIT
Dia masih mengenal warna (PADA RAJA) lupakanlah kemahaRajaanmu. Dan juga lupakanlah warna-warna itu. kau bisa salah jalan nanti. Kau tidak boleh dan tidak bisa menunda lagi. Tidak mungkin untuk berhenti. Kau haruslah maju terus

MAHRIT MENGHINDARKAN DIRINYA DARI RAJA

MAHRIT
Ini bukanlah siang, bukanlah malam. Tidak ada siang tidak ada malam lagi. Cobalah terus usahakan membuntuti roda yang terus berputar di depanmu itu. jangan berpaling daripadanya. Buntuti terus! Tapi jangan terlalu dekat. Roda itu panas berapi-api. Salah-salah kau bisa terbakar nanti. Majulah! Aku akan terus merambah jalan untukmu. Hati-hatilah. Jangan sampai menabrak roh yang ada di sebelah kananmu itu….. tangan yang menggapai-gapai, tangan yang memohon belas kasihan, tangan yang menimbulkan rasa sedih. Jangan kembali. Teruslah melangkah maju.
(PADA ROH-ROH) jangan sentuh dia! Aku pukul kau!
(PADA RAJA) jangan berpaling. Jangan sampai jatuh ke dalam lubang di sebelah kirimu itu. jangan takut kepada lolong serigala itu…. tari-tarinya Cuma terbuat dari karton. Mereka tidak ada.
(PADA SERIGALA) serigala! Pergi! jangan takut pada tikus-tikus. Mereka tidak akan bisa menggerogoti jari kakimu
(PADA TIKUS) tikus dan ular, jangalah berada di situ!
(PADA RAJA) Jangan kasihan pada pengemis yang menadahkan tangan mereka! Hati-hati terhadap wanita tua yang datang menuju ke arahmu itu. jangan terima gelas yang berisikan air yang dihadiahkannya kepadamu itu
(PADA WANITA TUA) Ia tidak membutuhkan air untuk kerongkongannya. Ia tidak haus, Ibu. Jangan berdiri menghalangi jalannya. Lenyaplah!
(PADA RAJA) Panjat dan lewatilah pagar itu…. Truk besar itu tak akan menggilasmu. Itu Cuma fatamorgana…. Menyebranglah sekarang juga. Tidak! Kembang-kembang tidaklah menyanyi, meski pun di musim bunga. Aku bisa meredakan tangismu. Aku akan lenyapkan mereka semua…. Berhentilah mendnegarkan suara air yang mengalir itu. segala sesuatu itu bukanlah kenyataan, tapi hanya akan menipumu. Suara-suara yang menipu, diamlah kalian!
(PADA RAJA) Tak ada seorang pun yang memanggil namamu lagi. Ciumlah kembang itu untuk kali terakhir. Kemudian lemparkanlah jauh-jauh! Lupakan baunya yang wangi itu. sekarang telah hilang dayamu untuk berbicara. Dan lagi siapa yang masih tinggal yang akan mendengarkan suaramu? Ya, memang betul. Tapakkan kaki-kakimu melangkah ke depan. Maju langkahkan satunya lagi! Ada titian di depanmu. Tapi kau tidak akan merasa gamang. Menyebranglah.

RAJA MAJU MENUJU JENJANGTEMPAT SINGGASANANYA ITU

MAHRIT
Tegaklah! Kau tidak memutuhkan tongkat. Di samping itu kau memang tidak punya tongkat. Jangan terbungkuk. Apa pun yang terjadi, jangan terjatuh, jangan terjatuh, naik terus, naik!

RAJA MULAI MEMANJAT JENJANG-JENJANG ITU

MAHRIT
Naikah lebih tinggi! Lagi naik! Naik! Lebih tinggi!

RAJA HAMPIR SAMPAI DI SINGGASANANYA

MAHRIT
Sekarang palingkanlah mukamu ke arahku. Tataplah aku. Tembuskan aku dengan pendanganmu itu! tataplah ke dalam kaca yang berupa diriku ini. Kaca yang tidak emmantulkan apa-apa ini! Berdirilah tegak-tegak! Berikanlah kepadaku kedua kakimu! Yang kanan lalu yang kiri!

KAKI RAJA JADI KAKU KEJANG

MAHRIT
Berikan padaku jari tanganmu sebuah! Dua jari tanganmu…. Tiga…. Empat…. Lima seluruh jarimu berjumlah sepuluh itu. sekarang biarkan lengan kananmu jadi milikmu. Lalu lengan kirimu. Dadamu. Kedua pundakmu. Dan perutmu

RAJA TAK BERGERAK, KAKU BAGAI PATUNG

MAHRIT
Nah, itulah dia! Sekarang kau telah kehilangan sama sekali daya untuk berbicara. Tak ada gunanya labi jantungmu berdenyut, tak ada gunanya lagi paru-parumu bertahan bernapas. Terlalu banyak suara-suara rebut dan suara-suara dendam, tapi maknanya tidak ada. Betul tidak? Sekarang engkau telah berada di tempatmu yang sebenarnya

TIBA-TIBA RATU MAHRIT LENYAP DI KANAN. RAJA DUDUK DI SINGGASANANYA. SELAMA ADEGAN-ADEGAN TERAKHIR INI, PINTU, JENDELA DAN DINDING YANG MEMBENTUK BALAIRUNG ISTANA INI PERLAHAN MELENYAP.
BAGIAN INI SANGAT PENTING
SEKARANG TIDAK ADA LAINNYA KECUALI RAJA YANG DUDUK DI SINGGASANANYA BERMANDIKAN CAHAYA KELABU. AKHIRNYA RAJA DAN SINGGASANANYA ITU LENYAP JUGA. TINGGALAH CUMA CAHAYA KELABU DI ATAS PENTAS. LENYAPLAH PINTU, JENDELA, DINDING, RAJA DAN SINGGASANANYA. HARUSLAH BETUL-BETUL JELAS, TAPI DENGAN LAMBAT, SATU PERSATU. RAJA DUDUK DI SINGGASANANYA ITU TADI HENDAKNYA TAMPAK SELAMA WAKTU YANG PENDEK SEBELUM MELENYAP MENJADI SEMACAM ASAP.

*****SELESAI*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar