Berawal dari inisiatif kisah perjalanan hidup seseorang yang merindukan sesuatu keadaan indah, ketika rasa diam kian memuncak, sepi ini berlabuh pada muara syarat canda, saat peristiwa mulai tiba (ilusi), menjadi alur cerita perjalanan seorang perempuan, yang dilukiskan oleh segerombolan orang, hingga ketegangan menguasahi amarah, perempuan itu hanya diam tanpa sepata kata, lalu kemudian kisah ini mengujungkan kenangan, sampai akhirnya sang perempuan berucap menguntaikan sebuah puisi dan berkata “diamku adalah kerinduan” pada seorang lelaki dari segerombolan orang-orang, lalu perempuan berakhir dengan mati.
Adegan.1.
Seorang perempuan telah berada dalam panggung dan duduk diatas (trab) dengan posisi diam sambil merenung.
Lampu redup fokus pada perempuan.
Berkisar hitungan 1 menit. Tiba-tiba seorang laki-laki masuk telah berada juga diatas trab samping kanan perempuan dalam posisi berdiri tegap, lalu lelaki itu berdialog dan kemudian hilang.
Diam sejenak dan sambil tersenyum.
Lelaki 1 :
Adegan.1.
Seorang perempuan telah berada dalam panggung dan duduk diatas (trab) dengan posisi diam sambil merenung.
Lampu redup fokus pada perempuan.
Berkisar hitungan 1 menit. Tiba-tiba seorang laki-laki masuk telah berada juga diatas trab samping kanan perempuan dalam posisi berdiri tegap, lalu lelaki itu berdialog dan kemudian hilang.
Diam sejenak dan sambil tersenyum.
Lelaki 1 :
Diammu tak memberi jawaban untuk semua.
Maka kutunjukkan engkau pada kerinduan . . .
Lelaki itu mendekati perempuan dengan cepat lalu lampu padam dan kemudian nyala kembali, perempuan merasa tersentak dari kebingungan, lampu redup dan perempuan tetap menjadi focus.
2 orang masuk.
Orang 1 :
Lelaki itu mendekati perempuan dengan cepat lalu lampu padam dan kemudian nyala kembali, perempuan merasa tersentak dari kebingungan, lampu redup dan perempuan tetap menjadi focus.
2 orang masuk.
Orang 1 :
Berhenti . . ?
Jelaskan padaku . . .
Orang 2 :
Orang 2 :
Apa yang harus kujelaskan . .
Orang 1 :
Orang 1 :
Jelaskan apa yang terjadi . .
Orang 2 :
Orang 2 :
memang apa yang telah terjadi . . .
Orang 1 :
Orang 1 :
Jangan berbalik bertanya.
Sudahlah, katakan saja padaku . .
Orang 2 :
Orang 2 :
Apa yang harus kukatakan.
Jika memang diriku tak tahu tentang semua ini .
Orang 1 :
Orang 1 :
Usahlah berbohong.
Karna kuyakin kau pasti merahsiakannya .
Orang ke dua berdiam dengan sikap gelisah.
Orang 2 :
Orang ke dua berdiam dengan sikap gelisah.
Orang 2 :
Aku tak mengerti maksudmu . . ?
Orang 1 :
Orang 1 :
Katakan . .
Orang 2 :
Orang 2 :
Sungguh, aku tidak tahu . .
Orang 1 :
Orang 1 :
Bicaralah padaku . .
Orang 2 :
Orang 2 :
Sudah kubilang, aku tidak tahu . . .
Orang 1 :
Orang 1 :
Ucapilah, sebelum ombak menghantammu .
Orang 2 :
Orang 2 :
Walaupun ombak menghantam, diriku tetap tak bisa mengatakannya .
Situasi tegang, emosi ke dua orang memancing dan mencekam.
Orang 1 :
Situasi tegang, emosi ke dua orang memancing dan mencekam.
Orang 1 :
Jadi kau ingin dihantam ombak itu…
Baik kan kulakukan, bila memang kau tak mau berucap . . .
Orang 2 :
Mengapa kau ingin sekali mengetahuinya . . ?
Orang 1 :
Orang 1 :
Karena diriku tak ingin hubungan ini retak .
Orang 2 Diam Dan Bingung.
Orang 1 :
Orang 2 Diam Dan Bingung.
Orang 1 :
Hubungan yang telah terikat lama dan mungkin sulit terpisahkan juga dirangkai kembali Namun ada benih rasa dihatiku . . .
Orang 2 memahami dan masih berdiam
Orang 2 :
Orang 2 memahami dan masih berdiam
Orang 2 :
Aku mengerti sekarang mengapa kau tak ingin ini terjadi . .
Orang 1 :
Orang 1 :
Maka itulah yang menjadi pikiran juga bebanku . .
Orang 2 :
Orang 2 :
Baik, akan kuceritakan . . .
Akhirnya amarah teredam lalu kedua orang itu saling terbuka tuk bercerita. Sunyi sejenak, orang 2 berjalan perlahan kearah sayap kanan.
Orang 2 :
Akhirnya amarah teredam lalu kedua orang itu saling terbuka tuk bercerita. Sunyi sejenak, orang 2 berjalan perlahan kearah sayap kanan.
Orang 2 :
Ada cinta . . !
Orang 1 terkejut.
Orang 1 :
Orang 1 terkejut.
Orang 1 :
Apa ?
Orang 2 :
Orang 2 :
Ya, ada cinta dihati mereka berdua . . .
Orang 1 semakin tak menyangka
Orang 1 :
Orang 1 semakin tak menyangka
Orang 1 :
Mengapa ini bisa terjadi ?
Orang 2 :
Orang 2 :
Diriku juga tak menyangka dan tak mengerti . .
Orang 1 :
Orang 1 :
Lantas apa yang bisa mereka putuskan kekhawatiran ini ?
Mereka terjebak dalam kebimbangan.
Orang 2 :
Mereka terjebak dalam kebimbangan.
Orang 2 :
Tak akan ada yang bisa menyangka
Tak akan ada yang bisa menghentikan
Jika perasaan itu hadir menghampiri diri seseorang . . .
Orang 1 hanya diam dan mematung
Orang 2 :
Orang 1 hanya diam dan mematung
Orang 2 :
Mungkin sekuntum melati sedang bernyanyi
Tuk tebarkan hamparan bunga-bunga wangi .
Orang 1 :
Orang 1 :
Melati itu bernyanyi dalam gerbang genting
Hingga tak menyadari bahwa bunga-bunga yang mereka tabur
Kan menjadi noda .
Orang 2 :
Orang 2 :
Bagimu noda, tapi bagi mereka mempesona.
Jadi apa yang kau ingin perbuat . . !
Orang 1 :
Orang 1 :
Bertemu dan berbicara tuk sudahi sengketa
Mari sahabat . . .
Orang 2 :
Orang 2 :
Ya, mari .
Kedua orang itu keluar panggung.
Lampu redup, perempuan bingung dengan peristiwa yang disaksikannya.
Adegan.2.
Lampu terang kembali, orang ke 3 dan ke 4 masuk.
Orang 3 membacakan puisi dengan rasa gembira.
Orang 3 :
Kedua orang itu keluar panggung.
Lampu redup, perempuan bingung dengan peristiwa yang disaksikannya.
Adegan.2.
Lampu terang kembali, orang ke 3 dan ke 4 masuk.
Orang 3 membacakan puisi dengan rasa gembira.
Orang 3 :
Ternyata malam sangat menggetarkan
Saat bintang tersenyum menghadapku
Entah, baru kali ini hati terjerat dibuatnya
Sampai mata pun saja berhenti tanpa irama . . .
Sungguh penuh makna
Ketika daun menari tuk imbangi sepoi
Lalu debu hentakkanku
Dari semua haluan . . .
Entah, apakah pertanda suasana
Atau impian cinta hampiri lagi .
Orang 4 :
Saat bintang tersenyum menghadapku
Entah, baru kali ini hati terjerat dibuatnya
Sampai mata pun saja berhenti tanpa irama . . .
Sungguh penuh makna
Ketika daun menari tuk imbangi sepoi
Lalu debu hentakkanku
Dari semua haluan . . .
Entah, apakah pertanda suasana
Atau impian cinta hampiri lagi .
Orang 4 :
Malam nan sunyi ini,
Telah mengajakku dalam pelabuhan asmara hingga perasaan semakin kuatkan rasa rindu .
Orang 3 :
Orang 3 :
Rindu yang terimpikan sejak lama . .
Orang 4 :
Orang 4 :
Sampai ingin ku ujungkan kisah jadi sebuah cerita lewat selembar kertas
Orang 3 :
Orang 3 :
Jika memang dirimu ingin menulis
Maka menulislah .
Orang 4 :
Orang 4 :
Namun kita masih jauh tuk jejaki hari
Semakin kian jarak
Kau berdiri di atas kerikil runcing tak mampu berkata .
Orang 3 :
Orang 3 :
Apakah kerikil kecil ini akan menusuk separuh hati yang tak bersalah.
Hingga tak dapat memberikan sebuah harapan dan kasih sayang . . ?
Orang 4 :
Orang 4 :
Tak ada yang tertusuk oleh separuh hati, lalu harapan dan kasih sayang.
Akan kuberi, karna perasaan ini telah bersemi kembali untukmu .
Orang 3 :
Orang 3 :
Alangkah bahagia serta indah mendengarnya setelah tepi memberi kenyamanan
Agar sepi enggan hampir mengusik lagi .
Orang 4 :
Tak akan pernah kuredupkan mahligai
Walau gelombang pun menghadang
Takkan goncang labuan terang .
Orang 3 :
Orang 3 :
Lalu mari bersama arungi taman langit tuk menuju kebahagiaan .
Mereka saling bertatapan penuh makna, kemudian orang 1dan2 masuk dengan sikap sinis menghampiri orang 3 dan 4.
Orang 1 :
Mereka saling bertatapan penuh makna, kemudian orang 1dan2 masuk dengan sikap sinis menghampiri orang 3 dan 4.
Orang 1 :
Usahlah banyak harapan . . !
Orang 3 dan 4 terkejut serta bingung dengan perkataan orang 1 .
Orang 3 :
Orang 3 dan 4 terkejut serta bingung dengan perkataan orang 1 .
Orang 3 :
Memangnya mengapa . . . ?
Orang 1 :
Orang 1 :
Mungkin angan itu harus dileburkan .
Orang 3 :
Orang 3 :
Anganku adalah sebuah impian .
Orang 1 :
Orang 1 :
Impian yang mestinya tidak terjadi .
Suasana mencekam, perdebatan penuh amarah tercipta, lalu si-perempuan hanya melihat dan ada ingin berkata namun tak mampu.
Orang 4 :
Suasana mencekam, perdebatan penuh amarah tercipta, lalu si-perempuan hanya melihat dan ada ingin berkata namun tak mampu.
Orang 4 :
Hentikan semua pertikaian, sebabmu tak pasti .
Orang 1 :
Orang 1 :
Katamu tak pasti, bagiku pasti .
Orang 4 :
Orang 4 :
Jelaskan pada kami tentang maksudmu . . !
Orang 1 :
Orang 1 :
Maksudku . . .
Orang 4 :
Orang 4 :
Ya, maksudmu .
Orang 1 :
Orang 1 :
Sebuah derita, pemancing gelanggang merebak menerka .
Orang 4 :
Orang 4 :
Mengapa . . !
Orang 1 :
Orang 1 :
Mengapa, mengapa, mengapa bisa jadi gelanggang .
Diam.
Orang 1 :
Diam.
Orang 1 :
Karena banyak yang tak menginginkan kalian bahagia .
Semua terkejut dalam hati bergemuruh.
Orang 4 :
Semua terkejut dalam hati bergemuruh.
Orang 4 :
Apa yang kau ucapkan benar-benar sungguh . .
Orang 1 :
Orang 1 :
Ya itu kesungguhan, termasuk aku .
Orang ke 4 tidak mengerti apa yang diucapkan orang 1, lalu keluar, tinggalah orang 1,2 dan 3 di atas panggung.
Orang 2 :
Orang ke 4 tidak mengerti apa yang diucapkan orang 1, lalu keluar, tinggalah orang 1,2 dan 3 di atas panggung.
Orang 2 :
Apa yang harus kuperbuat !
Orang 1 :
Orang 1 :
Kejar dia, jangan biarkan pedih melamur pada ke putus asa-an .
Orang 2 :
Orang 2 :
Lalu dia . . .
Orang 1 :
Orang 1 :
Aku yang menyudahi derita ini .
Orang 2 :
Orang 2 :
Baiklah . . .
Orang ke 2 keluar berlari mengejar orang ke 4.
Orang 1 :
Orang ke 2 keluar berlari mengejar orang ke 4.
Orang 1 :
Putuskan benih rasamu terhadap dia .
Orang 3 :
Orang 3 :
Tidak . . .
Orang 1 :
Orang 1 :
Putuskan.
Orang 3 :
Orang 3 :
Tidak akan .
Orang 1 :
Orang 1 :
Putuskan sekarang .
Orang 3 :
Orang 3 :
Tidak pernah kulakukan .
Orang 1 :
Orang 1 :
Putuskan sekarang rasamu, lekaslah . . ?
Adegan.3.
Emosi orang ke 3 memuncak lalu berteriak.
Orang 3 :
Adegan.3.
Emosi orang ke 3 memuncak lalu berteriak.
Orang 3 :
Tidakkk………………………………..
Orang 1 :
Orang 1 :
Diam…………………………………..
buih kata bibirmu tak usah diucapkan lagi .
Kesedihan terlihat jelas memapar di wajah orang ke 3.
Orang 3 :
buih kata bibirmu tak usah diucapkan lagi .
Kesedihan terlihat jelas memapar di wajah orang ke 3.
Orang 3 :
Bagaimana aku memutuskan perasaan ini .
Orang 1 :
Orang 1 :
Pergi . . .
Orang 3 :
Orang 3 :
Apakah kepergianku akan menjadi ketenangan, itukah maumu . . ?
Orang 1 :
Orang 1 :
Ya .
Orang 3 :
Orang 3 :
Baik, aku akan pergi, jika itu jalan terbaik .
Orang 1 :
Orang 1 :
Pergilah sejauh mungkin dari peraduan disini .
Orang 3 :
Orang 3 :
Ya, aku pergi....
Mentariku telah padam.
Senjaku telah hilang.
Dan bintangku, tak bersinar terang .
Orang 3 :
Orang 3 :
Tapi ingatlah....aku akan kembali tuk usaikan cerita ini .
Orang ke 3 pergi, tinggallah orang ke 1.
Orang 1 :
Orang ke 3 pergi, tinggallah orang ke 1.
Orang 1 :
Hanya kisah yang tak kan bisa terulang .
Orang pertama keluar dan meninggalkan setangkai bunga mawar, lampu redup, hanya 1 titik lampu tersorot pada si-perempuan.
Adegan.4.
Perempuan terhenyak dengan situasi tadi lalu melihat dan memegang setangkai mawar itu.
Perempuan :
Orang pertama keluar dan meninggalkan setangkai bunga mawar, lampu redup, hanya 1 titik lampu tersorot pada si-perempuan.
Adegan.4.
Perempuan terhenyak dengan situasi tadi lalu melihat dan memegang setangkai mawar itu.
Perempuan :
Mengapa yang kulihat tadi sama seperti kisahku, apakah cerita ini kan
Berlanjut kembali pada keseharian dahulu, atau adakah dia kembali lagi
Menjemputku tuk hantarkan aku dalam kebahagiaan .
Diam .
Kemudian tiba-tiba seseorang laki-laki masuk diatas panggung dan mendekati heran
Kepada Perempuan.
Lelaki 2 :
Berlanjut kembali pada keseharian dahulu, atau adakah dia kembali lagi
Menjemputku tuk hantarkan aku dalam kebahagiaan .
Diam .
Kemudian tiba-tiba seseorang laki-laki masuk diatas panggung dan mendekati heran
Kepada Perempuan.
Lelaki 2 :
Maaf jika mengganggu dirimu disini, yang duduk menyendiri
Mengapa hanya berdiam . . ?
Apakah kau tak bisa bicara padaku atau tak mau berbicara .
Perempuan melihat ke-arah wajah lelaki 2 lalu berdiri sambil tersenyum tipis.
Perempuan :
Mengapa hanya berdiam . . ?
Apakah kau tak bisa bicara padaku atau tak mau berbicara .
Perempuan melihat ke-arah wajah lelaki 2 lalu berdiri sambil tersenyum tipis.
Perempuan :
Bibirku tak ucapkan kata
Semata tuk merenung
Dalam kekosongan hari hari
Dikala tabir tabir sunyi
Kian memuncak
Sepi ini berlabuh
Pada muara syarat canda
Jangan memaksa ombak
Bila dia enggan menerjang
Usah hampiri angan
Jika harapan akan menggenang
Lalu kini telah terputuskan
“diamku adalah kerinduan”
Lelaki 2 :
Semata tuk merenung
Dalam kekosongan hari hari
Dikala tabir tabir sunyi
Kian memuncak
Sepi ini berlabuh
Pada muara syarat canda
Jangan memaksa ombak
Bila dia enggan menerjang
Usah hampiri angan
Jika harapan akan menggenang
Lalu kini telah terputuskan
“diamku adalah kerinduan”
Lelaki 2 :
Lalu apakah setangkai mawar ini milikmu . . ?
Lalu siapa yang memberikannya padamu . . ?
Perempuan :
Lalu siapa yang memberikannya padamu . . ?
Perempuan :
Bukan, mawar itu punya seseorang yang menceritakan kisah Indah .
Lelaki 2 :
Lelaki 2 :
Seseorang yang menceritakan kisah indah . . !
Apa maksudmu dengan seseorang itu . . ?
Perempuan :
Apa maksudmu dengan seseorang itu . . ?
Perempuan :
Dia telah kembali .
Lelaki 2 :
Lelaki 2 :
Siapa dia . . .
Perempuan :
Perempuan :
Dia seseorang yang pernah kau usir dari kehidupanku .
Lelaki 2 :
Lelaki 2 :
Jadi laki-laki itu sudah kembali lagi kesini .
Perempuan :
Perempuan :
Ya, ia kembali tuk usaikan cerita . .
Dalam bayangku juga bayangmu . . .
Lelaki 2 :
Dalam bayangku juga bayangmu . . .
Lelaki 2 :
Tak akan kubiarkan terulang lagi . .
Karna hanya bayangan, berarti tak akan terjadi apa-apa .
Perempuan :
Karna hanya bayangan, berarti tak akan terjadi apa-apa .
Perempuan :
Tidakkah kau ingat ucapannya sebelum pergi .
Lelaki 2 :
Lelaki 2 :
Aku masih mengingatnya .
Perempuan :
Perempuan :
Maka itulah yang kan terjadi .
Sambil tersenyum dan dengan rasa lega perempuan meletakkan mawar itu, tergeletak di atas trab lalu perempuan melangkah kearah tengah panggung (senter), kemudian duduk bersimpuh sambil mengeluarkan belati dari belakang tubuhnya.
Perempuan :
Sambil tersenyum dan dengan rasa lega perempuan meletakkan mawar itu, tergeletak di atas trab lalu perempuan melangkah kearah tengah panggung (senter), kemudian duduk bersimpuh sambil mengeluarkan belati dari belakang tubuhnya.
Perempuan :
Walau cahayaku telah padam . .
Biar pesonaku telah gugur . .
Tapi dirimu dapat kurasa sebagai tekad . .
Oh . . . kekasihku, sekarang aku benar-benar siap untuk kau jemput
Agar kita dapat bersatu kembali seperti hari-hari kemarin . . .
Perempuan membuka belati dari belakang bajunya dan bersiap-siap menempelkan ke tubuhnya, ketika perempuan mulai menahan perih, sambil tersenyum,
lalu perempuan mati.
Laki laki 2 terkejut dengan apa yang dilihatnya, ingin mengapai tubuh perempuan, namun tidak bisa (menjadi kaku).
Lelaki 2 :
Biar pesonaku telah gugur . .
Tapi dirimu dapat kurasa sebagai tekad . .
Oh . . . kekasihku, sekarang aku benar-benar siap untuk kau jemput
Agar kita dapat bersatu kembali seperti hari-hari kemarin . . .
Perempuan membuka belati dari belakang bajunya dan bersiap-siap menempelkan ke tubuhnya, ketika perempuan mulai menahan perih, sambil tersenyum,
lalu perempuan mati.
Laki laki 2 terkejut dengan apa yang dilihatnya, ingin mengapai tubuh perempuan, namun tidak bisa (menjadi kaku).
Lelaki 2 :
Adinda . . . (berteriak) .
Apa yang kau lakukan . .
Apakah ini jalan yang kau berikan untuknya, untukku . . .
Lalu terdengar suara suara dari luar panggung yang membuat lelaki 2 ketakutan (tubuh kemudian menjadi bergerak kembali), terjatuh bersimpuh, melihat-lihat kearah manapun dan mengambil mawar kemudian mendekati perempuan sambil meratap.
Lelaki 2 :
Apa yang kau lakukan . .
Apakah ini jalan yang kau berikan untuknya, untukku . . .
Lalu terdengar suara suara dari luar panggung yang membuat lelaki 2 ketakutan (tubuh kemudian menjadi bergerak kembali), terjatuh bersimpuh, melihat-lihat kearah manapun dan mengambil mawar kemudian mendekati perempuan sambil meratap.
Lelaki 2 :
Tidak, tidak . . .
Apakah ini akhir dari perjalanan yang diucapkannya . . .
Tidak . . .
Tidak . . .
Lelaki 2 semakin merasa ketakutan dan berterisak histeris.
Lelaki 2 :
Apakah ini akhir dari perjalanan yang diucapkannya . . .
Tidak . . .
Tidak . . .
Lelaki 2 semakin merasa ketakutan dan berterisak histeris.
Lelaki 2 :
Tidak, tidak………………………………………..
Lampu panggung mulai meredup bersamaan tirai perlahan pula menutup.
…selesai…
Naskah
Rudi Remakong
Lampu panggung mulai meredup bersamaan tirai perlahan pula menutup.
…selesai…
Naskah
Rudi Remakong
Tidak ada komentar:
Posting Komentar