Analisis :
Secara keseluruhan atau garis besarnya, naskah drama karya Herlina Syarifudin ini adalah mengajarkan tentang perlunya berlaku jujur. Hal ini tampak yakni saat anak-anak rumah singgah melaksanakan ujian. Mereka menggunakan taplak meja agar tidak terjadi kecurangan yang seperti biasa kita jumpai saat ulangan berlangsung. Misalnya dengan membuat contekan di meja tempat ujian.
Pesan kedua yang tersirat dari naskah drama ini adalah agar kita mencari solusi terbaik untuk menyelesaikan masalah. Kita tidak boleh berpikir pendek dalam memutuskan caranya agar masalah yang kita hadapi dapat terselesaikan dengan baik. Hal ini tampak dari melihat cara anak-anak rumah singah dalam mencari taplak meja yang menjadi persyaratan mengikuti ujian.
Selain kedua pesan diatas juga ada pesan agar kita tidak lari dari masalah terlebih lagi masalah keluarga, seperti yang dialami oleh anak-anak rumah singgah itu. Karena pada dasarnya keluarga adalah bagian yang tidak bisa kita lupakan keberadaannya, ayah dan ibu, meskipun mereka berpisah. Lebih baik kita berlaku dewasa dalam menyikapi masalah yang menimpa kita. Jangan putus asa apalagi lari dari masalah.
PARA PELAKU
PAKDE KEMPUL
BUDE KIRANTI
KEMPRUT
WIRID
GENTING
JANTHIL
SOWER
PENGHULU
ORANG TUA GENTING
ORANG TUA KEMPRUT
IBUNYA JANTHIL
MAMANYA WIRID
BEBERAPA FIGURAN UNTUK PERAN PARA UNDANGAN
PEMBUKA
Para aktor dengan kostum motif taplak meja dan hand prop taplak meja warna-warni dengan berbagai motif, membentuk koreografi gerak. Diiringi alunan musik dari bunyi-bunyian yang diambil dari perangkat sederhana. Misal perangkat rumah tangga, perangkat bengkel, dll. Tarian usai, mereka semua tertidur.
LAMPU BERUBAH
ADEGAN 1
Ruang kamar bersama di sebuah rumah singgah penampungan anak-anak broken home, pagi hari.
PAKDE KEMPUL :
Pesan kedua yang tersirat dari naskah drama ini adalah agar kita mencari solusi terbaik untuk menyelesaikan masalah. Kita tidak boleh berpikir pendek dalam memutuskan caranya agar masalah yang kita hadapi dapat terselesaikan dengan baik. Hal ini tampak dari melihat cara anak-anak rumah singah dalam mencari taplak meja yang menjadi persyaratan mengikuti ujian.
Selain kedua pesan diatas juga ada pesan agar kita tidak lari dari masalah terlebih lagi masalah keluarga, seperti yang dialami oleh anak-anak rumah singgah itu. Karena pada dasarnya keluarga adalah bagian yang tidak bisa kita lupakan keberadaannya, ayah dan ibu, meskipun mereka berpisah. Lebih baik kita berlaku dewasa dalam menyikapi masalah yang menimpa kita. Jangan putus asa apalagi lari dari masalah.
PARA PELAKU
PAKDE KEMPUL
BUDE KIRANTI
KEMPRUT
WIRID
GENTING
JANTHIL
SOWER
PENGHULU
ORANG TUA GENTING
ORANG TUA KEMPRUT
IBUNYA JANTHIL
MAMANYA WIRID
BEBERAPA FIGURAN UNTUK PERAN PARA UNDANGAN
PEMBUKA
Para aktor dengan kostum motif taplak meja dan hand prop taplak meja warna-warni dengan berbagai motif, membentuk koreografi gerak. Diiringi alunan musik dari bunyi-bunyian yang diambil dari perangkat sederhana. Misal perangkat rumah tangga, perangkat bengkel, dll. Tarian usai, mereka semua tertidur.
LAMPU BERUBAH
ADEGAN 1
Ruang kamar bersama di sebuah rumah singgah penampungan anak-anak broken home, pagi hari.
PAKDE KEMPUL :
Woi...woi...bangun..bangun...!! Hobi kok begadang. Lupa ya? Hari ini hari apa?
ANAK-ANAK : (nada malas, kompak)
ANAK-ANAK : (nada malas, kompak)
Mingguuuuu....
WIRID :
WIRID :
Iya Pakde. Insya Allah hari Minggu.
PAKDE KEMPUL :
PAKDE KEMPUL :
We’ik. Weleh, weleh. Kalian ini, setiap ditanya hari ini hari apa, jawabnya selalu hari Minggu lagi, hari Minggu lagi.
SOWER :
SOWER :
Lha iya toh, Pakde. Bagi kita, semua hari itu serasa lebih indah jika dibilang hari Minggu. Karena biar setiap hari bisa libur, bisa santai, bisa begadang, terus bisa bangun molooooorrrrr...
PAKDE KEMPUL : (sewot manja)
PAKDE KEMPUL : (sewot manja)
Lha iya toh, Wer. Biar bibirmu semakin ndoweeeerrr. Karena tiap hari ngileeerrr melulu, bikin pulau abstrak di sarung bantal buluk tercintamu itu. Sana, mumpung matahari sedang tersenyum manis, cepat dijemur bantal kamu itu.
SOWER :
SOWER :
Sebentar, Pakde. Boleh tidak aku minta waktu 10 menit saja ?
PAKDE KEMPUL :
PAKDE KEMPUL :
Mau apa? Pasti mau nambah waktu ngorok 10 menit lagi. Iya kan? Untuk kali ini, permintaanmu tidak Pakde penuhi. Maaf ya, Wer.
SOWER : (menggerutu)
SOWER : (menggerutu)
Yach, Pakde. Ya sudah kalau begitu. Nanti malam aku mau balas dendam, tidur duluan.
PAKDE KEMPUL : (senyum)
PAKDE KEMPUL : (senyum)
Nah, begitu. Tidak baik anak muda kebanyakan tidur. Bakal banyak kehilangan peluang. Kata Mbah Buyutku dulu, kalau kita bangun keduluan ayam berkokok, rejeki kita bakal jauh.
KEMPRUT :
KEMPRUT :
Tapi tidak ada hubungannya dengan kalau kebanyakan kentut kan, Pakde?
JANTHIL :
JANTHIL :
Yee...takut ya...mentang-mentang itu angin cueknya tidak bisa direm.
GENTING :
GENTING :
Eh, tapi bisa jadi lho. Sekali kentut, akan mengurangi suhu badan sekitar 0,5 derajat celcius. Itu berarti, badan kita terasa lemas dalam waktu kurang lebih sekitar 1 menit.
WIRID :
WIRID :
Ting, Ting. Bikin teori ngawur kok ya kebangeten. Kalau sampai teori ngawurmu itu didengar Engkong Einstein, bisa dirujak kamu.
PAKDE KEMPUL :
PAKDE KEMPUL :
Rujak? Ouw, dari pagi tadi Pakde sudah ngidam rujaknya Mbok Cingur pojok. Sepertinya tamu kita dijamu rujak tolet dan rujak cingur saja. Pasti ketagihan.
GENTING :
GENTING :
Memang ada tamu siapa sih, Pakde? Sepertinya Pakde sumringah sekali. Pasti pacar baru ya?
PAKDE KEMPUL :
PAKDE KEMPUL :
Pacar? Pakde belum sempat berpikir untuk pacaran lagi. Takut nanti trauma lagi.
WIRID :
WIRID :
Subhanallah, Pakde. Tidak baik trauma berkepanjangan. Apa Pakde tidak ingin hidup bahagia? Punya anak, punya keluarga sakinah mawadah warohmah?
PAKDE KEMPUL :
PAKDE KEMPUL :
Wirid, sebenarnya kamu itu ngomong buat Pakde apa buat dirimu sendiri? Apa kamu sendiri tidak rindu sama keluargamu?
WIRID : (sedih)
WIRID : (sedih)
Astaghfirullah, Pakde. Kumohon, jangan ungkit-ungkit lagi masalah itu. Kepalaku jadi pening. Kita kan sedang membicarakan Pakde. Kenapa jadi berbelok arah?
PAKDE KEMPUL :
PAKDE KEMPUL :
Ok, maaf. Akan tiba masanya, kalian semua pasti akan merasakan rindu pulang, kangen keluarga. Balik lagi ke masalah Pakde, secara hati kecil, keinginan itu pasti ada. Tapi belum untuk saat ini. Karena Pakde sudah cukup merasa bahagia memiliki kalian semua. Kalian inilah keluarga Pakde.
JANTHIL :
JANTHIL :
Tapi kita semua kan bandel-bandel, Pakde. Apa Pakde tidak bosan menghadapi keonaran kita?
KEMPRUT :
KEMPRUT :
Eh, enak saja kamu bilang, Thil. Kamu itu yang suka bikin onar. Kalau aku kan onarnya alami. Dalam sehari, tidak mungkin kalian tidak kentut. Coba, kalau kalian tiba-tiba susah kentut? Pasti masalahnya makin runyam. Kemarin aku baca di surat kabar, gara-gara tidak bisa kentut dalam seminggu, akhirnya dirawat di rumah sakit. Makanya, kentut itu anugerah. Jadi wajib dipelihara baik-baik.
ANAK-ANAK :
ANAK-ANAK :
Prrreeeeettttt....prut tuprut tuprut....preeetttt...
PAKDE KEMPUL : (tertawa)
PAKDE KEMPUL : (tertawa)
Sudah, sudah. Tidak usah bertengkar. Justru kenakalan wajar kalian itu, hiburan bagi Pakde. Tanpa kalian, Pakde sepi. Terkadang di kala suntuk, godaan untuk kembali mangkal di jalanan selalu menghantui. Pakde tepis bayangan buruk itu. Pakde munculkan wajah-wajah kacau kalian. Akhirnya Pakde bisa tidur nyenyak.
GENTING :
GENTING :
Ngomong-ngomong masalah tamu tadi, kira-kira siapa gerangan tamunya, Pakde?
PAKDE KEMPUL :
PAKDE KEMPUL :
Oh ya. Pakde kan tadi mau beli rujak buat tamu kita, jadi kepotong ngerumpi. Berbahagialah kalian. Karena sebentar lagi, kalian akan kedatangan guru baru.
ANAK-ANAK : (serempak)
ANAK-ANAK : (serempak)
Guru baru ?
SOWER :
SOWER :
Guru buat apa, Pakde?
PAKDE KEMPUL :
PAKDE KEMPUL :
Sudah lama Pakde punya cita-cita ingin buka sekolah gratis buat anak-anak broken home yang putus sekolah seperti kalian. Puji Tuhan, doa Pakde terkabul.
GENTING :
GENTING :
Sekolah? Asyik…aku mau cepat-cepat lulus dan dapat ranking biar dapat beasiswa.
WIRID :
WIRID :
Masya Allah, Genting… Sekolah belum jalan, sudah ngomong lulus. Mentang-mentang dirimu yang paling pintar.
KEMPRUT :
KEMPRUT :
Iya nih. Aku saja malah lupa cara menyontek yang baik dan benar.
JANTHIL :
JANTHIL :
Dasar Kemprut. Yang diingat malah contekannya. Kamu niat ingin pintar tidak?
SOWER :
SOWER :
Pintar dari hasil contekan itu juga tidak afdol.
GENTING :
GENTING :
Sower, Sower. Kamu tidak sadar kalau sudah membicarakan diri sendiri?
SOWER : (tersipu malu)
SOWER : (tersipu malu)
Tapi Sower memang tidak terlalu ingin pintar. Bisa baca tulis saja, Sower sudah senang.
PAKDE KEMPUL :
PAKDE KEMPUL :
Eh, eh, kok malah to be continue adu ayamnya. Mau tidak, Pakde datangkan guru buat kalian? Kalau tidak mau, tidak apa-apa. Nanti Pakde bisa cari anak-anak yang mau saja.
ANAK-ANAK : (Serempak)
ANAK-ANAK : (Serempak)
Mau pakde...mauuuuu....
WIRID :
WIRID :
Insya Allah pasti mau, Pakde.
GENTING :
GENTING :
Namanya siapa Pakde? Laki-laki atau perempuan? Kalau laki-laki, ganteng tidak? Terus kalau perempuan, cantik tidak?
WIRID :
WIRID :
Inalillahi, Genting. Kamu ini niat sekolah apa niat cari jodoh?
KEMPRUT :
KEMPRUT :
Iya nih, Genting. Dari tadi bibirnya seperti lubang pantatnya si Kemprut. Susah diremnya.
PAKDE KEMPUL :
PAKDE KEMPUL :
Eits, mulai lagi. Nanti tak ambil kentongan lho. Biar sekalian Pakde jadi wasit. Yang kalah, nanti malam harus memijat Pakde. Bagaimana? Sepakat?
ANAK-ANAK :
ANAK-ANAK :
He..he...sudah Pakde. Maaf. Kapok.
GENTING :
GENTING :
Iya, Pakde. Silahkan dilanjut lagi soal guru barunya itu.
PAK KEMPUL :
PAK KEMPUL :
Guru baru itu seorang wanita. Lumayan cantik dan lembut hatinya. Namanya Tuti Kiranti. Biasa dipanggil Bude Kiranti. Dia teman SMA Pakde.
ANAK-ANAK :
ANAK-ANAK :
Oh, Bude Kiranti.
WIRID :
WIRID :
Semoga saja Bude Kiranti kerasan dan sabar menghadapi kita semua ya, Amiinnn.
PAKDE KEMPUL :
PAKDE KEMPUL :
Tenang saja. Temanku itu sudah terbiasa dengan tipe-tipe anak selevel kalian. Karena dia juga punya rumah singgah seperti ini. Bedanya, anak-anak yang dia bina adalah anak jalanan yang benar-benar sudah tidak punya keluarga, apalagi rumah. Mereka semua benar-benar sebatang kara. Masih lebih beruntung kalian.
JANTHIL : (memotong)
JANTHIL : (memotong)
Ehm, Pakde...katanya mau beli rujak. Nanti keburu habis lho.
PAKDE KEMPUL :
PAKDE KEMPUL :
Ya sudah. Kalian juga cepat mandi dan beres-beres. Pokoknya Pakde ingin, pulang dari beli rujak, rumah sudah bersih dan rapi. Ok? (pergi)
ANAK-ANAK :
ANAK-ANAK :
Siiipp, beres boosss..
KEMPRUT : (teriak)
KEMPRUT : (teriak)
Jangan lupa, Aku cabenya biasa Pakde. Yang paling pedaaas...!!
ANAK-ANAK :
ANAK-ANAK :
Kemprruuuutt !!!
KEMPRUT :
KEMPRUT :
He...he...iya..iya.. Yuk kita basah-basah.
GENTING :
GENTING :
Eh, aku dulu. Enak saja.
SOWER :
SOWER :
Tidak bisa ! Aku dulu.
Anak-anak saling berebut masuk kamar mandi. Mengambil handuk masing-masing. Ada yang bawa gayung, ada yang bawa sikat gigi, ada pula yang bawa ember. Nyanyian Kamar Mandi disenandungkan dengan koreografi gerak unik yang mencerminkan karakter masing-masing peran.
Kemprat, kemprut, kemprat, kemprut
Gentang, genting, ewer...ewer...
Tang ting tang wer
Janthil…liwil…liwil...liwil…
Rit, irit, irit...weeerr
Gebyar, gebyur, gebyar, gebyur
Sok osok..osok… Sik..isik…isik…
Bersih badan, bersih hati
Bersih mulut, bersih ucap
Bersih rambut, bersih otak
Meski bandel, jago usil, raja nyontek, gemar ngiler, klemar-klemer
Tapi punya tampang lumayan, baik hati dan tidak sombong
Ayo...ayo...siapa mau daftar
Ketik reg spasi nama spasi foto....kirim ke bak sampah....ha...ha...ha....
Ah, ngawuuurrr.....jaka sembung bawa bubur..Mau dong...lapar nih...
LAMPU BERUBAH
ADEGAN 2
Teras depan rumah singgah Pakde Kempul, siang hari
Genting, Sower, Janthil, Wirid dan Kemprut berbaris di depan pintu, menyambut kedatangan Bude Kiranti. Tampak Bude Kiranti bersama Pakde Kempul, tak kuasa menahan tawa melihat gerakan unik dan nyanyian anak-anak itu.
Lagu Selamat Datang :
Selamat datang Bude Kir..Bude Kir..Bude Kiranti
Selamat datang di gubug reot tapi bikin nyaman hati
Selamat datang....selamat datang...selamat datang...
BUDE KIRANTI :
Anak-anak saling berebut masuk kamar mandi. Mengambil handuk masing-masing. Ada yang bawa gayung, ada yang bawa sikat gigi, ada pula yang bawa ember. Nyanyian Kamar Mandi disenandungkan dengan koreografi gerak unik yang mencerminkan karakter masing-masing peran.
Kemprat, kemprut, kemprat, kemprut
Gentang, genting, ewer...ewer...
Tang ting tang wer
Janthil…liwil…liwil...liwil…
Rit, irit, irit...weeerr
Gebyar, gebyur, gebyar, gebyur
Sok osok..osok… Sik..isik…isik…
Bersih badan, bersih hati
Bersih mulut, bersih ucap
Bersih rambut, bersih otak
Meski bandel, jago usil, raja nyontek, gemar ngiler, klemar-klemer
Tapi punya tampang lumayan, baik hati dan tidak sombong
Ayo...ayo...siapa mau daftar
Ketik reg spasi nama spasi foto....kirim ke bak sampah....ha...ha...ha....
Ah, ngawuuurrr.....jaka sembung bawa bubur..Mau dong...lapar nih...
LAMPU BERUBAH
ADEGAN 2
Teras depan rumah singgah Pakde Kempul, siang hari
Genting, Sower, Janthil, Wirid dan Kemprut berbaris di depan pintu, menyambut kedatangan Bude Kiranti. Tampak Bude Kiranti bersama Pakde Kempul, tak kuasa menahan tawa melihat gerakan unik dan nyanyian anak-anak itu.
Lagu Selamat Datang :
Selamat datang Bude Kir..Bude Kir..Bude Kiranti
Selamat datang di gubug reot tapi bikin nyaman hati
Selamat datang....selamat datang...selamat datang...
BUDE KIRANTI :
Ternyata kalian jago menyanyi dan menari juga. Bude salut. Ini pasti hasil karya Mas Kempul.
ANAK-ANAK : (mencibir)
ANAK-ANAK : (mencibir)
Ihh, bukan Bude. Ini murni hasil karya kita.
GENTING :
GENTING :
Tapi memang sih, hasil didikan Pakde...
ANAK-ANAK : (malu-malu)
ANAK-ANAK : (malu-malu)
Iya...he...he...
WIRID :
WIRID :
Insya Allah memang iya, Bude.
PAKDE KEMPUL :
PAKDE KEMPUL :
Nah, anak-anak. Bude Kiranti telah hadir diantara kita. Hidangan istimewanya tadi mana? Tolong dikeluarkan sekarang. Pakde juga sudah lapar.
BUDE KIRANTI :
BUDE KIRANTI :
Kamu ternyata tidak berubah. Kalau masalah makanan, pasti nomor satu. Ingat tidak, waktu kamu mentraktir teman-teman dulu?
PAKDE KEMPUL :
PAKDE KEMPUL :
Ah, sudahlah. Tak bagus diungkit-ungkit. Kesannya jadi pamrih.
BUDE KIRANTI :
BUDE KIRANTI :
Bukan masalah pamrihnya. Cara kamu mentraktir teman-teman itu lho, yang sampai sekarang masih terkenang di benakku. Kau selalu urut abjad nama julukan unik teman-teman pada saat membagi makanan. Ingat tidak kamu, julukanku dulu apa?
PAKDE KEMPUL :
PAKDE KEMPUL :
Pastilah aku masih ingat. Wondor Wongkang kan? Dan nasibmu selalu yang paling belakang. Trus, karena tidak tahan menunggu lama, kau selalu mondar-mandir ke toilet. Iya kan? (tertawa)
BUDE KIRANTI : (tertawa)
BUDE KIRANTI : (tertawa)
Ssstt!! Tidak enak, kamu ceritakan alasannya. Tidak sopan di depan anak-anak.
KEMPRUT :
KEMPRUT :
Tenang saja Bude. Kita sudah terbiasa mendengar cerita-cerita yang paling parah sekalipun, kok.
JANTHIL :
JANTHIL :
Iya Bude. Nanti Bude juga jangan kaget mendengar kisah-kisah kita. Pasti lebih kacau lagi.
PAKDE KEMPUL :
PAKDE KEMPUL :
Baiklah anak-anak, sebagai pembuka tak ada salahnya Bude Kiranti sedikit mendongeng pada kalian tentang apa dan bagaimana yang akan beliau lakukan di gubug reot kita ini. Silahkan, Ran.
BUDE KIRANTI :
BUDE KIRANTI :
Ok. Pasti Mas Kempul sudah sedikit cuap-cuap pada kalian, tentang tujuan Bude datang kesini. Sebenarnya sederhana saja. Dulu semasa di SMA, kita berdua bersahabat, cukup dekat. Dan tanpa sengaja, ternyata kita berdua sama-sama punya cita-cita ingin bergelut dengan para remaja yang bermasalah, baik dengan keluarganya maupun dengan lingkungan pergaulannya. Karena kita merasa kasihan jika melihat remaja-remaja berkualitas, harus putus harapan di tengah jalan karena faktor x yang sebenarnya masih bisa dicari solusinya. Mungkin karena masalah kematangan pola pikir yang masih jadi kendala. Tidak adanya sosok yang tepat yang mau mengerti kemauan mereka. Tekanan dan tuntutan berlebihan para orang tua dalam hal masa depan anaknyapun bisa membuat para remaja itu jadi frustasi. Masa remaja adalah masa pertumbuhan yang menurut Bude cukup unik. Proses pertumbuhan dan perubahan pola pikir itu ada pada masa remaja. Makanya hati-hati dengan usia remaja. Kalau benteng kita tidak kuat, maka kita akan mudah rapuh. Kalau benteng kita kuat, kita tinggal memilih. Mengikuti jalur yang ditentukan atau membuat pilihan sendiri. Pada saat Mas Kempul bercerita perihal keseharian dan kepribadian kalian semua, terus terang aku cukup tertarik dan tertantang untuk segera bertemu dengan kalian.
SOWER : (memotong)
SOWER : (memotong)
Maaf Bude. Dari tadi perut saya sudah berkeroncong ria terus. Boleh tidak, jika Bude...
PAKDE KEMPUL :
PAKDE KEMPUL :
Sower, sstt!! (sedikit menggugam) Kamu itu mbok dijaga bibirnya !
SOWER :
SOWER :
Maaf, Pakde. Maksud saya, boleh tidak jika Bude Kiranti mencicipi rujak toletnya barang sepotong? Soalnya, dari tadi perutku sudah gonjang-ganjing.
JANTHIL :
JANTHIL :
Iya, Pakde. Kepalaku juga terasa pening mendengar apa yang diungkapkan Bude Kiranti. Terlalu berat.
WIRID :
WIRID :
Subhanallah, maklum Bude. Kita semua memang anti yang panjang-panjang. Jaman sekarang semua serba praktis dan cepat.
KEMPRUT :
KEMPRUT :
Seperti halnya angin cuekku. Tanpa kompromi, tiba-tiba wuusss..
GENTING :
GENTING :
Kemprut ! Yang sopan sedikit dong.
PAKDE KEMPUL :
PAKDE KEMPUL :
Aduh, jadi tidak enak aku. Maafkan perilaku anak-anak ini ya, Ran. Memang ini salah satu kelemahan mereka yang masih susah aku taklukkan.
GENTING :
GENTING :
Kalau tidak enak, mendingan makan nasi kucing saja Pakde.
PAKDE KEMPUL :
PAKDE KEMPUL :
Huss! Genting. Sekarang ini kita forumnya sedikit agak serius. Ada kalanya bercanda, tapi kalian juga harus menghormati yang serius walau kalian tidak suka. Sepertinya kalian memang masih harus banyak belajar. Maka itu, tepat kiranya jika Pakde datangkan Bude Kiranti.
BUDE KIRANTI :
BUDE KIRANTI :
Tidak apa-apa kok, Mas. Saya sangat paham psikologis anak-anak tipe mereka. Tenang saja. Resiko pekerjaan kita, harus jauh-jauh dari kamus tersinggung atau sensitif. Semua harus disikapi dengan ringan dan jiwa besar. Tidak sadarkah dirimu, bagaimana masa remaja kita dulu? Aku rindu dengan masa remajaku sendiri. Kehadiran anak-anak ini semoga bisa jadi nostalgia masa remaja kita dulu.
WIRID :
WIRID :
Ahlan wa sahlan... kok jadi seperti nonton sinetron. Judul sinetronnya Nostalgia Bude Kiranti dan Pakde Kempul.
Semua tertawa terbahak-bahak sambil sesekali diam-diam si Sower mencomot potongan buah rujak tolet di hadapannya.
GENTING :
Semua tertawa terbahak-bahak sambil sesekali diam-diam si Sower mencomot potongan buah rujak tolet di hadapannya.
GENTING :
Pakde, Sower mengambil kesempatan dalam keriuhan nih...
SOWER :
SOWER :
Enak saja. Aku kan cuma sekedar coba-coba. Siapa tahu rasanya berubah.
KEMPRUT :
KEMPRUT :
Dasar, alasan. Bilang saja kalau dari tadi sudah tidak kuat menahan godaan.
PAKDE KEMPUL :
PAKDE KEMPUL :
Ya sudah, sudah. Sekarang, sedikit lagi ya mohon sabar. Ran, langsung saja kau beritahu tentang CBSA itu.
BUDE KIRANTI :
BUDE KIRANTI :
Siip. Jadi begini anak-anak, disini nanti Bude akan menemani kalian dalam proses CBSA. Yaitu proses Cara Belajar Siswa Aktif dengan metode PAKEM. Yaitu pembelajaran kreatif, aktif dan menyenangkan. Kalian akan mendapatkan pelajaran seperti halnya yang didapatkan teman-teman seusia kalian di sekolah. Istilah keren masa kini adalah Home Schooling.
WIRID :
WIRID :
Masya Allah? Home Schooling? (diucapkan sesuai dengan bunyi vokal aslinya) Dengar-dengar, biayanya kan mahal itu Bude.
GENTING :
GENTING :
Iya. Itu kan yang pernah muncul juga di televisi. Kalau tidak salah waktu itu ada Kak Seto sama Kak Hughes.
BUDE KIRANTI :
BUDE KIRANTI :
Ternyata, kalian cukup brilliant juga ya.
SOWER :
SOWER :
Bri..li..an? Maksud ibu ber..li..an? Lidah ibu keblibet ya, bilang berlian jadi brilian? Kalau kita berlian, berarti kita bisa dijual mahal dong.
KEMPRUT :
KEMPRUT :
Iya. Nanti masuk surat kabar. Judulnya Kasus Jual Beli Anak Semakin Merajalela.
BUDE KIRANTI : (senyum, geleng-geleng kepala)
BUDE KIRANTI : (senyum, geleng-geleng kepala)
Brilliant itu salah satu kata dalam bahasa inggris. Yang artinya cerdas atau cemerlang.
GENTING :
GENTING :
Cerdas? Jelas, pasti itu Bude. Kalau tidak, mana mungkin Pakde Kempul mau terima kita. Iya kan Pakde?
JANTHIL :
JANTHIL :
Dasar egois. Promosi diri terus. Mendingan kamu buka warung jamu saja. Atau buka lapak obat tradisional di pinggir jalan yang pakai toak. Pasti laku keras.
PAKDE KEMPUL :
PAKDE KEMPUL :
Perhatian, perhatian..!! Sepertinya rujak tolet dan rujak cingurnya sudah mulai teriak-teriak ingin segera dimangsa.
Anak-anak langsung berebut mencomot rujak. Tapi dicegah oleh Pakde Kempul.
PAKDE KEMPUL :
Anak-anak langsung berebut mencomot rujak. Tapi dicegah oleh Pakde Kempul.
PAKDE KEMPUL :
Eits, tunggu dulu. Lupa ya dengan tradisi makan di rumah ini?
ANAK-ANAK :
ANAK-ANAK :
Oh, iya ya. (menyanyi) Mangan ora mangan, sing penting ngumpul. Penak opo ora penak, sing penting wareg. (membaca doa sebelum makan) Ji... lu... nem... nang...ning, ning... nang... ning... gong... nyam.. nyam... Biyuh, uenaak tenaaann...
WIRID :
WIRID :
Alhamdu...
ANAK-ANAK :
ANAK-ANAK :
lillah...
PAKDE KEMPUL :
PAKDE KEMPUL :
Ayo, Ran. Langsung tancap. Jangan bengong.
BUDE KIRANTI : (senyum bahagia)
BUDE KIRANTI : (senyum bahagia)
Ada ada saja anak-anakmu ini.
PAKDE KEMPUL :
PAKDE KEMPUL :
Ini masih babak permulaan. Nanti kamu akan menemukan ritual-ritual kita yang lain. Ayo, sekarang kamu tidak perlu menunggu giliran traktiran dariku.
BUDE KIRANTI : (genit)
BUDE KIRANTI : (genit)
Ih, Mas Kempul. Jadi kangen aku dengan suasana saat itu.
PAKDE KEMPUL : (berpantun)
PAKDE KEMPUL : (berpantun)
Buru-buru makan rujak, karena perut sudah teriak. Rujak tolet, rujak cingur. Lidah melet, pedas sesak bagai makan sambal ubur-ubur.
BUDE KIRANTI : (tertawa)
BUDE KIRANTI : (tertawa)
Bikin pantun kok maksa. Norak ah, kamu.
PAKDE KEMPUL :
PAKDE KEMPUL :
Pelan-pelan saja anak-anak. Tidak usah berebut.
BUDE KIRANTI :
BUDE KIRANTI :
Eh, itu si Kemprut. Hati-hati. Awas, jangan miring-miring piringmu. Tuh, kan. Yach..taplak mejanya ketetesan bumbu rujak.
ANAK-ANAK : (serempak)
ANAK-ANAK : (serempak)
Hayo, Kemprut, hayo Kemprut. Cuci, cuci. Cuci, cuci. Cucian deh kamu, wek...wek...wek...
Suasana ramah tamah berlangsung cair.
LAMPU BERUBAH
ADEGAN 3
Ruang tamu di rumah singgah Pakde Kempul, 1 tahun kemudian, siang hari.
Tampak beberapa meja kecil ditata sederhana dialasi tikar agak buluk. Uniknya, semua meja diberi alas taplak meja.
SOWER :
Suasana ramah tamah berlangsung cair.
LAMPU BERUBAH
ADEGAN 3
Ruang tamu di rumah singgah Pakde Kempul, 1 tahun kemudian, siang hari.
Tampak beberapa meja kecil ditata sederhana dialasi tikar agak buluk. Uniknya, semua meja diberi alas taplak meja.
SOWER :
Bude, kenapa semua meja diberi alas taplak meja? Seperti pertemuan ibu-ibu PKK saja.
WIRID :
WIRID :
Mamaku juga kalau ada acara arisan di rumah, pasti langsung pamer taplak meja baru.
KEMPRUT :
KEMPRUT :
Hati-hati, Wer. Jangan sampai taplak mejanya ternoda sama tetesan ilermu.
JANTHIL :
JANTHIL :
Aku tahu, kenapa Bude Kiranti memberlakukan sistem ini.
GENTING :
GENTING :
Aku juga. Tapi aku sengaja diam saja. Biar Bude Kiranti saja yang menjelaskan. Takutnya, alasanku salah dan dibilang sok tahu.
BUDE KIRANTI :
BUDE KIRANTI :
Tidak apa-apa, Genting. Kalau salah kan, nanti Bude arahkan.
GENTING : (sok malu-malu)
GENTING : (sok malu-malu)
Bude saja. Biar lebih akurat.
KEMPRUT :
KEMPRUT :
Alaahh, mancing-mancing. Bilang saja, kalau memang tidak tahu. Tidak usah pakai lagak akting sok tahu.
BUDE KIRANTI :
BUDE KIRANTI :
Sudah, sudah. Baiklah, Bude akan jelaskan. Bude sangat paham kebiasaan buruk kalian waktu di sekolah dulu. Dan hampir semua siswa punya kebiasaan buruk itu. Hal itu memang wajar. Tapi apa kalian bisa bangga dan puas dengan prestasi kalian yang ternyata diperoleh tidak murni dari jerih payah belajar kalian? Sekarang memang tidak akan terasa dampaknya. Tapi nanti, jika kalian terjun di masyarakat. Semuanya akan terbongkar. Banyak lulusan sarjana yang indeks prestasi kumulatifnya 3 koma lebih. Tapi ternyata, aplikasi di lapangan, nol besar.
SOWER :
SOWER :
Jadi inti alasannya kenapa Bude?
PAKDE KEMPUL :
PAKDE KEMPUL :
Soweeerr! Lagi-lagi ya, bibirmu sepertinya juga harus disekolahkan.
BUDE KIRANTI :
BUDE KIRANTI :
Tenang, Mas. Tidak apa-apa. Santai saja. Intinya, kalian dilarang mencontek. Maka itu Bude pasang taplak meja. Ingat tidak, waktu kalian di sekolah dulu? Di bangku-bangku sekolah kalian, pasti banyak coretan contekan. Walau ada juga yang via tulisan di lembaran tissue, atau kertas yang dilinting kecil. Akting-akting tolah-toleh juga kan? Atau duduk bersandar, tapi mata memandang ke bawah, ke dalam laci bangku, kemudian membuka pelan-pelan lembar demi lembar contekan di buku.
PAKDE KEMPUL :
PAKDE KEMPUL :
Sekarang, terserah kalian. Pakde dan Bude cuma ingin berbuat yang terbaik demi masa depan kalian. Itu juga kalau memang kalian masih punya impian ke depan. Tapi kalau kalian ingin begini-begini saja, juga tidak apa-apa. Tapi penyesalan kemudian, jangan sampai menyusahkan banyak orang. Taplak ini juga Pakde dapat pinjam dari perkumpulan PKK Kelurahan. Kalau ujian kalian usai, harus segera dikembalikan.
KEMPRUT :
KEMPRUT :
Terus, kalau kita nanti ujian lagi, Pakde pinjam lagi? Begitu?
BUDE KIRANTI :
BUDE KIRANTI :
Semalam saya coba usul sama Mas Kempul, bagaimana jika kalian semua berusaha mendapatkan taplak meja masing-masing dengan cara kalian masing-masing. Strategi ini juga salah satu ilmu yang mengajarkan pada kalian, bahwa jika ingin meraih segala sesuatu baik prestasi, cita-cita, keinginan, dan lain-lain itu jalur tidak mudah. Butuh perjuangan dan pengorbanan. Dari jaman Indonesia belum merdeka sampai sekarang pun yang sebenarnya juga belum merdeka, tidak ada kata usai dalam sebuah perjuangan. Di hari kiamatpun, kita masih berjuang terhadap buah tingkah laku kita selama di dunia.
GENTING :
GENTING :
Mencari taplak meja sendiri? Wah, asyik itu. Permainan yang menyenangkan.
WIRID : (keceplosan)
WIRID : (keceplosan)
Insya Allah, aku bisa minta salah satu taplak meja mamaku nanti.
Mendengar jawaban Wirid, Pakde Kempul dan Bude Kiranti saling pandang dan tersenyum penuh arti.
BUDE KIRANTI :
Mendengar jawaban Wirid, Pakde Kempul dan Bude Kiranti saling pandang dan tersenyum penuh arti.
BUDE KIRANTI :
Ok, untuk sementara diskusi taplak mejanya kita tutup sampai disini. Ayo anak-anak, siapkan kertas dan pensil masing-masing. Kita mulai dari ujian mencongak. Setiap pertanyaan, Bude beri waktu 1 menit untuk menuliskan jawabannya. Mas Kempul, stopwatchnya sudah siap kan?
PAKDE KEMPUL :
PAKDE KEMPUL :
Mantan wasit timer, tenang saja Ran. Sudah digenggaman, tinggal pencet saja.
BUDE KIRANTI :
BUDE KIRANTI :
Sudah siap semua?
ANAK-ANAK : (serempak)
ANAK-ANAK : (serempak)
Siaaappp...
WIRID :
WIRID :
Insya Allah siap.
BUDE KIRANTI :
BUDE KIRANTI :
Nomor satu. Berapakah hasil akhir 25 x 3 – 25 : 2 ? Jawab dari... sekarang !
LAMPU BERUBAH
ADEGAN 4
Teras depan rumah singgah Pakde Kempul, malam hari
GENTING :
LAMPU BERUBAH
ADEGAN 4
Teras depan rumah singgah Pakde Kempul, malam hari
GENTING :
Bagaimana hasil pencarian taplak meja kalian? Apa sudah ada yang dapat?
KEMPRUT :
KEMPRUT :
Nihil.
JANTHIL :
JANTHIL :
Aku juga. Bingung mau cari kemana.
SOWER :
SOWER :
Bukankah waktu itu Wirid pernah cerita perihal mamanya yang hobi beli taplak meja?
WIRID :
WIRID :
Na’udzubillah, itu dia yang aku juga bingung. Bagaimana caraku minta sama mama. Pasti yang ada aku dimarahi dan disuruh pulang nantinya. Males ah.
KEMPRUT :
KEMPRUT :
Aku punya ide. Tapi agak gila sih dan beresiko tinggi.
GENTING :
GENTING :
Aku tahu jalan pikirannya si Kemprut. Pasti kamu mau kita semua diam-diam mencuri taplak meja di rumahnya si Wirid. Iya kan?
KEMPRUT :
KEMPRUT :
Apa boleh buat. Uang saja, sepeserpun kita tak pegang. Apa kita mau ngamen lagi? Aku lagi alergi bus kota sekarang-sekarang ini.
JANTHIL :
JANTHIL :
Aku juga. Nanti wajah kita malah ketahuan publik. Ada yang lapor, trus kita dipulangkan ke rumah masing-masing. Males, ah. Aku masih belum siap untuk pulang.
WIRID :
WIRID :
Astaghfirullah, ampuni dosa-dosa kami, Tuhan. Apa tidak ada jalan lain teman-teman?
GENTING :
GENTING :
Susah juga ya. Aku sendiri tumben hari ini agak lambat otak.
KEMPRUT :
KEMPRUT :
He, eh. Biasanya kamu kan paling cepat dapat ide.... apa kata Bude Kiranti waktu itu? Bril....ber...aduh, susah juga lidahnya.
GENTING :
GENTING :
Brilliant.
KEMPRUT :
KEMPRUT :
Ya...bril...li...an..
SOWER : (menguap)
SOWER : (menguap)
Ngantuk nih. Sepertinya lebih baik aku tidur dulu ya. Siapa tahu nanti dapat mimpi ide bril..li..an..
JANTHIL :
JANTHIL :
Dasar tukang ngiler, hobinya molor terus. Eh, awas ya, jangan lagi-lagi kamu usik bantalku.
SOWER :
SOWER :
Beres, Thil. Paling-paling juga aku cuma numpang bikin kepulauan saja kok. (tertawa menyindir sambil lari masuk ke kamar)
JANTHIL : (teriak)
JANTHIL : (teriak)
Soweeeeerrr !! Awas kamu ya, pembalasan lebih kejam. Lihat saja nanti !
WIRID :
WIRID :
Masya Allah....Janthil, sudah dong. Jangan teriak-teriak. Sudah malam. Nanti terdengar Pakde Kempul bisa runyam kita. Bagaimana ini? Aku benar-benar buntu ide nih.
KEMPRUT :
KEMPRUT :
Ya sudah. Daripada semua nihil, mendingan kita pikirkan saja matang-matang ideku itu.
WIRID :
WIRID :
Astaghfirullah....Kemprut. Maafkan Kemprut, Tuhan. Sepertinya aku tidak setuju.
JANTHIL :
JANTHIL :
Aku juga.
GENTING :
GENTING :
Me too.
KEMPRUT :
KEMPRUT :
Lha, kok semua pada mundur. Dasar pengecut kalian. Ya sudah, mendingan aku curi taplak meja di rumahku sendiri saja. Tidak peduli masih bagus atau tidak, yang penting aku sudah dapat taplak meja.
GENTING :
GENTING :
Tidak kasihan kamu pada Pakde Kempul? Akibat perbuatan konyolmu itu, jika ketahuan, Pakde akan ikut menanggung akibatnya. Aduh Kemprut, kamu itu sudah kerasukan setan jail darimana sih, sampai hati punya ide sebodoh itu?
KEMPRUT :
KEMPRUT :
Habis, kalian sih. Tenang-tenang saja dari kemarin-kemarin. Tidak ada gerakan sedikitpun yang memperlihatkan hasil.
JANTHIL :
JANTHIL :
Apa boleh buat. Aku menyerah saja. Biarkan aku tidak ikut ujian lagi karena tidak punya taplak meja. Aku juga tidak butuh ijasah kok. Aku kerja apa saja oks, yang penting halal. Toh, profesi tukang parkir saja tidak pakai ijasah formal. Kalau perlu usaha sendiri. Entah usaha apa saja. Kok, jadi ngelantur begini aku.
WIRID :
WIRID :
Taplak meja. Taplak meja. Benda sederhana tapi ternyata juga bisa bikin puyeng kepala.
Tiba-tiba terdengar suara dari ruang tengah (Voice Offer). Overlap anak-anak langsung hening sambil mengendap-endap mendengarkan pembicaraan antara Pakde Kempul dan Bude Kiranti.
PAKDE KEMPUL :
Tiba-tiba terdengar suara dari ruang tengah (Voice Offer). Overlap anak-anak langsung hening sambil mengendap-endap mendengarkan pembicaraan antara Pakde Kempul dan Bude Kiranti.
PAKDE KEMPUL :
Ternyata idemu tentang taplak meja boleh juga. Aku yakin, mereka tidak bakal berani mencari uang untuk beli taplak meja baru dengan jalan mengamen lagi.
BUDE KIRANTI :
BUDE KIRANTI :
Tapi kamu juga harus hati-hati lho. Foto-foto mereka sudah mulai banyak tersebar di luar sana.
PAKDE KEMPUL :
PAKDE KEMPUL :
Itu juga yang bikin aku khawatir dan deg-degan. Sebenarnya aku ingin memulangkan mereka dalam waktu dekat ini. Tapi aku belum menemukan waktu sekaligus cara yang tepat.
BUDE KIRANTI :
BUDE KIRANTI :
Yach, semoga ide taplak meja ini adalah cara jitu agar mereka bisa segera kembali pada keluarganya masing-masing tanpa embel-embel kamu sebagai korban salah paham.
PAKDE KEMPUL :
PAKDE KEMPUL :
Ssstt !! Aku curiga, jangan-jangan anak-anak mendengar pembicaraan kita. Kita ke teras depan saja, yuk.
Meneruskan dialog sambil berjalan menuju teras depan. Anak-anak pelan-pelan bersembunyi di balik tembok samping rumah.
BUDE KIRANTI : (mengalihkan pembicaraan)
Meneruskan dialog sambil berjalan menuju teras depan. Anak-anak pelan-pelan bersembunyi di balik tembok samping rumah.
BUDE KIRANTI : (mengalihkan pembicaraan)
Mas, ingat tidak waktu kamu main ke rumahku? Terus kamu dimarahi mamaku karena tak sengaja taplak meja di rumahku lobang, terkena puntung rokokmu.
PAKDE KEMPUL : (tertawa)
PAKDE KEMPUL : (tertawa)
Iya...iya...aku ingat sekali peristiwa itu. Sampai sekarang aku juga masih ingat raut wajah mamamu waktu marahi aku. Gara-gara taplaknya bolong, akhirnya aku tidak boleh lagi main ke rumahmu. Lagak marahnya sudah seperti menolak calon menantu saja. Sedih sekali rasanya waktu itu.
BUDE KIRANTI :
BUDE KIRANTI :
Tapi sekarang kau bisa bebas main ke rumah tanpa kena omel mamaku lagi. Beliau sudah almarhum, 5 tahun yang lalu karena penyakit lamanya, tekanan darah tinggi.
PAKDE KEMPUL :
PAKDE KEMPUL :
Inalillahi wa inna ilaihi roji’un. Turut berduka cita ya, Ran.
BUDE KIRANTI :
BUDE KIRANTI :
Terima kasih, Mas. Kita semua pasti akan kembali pada-Nya. Jadi sudahlah, tidak usah terlalu bersedih. (Ekspresi berubah, tersipu malu) Bagaimana kabar hatimu saat ini? Kapan menikah?
PAKDE KEMPUL :
PAKDE KEMPUL :
Menikah? Sama siapa jeng? Mana ada yang mau sama bencong seperti aku. (diam sesaat) Jujur saja, semenjak kita putus hubungan beberapa tahun yang lalu, kehidupan pribadiku jadi berantakan. Godaan untuk kembali suka pada sesama jenis, tiap malam selalu muncul dalam mimpiku. Bersyukur, Tuhan masih sayang padaku. Akhirnya aku bisa melampiaskan pada hal-hal positif di rumah singgah ini. Sepi hatiku hanya anak-anak ini yang bisa menghibur. Kamu sendiri bagaimana? Aku dengar, tahun depan kamu akan menikah?
BUDE KIRANTI :
BUDE KIRANTI :
Kabar yang kamu dengar itu memang benar adanya. Tapi anehnya, semakin dekat waktu menuju ke persiapan pernikahan, tiba-tiba bayang wajahmu muncul begitu saja. Gejala apakah ini? Tiap malam aku tahajud dan istikharoh. Sampai akhirnya skenario Tuhan membuat alur pertemuan kita ini.
PAKDE KEMPUL :
PAKDE KEMPUL :
Itu berarti?
BUDE KIRANTI :
BUDE KIRANTI :
Aku juga tidak tahu. Hatiku kini bimbang. Entah mengapa, perasaanku padamu tiba-tiba muncul kembali dan begitu kuat mendominasi hatiku saat ini.
PAKDE KEMPUL :
PAKDE KEMPUL :
Benarkah itu? Mengapa kita mengalami hal yang sama? Hanya saja aku belum berani mengatakannya. Karena aku tahu, pasti akan ada waktu yang tepat untuk itu. Dan mungkin saja waktu itu adalah saat ini.
BUDE KIRANTI :
BUDE KIRANTI :
Bisa jadi. So...
PAKDE KEMPUL :
PAKDE KEMPUL :
Ranti...
BUDE KIRANTI :
BUDE KIRANTI :
Mas...
Tiba-tiba anak-anak keluar dari persembunyiannya dan mengejutkan mereka berdua.
ANAK-ANAK :
Tiba-tiba anak-anak keluar dari persembunyiannya dan mengejutkan mereka berdua.
ANAK-ANAK :
Uhuy...uhuy...ciee...cieee...cieee...(menyenandungkan lagu Kebo Giro)
GENTING :
GENTING :
Wah, kapan nih rame-ramenya?
KEMPRUT :
KEMPRUT :
Pasukan pagar betis..eh...salah..pagar ayu dan pagar bagus siaaap....
PAKDE KEMPUL : (salah tingkah)
PAKDE KEMPUL : (salah tingkah)
Kalian ini bicara apa sih?
BUDE KIRANTI :
BUDE KIRANTI :
Iya... Ramai-ramai apa? Kok pakai pagar ayu dan pagar bagus segala? Siapa yang mau menikah?
SOWER :
SOWER :
Cieee, sekarang Bude Kir yang jadi sok polos.
PAKDE KEMPUL :
PAKDE KEMPUL :
Eh, dengar ya, Pakde tahu kok kalau kalian tadi mendengar pembicaraan kita. Wong tadi itu Pakde sedang latihan drama sama Ranti.
BUDE KIRANTI : (salah tingkah)
BUDE KIRANTI : (salah tingkah)
Iya, he, eh. Minggu depan ada pementasan teater. Kebetulan kita berdua terlibat, jadi dimanapun mumpung ketemu harus dimanfaatkan buat latihan.
JANTHIL :
JANTHIL :
Ya jelas, lah. Orang menikahpun butuh latihan, biar tidak kaku waktu mengucapkan akad di hadapan penghulu.
WIRID :
WIRID :
Alhamdulillah. Akhirnya Pakde temukan juga si jantung hati yang selama ini menghilang.
GENTING :
GENTING :
Dari awal aku sudah curiga. Karena mimik muka Pakde waktu menceritakan bahwa kita akan kedatangan tamu, benar-benar sumringah. Seperti menunggu kedatangan putri impiannya. Ternyata, dugaanku tidak meleset kan?
PAKDE KEMPUL :
PAKDE KEMPUL :
Ayo, ayo...hari sudah makin larut. Kalian masih punya PR taplak meja karena minggu depan Bude Kiranti akan mengadakan ujian lagi. Sudah, sekarang kalian semua tidur. Awas, ti-dur. Tidak pakai embel-embel begadang lagi walau cuma 10 menit saja, ok. Sudah sana, ke kamar kalian. Pakde mau mengantarkan Bude Kiranti pulang dulu. Awas ya, kalau Pakde pulang nanti ternyata hawanya belum terasa kalian seperti tidur pulas, awas! Seperti biasa, sanksi umum tetap berjalan. Mumpung badan pakde terasa pegal-pegal nih.
ANAK-ANAK : (serempak)
ANAK-ANAK : (serempak)
Beres Pakde. (berjalan menuju ke kamar beriringan sambil menyenandungkan musik Kebo Giro)
LAMPU BERUBAH
ADEGAN 5
Suasana rumah singgah berubah menjadi suasana akad nikah. Hiasan sederhana hasil karya Genting, Sower, Kemprut, Janthil dan Wirid menghiasi seluruh ruangan. Di atas pintu depan tertempel tulisan ”Mohon Doa Restu”
GENTING :
LAMPU BERUBAH
ADEGAN 5
Suasana rumah singgah berubah menjadi suasana akad nikah. Hiasan sederhana hasil karya Genting, Sower, Kemprut, Janthil dan Wirid menghiasi seluruh ruangan. Di atas pintu depan tertempel tulisan ”Mohon Doa Restu”
GENTING :
Orang tuaku mungkin agak terlambat datang. Karena ambil raport adikku dulu di sekolah.
SOWER :
SOWER :
Kalau mama papaku tadi telpon, katanya pesawat untuk hari ini sudah penuh. Jadi mereka baru sampai di Indonesia besok. Katanya titip salam saja. Trus kadonya sudah dipaketkan, mungkin nanti sore sampai.
JANTHIL :
JANTHIL :
Ibuku sudah dalam perjalanan, bareng sama orang tuanya Kemprut. Soalnya mobilnya dipakai bapakku buat meeting ke luar kota.
KEMPRUT :
KEMPRUT :
10 menit lagi sampai kok. Ini baru sms.
WIRID :
WIRID :
Pasti kado yang paling indah adalah buatan mamaku. Nanti kalian lihat ya, baju pengantin yang dibuatkan mama untuk Bu Kiranti. Bahannya unik lho. Mamaku yang mendisain sendiri. Paduan motif-motif taplak meja. Rencananya Bude Kiranti sekalian dijadikan model mama buat launching peragaan busana terbarunya. Teman-teman desainer mama cukup terkejut dengan ide busana pengantin dari taplak meja itu.
KEMPRUT :
KEMPRUT :
Oh, ya. Sebentar, aku mau telpon mama dulu. Hallo, Mama. Mas kawin taplak mejanya dapat kan, yang modelnya persis seperti yang aku bilang?
MAMA KEMPRUT : (voice offer)
MAMA KEMPRUT : (voice offer)
Tenang, sayang. Mama bikin hampir mirip dengan aslinya. Sudah ya sayang, ini mama sudah mau sampai. Mau cari parkiran dulu. Daagghh, sayang..
JANTHIL :
JANTHIL :
Memang taplak meja yang persis bagaimana sih Prut?
GENTING :
GENTING :
Dasar Janthil bolot. Masa kamu lupa pembicaraan Pakde dan Bude Kir waktu kita intip bareng-bareng?
JANTHIL : (berlagak mikir)
JANTHIL : (berlagak mikir)
Oh....ya...ya...ingat aku sekarang. Terkadang Kemprut bril...bril...aduh apa sih Ting? Lupa lagi aku.
ANAK-ANAK : (serempak)
ANAK-ANAK : (serempak)
Bril...li..ant !!
JANTHIL :
JANTHIL :
Ya..ya..maksudku itu. Ya, itu maksudku.
GENTING :
GENTING :
Ayo, ayo...kita siap-siap. 10 menit lagi acara akad nikah mulai. Tapi, ngomong-ngomong, dari tadi kok Pakde tidak kelihatan. Kemana ya?
ANAK-ANAK :
ANAK-ANAK :
Iya, yuk kita cari. Pakde...Pakde...
Ada suara muncul dari dalam kamar mandi (Voice Offer).
PAKDE KEMPUL :
Ada suara muncul dari dalam kamar mandi (Voice Offer).
PAKDE KEMPUL :
Sebentaaar. Lagi tanggung nih. Sedikit lagi selesai.
KEMPRUT :
KEMPRUT :
Walah, Pakde rupanya bisa grogi juga.
WIRID :
WIRID :
Iya. Sampai-sampai betah berjam-jam mendekam di kamar mandi.
GENTING :
GENTING :
Pakde... (mengetuk pintu kamar mandi)...Pakde...5 menit lagi acara dimulai lho. Apa tidak bisa ditunda sebentar, buat stock nanti setelah akad nikah? Buang air kalau diburu-buru juga tidak akan nyaman di perut.
SOWER :
SOWER :
Gentiiing ! Ceramahnya nanti saja. Lebih baik aku minta perpanjangan waktu sekitar 10 menit lagi sama Pak Penghulu.
JANTHIL :
JANTHIL :
Ya sudah sana. Kasihan juga Pakde. Nanti malah tidak konsentrasi pada saat akad karena menahan sakit perut. Aku mau cari minyak kayu putih atau minyak telon dulu ya. Siapa tahu bisa sedikit meringankan perutnya Pakde.
KEMPRUT :
KEMPRUT :
Rombongan keluarga Bude Kiranti sudah ditelpon belum? Sudah sampai dimana posisi mereka?
SOWER :
SOWER :
Tenang. Berhubung jalanan macet, kemungkinan 15 menit lagi baru sampai.
GENTING :
GENTING :
Syukurlah, jadi pakde masih bisa ada waktu menenangkan diri sejenak. Eh, nanti yang kompak ya lagunya. Jangan sampai memalukan para undangan. Atau sambil menunggu waktu, sekarang kita latihan sebentar saja, tapi jangan keras-keras, ok.
ANAK-ANAK :
ANAK-ANAK :
Boleh. Yuk. (agak berbisik) Ji...lu...nem...
Suara 1 :
Suara 1 :
Taplak meja, taplak meja, taplak meja..
Suara 2 :
Suara 2 :
tap, tap, taplak mej..mej..mejaa...
Suara 3 :
Suara 3 :
Taaaaplaaaaaak meeeeejaaaaa...
(suara 1, 2, 3 dinyanyikan bersamaan, boleh diulang 2 atau 3 x)
Taplak meja dan wanita
Dua sosok berbeda tapi selaras
Taplak meja simbol indah dan anggun
Penutup noda, tapi bisa juga ternoda
Taplak meja benda multi fungsi
Orang ngungsi, bawa baju dibalut taplak meja
Maling TV, kalau kepepet takut ketahuan,
TV-nya dibungkus taplak meja asal sabet
Taplak meja sumber keberuntungan juga sumber masalah
Taplak meja juga bisa jadi saksi sejarah asmara
Antara Pakde Kempul dan Bude Kiranti
Oh, taplak meja
Benda sederhana tapi punya banyak cerita
Suara 1 : Taplak meja, taplak meja, taplak meja..
Suara 2 : tap, tap, taplak mej..mej..mejaa...
Suara 3 : Taaaaplaaaaaak meeeeejaaaaa...
PAKDE KEMPUL : (keluar dari kamar mandi)
(suara 1, 2, 3 dinyanyikan bersamaan, boleh diulang 2 atau 3 x)
Taplak meja dan wanita
Dua sosok berbeda tapi selaras
Taplak meja simbol indah dan anggun
Penutup noda, tapi bisa juga ternoda
Taplak meja benda multi fungsi
Orang ngungsi, bawa baju dibalut taplak meja
Maling TV, kalau kepepet takut ketahuan,
TV-nya dibungkus taplak meja asal sabet
Taplak meja sumber keberuntungan juga sumber masalah
Taplak meja juga bisa jadi saksi sejarah asmara
Antara Pakde Kempul dan Bude Kiranti
Oh, taplak meja
Benda sederhana tapi punya banyak cerita
Suara 1 : Taplak meja, taplak meja, taplak meja..
Suara 2 : tap, tap, taplak mej..mej..mejaa...
Suara 3 : Taaaaplaaaaaak meeeeejaaaaa...
PAKDE KEMPUL : (keluar dari kamar mandi)
Siapa yang bikin liriknya? Lucu juga.
ANAK-ANAK :
ANAK-ANAK :
Rahasia dong...tapi bagus kan Pakde?
PAKDE KEMPUL :
PAKDE KEMPUL :
Pakde terharu dengan niat baik kalian semua. Sebenarnya, walau satu sisi Pakde merasa bahagia, tapi di sisi lain Pakde sedih karena harus berpisah dengan kalian semua.
WIRID :
WIRID :
Subhanallah, Pakde. Tidak baik omong begitu. Siapa juga yang akan berpisah dengan Pakde? Subhanallah...
GENTING :
GENTING :
Pakde ini kok jadi ngaco ngomongnya.
KEMPRUT :
KEMPRUT :
Sudahlah. Sekarang Pakde konsentrasi sama acara special Pakde ini. Masalah kita, nanti kita masih punya kejutan lain buat Pakde.
SOWER :
SOWER :
Iya, Pakde. Pokoknya kejutan kita ini akan semakin melengkapi kebahagiaan Pakde sekarang. Karena Pakde layak dapatkan itu.
JANTHIL :
JANTHIL :
Pokoknya, tidak akan ada kata berpisah antara kita berlima dengan Pakde dan Bude Kir, ok.
GENTING :
GENTING :
Ayo, Pakde. Cepetan siap-siap. Pengantin wanitanya sudah sampai.
Prosesi akad nikah dimulai. Sengaja dibuat terbalik dari prosesi yang sebenarnya berlaku, yaitu pengantin laki-laki bertandang ke rumah pengantin wanita. Prosesi adat pengantin wanita memasuki rumah bisa memakai adat daerah mana saja (yang penting menunjukkan keragaman prosesi adat pernikahan masing-masing daerah di Indonesia). Beberapa buah tangan penghantar mas kawin, semua beralaskan taplak-taplak mungil. Gaun pengantin kedua mempelai dirancang dari taplak-taplak meja yang dijahit menjadi motif yang unik. Ending dari prosesi akad nikah adalah hiburan lagu TAPLAK MEJA.
T A M A T
Bintaro, 310708
BIODATA PENULIS
Nama lengkap : HERLINA SYARIFUDIN
Nama panggilan : LINA
TTL : Malang, 7 Desember 1978
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat surat : Jl. Cempaka Raya No. 15 Bintaro - Kesehatan
Jakarta Selatan 12330
Mobile phone : 0817 961 1519 / 021 – 9280 8285
Email : bravosag@yahoo.com
Herlina.Syarifudin@gmail.com
MEMO : Apabila ada kelompok teater yang berkeinginan memainkan naskah ini, dimohon untuk ijin atau setidaknya memberi kabar si penulis naskah. Kebutuhan ini lebih kepada untuk silaturahmi sekaligus sharing antar insan pelaku seni. Terima kasih.
Prosesi akad nikah dimulai. Sengaja dibuat terbalik dari prosesi yang sebenarnya berlaku, yaitu pengantin laki-laki bertandang ke rumah pengantin wanita. Prosesi adat pengantin wanita memasuki rumah bisa memakai adat daerah mana saja (yang penting menunjukkan keragaman prosesi adat pernikahan masing-masing daerah di Indonesia). Beberapa buah tangan penghantar mas kawin, semua beralaskan taplak-taplak mungil. Gaun pengantin kedua mempelai dirancang dari taplak-taplak meja yang dijahit menjadi motif yang unik. Ending dari prosesi akad nikah adalah hiburan lagu TAPLAK MEJA.
T A M A T
Bintaro, 310708
BIODATA PENULIS
Nama lengkap : HERLINA SYARIFUDIN
Nama panggilan : LINA
TTL : Malang, 7 Desember 1978
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat surat : Jl. Cempaka Raya No. 15 Bintaro - Kesehatan
Jakarta Selatan 12330
Mobile phone : 0817 961 1519 / 021 – 9280 8285
Email : bravosag@yahoo.com
Herlina.Syarifudin@gmail.com
MEMO : Apabila ada kelompok teater yang berkeinginan memainkan naskah ini, dimohon untuk ijin atau setidaknya memberi kabar si penulis naskah. Kebutuhan ini lebih kepada untuk silaturahmi sekaligus sharing antar insan pelaku seni. Terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar