Sabtu, 31 Desember 2022
PELUKIS DAN WANITA - Adhy Pratama Irianto
Sinopsis :
Hidup adalah menunggu. Menunggu untuk tumbuh, menunggu untuk besar, menunggu untuk kaya, dan menunggu untuk mati. Hidup bagi sebagian orang, hidup hanya terisi dengan ngungkung di kantornya, ngalor-ngidul dijalanan, dan melototin layar monitornya, terus pulang, terus tidur, terus bangun lagi terus ngungkung lagi. Terlalu panjang penantian yang dirasakan bagi manusia untuk hidup, dan tak jarang yang bosan dengan monogamy dan hitam putih hidup itu. Naskah pelukis dan wanita hanya mengganti keadaan hidup yang menunggu, entah menunggu apa, menjadi seorang wanita yang menunggu pelukis untuk melukis dirinya. Sekian lama menunggu, yang didapatnya hanya kebosanan. Hingga ia lebih memilih untuk berhenti menunggu walaupun sebenarnya kalau ia masih punya sisa kesabaran sedikit lagi, wajahnya yang cantik akan terlukis di canvas yang ia bawa sendiri.
Adegan
Setting :
Dua buah karung kain hitam putih diletakkan di tengah-tengah panggung. Didalam tiap karung terletak seorang laki-laki. Agak jauh sedikit di dekat wing kanan depan panggung ada sebuah meja yang ditutup kain biru dan diatasnya duduk seorang wanita yang termenung. Di sudut wing kiri depan ada sebuah canvas lukisan tergantung.
Wanita
Sudah lama kunantikan kedatangan kalian, kemana kalian! Kalian tidak mengerti betapa sakitnya menunggu, kalian tidak pahamkah berapa lama waktu kuterbuang sia-sia hanya karena menunggu kalian yang tak juga menampakkan sedikitpun batang hidung kalian dihadapanku.
(pause)
(melihat jam ditangan) bagaimana ini, matahari sudah tergelincir, kalian tak juga datang.
Pria 1
(Keluar dari karung perlahan-lahan memegang cat dan kuas, mimic wajahnya menunjukkan kalau ia adalah seorang yang bodoh) sudah lama menungguku, tuan putri?
Wanita
Iya, bahkan sudah hampir puas aku menunggu. Bahkan sudah hampir bosan. Dan bahkan sudah hampir gila aku menunggu kalian.
Pria 1
(terkejut) minta maaf putri (dengan nada yang diayun-ayunkan). Kan, belum terlalu lama putri menungguku.
Wanita
Belum terlalu lama !?, yang lama itu seperti apa menurutmu? Setahun, sewindu, satu decade atau satu abad!! Lihat! aku sudah duduk disini terlalu lama, bahkan canvas (menunjuk ke kanvas yang tergantung, diikuti dengan pandangan mata pria 1) yang kalian suruh aku bawakan sudah lapuk
Pria 1
(tertunduk) maaf tuan putri, tapi…
Wanita
Tapi apa? Lihat dandananku sudah mulai kacau, riasanku sudah mulai luntur.
Pria 1
Tapi aku hanya assistant, aku tak bisa melukis.
Wanita
Oh, begitu. Jadi mana temanmu atau bosmu itu?
Pria 1
Aku akan mencarinya, tuan putri duduk kembali manis-manis diatas situ, dan tunggu aku.
(Pria 1 out)
Wanita
Oh, berapa lama lagi aku harus menunggu! Sialan! Bodoh!(memaki kepada diri sendiri)
Pria 2
(keluar dari karung dengan raut muka sok, dan tak merasa bersalah)Sudah lama menunggu tuan putri (keluar dengan gaya flamboyant mendekati putri)
(pause, sambil menarik nafas panjang)
Bintang gemerlap, bulan menangis perih (menghadap kedepan) sudah siap dilukis tuan putri?(dengan cepat langsung duduk dihadapan Wanita)
Wanita
Sudah dari 600 menit yang lalu.
Pria 2
600 menit, berarti 10 jam, waw ! tuan putri rela menunggu 10 jam untuk kedatanganku, aku terharu.
Wanita
Jangan banyak bicara, dandananku sudah kacau, riasanku sudah luntur, tubuhku telah letih. Kalau kau membutuhkan kanvas, itu (menunjuk ke kanvas, diikuti dengan pandangan mata pria 2).
Pria 2
Baik, silahkan masuk pada pose yang telah kita sepakati kemarin.
Wanita
(tanpa bicara, dengan wajah yang menahan kesal berpose dengan posisi hampir tidur menghadap depan, dua kaki terlipat keatas sampai menyentuh panggul dan sikut tangan menopang tubuh agar tetap tegak.)
Pria 2
Tunggu, sebentar..
Wanita
(raut muka berubah bingung, tetapi tetap pada posisi)
Pria 2
Peralatan melukisku ada asistenku, kita harus menunggu kedatangannya.
Wanita
Ahhhhhhhhhhhhh!!!!!! ( setengah menjerit, merubah posisinya menjadi duduk biasa,dengan muka menahan kesal, pause)
Dia tadi sudah datang, jauh sebelum kedatanganmu, karena engkau belum datang, dia mencarimu!
Pria 2
Benarkah? (disambut anggukan perlahan wanita), kalau begitu, biarkan aku mencarinya (langsung berlari keluar dengan tergesa-gesa)
Wanita
(memandang dengan kosong kedepan)
Pria 1 in
Pria 1
Sudah kucari dia kemana-mana tuan putri, tapi dia tidak juga kelihatan. Dirumahnya, diwarung kopi tempat dia biasa, bahkan ditepi jembatan tempat dia sering mencari inspirasi.
Wanita
(turun dari meja, berdiri) yah jelas kalau kau tidak bertemu dengan dia (moving) dia dari tadi disini!
Pria 1
Apa!? Tidak mungkin, benar-benar tidak mungkin! Mana dia sekarang (pandangan berkeliling)
Wanita
Dia mencarimu! Bodoh!!
Pria 1
Benarkah!! Kalau begitu biarkan aku mencarinya (langsung keluar dengan berlari)
Wanita
Tidak usah…lah… le..bih.. ba..ik … kau …menunggu disini (gesture capek, sambil moving kembali ketempat duduknya)
Pria 2 in
Pria 2
(tertunduk dengan nafas yang tersengal-sengal matanya beradu pandangan dengan wanita yang memandangnya dengan heran) maaf putri, dimana aku harus mencarinya, segala tempat yang sering ia kunjungi aku datangi semua.
Wanita
Tuhan tolong aku, kalian benar-benar membuat aku gila, asistenmu tadi ada disini, dia juga mencarimu. Akhhhhhh..(memegang kepalanya)
Pria 2
Benarkah,, (langsung berlari keluar)
Wanita
Ouwhhh… baiklah, aku trauma, aku sudah hampir gila. Aku tidak akan mau dilukis lagi. Aku tidak mau lagi. (wanita mengamuk menendang kanvas dan mendorong mejanya sampai jatuh, kemudian dengan nafas yang naik turun dan mata yang melotot ia out)
Pria 1 dan pria 2 in.
Pria 2
(Berjalan mundur, menatap pria 1) Ah, kau selalu begitu, kalau dia marah bagaimana?
Pria 1
(terbengong dari tadi melihat keadaan sudah kacau balau) sepertinya dia sudah marah (tetap melihat ke panggung yang kacau)
Pria 2
(tetap menatap ke pria 1) kalau dia marah saja, masih bisa kita atasi, bagaimana kalau dia mengamuk?
Pria 1
Sepertinya dia sudah mengamuk.
Pria 2
Okelah, kalau mengamuk masih bisa kita tangani, kalau dia pergi bagaimana?
Pria 1
Sepertinya dia telah pergi.
Pria 2
(agak heran dengan arah mata pria 1 dan berbalik badan melihat kea rah pandangan pria 1) oh, Tuhan (memegang kedua kepalanya).
Selesai
PERHATIAN!
Bila Anda akan mementaskan naskah ini mohon untuk menghubungi penulis naskah untuk sekedar pemberitahuan.
Penulis: Adhy Pratama
Email: adhypratama_ibra@yahoo.com
Facebook: https://www.facebook.com/adhyra.irianto
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar