Jumat, 06 Agustus 2010

ATAWA UNANG UNANG - Arifin C. Noer


ATAWA UNANG UNANG
Karya : Arifin C. Noer


DRAMATIC PERSONAE


WASKA
BOROK
RANGGONG
BIGAYAH
DEBLENG
GUSTAV
JAPAR
BUANG
NABI-NABI
EMBAH
EMBAH PUTRI
SENIMAN/JONATHAN
TUKANG JAMU
TUKANG SEKOTENG
TUKANG KUE
TUKANG PIJAT
ANAK KECIL
JURU KUNCI
ANAKNYA
ENGKOS
DAJJAL
DAN LAIN-LAIN


BAGIAN PERTAMA

LONCENG DUA KALI
ROMBONGAN WASKA LEWAT
KOSONG

LONCENG DUA KALI
ROMBONGAN WASKA (MAKIN BANYAK) LEWAT
KOSONG

LONCENG DUA KALI
ROMBONGAN WASKA (MAKIN BANYAK LAGI) LEWAT
KOSONG

ROMBONGAN WASKA MAKIN BANYAK MUNCUL TAK EBRATURAN UNTUK KEMUDIAN MENYEBAR MENYELINAP MENJAUHI PENTAS. SIKAP MEREKA MENGESANKAN SEDANG MENGINTIP. KOSONG DENGAN BUNYI DETIK LONCENG.

LONCENG DUA BELAS KALI.
BERSAMAAN DENGAN ITU MUNCUL WASKA
SENAR MENANGGALKAN PERAN WASKA

SEMAR
Apakah yang sedang terjadi atau telah terjadi, para penonton? Atau sedang apakah aktor-aktor atau aktris-aktris tahadi? Mungkinkah mereka titik titik titik? Atau barangkali mereka titik titik titik? Jawabnya; mungkindan barangkali. Atau? Atau? Dan seterusnya masih banyak lagi deretan pertanyaan untuk adegan yang barusan tadi.

Nah, saya, Semar. Pemimpin rombongan sandiwara ini tanpa tedeng aling-aling ingin menjelaskan dan membuka segala sesuatunya apa adanya. Para penonton, percayahlah dan yakinlah bahwa mereka tadi sedang dalam perjalanan di pimpin oleh seorang penjahat besar, bernama Waska, yang kebetulah saya mainkan sendiri sekaligus menyutradari. Lantas, perjalanan kemanakah, para penonton? Jawabannya: tontonlah sandiwara ini.

ENGKOS (yang sedang mengintip)
Waska, kita sudah tujuh jam mengintip nonstop. Bagaimana seterusnya?

WASKA
Betul-betul anjing kurapan budak setan. Nggak sabaran. Mana bisa dia menjadi penjahat besar tanpa memiliki ketahanan menghadapi waktu.

SAMBIL MELUDAH, WASKA MENDEKATI ENGKOS YANG SEDANG MENGINTIP

WASKA
Tanya apa kamu?

ENGKOS
Tanya….

WASKA
Cuah!

SETELAH MELUDAHI, WASKA PUN BERANJAK DARI ANAK BUAHNYA ITU.

SEMAR
Yang maki-maki dan meludahi tadi, Waska. Bukan saya. Terus terang saya pribadi nggak suka pada Waska

ANAK KECIL
Oom Semar! Oom Semar! Nih, rokoknya, dan ini uang kembaliannya.

SAMBIL LALU SEMAR MENERIMA ROKOK DAN UANG ITU

SEMAR
nah, penonton. Dalam menonton ini sandiwara janganlah sekali-sekali ketawa, apalagi berlebihan, tapi saksikanlah dengan serius. Ikutilah lakon ini secara teliti. Tapi juga jangan sekali-sekali menduga-duga yang aneh-aneh atau ngaeng-ngaeng, karena sandiwara ini sama sekali bukanlah teka-teki, juga bukan batu akik. Nah, permisi sebentar, saya akan memainkan peran Waska lagi.

WASKA
Ranggong!

RANGGONG
Ranggong di sini, Waska, di becak nomor tiga belas

WASKA
Debleng!

DEBLENG
Di sini, Waska. Di balik tong sampah

WASKA
Gustav!

GUSTAV
Di bawah jembatan, Waska

WASKA
Borok!

BOROK
Gua di kuburan cina, Waska

WASKA
Japar!

JAPAR
Aku dalam bus kota, orang tua!

WASKA
Engkos!

ENGKOS
Engkos tadi sudah di ludahi, Waska

WASKA
Keluar sebentar, bajingan. Ke sini!

ENGKOS MENDEKATI WASKA DENGAN LANGKAHNYA JONGKOK ALA KRATON JAWA ATAWA SUNDA. DAN MELIHAT INI BUKAN MAIN MENYALA AMARAH WASKA

WASKA
Apa-apaan kamu!?
(Engkos terus ngesod)
Berdiri! Kamu bukan anjing, anjing!
(Engkos terus ngesod)
Betul-betul menjijikan! Berdiri, anjing!
(Engkos terus ngesod dan waska terus menghindar)
Berdiri, babi! Berdiri!

ENGKOS
Hormatku, Waska. Hormatku. Kagumku, Waska, kagumku. Setiaku, Waska, setiaku.

WASKA
Jadi betul-betul kamu anjing! Kamu robek-robek dirimu sendiri!?

ENGKOS
Waska, Waska, Waska….

WASKA
Kamu sendiri yang minta diludahi, Engkos.
Kamu sendiri yang minta dicambuk, Engkos
Kamu sendiri yang minta dirajam, Engkos
Kamu sendiri yang minta dibandem, Engkos

ENGKOS (Kasmaran)
Waska, Waska, Waska…..

SAMBIL MELUDAHKAN SEDERET KATA-KATA UMPATAN, WASKA MELEMPARI ENGKOS DENGAN BATU DAN APA SAJA YANG DIDAPAT. DAN ENGKOS MERASAKANNYA DENGAN NIKMAT SEKALI. EKSTASE! (BAJINGAN!)

ORANG-ORANG YANG TADI SEDANG MENGINTIP KINI JADI TERTARIK AKAN ADEGAN ITU DAN MUNCULLAH SEORANG DEMI SEORANG DAN MENDEKATLAH MEREKA SEORANG DEMI SEORANG, SELALU: YANG SATU MENIRU YANG LAIN. DAN SELANJUTNYA, ASYIKLAH MEREKA MENONTON, LALU SALAH SEORANG MENGAMBIL KENDANG DAN MENABUHNYA. LALU YANG LAINNYA MENGAMBIL KENDANG YANG LAIN DAN MENABUHNYA, YANG LAINNYA. YANG LAINNYA. BEGITULAH, SEHINGGA TERCIPTALAH SUATU ORKES PERKUSI DENGAN TONTONAN YANG SAMA SEKALI MENGINGATKAN SEEKOR ANJING YANG DIBANDEM TUANNYA LANTARAN ANJING ITU TELAH MEMAKAN BINATANG-BINATANG KESANYANGANNYA YANG LAIN.

TIDAK CUKUP SAMPAI DI SITU, ORANG-ORANG YANG TIDAK PUNYA KENDANG KINI IKUT MELEMPARI ANJING ITU DAN ANJING ITU SEMAKIN MERASA NIKMAT DENGAN PENDERITAANNYA DAN KESAKITANNYA.

MEREKA BARU BERHENTI KETIKA ENGKOS SUDAH ENGGAN BERKUTIK SAMA SEKALI, SEMUA SAMA KECAPEKAN. WASKA LUNGLAI MENYINGKIR JAUH DARI MEREKA DAN REBAH TERLENTANG. SELANJUTNYA ISTIRAHAT DAN ATUR NAPAS.

SETELAH BEBERAPA SAAT ISTIRAHAT, BEBERAPA ORANG MENGUBURKAN MAYAT ITU, DAN SALAH SEORANG WANITA MENANGISINYA….

DEBLENG
Betapa pun hina dinanya orang yang ada dalam kubur ini, Tuhan, namun terimalah dia. Barangkali ia hanyalah serbuk kayu, barangkali ia hanyalah arang, barangkali ia hanyalah daki, barangkali ia hanyalah karat pada besi tua, namun tak bisa di pungkiri ia adalah milikMu, mahlukMu, maka terimalah ia kembali dalam rahasiaMu.
Kejahatan yang telah dilakukan orang dalam kubur ini betul-betul kelewatan, Tuhan. Ia telah menghina dirinya habis-habisan. Sekali lagi, Tuhan, terimalah ia karena Engkau pun tahu kami tak bisa menyimpannya. Amien.

ANAK KECIL MENYODORKAN SEGELAS AIR PUTIH DAN DEBLENG MENERIMANYA DAN MENEGUKNYA TIGA KALI TEGUKAN

WASKA
Ranggong!

RANGGONG
Saya, Waska!?

WASKA
Sebentar lagi kumpulkan semua orang

RANGGONG
Di sini,Waska?

WASKA
Kalau mungkin dan kalau sempat, hubungi juga para sesepuh kita dan bawa ke sini. Para pelacur yang masih melayani tamu-tamunya biar menyusul belakangan, asal kamu beritahu juga. Lalu kalau kebetulan ketemu Borok, bilang padanya saya tidak sabar menunggu jamu yang dijanjikannya.

RANGGONG
Baik, Waska.

WASKA
Rasanya saya ahrus menceritakan rencana besar saya sekarang juga. Saya kira inilah malamnya. Hampir setengah abad saya nantikan malam serupa ini, angina serupa ini, ketetapan hati serupa ini. Tuhan, impian besar dan spektakuler itu telah mengganggu selera makanku, telah mengganggu tidurku, telah mengganggu selera syahwatku selama hampir setengah abad. Ranggong….

RANGGONG
Ya, Waska

WASKA
Kamu gagah laksana golok. Tapi kamu juga indah laksana fajar. Kamu memang golokku danb fajarku. Sudah berapa lama kamu menjadi perampok?

RANGGONG
Tepatnya lupa, Waska. Seingat saya selepas sekolah dasar saya sudah mulai mencuri kecil-kecilan dan sekarang umur saya lebih empat puluh tahun

WASKA
Pengalaman penjara?

RANGGONG
Tiga kali tiga tempat

WASKA
senior kamu, Ranggong. Dan itu artinya kamu bisa mengambil alih peran lebih besar dalam impian saya itu. Kawin?

RANGGONG
Tidak, Waska, seperti kamu juga.

WASKA
Sempurna. Kamu roang kedua setelah Borok. Persis seprti impian saya. Ya, ya. Kamu dan Borok seperti tangan kanan dan tangan kiri seperti busur dan anak panahnya, lengkap.

RANGGONG
Kalau boleh tahu, Waska.

WASKA
Yang pokok boleh. Detil nanti kalau semuanya sudah datang
(Sebentar ia menikmati rokoknya dulu)
Ranggong, sejak muda saya memimpikan memimpin suatu operasi besar secara simultan. Seluruh penjuru kota kita serang, kita rampok habis-habisan. Paling sedikit 130 bank yang ada, 400 pabrik, 2000 perusahaan menengah dan kecil dan ribuan toko-toko dan warung-warung yang ada di kota ini, akan kita gedor secara serempak. Mendadak. Pasti. Pasti menetas impian tua saya ini. Jumlah kita, anak-anak lapar dan dahagaa sudah menjadi rongga mulut raksasa yang juga akan mengancam keheningan langit. Kehadiran kita yang bersama ini akan menggetarkan para nabi dan malaikat.

SENYUM DAN PANDANGAN YANG MEMANCANGKAN IMPIAN PADA WAJAH RANGGONG SEOLAH MENYEBABKAN TUBUHNYA MEMBEKU UNTUK BEBERAPA SAAT.

WASKA
Kamu suka rencana itu?

RANGGONG
Suka sekali, Waska. Suka sekali. Sekarang bahkan saya sudah membayangkan bagaimana saya melaksanakan tugas-tugas saya.
(Sekarang justru waska yang membeku. sidekap. Tersenyum)
Kenapa, Waska?
(Ranggong merasa cemas sekali akan keadaan pemimpinnya)
kamu sakit, sakit lagi, Waska!?

SENYUM ITU SEMAKIN LEBAR, TAPI WASKA SEMAKIN MEMBEKU. BEBERAPA ORANG YANG LAIN MUNCUL MENDEKATI

DEBLENG
Waska

JAPAR
Waska

GUSTAV
Waska

JAPAR
Dulu ia pernah penyakitan begini, tapi nggak pake senyum kayaknya

DEBLENG LALU MENGGUNCANG-GUNCANGKAN TUBUH WASKA, TAPI WASKA TETAP TIDAK BEREAKSI SAMA SEKALI. MELIHAT KEADAAN TUANNYA YANG LUAR BISAA INI, SEGERA SAJA ORANG-ORANG SAMA MENGGUNCANG-GUNCANGKAN TUBUH WASKA. SEMUANYA DILIPUTI KECEMASAN

ORANG-ORANG
Waska, waska….

BETUL-BETUL WASKA KAYAK MAYAT-SENYUM SAJA. SAMA SEKALI NGGAK BEREAKSI, DIGUNCANG-GUNCANG, DITARIK SANA, DITARIK SINI, DIBARINGKAN, DIBERI MINUM DAN SETERUSNYA. SEMUA USAHA ALHASIL SIA-SIA

JAPAR
Lebih baik dia tidur dulu. Biar tenang. Barangkali jantungnya. Barangkali dia sedang menderita suatu jenis penyakit kekejangan yang baru

MAKA DIBARINGKANNYA ITU WASKA, DAN ORANG-ORANG CUMA MENGAMATINYA SAJA. TIBA-TIBA WASKA DUDUK TAPI TETAP MEMBEKU. DAN ORANG-ORANG PUN BERTAMBAH HERAN DAN GANJIL

DEBLENG
Saya kira dia siuman

GUSTAV
Napasnya lebih besar dari penyakitnya

JAPAR
Saya bilang biarkan ia tidur

RANGGONG
Saya takut dia mati

JAPAR
Kalau mati, kenapa?

RANGGONG
Siapa yang akan memimpin kita?

GUSTAV
Gampang itu. Kita berantem dulu, pilih yang paling jagoan

RANGGONG
Gampang. Kamu kira kamu mampu memimpin saya dan teman-teman semua?

GUSTAV
Biar saja, apa susahnya?

RANGGONG
Lalu yang melaksanakan rencana besarnya siapa? Kamu?

GUSTAV
Kamu kira siapa?

RANGGONG
Kamu tahu rencana besarnya?

GUSTAV
Nggak

RANGGONG
Tahu saja nggak, mana bisa mengerjakan rencana besar itu

JAPAR
Dia belum tidur juga

RANGGONG
Kalau sampai satu hari saja dia membeku seperti ini bisa gawat dunia

JAPAR
Kita paksa saja supaya matanya merem

KARENA ORANG-ORANG MENYETUJUI USULNYA, LALU JAPAR MENCOBA MENGATUPKAN KELOPAK MATA WASKA SUPAYA MEREM. TIBA-TIBA WASKA BANGKIT TERJAGA DAN WASKA MENYEMBURKAN LUDAHNYA PADA JAPAR SAMBIL MENGUMPAT. BEGITULAH SAMBIL MENYEMBUR, TAK LUPA WASKA MELUNCURKAN KATA-KATA MAKIAN DAN SEMUA ORANG PUN TANPA KECUALI KEBLINGSATAN MENINGGALKAN PENTAS.

SEMAR
Sebagian orang menganggap tokoh Waska itu sebagai lelaki atau jawara tua setengah sinting, eksentrik kayak seniman besar. Sebagian lagi menganggap penyakitnya itu sebagai guna-guna atau tenung yang dilontarkan orang atau musuhnya. Tapi sebagian lagi menganggapnya pada saat seperti itu ia sedang bercakap-cakap dengan ‘Yang Maha Kuasa’ mengingat kedudukannya nyaris sebagai nabi. Saya sendiri sebagai Semar yang memerankan tokoh itu Cuma menganggapnya sebagai tokoh yang sangat kocak yang sadar akan kekocakannya serta kekocakan lingkungannya. Nah, saya teruskan lagi. Sebentar.

SEBENTAR WASKA TENGOK KANAN KIRI LALU BARING LALU TIDUR LAGI MENDENGKUR. SESEORANG MUNCUL, TENGOK KANAN KIRI LALU BARING LALU TIDUR LALU MENDENGKUR. LAINNYA. LAINNYA. BEGITULAH AKHIRNYA TEMPAT YANG TIDAK BEGITU LUAS. TABUHLAH. BAWA BATU-BATU DAN PUKUL-PUKULKANLAH.

SEMAR
Lihatlah, betapa memedihkan keadaan gerombolan penjahat-penjahat itu ketika pemimpinnya hilang tak tentu rimbanya. Nampak jelas sekali mereka pun memerlukan seseorang yang bisa mereka mitoskan demi keseimbangan jiwa-jiwa mereka.

TIGA (Berseru)
Waska ada dalam gerbong

EMPAT (Berseru)
Waska sedang tidur dalam gerbang

LALU SEMUA ORANG SAMA-SAMA MASUK KE GERBONG TUA ITU. DAN SEMENTARA PENTAS KOSONG LEWATLAH SENIMAN YANG BERBARET BERSYAL ITU SAMBIL MENGGESEK BIOLANYA.

LALU SEORANG IBU MUNCUL

IBU SATU
Toto! Toto! Di mana kau, Toto? Pulanglah Toto

LALU IBU YANG LAIN MUNCUL


IBU DUA
Titi! Titi! Di mana kau, Titi? Pulanglah Titi

LALU IBU YANG LAIN MUNCUL

IBU TIGA
Somad, sudah malam, Somad. Pulang, Somad

LALU MUNCUL ANAK KECIL


ANAK KECIL (Sambil lari)
Bapak anjing! Ibu anjing! Gua gak mau pulang!

LALU SENIMAN LEWAT LAGI DENGAN GESEKAN BIOLANYA. LALU SATU-SATU KELUAR DARI GERBONG TUA ITU UNTUK SELANJUTNYA DUDUK ATAU BERDIRI ATAU BERBARING ATAU JONGKOK ATAU NAGKRING ATAU APALAH YANG PENTING SEMUA ORANG MEWARTAKAN KESEDIHAN. YA, KESEDIHAN DAN KECEMASAN SEDANG MELANDA MEREKA. PADA SEMUA WAJAH TERCACAR ‘HARI DEPAN YANG KABUR’ BAHKAN ‘HARI DEPAN YANG MENAWARKAN BENCANA’ BEGITULAH UNTUK BEBERAPA SAAT KEADAAN HENING BENING.

TIBA-TIBA JAPAR YANG KURUS-TINGGI-GEPENG MUNCUL SAMBIL MELANTANGKAN TANGISNYA YANG NGGAK KEPALANG TANGGUNG. SEMUA MUNCUL LAGI. DEBLENG YANG MERANGKULNYA SAMBIL MENANGIS SEHINGGA TERCIPTALAH DUET TANGIS.

JAPAR
Kalau dia mati, siapa yang akan memimpin kita?

DUET LAGI

DEBLENG
Dia pemimpin lebih dari pemimpin. Sedemikian besar kharismanya, sehingga wajah serta kulitnya yang hitam berkilat memancarkan cahaya terang benderang bagaikan wajah orang suci, wali-wali, wajah-wajah santun, bahkan laksana matahari.

DUET LAGI. YANG LAIN-LAIN CUMA MENGANGGUK-ANGGUK KETIKA PERCAKAPAN TADI SAMBIL MENAHAN TANGIS MENYIMPANNYA DALAM DADA

JAPAR
Kalau dia mati, siapa yang akan memarahi kita? Kalau dia mati siapa yang akan mencaci kita? Kalau dia mati, siapa yang akan, siapa yang akan, siapa yang akan, siapa yang akan…

DUET LAGI

DEBLENG
Waska

JAPAR
Waska

SEMUA
Waska

RANGGONG
Tawakal, tawakal, seperti kata Waska sendiri

BOROK
Sabar, sabar, seperti kata Waska sendiri

GUSTAV
Tuhan Maha Kuasa. Dari tanah kembali tanah

EMPAT (Marah)
Jangan omong sembarangan, Gustav. Dia belum mati

GUSTAV
Maaf, Buang. Saya khilaf. Soalnya, kalian bersedih sedemikian rupa hingga kayaknya Waska sudah menjadi mayat

RANGGONG
Berhentilah menangis, berhentilah menangis

BUANG
Menangislah dalam batin kalau bisa. Lebih sopan dan lebih intelek dan lebih tinggi derajatnya.

TERISAK-ISAK. DUET TANGIS LAGI. KINI ORANG-ORANG SEMUA MENANGIS DAN SENIMAN MENGGESEK BIOLANYA.
LALU MUNCUL ROMBONGAN PARA NABI. MEREKA TURUN DARI LANGIT DENGAN SEBUAH KENDARAAN ANGKASA YANG TERBUAT DARI BATANG POHON KELAPA. MENYAKSIKAN PADUAN TANGIS YANG SIMFONIK HAIBAT ITU. PARA NABI PUN TERHERAN-HERAN.

NABI
Ada apa, saudara?

TAK SEORANG PUN MENGHIRAUKAN

NABI
Ada apa, saudara?

GUSTAV (Berseru)
Hentikan sebentar tangismu, teman-teman, ada yang mau bicara!

ORANG-ORANG PUN BERHENTI MENANGIS

GUSTAV
Barangkali ada yang perlu dijelaskan, nabiku?

NABI
Kenapa kalian menangis dan tangis kalian sedemikian rupa sehingga kedengaran sampai di lapisan langit ketujuh

NABI
Malahan semesta raya hanya berisi tangis dan nestapa dengan tangis kalian

JAPAR
Kami menangis lantaran sedih

NABI
Kenapa sedih?

JAPAR
Kami sedih karena, karena…

DEBLENG
Karena Waska! (Lalu menangis)

JAPAR
Karena Waska! (Lalu menangis)

NABI
Kenapa Waska?

GUSTAV
Waska, pemimpin besar kami, pemimpin umat manusia, sedang menderita sakit. Bahkan pada detik-detik ini ia sedang dalam keadaan inkoma, sakaratulmaut

NABI
Kalian kelewatan, betul-betul kelewatan. Tuhan, am punilah mereka karena mereka menangisi Waska

DEBLENG/JAPAR
Ya, kami menangisi Waska

NABI
Waska, kalian tangisi?

NABI
Nggak masuk akal. Nggak masuk akal

NABI
Waska? Orang macam itu?

GUSTAV
Orang katamu? Dia lebih dari orang

RANGGONG
Orang katamu? Dia raja. Dia pembesar. Dia pembela. Dia penghibur. Dia juga adalah sebuah kendi air di suatu jalanan lengang di suatu desa yang tandus. Dan Tuhan pun tahu tangis kami adalah ucapan spontan terima kasih kami

NABI
Saudaraku,

RANGGONG
Pandanganmu ingin mengatakan bahwa Waska adalah tokoh jahat dan karenanya tidak patut ditangisi. Tuhan, apakah benar saya nggak boleh menangisi orang yang telah membantu banyak orang itu?

NABI
Tetapi…

BOROK
Nggak pakai tetapi! Kalau kalian merasa ganjil atau merasa tidak terlibat dalam peristiwa ini, lebih baik duduk saja menonton. Gustav!

GUSTAV
Saya, Borok

BOROK
Jamu mereka dan layani

GUSTAV
Akan saya layani, Borok

NABI
Kami tidak minum-minum minuman keras

BOROK
Saya tahu. Duduk saja. Kalian akan disuguhi wedang jahe dan bandrek

NABI-NABI DUDUK MENONTON DAN KALAU MAU BOLEH SAJA DUDUK DI KURSI-KURSI PENONTON

GUSTAV
Teman-teman, marilah kita teruskan tangis kita

SEMUA
Mari!

KEMBALI SEMUA MENANGIS DAN SENIMAN MENGGESEK BIOLA. LALU SEORANG TUKANG SEKOTENG LEWAT

SEKOTENG
Ada apa, Buang?

BUANG
Waska sakit

SEKOTENG
Pak Waska, maksudmu?

BUANG
Ya, pak Waska

LALU MENANGISLAH PAK SEKOTENG SETELAH MENELANTARKAN SEKOTENGNYA

SATU
Nggak nengok dulu di gerbong?

SEKOTENG
Nggak usah. Cukup. Cukup. Saya bisa membayangkan

ANAK KECIL MUNCUL

BUANG
Mau kemana?

ANAK KECIL
Ya, ada apa? Ada apa? Kok orang-orang tua nangis?

BUANG
Waska sakit

ANAK KECIL
Babe maksud lu!?

BUANG
Ho-oh

ANAK KECIL
Ah, masak! Tadi gua masih beliin dia rokok

SATU
Masak! Naiklah ke gerbong dan tengok lagi ngapain dia

LALU ANAK KECIL ITU NAIK MASUK KE DALAM GERBONG. SEBENTAR KEMUDIAN IA MUNCUL LAGI SEPERTI YANG KENA SIMA

SATU
Diberi tahu mendebat. Anak sialan

BUANG
Kenapa kamu?

ANAK KECIL
Kok wajahnya jadi kecil!?

BUANG
Karena dia sakit

DAN MENANGISLAH ANAK KECIL ITU. DAN MUNCUL TUKANG JAMU DIIKUTI GADIS PENJAJA KUE

SI JAMU
Ada apa? Kok nangis semua?

BUANG
Waska sakit

SI JAMU
Pakde?

SI KUE
Aki?

BUANG MENGANGGUK

SI JAMU (Menangis bersama-sama)
Aduh….

DAN TANGIS PUN SEMAKIN RAMAI BAGAIKAN KONKURS

DEBLENG (Berseru)
Sebentar, teman-teman, sebentar. Marilah kita berhenti menangis sebentar
(Semua berhenti menangis, seniman memetik-metik senar biolanya)
Ada beberapa hal yang perlu kita diskusikan dulu sebelum kita menangis atau apa

SEMUA TERSEGUK

DEBLENG
Coba, kalau kita semua menangis siapa yang mengurusi Waska? Siapa yang melayaninya? Siapa yang memijat-mijat kakinya?

SI JAMU
Siapa yang manghapus keringat di wajahnya yang tua itu?

ANAK KECIL
Siapa yang menyuapinya?

DEBLENG
Coba camkan. Coba pikirkan

GUSTAV
Menurut pendapat saya pribadi dengan menangis, kita sudah melakukan segala-galanya

SENIMAN
Karena pada saat ini menangis hampir merupakan suatu atau salah satu bentuk ekspresi yang jarang digunakan atau kurang disukai orang, belakangan ini kita lebih senang menertawai daripada menangis. Barangkali karena kita terlalu jenuh menangis, terlalu jenuh menderita atau apalah dan kita lebih suka ketawa habis-habisan. Dan keadaan ini telah didukung secara mutlak dan merata di kalangan para seniman. Tetapi kita semua tahu bagi seniman, menangis memang suatu sikap yang kurang ‘agung’ kecuali apabila tangis itu disaring sedemikian rupa dan sebaliknya ketawa tanpa batas bagi mereka merupakan bentuk pernyataan perasaan yang lebih terhormat, lebih intelek. Dan kita memang sama tahu, seniman-seniman adalah golongan semau gue sementara mereka menganggap diri mereka adalah segala-galanya. Dan dalam beberapa hal – kalau mereka mau mengakui – sikap seniman-seniman ini pada hakekatnya nyaris suatu sikap kebangsawanan yang kenes dengan sedikit unsur kebuasan yang terselubung

GUSTAV
Demikianlah keadaan kita dan saya tidak mau meneruskannya dan saya tidak mau ikut arus yang penuh dengan sikap cemooh ini. Saya masih bisa menangis. Jadi, sekali lagi, bagi saya, baik sebagai manusia mau pun sebagai tukang jambret, saya menganggap dengan menangis saya telah melakukan segala-galanya

DEBLENG
Kamu juga pake segala-galanya kayak seniman

GUSTAV
Segala-galanya, segala-galanya

DEBLENG
Jadi kita cukup hanya menangis saja sambil membiarkan Waska pemimpin kita bertambah parah sakitnya? Kita cukup hanya menangis saja sementara Waska barangkali memerlukan layanan kita?

SI JAMU
Pakde… pakde….

BUANG
He, jangan menangis dulu. Kita baru saja mendiskusikan apakah kita boleh menangis, apakah tika boleh ketawa, apakah…

SI JAMU
Aku tidak peduli, Pakde….

DEBLENG
Saya ulangi kritik saya! Apakah cukup menangis saja sementara Waska barangkali memerlukan layanan kita?

BUANG
Barangkali, barangkali kita bisa menangis sambil membayangkan seakan-akan kita juga sedang melayani beliau?

DEBLENG
Membayangkan?

BUANG
Ya, cukup membayangkan saja perbuatan baik kita seperti umumnya banyak orang

SEKOTENG
Ya, cukup membayangkan saja perbuatan baik kita seperti umumnya banyak orang

DAN ORANG-ORANG PUN SAMA MENGANGGU-ANGGUK

ORANG-ORANG
Boleh juga, boleh juga….

LALU SEMUA MENCOBA MENANGIS DAN MEMBAYANGKAN HAL ITU. DAN TIBA-TIBA SEMUA DIKEJUTKAN OLEH SUARA LANTANG BIGAYAH

BIGAYAH
Tarkeniiiiii! Mana perempuan kolokan itu!?

BUANG
Dia nggak ada di sini, Bigayah

SATU
Maaf, Bigayah. Bicaranya jangan keras-keras

BIGAYAH
Apa? Jangan keras-keras? Kamu siapa? Hansip baru? Tukang beca baru? Copet baru? Garong baru? Tamu baru? Seniman baru?

SATU
Saya tukang pijat baru, Bigayah

BIGAYAH
Ya, tapi baru, kan?

SATU
Baru satu bulan, Bigayah

BIGAYAH
Tapi kok situ berani melarang saya bicara keras padahal bicara keras itu adat saya dan di stasiun tua ini, adat serta kepribadian sangat dijunjung tinggi? Kok berani?

SATU
Saya berani karena….

SEMUA
Sssst

SATU
Karena

SEMUA
Ssst

SATU
Kenapa?

SEMUA
Sssst

SATU
Biarkan saya menjelaskan, teman-teman, supaya…

SEMUA
Sssst

SATU
Barangkali saja soal cinta atau soal wanita bisa menentramkan atau mengurangi sakit Waska

BIGAYAH
Cinta? Wanita? Waska? Sakit? Apa hubungan semua itu?
(Tergantung)
Ayo, jangan bisu!

SATU
Bigayah, pacarmu Waska saat ini sedang dalam keadaan sakaratul maut dalam gerbong tua itu

BIGAYAH
Jangan bicara sembarangan ya? Saya orang kuat di sini

SATU
Betul, Bigayah, kami berkumpul di sekitar gerbong tua karena di dalam gerbong itu Waska sedang berkelahi dengan ajalnya

BOROK (Memukul-mukul kepalanya sendiri)
Modar! Modar!

RANGGONG
Ada apa, Borok?

BOROK (Sambil berjalan)
Saya lupa membawa jamu itu

BIGAYAH
Kamu tidak bohong? Waska, kekasihku sedang sakit?

SATU
Percayalah saya seperti saya ini seorang bayi

BIGAYAH (Sambil berlari)
Waskaaa!

JAPAR
Jadi bagaimana kseimpulan diskusi kita?

GUSTAV
Sampai tetes airmata yang penghabisan, kita teruskan tangis kesedihan kita

DEBLENG
Ya, sekarang kita boleh menlanjutkan tangis kita karena Bigayah akan melayani Waska, karena Bigayah akan titik titik titik

JAPAR
Mari teman-teman

MAKA TANGIS PUN BERLANGSUNG LAGI. DAN SENIMAN PUN BACK IN ACTION. TIBA-TIBA TERDENGAR SUARA PLUITPLUIT POLISI DAN KAMTIBMAS SEMUA MENYINGKIR KELUAR
HIRUK PIKUK HINGAR BINGAR KEGIATAN JADI SATU. MEREKA MUNCUL LAGI DAN MELANJUTKAN TANGIS. SENIMAN SELALU KETINGGALAN.
TERDENGAR LAGI PLUIT-PLUIT POLISI, SEMUA MENYINGKIR. SENIMAN SELALU KETINGGALAN.

SEMAR
Saya bukan Waska atau orang-orang itu, jadi saya aman dan tidak perlu takut sama polisi atau pun kamtib. Saya Semar.
Nah, penonton, ketika germo dan pelacur tua yang bernama Bigayah itu menuju gerbong tua, Waska sedang mengalami demam yang sangat-sangat. Begini.

WASKA DEMAM, DALAM GERBONG DAN ORANG-ORANG MUNCUL LAGI DALAM KOMPOSISI YANG TETAP, NAMUN TERBALIK DAN KEMBALI TANGIS! DAN KEMBALI GESEKAN BIOLA….
SETELAH SUARA-SUARA ITU JUGA TERDENGAR CAMPUR BAUR SUARA-SUARA LONCENG GEREJA, ADZAN DAN BEDUK DAN KLININGAN DAN LAIN-LAIN.

RANGGONG
Tahan, Waska. Tahan!

WASKA
Sakan saya tahan, akan saya tahan. Tak akan saya biarkan putus nyawa saya dan saya pasti menang

RANGGONG
Kamu lebih tua, jauh lebih tua dariku, tapi juga kamu lebih kuat dalam segala hal. Kamu adalah tauladanku. Kamu adalah cita-citaku. Kamu adalah panduku, Waska. Kebanggaanku berkibar-kibar setiap kali aku menatap garis-garis wajamu yang tajam bagaikan mata pisau membara

WASKA BERJUANG MELAWAN BATUK. PERKELAHIAN YANG MENGERIKAN SEKALI. TERAKHIR WASKA KECAPEKAN.

JAPAR
Penyelesaian saya tidak akan pernah beujung atas tangis cengeng saya yang sekarang, kalau ternyata kemudian kamu adalah seorang lelaki tua yang pengecut dan takut akan mati. Dan bukan mustahil penyesalan saya akan menghasilkan kutukan atas dirimu, atas badanmu, atas rohmu, atas keyakinanmu, atas pikiranmu, atas impianmu, atasmu!

WASKA
Saya tidak pernah takut mati. Masalahnya saya tidak pernah mau mati! (Berseru) Borok!

SEMUA TIDAK TAHU APA MESTI MENYAHUT

WASKA
Bangsat kamu, Borok! Di mana kamu, Borok!? Kalau kamu berani mengingkari janji atau berbohong, saya tidak akan berpikir dua kali untuk merobek mulut dan matamu! Borok!

RANGGONG
Dia baru saja pergi mengambil jamu yang dijanjikannya, Waska

WASKA
Ini masalah detik. Ini hanya bisa diatasi kalau kamu semua bisa mengalahkan detik

RANGGONG
Aku sanggup mengalahkan semua detik yang ada, Waska

WASKA
Siapa yang bicara itu? Siapa yang sesumbar itu?

RANGGONG
Golokmu, Waska

WASKA
Ranggong, golokku. Mendengar suaramu, aku seperti baru saja menghirup udara segar dan meneguk air pegunungan. Berangkatlah, anak-anakku. Segera!

LALU RANGGONG PUN BERANGKATLAH BERSAMA MEMUNCAKNYA SUARA-SUARA. TAPI KEMUDIAN TIBA-TIBA BERHENTI SEMUA SUARA. SATU-SATUNYA ADALAH SUARA BIGAYAH MEMANGGIL-MANGGIL WASKA

WASKA
Pasti suara itu. Aku mendengar suara itu. Aku tidak pernah merasa takut kecuali setiap hari mendengar suara itu. Suara itu seperti suara mendiang ibuku yang tidak pernah jelas wajahnya. Suara itu seperti istriku yang tak pernah ada. Suara itu seperti suara anak perempuan ku yang tidak akan pernah lahir. Dan aku takut, aku takut. Ak berubah jadi badut menghadapi cobaan ini. Bigayahkah itu?

BIGAYAH (dari jauh)
Ya, Waska, Bigayahmu

WASKA
Widow, wados. Saya minta berhenti kamu memanggil-manggil

BIGAYAH
Sudah hampir empat puluh tahun aku dirundung cinta suci atasmu. Waska, masihkah kau menampik?

WASKA
Aku mohon, aku mohon janganlah engkau memperdengarkan suaramu. Frekuensi suaramu sedemikian rupa menyebabkan gendang telingaku terluka dan jantung melipatkan debarannya tujuh ribu kali perdetik. Aku mohon, Bigayah, aku mohon.

BIGAYAH
Bungkus ketupatku yang kau makan empat puluh lebaran yang lalu masih kusimpan sebagai kenang-kenangan, Waska. Juga puntung rook minak jingo yang kamu hisap empat puluh tahun yang lalu masih kusimpan sebagai tanda bukti kasihku kepadamu, Waska. Bahkan tikar yang kita pergunakan pertama kali malam itu, empat puluh cap gomeh yang lalu masih tergantung sebagai hiasan dinding rumahku,Waska. Empat puluh Waska, angka yang cukup banyak dan cukup baik, masihkah kau menolak lamaranku, kehadiranku, cintaku!?. Waska, pada usiamu yang hampir seratus tahun seperti sekarang ini kau memerlukan seorang teman dalam kekosonganmu, dalam kesunyianmu.

WASKA
Aku masih muda. Aku masih muda. Baru saja aku melewati masa akilbaligku.dan sekali aku mohon, Gayah….

BIGAYAH
Kamu ingin aku tak memanggilmu?

WASKA
Ya, Gayah. Tolonglah

BIGAYAH
Apakah itu berarti aku boleh mendekatimu tanpa bersuara?

WASKA
Gayah, aku tidak menghendaki suaramu, juga kehadiranmu

BIGAYAH
Begitu maumu?

WASKA
Ya, Gayah

BIGAYAH
Begitu mauku, begini mauku

DAN MENDEKATLAH BIGAYAH PERLAHAN. DAN SEMAKIN MENDEKAT SEMAKIN WASKA NGERI DAN TAKUT

BIGAYAH
Waska

WASKA
Jangan dekat, Gayah

BIGAYAH
Waska

WASKA
Kasihani aku, Gayah. Aku sedang sakit parah, inkoma dalam keadaan sakaratul maut

BIGAYAH
Justru ini artinya kesempatan yang baik

DAN BEKEJAR-KEJARANLAH MEREKA, SEHINGGA ORANG-ORANG YANG MENANGIS JADI KALANG KABUT. DAN PUNCAK ADEGAN INI ADALAH SAAT TERDENGAR BUNYI PLUIT-PLUIT LAGI YANG MENYEBABKAN SEMUA ORANG JADI PORAK-PORANDA. DAN SENIMAN SELALU KETINGGALAN
DAN DALAM KEPORAK-PORANDAAN ITU, TERDENGAR BIGAYAH MENGUCAPKAN BARIS-BARIS KALIMAT SEBAGAI BERIKUT

BIGAYAH
Jangan bersembunyi, Waska. Jangan bersembunyi. Biar saja polisi-polisi dan kamtib-kamtib menangkap kita, asalkan kita bisa tetap bercinta. Biarkan kita terjaring Dewi Ratih dan Kamajaya. Waska, nasib buruk, kesialan, kemelaratan dan penyakit jangan pula kita biarkan memusnahkan cinta kita. Melarat sudah, penyakitan sudah, tapi janganlah kita dimakan kebencian

WASKA
Aku tidak bersembunyi, aku bertapa, aku bersamadi, aku sedang menghitung jumlah semut yang pernah ada dan jumlah tarikan napas saya selama ini. Jangan sekati saya. Kalau dintamu tidak atau belum mendapatkan balasan dari hatiku karena adalah karena pikiranku yang jahanam serta penuh kepongahan, yang adalah bagaikan putra Nuh nan durhaka

BIGAYAH
Waska

WASKA
Jangan dekat, gayah. Aku lenyap

PENTAS KOSONG
LONCENG DUA KALI
BIGAYAH MENANGIS MERAUNG-RAUNG, RANGGONG SEDANG MEMBUAT PIPA ROKOK DARI TULANG AYAM. DEBLENG SEDANG MEMBERSIHKAN LOBANG HIDUNGNYA. DAN SENIMAN MENGIRINGINYA DENGAN BIOLA

RANGGONG
Jangan terlalu berkepanjangan, Bigayah. Kasihan Waska, kasihan jiwanya

DEBLENG
Kalau terlalu lama menangis nanti serak

RANGGONG
Jangan ngaco, Debleng

BIGAYAH
Tujuh hari tujuh malam sudah saya menangis meraung-raung bagaikan seekor kucing betina di suatu wuwungan rumah tua kala dinihari yang dingin dan sepi. Tujuh hari tujuh malam sudah sehingga saya persiapkan segala sesuatunya, asam sianida, air keras, silet, pil tidur, belati, pistol bahkan tali palstik untuk sewaktu-waktu diperlukan kalau-kalau bermaksud bunuh diri

DEBLENG
Sampai sebegitu jauh jugakah tekad percintaan pasangan tua kayak kalian?

BIGAYAH
Cinta tak pernah kenal akan usia

RANGGONG
Tapi Bigayah, mendengar rencana-rencanamu yangs eram begitu, apakah tidak akan membuat jiwa Waska semakin tersiksa sehingga bisa mengakibatkan semakin rawan tali nyawanya dan gampang putus!?

BIGAYAH
Saya betul-betul tidak habis mengerti, kenapa Waska selalu menolak setiap kali saya ajak kawin. Apakah karena saya seorang germo dan pelacur tua? Kalau memang kedudukan saya yang menghalangi semua ini, saya rela menghentikan karir saya dan rela juga melakukan apa saja yang ia kehendaki

RANGGONG
Banyak alas an dan banyak sebab seseorang melakukan sesuatu atau mengambil sikap tertentu, sekali pun ada juga tindakan-tindakan dan sikap-sikap seorang yang kadangkala sama sekali tidak beralasan. Pernah kamu minta penjelasan Waska atas sikapnya itu?

BIGAYAH
Bukan saja pernah tapi sering

RANGGONG
Bagaimana?

BIGAYAH
Pernah saya Tanya padanya, apakah barangkali ada alas an kesehatan atau alas an biologis yang menyebabkan ia tidak mau kawin

RANGGONG
Apa jawabnya?

BIGAYAH
Diam seribu bahasa

RANGGONG
Diam seribu bahasa?

BIGAYAH
Ya, tapi saya tidak bisa berhenti di sini. Saya lanjutkan pertanyaan saya. Alas an psikologis barangkali? Diam seribu bahasa. Alasan sosiologis barangkali? Diam seribu bahasa. Alas an agama atau kepercayaan atau filosofis barangkali? Ia tetap membisu. Atau alasan politis barangkali? Juga ia tetap membisu

RANGGONG
Sama sekali Waska tidak mengucapkan apa-apa?

DEBLENG
Kadang-kadang, Waska memang keterlaluan

BIGAYAH
Pada suatu kesempatan yang lain, pada suatu malam yang lain, sehabis kami bersetubuh di atas kasur yang baru saja dijemur siangnya, Waska berkata bahwa sekali pun ia menolak perkawinan yang juga tak jelas dasar alasannya, namun ia sangay menyukai saya dan malahan ia berjanji akan selalu siap menemabni di tempat tidur kapan saja saya ingin melepas rindu

DEBLENG
Seniman besar memang tak terjelaskan

RANGGONG
Debleng, kalau kamu tidak mampu menahan diri untuk tidak berkomentar, saya bisa membuat kamu pingsan untuk beberapa jam

DEBLENG
Mampu, Ranggong. mampu

RANGGONG
Sekarang pertanyaan saya begini, Bigayah. Kamu punya rencana bunuh diri atas dasar alas an apa? Karena lamaranmu ditolak atau karena Waska akan menemui ajalnya!?

BIGAYAH DIAM SAJA

RANGGONG
Kenapa kamu diam, Bigayah?

BIGAYAH NYELONONG PERGI

RANGGONG
Kenapa dia?

DEBLENG
Diam seribu bahasa

WASKA
Ranggong! Matahari itu telah menggelincir lagi tanpa tanggung jawab dan aku dibiarkannya mengejarnya megap-megap

RANGGONG
Segera akan kususul Borok, Waska. Segera.

RANGGONG PUN LARI

RANGGONG
Borok!

DEBLENG
Orang sakit itu bisaa, kenapa ada orang yang menganggapnya luar bisaa?

LEWAT BUANG

DEBLENG
Kemana, Buang?

BUANG
Beli minyak angina buat Waska

DEBLENG
Bagaimana keadaan Waska?

BUANG
Dalam satu jam hanya tiga kali Waska sanggup menarik napas

DEBLENG
Gawat!

DAN DEBLENG PUN LARI

BUANG
Para penonton, buat saya minyak angina atau obat atau jamu macam apa pun hanyalah sekedar memperingan rasa sakit atau yang paling banter berfungi seperti seteguk air bagi musafir di padang pasir. Tapi apa kata Waska? “Aku yakin” katanya “Aku yakin minyak angina mampu melawan ajalku!” betul-betul sinting dia. Tapi memang dia sudah pikun. Dan kalau awalnya terlalu pintar, pada akhirnya pikunnya berbahaya.
Nah, saya permisi sebentar, para penonton. Mau beli minyak angina.

LONCENG DUA KALI


BAGIAN KEDUA

MUSIK PELAN

RANGGONG (Berseru)
Kumpul!!!

BOROK
Modar! Modar!

RANGGONG
Kumpul!!!

BOROK
Modar! Modar!

DEBLENG
Kumpul!!!

BUANG
Kumpul!!!

NABI
Ada apa Semar!?

SEMAR
Dalam adegan ini pengarang bermaksud ingin melukiskan rapat kerja para penjahat

NABI
Kok kayak rapat raksasa?

SEMAR
Memang. Rapat-rapat atau pertemuan-pertemuan serupa ini bisaanya hanya terjadi di kalangan kaum agama atau pergerakan politik, tapi Waska berpendapat pada abad ini sudah saatnya kaum penjahat harus berani tampil dalam berbagai bentuk pertemuan dan berbagai mimbar, bahkan dalam diskusi-diskusi, seminar-seminar, rapat-rapat tertutup dan terbuka. Bentuk-bentuk pertemuan yang sifatnya tertutup dan penuh rahasia, seperti yang dikisahkan buku-buku sejarah atau pun novel-novel criminal, menurut jalan pikiran Waska, harus dianggap bentuk yang tidak lagi pantas, mengingat gerombolan penjahat sama sekali bukanlah kaum minoritas di bumi ini. Bahkan lebih jauh Waska sampai pada kesimpulan bahwa bumi ini justru milik mereka.
Dan perlu dicatat, begitu kata Waska dalam salah satu wawancaranya dengan wartawan. Bahwa pendapatnya ini serta pandangan-pandangan cukup ilmiah, setidak-tidaknya didukung oleh data-data

NABI
Tapi Waska, apakah kamu tidak menyadari sebenarnya kamu dan kawan-kawanmu sedang diliputi oleh suatu sikap putus asa yang sangat gelap mengerikan?

WASKA
Nabi, ketahuilah, kami sudah melewati tahap itu. Kami sudah jauh dari sikap serta keadaan itu. Kami telah menyebrangi samudera luas keputus asaan dan sampai di suatu pulau seberang harapan yang masih belantara, masih lebat dengan hutan buah larangan, yang setiap abatangnya dari berjuta pohonan melilit seekor ular purba.

Dan di pulau itu adalah sebuah bukit terjal. Dan bukit terjal itu adalah gua-gua yang di dindingnya adalah tembaga. Dan di tempat yang hanya berbau karat besi itu, kami telah bertemu dengan Dajjal

NABI
Tuhanku!

DAJJAL MERAUNG-RAUNG

WASKA
Berhenti kamu meraung-raung, Dajjal! Cengeng kamu!
(kemudian seseorang memberikan minuman kepada Dajjal)
seperti kamu baca dalam kitab-kitab, ia terus meraung-raun, dan setiap ia meraung telah menyebabkan gempa di salah satu belahan bumi. Dan sebaliknya, setiap kali tiba saat adzan diperdengarkan, belenggunya semakin tebal dan tebal sehingga pada suatu kali, pernah ia sama sekali terbalut belenggu, bahkan ia telah menjelma jadi belenggu itu sendiri.

Kami telah berusaha melepaskan belenggunya, tapi sia-sia, maka aku pinjam sana sebelah matanya yang kiri

MUSIK

NABI
Tapi Semar, apakah mereka sadar, bahwa pulau yang disebut Waska itu sangat jauh terpencil dan sama sekali tidak akan memberikan apa yang mereka harapkan?

SEBENTAR, SEMAR MENYALAKAN ROKOKNYA

SEMAR
Kalau harapan mereka adalah harapan seperti yang saya bayangkan, barangkali ya. Tapi persoalannya jauh dari sederhana, yaitu saya tidak tahu sama sekali, apa yang mereka harapkan. Dan lagi apa kata Waska mengenai hal itu?

WASKA
Aku pernah mengharap, tapi aku tidak pernah mendapat. Aku pernah memilih, tapi aku ditolak, selalu ditolak. Kemiskinan telah menodongku, kelaparan telah menodongku dan aku tak rela dicincang oleh kemiskinan dan kelaparan, maka kutodonglah kekayaan dan makanan

MUSIK PELAN.
SEBENTAR WASKA MERENUNGI KEMBALI KALIMAT-KALIMATNYA SENDIRI

SEMAR
Waska memang keras kepala

NABI
Betul-betul putra Nuh. Saya ahrap saja pada akhir sandiwara ini, ia akan mendapat karunia cahaya

SEMAR
Saya sendiri juga mengharapkan itu, tapi sayangnya, seperti juga pengarang sendiri, kita hampir tidak pernah bisa mneduga akhir kisah seseorang. Benih peristiwa selalu luput dari tangan kita

NABI
Nah, pendapatmu bagaimana, Seniman?

SENIMAN
Aku hanya berurusan dalam lakon Waska, tapi tidak dalam diskusi kalian. Tapi kalau boleh berkata, aku hanya mau mengatakan bahwa kau tidak punya urusan dengan semua itu. Urusanku adalah nasib irama, melodi, harmoni dan warna bunyi. Terus terang belakangan ini kemurnian elemen-elemen ini ditunggangi secara kurang ajar dan tidak senonoh

DEBLENG
Kumpul!!!

BOROK
Modar! Modar!

JAPAR
Gak bisa prei modar-modarnya!?

BOROK
Gua ledakin! Gua ledakin!

RANGGONG
Jangan sekarang, Borok

BOROK
Modar! Modar!

JAPAR
Apa yang maudiledakan?

RANGGONG
Dunia

JAPAR
Memangnya petasan?

DEBLENG
Kumpul!!!

BUANG
Saudara-saudaraku, segeralah berkumpul di alun-alun, maksud saya di kompleks kuburan berbagai bangsa dan agama. Di atas tanah yang di dalamnya berisi leluhur kita itu. Waska pemimpin jempolan kita akan membagi-bagikan impian spektakuler dan kolosalnya dari ketentraman jiwa kita. Kumpul saudara-saudara, kumpul. Hidangan supaya bawa sendiri masing-masing. Bagi mereka yang tidak sempat mencuri makanan karena kesiangan dianjurkan supaya merampas saja. Jangan sekalisekali mengemis. Mengemis itu haram. Kumpul saudara, kumpul leluhur kita, baik yang dibawah tanah mau pun di atas tanah yang telah menanti dengan setumpukan novelnya yang terbaru

DEBLENG
Kumpul! Kumpul! Penjelasan sudah cukup, saya tidak perlu lagi menjelaskan. Kumpul!

MAKA ORANG-ORANG PUN BERDATANGAN DARI BERBAGAI PENJURU
JUMLAH MEREKA MELEBIHI JUMLAH PENONTON

SEMAR
Permisi sebentar, tuanku. Kami akan memainkan adegan musyawarah itu

NABI
Sebagai pemain, apalagi sutradara, sebenarnya kamu bisa mengarahkan lakon ini, Semar

SEMAR
Maaf, apa Tuanku kira diri saya milik diri saya semata-mata?

NABI
Tentu saja tidak

SEMAR
Kalau begitu kita sependapat. Dan lebih dari itu saya hampir mutlak percaya, bahwa tidak seorang pun di dunia ini, baik yang dibawah mau pun di atas tanah, di balik langit, yang mutlak milik dirinya semata-mata. Kalau ada orang merasa dirinya adalah mutlak milik dirinya semata, pastilah orang itu sedang menyadari kedudukannya, yang ternyata tidak seperti yang diucapkan mulutnya

ANAK KECIL
Oom Semar, cepat dong. Sandiwara diskusi melulu, ntar nggak habis-habis

SEMAR
Permisi, Tuanku

NABI
Kau semakin tua, badutku

SEMAR
Kita semakin tua dan semakin muda sekaligus nabiku

KE DALAM

NABI
Ya, badutku. Kesabaran inilah yang menyenangkan

SEMAR
Yang memelihara dan mengasuh ruh serta semangat kita

NABI
Dua ribu tahun yang lalu, kamu mengucapkan kalimat itu untuk pertama kalinya, ketika kita bertemu untuk kedua kalinya di – di saya kira di suatu fyord dengan ombak-ombaknya yang gemulung

SEMAR
Fi Finlandia, Tuanku. Finlandia

NABI
Ya, ya. Finlandia. Dua ribu tahu yang lalu. Sayang sulingmu hilang

SEMAR
Tapi saya masih menyimpan bunyinya, Tuanku

ANAK KECIL
Oom Semar, cepetan dong

SEMAR
Cerewet. Permisi Tuanku – emangnya penonton saja yang boleh mengaso dan ngobrol?

ANAK KECIL
Oom sendiri yang bilang ‘penonton adalah raja’

SEMAR
Nggak ada raja. Yang ada penonton dan pemain atau sebaliknya. Nah, ayo kamu mulai, mulai!

MUSIK KERAS. LALU MULAILAH PERTEMUAN BESAR ITU. PERSIS KAYAK RAPAT RAKSASA

TUKANG PIJAT
Nggak dipijat dulu, bapak?

WASKA
Kamu kira aku kumpulin orang-orang ini hanya untuk nonton aku pijatan? Lagi siapa yang mengatakan aku sakit? Siapa? (Batuk-batuk, hebat sekali) aku tidak sakit! Aku tidak sakit! Aku sehat wal afiat! (Meludah) Batuk sialan!
(rang-orang mau menolong)
jangan pedulikan aku. Aku pasti sembuh. Bagaimana, tidak ada yang absent?

RANGGONG
Semuanya lengkap hadir, Waska

DEBLENG
Priok, daerah kota, Cengkareng, Grogol dan sekitanya semua lengkap dengan perbekalannya

JAPAR
Halim, Cawang, Jatinegara, Cakung, Pondok Bambu, Kelapa Gading dan sekitarnya semua lengkap hadir

BUANG
Dari Krawang, Tangerang, Jatinegara, Jatibarang dan beberapa daerah juga mengirimkan utusan, bapak

WASKA
Bukitduri?

JAPAR
Datang

SENIMAN
Aku juga hadir, Waska!

WASKA
Setan lu Jonathan. Kemana saja kamu? Lama sekali kamu hilang

SENIMAN
Mengembara seperti bisaanya, seperti sejak dahulu kala. New York, Paris, London, Moskow, semua kota, semua perempuan, semua lorong, semua museum, semua auditorium, semua, semua

WASKA
Anak-anakkuu, perkenalkanlah sahabatku, Jonathan, seniman. Ia adalah seniman abad ini. Ia adalah universalis. Semua kota telah dihirupnya dan sebaliknya kota-kota itu juga telah menghirup ciptaan-ciptaan seninya yang memang lezat. Sebagai tanda seorang universalis ia telah memasang hampir semua lambing berbagai Negara pada jaketnya yang berlabel Levi’s, meski pun buatan pulogadung. Silakan duduk, sahabatku

SENIMAN
Terima kasih

WASKA
Berbeda dengan seniman zaman dahulu kala, yan bisaanya hidup di kalangan para pengeran dan bangsawan serta rja-raja, maka Jonathan telah memilik gerombolan kita sebagai lingkungannya serta sumber-sumber ciptaannya. Tepuk tangan untuk Jonathan, anak-anakku

MAKA SEMUA ORANG PUN BERTEPUK

SENIMAN
Thank you

WASKA
Daftar hadir sudah selesai di paraf?

DEBLENG
Sudah, Waska

BUANG
Sudah

JAPAR
Sudah

RANGGONG
Kita boleh mulai, Waska

WASKA
Aku akan memulai uraian panjang dalam pertemuan besar ini dengan suatu kebenaran. Dan kebenaran itu berbunyi bahwa ‘Lihatlah, kami yang terdiri dari berbagai agama, keyakinan, kepercayaan, suku, daerah telah dikumpulkan dan disatukan oleh ikatan nasib yang kuat dan tekad semangat yang kuat!” ya, anak-anakku, kita telah disatukan oleh kesamaan nasib dan entah oleh apa yang disebut kebajikan atau agama, apalagi kebenaran. Atau dengan kata lain, kita telah dipersatukan oleh kebutuhan-kebutuhan dasar kita sebagai insan

MUSIK. SESEORANG BERBISIK PADA BUANG, LALU BUANG PADA DEBLENG, LALU DEBLENG PADA GUSTAV, LALU GUSTAV PADA BOROK, LALU BOROK PADA RANGGONG. DAN SEMENTARA ITU JAPAR CURIGA SERTA KUATIR, TAPI KEMUDIAN IA BERUSAHA MENUTUP SIKAPNYA ITU DENGAN SIKAP TENANG YANG BOLEH DIKATAKAN BERLEBIHAN. LALU SEMUA ORANG MEMUSATKAN PANDANGANNYA ATAS DIRI JAPAR. UNTUK BEBERAPA SAAT JAPAR MASIH MAMPU BERSIKAP TENANG, TAPI LAMA-LAMA PANDANGAN MATA ITU SEDEMIKIAN RUPA DAN IA PUN TIDAK TAHAN

JAPAR
Kenapa, Waska? Kenapa? Salah saya apa?
(Waska dan orang-orang tetap diam. cuma matanya saja, matanya)
Kalau… kalau…. Kalau….
(Waska dan orang-orang tetap diam, cuma matanya saja, matanya)
Itu tidak benar, Waska. Tidak benar! Fitnah!
(Waska dan orang-orang mulai bergerak dan Japar mundur. matanya, matanya)
Am puni saya, am puni saya, Waska! Am puni saya

LALU SECARA BERAMAI-RAMAI JAPAR DI BANDEM DIRAJAM PERSIS SEPERTI ERITIWA ENGKOS, BAHKAN KEADAANNYA LEBIH MENGERIKAN LAGI. DAN DARAH DAN DARAH
BEBERAPA SAAT KECAPEKAN, BADAN DAN HATI, MEMBUAT WASKA DAN ORANG-ORANG DIAM SAJA. SEBAGIAN LAGI MELEMPARKAN MAYAT ITU KE DALAM BAK SAMPAH DAN MEMBAKARNYA

WASKA
Aku tidak bisa melanjutkan pertemuan ini. Amarahku belum mau turun
(Waska bangkit)
Minggu depan saja

RANGGONG
Baik, Waska

LALU WASKA MELANGKAH MAJU DAN MASUK KE GERBONG TUA. DAN KEMUDIAN SEORANG DEMI SEORANG MENINGGALKAN TEMPAT ITU. KECUALI SATU ORANG SAJA YANG TETAP TINGGAL, YAITU SENIMAN. IA SEDANG MENGGESEK BIOLANYA. BUKAN MAIN, KALI INI MUSIKNYA SANGAT BAGUS SEKALI BAGAIKAN GESEKAN MUSIK TIMUR YANG PENUH MAGI

WASKA (Suaranya)
Jonathan! Kemari Jonathan, kita minum
(Seniman masih asyik dengan permainannya)
Jonathan! Kemari Jonathan, kita baca kitab-kitab lama
(Seniman masih tetap begitu)
Jonathan! Kemari Jonathan, kita main halma

SENIMAN MASIH TETAP BEGITU. IA GESEK LAGI. IA GESEK. IA GESEK. BUKAN MAIN. BUKAN MAIN

ANAK KECIL
Oom seniman, dipanggil babe

LALU SENIMAN MENUJU TEMPAT WASKA. DAN SEKARANG ADEGAN ANAK KECIL MEROKOK. LALU MUNCUL IBUNYA

IBUNYA
Pulang sayang
(Anak kecil bangkit melangkah diikuti ibunya)
Nak…

ANAK KECIL
Aku tidak punya ibu (Musik pelan) Aku Cuma punya anjing

LALU ANAK ITU LARI. DAN IBUNYA MELOHOK SAJA SENDIRI, LALU IBUNYA MELANGKAH MASUK KE DALAM KEGELAPAN. LALU EMBAH ALBERT, RANGGONG DAN BOROK

MALAM SUDAH LARUT.
BUNYI PELUIT KERETA API
BUNYI KENTONGAN DUA KALI
BUNYI RODA PEDATI KERBAU

EMBAH PUTRI
Albert, tidur. Sudah malam Albert

EMBAH
Malam sudah larut, angina sangat lembut dan saya sudah siap akan hanyut, tidur, istirahat dari siang gerah dan kemelut. Kalau besok matahari menggeliat, segar penuh rasa terima kasih kepada udara, kepada burung yang berkicau, kepada semua saja, yang kuhirupm, yang kurasa, yan kuraba, yang kulihat, yang kudengar, yang kupikirkan, yang kubayangkan, semua saja, yang kadang menyedihkan, yang kadang menyakitkan
Atau barangkali besok aku diam, kaku, membeku, tidak lagi ikut menggeliat bersama kuntum-kuntum bunga, namun pasti jiwaku tetap segar, tetap penuh rasa terima kasih kepada semua saja, juga kepada ketabahanku.

EMBAH PUTRI (Suaranya)
Albert, cuci kaki dulu sebelum tidur

EMBAH
Selamat tidur, penonton, selamat tidur kepada semuanya. Kita butuh tidur. Kita butuh jaga. Kita butuh hidup. Tapi juga kita butuh mati. Kita harus hidup. Kita juga harus mati

EMBAH PUTRI
Setua ini tapi tetap seperti bayi

LALU EMBAH ITU TIDUR. DAN MUNCUL EMBAH PUTRI MENYELIMUTINYA
LALU MUNCUL BOROK DIIKUTI OLEH RANGGONG. DUA-DUANYA SAMA MEROKOK. KELIHATANNYA KAYAK KEDINGINAN MEREKA, DAN RUPANYA ROKOK TELAH DIGUNAKANNYA SEBAGAI PENGHANGAT BADAN MEREKA. DAN BEBERAPA SAAT, MEREKA CUMA KLINTERAN SAJA DI DEPAN LELAKI TUA YANG SEDANG TIDUR PULAS ITU

RANGGONG
Pulas sekali tidurnya. Kasihan dia kalau kita bangunkan

BOROK
Kalau tunggu sampai besok barangkali Wasa keburu mati dulu

RANGGONG
Itu dia

BOROK
Itu dia. Kita bangunkan saja monyet tua itu

RANGGONG
Ya, kalau dia bangun. Kalau malah dia yang mati karena kaget?

BOROK
Modar! Mana ada orang berilmu dan sakti pake kaget segala. Ayolah jangan berdebat

RANGGONG
Jangan terlalu kasar, tapi…

LALU KEDUANYA MENDEKATI EMBAH

BOROK
Albert. Mbh. Albert. Mbah. Tambayong. Tambayong

RANGGONG
Bangun dia. Biarkan dia melek dulu

EMBAH
Bukan main, bukan main. Nikmat sekali tidur di tepi danau

RANGGONG
Di tepi danau?

EMBAH
Aku baru saja mimpi tidur di tepi danau. Teduh. Sejuk. Segar. Ketika kalian menggoyangkan badanku, dalam mimpi tidur itu aku juga mimpi yang sama. Tidur mimpi tidur, mimpi tidur. Berlipat-lipat kenikmatannya. Dan untuk semua itu aku hanya membayarnya dengan rasa terima kasih

SEBENTAR, IA BERKUMUR DULU DAN IA MINUM DULU

BOROK
Mimpi tidur?

EMBAH
Bukan main anugerah

BOROK
Mbah tidur…. Mimpi tidur?

EMBAH
Ya. Dan ditepi danau itu banyak tanaman buah-buahan

BOROK
Bukan main. Bukan main

RANGGONG
Mbah bisa ulangi itu?

EMBAH
Kamu rakus sekali Ranggong. Apa abrangkali kamu juga menghendaki hidup berulang kali? Tapi sudahlah. Apa keperluan kalian. Kenapa kalian mengusik tidur kedamaianku? Pada saat aku tidur bisaanya segala sesuatu bekerjasama dengan angina agar tidurku semakin sempurna. Bagaimana?

BOROK
Waska sakit

EMBAH
Sakit?

RANGGONG
Sakit sekali Albert

EMBAH
Sakit apa?

BOROK
Sakit tua

EMBAH
Lalu apa ada yang istimewa?

BOROK
Ia meraung-raung saja

EMBAH
Tidak usah dikhawatirkan. Tidak lama lagi ia akan tenang. Sembuh atau mati

RANGGONG
Ia tidak boleh mati

BOROK
Ia juga tak mau mati

LALU EMBAH DENGAN TAK ACUH KEMBALI BERBARING DAN TIDUR

RANGGONG
Betul-betul eksentrik

BOROK
Kenapa dia?

RANGGONG
Kenapa. Tidur

BOROK
Ya, kenapa dia tidur?

RANGGONG
Kenapa tidur. Mana aku tahu

EMBAH
Aku tidak tidur. Aku kesal. Aku kesal karena kalian berdua sama-sama sinting. Bahkan bertiga dengan pemimpin kalian. Sinting. Sekarang aku mau tidur

BOROK (Meraung)
Mbah!!!!

EMBAH
Kenapa?

BOROK
Jangan tidur

RANGGONG
Ya, Mbah, tolonglah kami. Berikanlah jamu itu. Nyawa Waska sudah getas sekali. Beberapa detik saja Mbah terlambat menolong, putuslah semuanya

EMBAH
Kenapa? Kenapa kalau putus? Dan lagi apa benar putus? Apa kamu tahu? Putus? Begitu? Orang-orang macam kalianlah yang membuat hidup ini jadi bising. Sekarang aku minta kalian jangan lagi mengusik tidurku. Malam sudah larut. Aku harus tidur

EMBAH PUTRI
Albert! Belum tidur juga kamu? Bayi macam apa kamu ya!? Kalau kamu belum mau tidur juga, besok matahari pasti marah

EMBAH
Kalian dengar? Sekarang minggirlah kalian atau tidur di bawah

LALU EMBAH TIDUR DAN RANGGONG DAN BOROK CUMA MELOHOK

NABI
Semar, siapa orang tua itu?

SEMAR
Wiku

NABI
Wiku? Tapi dia dipanggil Albert

SEMAR
Nama orang itu lebih banyak dari nama penduduk Negara ini, tapi dia mem punyai beberapa nama yang paling disukai orang. Albert, Wiku, Tigor, Slamet, Amin dan beberapa lagi. Sebenarnya dia sendiri orang Eskima meski pun beberapa orang menyangkanya dari Nepal

NABI
Tapi tampangnya seperti orang sunda

SEMAR
Sebelumnya, beberapa tahun yang lalu, tampangnya seperti orang Negrito. Harus diakui dia sakti sekali. Bedah plastic adalah salah satu keahliannya dan keistimewaannya. Ia bisa membedah dirinya sendiri tanpa pertolongan orang lain kecuali istrinya sendiri

BOROK (Tidak begitu lantang)
Modar! Modar!

SEMAR
Maaf, tuanku, adegannya akan dilanjutkan

BOROK
Bisa celaka. Aku bangunkan saja

RANGGONG
Jangan dulu. Kita berpikir sebentar

EMBAH
Ya, jangan dulu, soalnya aku belum tidur. Lebih baik kita berpikir sebentar

BOROK
Mbah bijaksana ya?

RANGGONG
Jangan komentar dulu

BEBERAPA SAAT KETIGANYA SAMA DIAM. BOROK LAHAK-LOHOK

EMBAH
Sudah?

BOROK (Tolol)
Sudah

EMBAH
Kamu juga sudah berpikir?

RANGGONG (Nggak yakin)
Sudah

EMBAH
Bagus, itu artinya kalian sudah membiarkan aku tidur dan kalian bisa segera minggat atau tidur juga

LALU EMBAH TIDUR LAGI. DAN BOROK DAN RANGGONG MELOHOK LAGI

RANGGONG
Dia betul-betul berserikat dengan ajal

BOROK
Modar! Modar!

EMBAH PUTRI
Kok ada suara orang lain? Kalau begitu dia belum tidur (Sambil melangkah) betul-betul badung

PADA SAAT EMBAH PUTRI MENDEKAT, RANGGONG DAN BOROK SEDANG MEMBANGUNKAN EMBAH

EMBAH PUTRI
He! Jangan janggi orang tidur ya!

BOROK
Modar! Modar!

RANGGONG
Maaf, Mbah putrid, kami terpaksa membangunkan Mbah Kakung karena pemimpin kami sedang dalam keadaan inkoma

EMBAH PUTRI
Orang sakit itu bisaa. Orang mau mati itu bisaa, jangan suka ribut, apalagi sampai mengganggu orang sedang tidur

RANGGONG
Tapi pemimpin kami tidak boleh mati

EMBAH PUTRI
Emangnya kenapa?

RANGGONG
Setidak-tidaknya, kematiannya ditunda barang beberapa tahun sampai ia sempat mewujudkan impian spektakulernya

EMBAH PUTRI
Sebentar. Lebih baik kalian minum dulu

BOROK
Kami tidak perlu minum, Mbah. Kami perlu minta jamu itu

EMBAH PUTRI
Duduk saja dulu. Soal jamu itu soal sepele
(lalu ketiganya duduk)
Kami punya banyak jamu. Jamu Klinger, galian singset, jamu nafsu kuda, jamu kanker, jamu saraf…..

BOROK
Bukan jamu itu, Mbah…

RANGGONG
Ya, Mbah. Maksud kami….

EMBAH PUTRI
Mbah tahu. Jangan cerewet. Kamu menginginkan jamu dadar bayi

BOROK
Ya Mbah

RANGGONG
Pokoknya jamu

EMBAH PUTRI MENANGIS SANGAT MEMILUKAN SEKALI

EMBAH PUTRI
Duh, biyung, sudah sampai begini….

SUARA WASKA
Borok! Ranggong!

EMBAH PUTRI
Setiap jamu itu ada khasiatnya dan ada aturannya. Setiap penyakit itu ada jamunya tapi jamu yang paling mujarab ada dalam diri si sakit. Karena itu setiap kali orang datang meminta jamu selalu embah berikan nasehat lebih dulu

MUNCUL SEORANG LELAKI TUA YANG TAMPAK MASIH GAGAH

GAGAH
Saya permisi pulang sekarang saja Mbah

EMBAH PUTRI
Bagaimana keputusanmu, nak?

GAGAH
Tetap pada pikiran pertama, Mbah

EMBAH PUTRI
Kamu terlalu banyak membaca buku-buku tragedy. Tapi Mbah sudah membuka segala macam kemungkinan dan kerangka berpikir yang lain kepadamu, jadi Mbah serahkan saja semuanya kepada kamu sendiri

GAGAH
Mbah memang kaya. Tapi aku mantap sudah

EMBAH PUTRI
Baiklah kalau begitu. Hati-hati di jalan

GAGAH
Permisi, Mbah

EMBAH PUTRI
Ya, nak. Jangan lupa kirim kabar kalau kamu sudah mati

GAGAH
Baik, Mbah

LALU EMBAH PUTRI MENANGIS LAGI

NABI
Siapa lagi lelaki tua yang gagah itu?

SEMAR
Pemimpin salah sebuah Negara di Eropa yang keadaan ekonominya morat-marit. Ia putus asa, ia bermaksud bunuh diri, supaya riwayatnya lebih istimewa. Ia datang ke orang-orang tua itu meminta pertimbangan dan orang-orang tua itu telah menjelaskan bahwa keagungan yang dibayangkan orang sebenarnya hanya bumbu dongeng saja

EMBAH PUTRI
Kita harus hidup artinya kita juga harus mati. Hidup membutuhkan mati, anak-anakku. Setiap mahluk mem punyai batas waktu hidup yang pada dasarnya telah disesuaikan dengan kemampuan mahluk itu dalam rangka kesemestaan. Di luar atau keluar dari kerangka ini akan menyebabkan kegoncangan-kegoncangan, baik pada semesta mau pun pada yang bersangkutan sendiri. Yakinlah bahwa stiap penyelewengan hanya akan menghasilkan penyelewengan juga. Mbah menyimpan hampir semua rahasia semesta. Mbah bisa mengatakan dan membukakan semuanya. Kalian mau apa? Jamu penangkal mati? Baik, tapi ingat-ingat, namanya jamu dadar bayi karena bahan-bahannya dibuat dari jantung bayi yang dikeringkan

BOROK
Kami butuh yang ready to use, Mbah

RANGGONG
Soalnya karena waktu sudah sangat mendesak. Waska sudah dalam keadaan sakaratul maut

EMBAH PUTRI
Jangan sok tahu. Tapi pergilah sekarang. Semuanya sudah Mbah katakan

RANGGONG
Jadi kami harus mendapatkan jantung bayi dan mengeringkannya, Mbah?

EMBAH PUTRI
Ya, kamu tega? Mengeringkan lalu kamu tumbuk sampai halus dan selanjutnya dapat kamu minum bersama minuman apa saja asal panas. Nah, kamu tega?
(Borok dan ranggong cuma saling berpandangan)
Berapa generasi yang kamu ingin saksikan? Bunuh saja bayi sebanyak-banyak kamu perlukan, kalau kamu sampai hati

BOROK
Tiga orang bayi saja. Buat kita bertiga

RANGGONG
Tidak. Lima belas bayi

EMBAH PUTRI
Kalian rakus sekali. Kami orang-orang sederhana dari bukit Himalaya ini tidak pernah memasalahkan mati mau pun menjadikan ajal sebagai masalah. Lebih-lebih sebagai musuh. Tapi, kalau kalian belum menjawab pertanyaan Mbah. Kalian memang tega!?

BOROK
Modar!

RANGGONG
Tega, Mbah!

EMBAH PUTRI
Kalian memang terlalu gagah. Dan Mbah tak punya daya apa-apa kecuali hanya mengemukakan segala sesuatunya. Sayang sekali, tetapi beginilah lakonnya

RANGGONG
Terima kasih Mbah, terima kasih

BOROK
Permisi Mbah, terima kasih

MUSIK
LALU KEDUANYA LARI SAMBIL MENERIAKKAN NAMA WASKA. DAN EMBAH PUTRI MENANGIS DI SISI EMBAH LAKI YANG PULAS TIDUR. SETELAH BEBERAPA SAAT EMBAH LELAKI TERJAGA

EMBAH
Sayang, kita tidak boleh menangis seperti itu

EMBAH PUTRI
Saya hampir tidak bisa tahan lagi tugas ini

EMBAH
Kita harus tahan sayang, harus tahan. Tugas semesta lebih berat daripada kita. Kita harus membantunya. Nah, berhentilah menangis agar kicau burung pagi hari tidak terganggu kemerduannya

LALU EMBAH PUTRI BERHENTI MENANGIS

EMBAH
Senyum, sayang, karena dengan senyum, kuntum-kuntum bunga akan lebih semarak mekarnya

(Mbah putri tersenyum)
Kecantikanmu telah menggetarkan keindahan pagi hari

EMBAH PUTRI
Kamu betul-betul penghibur sejati

NABI
Mesra sekali mereka

SEMAR
Mereka sebenarnya jelmaan dari sepasang burung yang jenisnya telah lama musnah

EMBAH
Sudah waktunya kita mandi di sungai, sayang

EMBAH PUTRI
Aku ingin mandi di pancuran

EMBAH
Kalau begitu, kita mandi di pancuran

LALU KEDUANYA BERJALAN

EMBAH PUTRI
Berjingkat, sayang. Jangan kejuti rumput-rumput

LALU KEDUANYA BERJINGKAT DAN KELUAR

PELUIT KERETA API
LONCENG DUA KALI
SETELAH BEBERAPA SAAT!

WASKA DAN SEBUAH RADIO TRANSISTOR YANG MEMPERDENGARKAN SEBUAH LAGU DANGDUT DI SUATU TEMPAT

RANGGONG DAN SEBUAH RADIO TRANSISTOR YANG MEMPERDENGARKAN SEBUAH LAGU DANGDUT DI SUATU TEMPAT

BOROK DAN SEBUAH RADIO TRANSISTOR YANG MEMPERDENGARKAN SEBUAH LAGU DANGDUT DI SUATU TEMPAT

KETIGANYA SAMA MASYUK SEKALI DALAM MENIKMATI LAGU-LAGU ITU. DAN KEMUDIAN KETIGANYA MENARI. LALU MUNCUL BIGAYAH MENARI BERSAMA WASKA

BIGAYAH (setelah dan dalam menari)
Kamu gembira sekali Waska

WASKA
Aku selalu gembira, selalu. Yahuy. Ini betul-betul kesenian

RANGGONG
Borok, kamu paham semua yang dikatakan Mbah Putri?

BOROK
Tak

RANGGONG
Tapi kamu tahu, kita harus membunuh bayi sebanyak kita eprlukan?

BOROK
Ya

RANGGONG
Artinya untuk menyambung umur, kita harus tega mengerjakan hal-hal sebagai berikut:
Satu, membunuh bayi
Dua membedah bayi,
Tiga merenggut jantung bayi
Empat, menegringkan, menjemur atau memanggang jantung bayi
Lima, menumbuk jantung bayi kering sampai halus
Enam, meminum wedang yang mengandung bubuk jantung bayi

BOROK
Modar! Modar!

RANGGONG
Kamu tega?

BOROK
Lebih dari itu aku tega. Aku mampu menyembelih semua penduduk dunia atau meledakkan dunia sekaligus

RANGGONG
Di mana kita bisa dapatkan bayi sebanyak kita perlukan?

BOROK
Gampang. Kenapa itu kamu tanyaka? Di kuburan juga bisa kita dapat

RANGGONG
Di kuburan? Ide bagus

BOROK
Kalau setuju ayo kita turun

MUSIK
LALU TURUNLAH MEREKA DARI PUNCAK GUNUNG YANG SANGAT TINGGI ITU, SEMENTARA MALAM BERTAMBAH LARUT DAN ANGIN SEMAKIN KENCANG DAN UDARA SEMAKIN DINGIN

DALAM CAHAYA SAMAR-SAMAR DI KOMPLEKS KUBURAN YANG SANGAT LUAS ITU MUNCUL DUA BAYANGAN MANUSIA YANG MASING-MASING MEMBAWA KAIN KAFAN. DAN DALAM BAYANGAN TAK JELAS ITU TAMPAK SERTA KEDUANYA TERLIBAT PERCAKAPAN SEBAGAI BERIKUT

JURU KUNCI
Kain kafan dari mayat baru saj dikubur, malamnya jadi sasaran latihan calon-calon pencuri. Selain itu mereka juga menganggap kain kafan kwalitas itu memberikan suatu kesaktian tertentu (Ketawa) macam-macam

ANAKNYA
Pada jam-jam berapa bisaanya calon-calon pencuri itu muncul beh?

JURU KUNCI
Satu dua jam setelah babeh sikat habis semua kuburan baru (Ketawa) Babeh selalu lebih cepat. Soalnya babeh jurukunci kuburan di sini (Ketawa) Ayo, kita lipat dulu, baik-baik. Ini rejeki (Ketawa)

(Lalu keduanya duduk dan melipat lembaran-lembaran kain kafan itu)
Jangan kuatir, mayat-mayat itu tidak akan kedinginan. Lagi pula mereka toh harus membisaakan diri telanjang di bawah tanah, lantaran roh mereka pun telanjang bulat di langit sono (Ketawa). Anakku, kain kafan ini, sialan ada yang lacu, merupakan penghasilan ekstra buat juru kunci yang gak sempat korupsi (Ketawa) kamu bisa tamat SMA juga karena penghasilan tambahan ini. Kamu harus bersyukur bawha mayat pun bisa menolong orang yang masih hidup (Ketawa) Sekarang sudah waktunya kamu menggantikan pekerjaan babeh karena pekerjaan lain sukar di dapat. Memang sebenarnya tidak perlu kamu capek-capek belajar sampai SMA untuk pekerjaan ini, soalnya dulu Babeh kira dengan ijazah SMA kamu bisa jadi walikota (Ketawa)

BOROK
Jangan ketawa-ketawa, ya

BOROK DAN RANGGONG TIBA-TIBA MUNCUL. JURU KUNCI DAN ANAKNYA DIAM SAJA

JURU KUNCI
Jangan kaget nak. Kalau mendengar suara, babeh yakin ini suara arwah

BOROK
Jangan macam-macam. Kalian bisa modar

JURU KUNCI
Wah, ini pasti calon pencuri

BOROK
Kami biangnya. Berdiri dan jangan banyak mulut!

JURU KUNCI
Biang atau bukan tapi sama-sama suka mencuri, kan? (Ketawa) biang roti, biang gula, biang pencuri, biang keladi… Rupanya ada banyak biang. Aduh, biang-biang (Ketawa)

HAMPIR SAJA BOROK MENERKAMNYA. TAPI RANGGONG SEGERA MENGHALANGINYA

BOROK
Dia mempermainkan kita

RANGGONG
Tidak. Justru dia mempermainkan dirinya

BOROK
Dia membuang waktu

RANGGONG
Tidak. Waktu membuang dia

JURU KUNCI
Ya, situa ini memang berada di luar waktu karenanya si tua ini gampang tertawa (Ketawa)

BOROK
Modar! Modar!

ANAKNYA
Hati-hati Beh, mereka serius. Matanya merah

JURU KUNCI
Jangan. Jangan serius, nanti gampang sakit mata. Hidup ini gampang-gampang susah. Karenanya jangan dibikin gampang. Tapi juga jangan dibikin susah. Sedeng-sedeng saja (Ketawa)

RANGGONG
Sudah, pak kunci? Sudah bicaranya?

JURU KUNCI
Sudah, sudah. Silakan kalau mau bicara

RANGGONG
Kami ke sini bermaksud…

JURU KUNCI
Tahu. Tahu. Tentang itu aku tahu. Pilih saja beberapa helai. Semuanya kain kafan dari mayat yang masih hangat

RANGGONG
Kami tidak memerlukan kain kafan. Malam ini kami hanya perlu petunjuk bapak

JURU KUNCI
Petunjuk apa?

RANGGONG
Kami perlu lima belas kuburan bayi

JURU KUNCI
Baru? Lama? Sedang?

RANGGONG
Baru

JURU KUNCI
Saya hapal di mana mereka semuanya. Kompleks kuburan ini seperti perkebunan saja buat saja. Menghasilkan (Ketawa)
Ikutlah. Satu sama lain berpencar, jelas. (Ketawa) Sebentar. Kita belum merundingkan segi bisnisnya, kan?

RANGGONG
Maksudmu apa?

JURU KUNCI
Berapa kalian mau bayar? (Ketawa)

BOROK
Bereslah itu!

JURU KUNCI
Ha, kalian ternyata satu pengalaman lagi. Camkan. Kata beres justru yang paling gak beres (Ketawa) Jadi, berapa?

RANGGONG
Dua ratus satu lobang

JURU KUNCI
Dua ratus? Nggak satu ribu

RANGGONG
Satu ribu? Nggak. Lima ratus

JURU KUNCI
Nggak

RANGGONG
Enam ratus

JURU KUNCI
Jadi. (Kepada anaknya) Total berapa, nak?

ANAKNYA
Sembilan ribu, Beh

JURU KUNCI
Bayar dimuka

SAMBIL MELOTOT, RANGGONG MENYERAHKAN UANGNYA DAN

BOROK
Modar! Modar!

JURU KUNCI
Hitung, nak

ANAKNYA
Tidak kurang, Beh

JURU KUNCI
Berangkat kita (Ketawa)

BOROK
Modar! Modar!

BEGITULAH MEREKA MELEWATI KUBURAN DEMI KUBURAN DALAM MALAM TERANG BULAN

JURU KUNCI (Menyanyi)
Terang bulan terang rezeki
Tenang badan tenanglah hati (Ketawa) Mot!
(Lalu bertumpuklan lima belas pocong mayat bayi, bagaikan tumpukan guling kecil)
Berapa jang?

ANAKNYA
Lima belas, Beh

JURU KUNCI
Bukan main capeknya. Lima belas kuburan hanya dengan dua belah tangan tua ini. Tapi omong-omong ukuran kafannya jelas kecil sekali

RANGGONG
Kami nggak butuh kain kafan. Kami akan membedah mayat-mayat bayi itu dan mengeluarkan jantungnya

JURU KUNCI
Autopsi?

BOROK
Ayolah kita kerjain, Ranggong

RANGGONG
Baskom man, baskom?

SESEORANG MENYERAHKAN BASKOM

JURU KUNCI
Sebentar, sebentar. Kalian hanya kuizinkan untuk mencopot kain kafannya saja. Lebih dari itu kalian harus mendapat izin khusus dari ahli waris mereka

RANGGONG DAN BOROK SAMA SEKALI TIDAK MENGHIRAUKAN MEREKA HANYA SIBUK MEMBEDAH MAYAT-MAYAT ITU. BAUNYA BUKAN MAIN DAN SI ANAK MUNTAH TERUS JADINYA

JURU KUNCI
Kejahatan kalian melewati batas

RANGGONG
Apa ada batas?

JURU KUNCI
Setidak-tidaknya kita ahrus punya rasa jijik biar sedikit

BOROK
Modar! Modar!

JURU KUNCI
Berhenti. Aku bilang berhenti. Berhenti.
(Mereka terus saja membedah. dan si anak terus muntah)
Berhenti. Berhenti aku bilang. berhenti

BOROK
Modar! Gua granat duluan. Bum!

TUBUH JURU KUNCI BERSERAK

ANAKNYA
Lu bunuh babe gua?

BOROK
Modar! Bum!

TUBUH SI ANAK BERSERAK

JURU KUNCI
Gue sekarang jadi arwa

ANAKNYA
Gue juga, Beh

JURU KUNCI
Ingat, Borok. Ingat, Ranggong. Tunggu tanggal mainnya. Arwah gue dan arwah anak gue akan membalas dendam

LALU JURU KUNCI DAN ANAKNYA KELUAR SAMBIL KETAWA KAYAK HANTU. DAN BERSAMAA ITU BOROK DAN RANGGONG PUN KETAWA MEMBAHAN

WASKA
Borok! Ranggong!

BOROK
Waska!!!

LALU SEKETIKA SEMUA ORANG TAHLIL SEMENTARA BEBERAPA YANG LAIN MENGUBURKAN MAYAT-MAYAT TADI

SESEORANG
Terkutuk! Pembunuh biadab!

SESEORANG
Semoga alam beserta isinya mengutuk mereka!

SESEORANG
Saudara-saudaraku, kami mohon janganlah mengutuk. Demi Tuhan, jangan. Karena kita semua tidak tahu apa-apa

KEMUDIAN SEMUANYA SAMA BERDOA DAN TERAKHIR MENINGGALKAN KUBURAN-KUBURAN ITU


BAGIAN KETIGA

LONCENG DUA KALI
LAGU DANGDUT DARI SEBUAH RADIO TRANSISTOR. WASKA, BIGAYAH MENARI, BOROK MENARI

RANGGONG
Kamu menang Waska

WASKA
Kita menang

BOROK
Modar! Modar!

BIGAYAH
Ubabnmu tiba-tiba hilang. Kamu pakai semir, Waska!?

WASKA
Aku tidak pake semir

RANGGONG
Kita tidak perlu pake semir

BOROK
Modar! Modar!

WASKA
Yahuy! Ini betul-betul kesenian

PADA SAAT ITU JONATHAN MENONTON SAJA DI KEJAUHAN

JONATHAN (Jauh)
Waska! Aku punya mainan baru

BIGAYAH
Setiap detik, kamu makin gagah, Waska

WASKA
Kita menang, Gayah

RANGGONG
Kita menang, Borok

BOROK
Modar! Modar!

JONATHAN (Jauh)
Kamu tidak dengar, Waska? Aku memanggilmu

LALU SEMUA ORANG SAMA MENARI, BUKAN MAIN RAMAINYA, BETUL-BETUL MEREKA FLY. FLY. DAN DANGSUT ITU MEMANG SEDANG MEMABUKKAN MEREKA

LONCENG DUA KALI
DAJJAL MERAUNG-RAUNG

WASKA
Bising, Dajjal – bising – Barabas

RANGGONG
Bagaimana, Waska?

WASKA
Berdirilah di samping saya – juga kamu, Borok

LALU KETIGANYA BERDIRI DI PUCUK BUKIT, SEMENTARA PARA PENGIKUT MEREKA MEMENUHI LEMBAH
TERJALNYA DAERAH ITU BUKAN MAIN. DAN MATAHARI BUKAN MAIN TERIKNYA

WASKA
Sebelum dan sesudah pesta ini tidk adalagi pesta yang lebih besar dan yang lebih meriah yang memungkinkan seluruh kegembiraan kita tumpah sehingga tuntas dasar sumbernya. Pesta ini pesta kami atas suatu kemenangan karena kami akan memiliki 200.000 faja dan 200.000 senja. Anak-anakku, di bukit yang terjal ini, kekosongan kita telah sampai pada kesempurnaannya, kesepian kita yang kerontang semakin berdebu dan matahari di ubun-ubun kita memanggangnya, mermunya, meraciknya sehingga hanya topanlah yang kita tunggu hardikannya agar terciptalah badai debu yang akan menyapu sudut-sudut kota. Dalam beberapa detik lagi, kita akan mendneguskan nafas amarah kita yang dihembus oleh gas bau bacin dari eprut kita yang kosong, melanda sebagai wadah epidemic yang tak akan tertahankan oleh kota yang sombong ini. Dibukit ini kami berdiri bagaikan tiga batang lilin hitam dengan nyala ungu

JONATHAN
Waska, amarahmu berlebihan. Pidatomu bagaikan sajak cengeng penyair remaja yang cengeng

WASKA
Jangan main-main, Jonathan, gua lagi serius

JONATHAN (Jauh)
Gue juga serius. Lu yang gak serius

WASKA
Aku bisa membunuh dia. Aku marah

RANGGONG
Jangan hiraukan, Waska sahabatmu itu sedang mabuk

BOROK
Modar! Modar!

WASKA
Kami bertiga berdiri bagaikan trisula yang berkarat yang digenggam bermilyar tangan lapar dan dahaga, lapar badan dan lapar jiwa

JONATHAN
Waska, kamu lupa percakapan kita malam-malam di New Orleans, di geladak kapal tua itu?

WASKA
Anak-anakku, mulai aku mencium bau malam yang akan menetaskan impian tua itu

KOOR
Kemiskinan telah menghalau kami
Ke kota yang penuh kemiskinan ini
Kemiskinan telah mengajar mencuri
Mencopet
Menjambret
Menodong
Menggarong
Desa telah mengusir kami
Kota telah mengusir kami
Apakah langit juga akan mengusir kami?

DEBLENG
Waska, kegelapan telah turun di mana-mana, bolehkah saya mempersiapkan segala sesuatunya?

WASKA
Siapkan! Siapkan! Kenakan kostum menurut impian kalian masing-masing. Juga kenakan rias kalau mau. Kegelapan juga sudah berdandan pula. Bulan terlalu kecil untuk langit seluas itu, tapi untung bintang-bintang cukup banyak sehingga tidak terlalu lengang. Siapkan! Siapkan! – mana air kelapa saya, Borok, air kelapa!

LALU BOROK MEMBERIKAN SEBUAH KELAPA KEPADA WASKA, DAN SEMENTARA ITU SEMUA ORANG SIBUK MENGENAKAN KOSTUM MASING-MASING. ADA YANG PAKE KOSTUM BADUT ALA FILM KOBOI. ADA YANG KAYAK DETEKTIF. ADA YANG KAYAK WAROK. MACAM-MACAM

RANGGONG
Kamu tidak pake kostum khusus dalam perampokan nanti?

DEBLENG
Ya, Borok. Aku kira kamu paling cocok mengenakan kostum ala bandit Chicago seperti dalam film

BOROK
Modar! Gue bandit terbesar, lebih besar dari Alcapone, gua nggak mau tiru-tiru

DEBLENG
Gue mau pake topeng biar serem. Habis muka gua klimis

JONATHAN (Muncul)
Waska

SEJAK TADI WASKA ASYIK DENGAN IMPIAN DALAM KEPLANYA, DAN KALI INI IA MENGHISAP CANGKLONG, NIKMAT SEKALI

JONATHAN
Kamu tidak pengen berlayar lagi?

WASKA
Aku sudah tua

JONATHAN
Aku dengar kamu telah minum jamu….

WASKA
Maksudku aku punya pekerjaan lebih besar

JONATHAN
Amarah maksudmu?

WASKA
Apalah namanya tapi yang terpenting besar dan penting buat kemanusiaan

JONATHAN
Kalimatmu besar sekali

WASKA
Tapi masih kecil dibanding mulutmu

JONATHAN TERSENYUM SEMENTARA MEMIKIRKAN CARA LAMA UNTUK MEMOJOKAN PIKIRAN, SIKAP SERTA RENCANA SAHABATNYA YANG EDAN ITU

WASKA
Aku bukan anak-anak, Jonathan

JONATHAN
Apa betul kita sedang bertengkar? Aku kira sejak beberapa hari yang lalu aku hanya sedang berusaha mengembalikan kamu kepada kamu yang dulu, kamu yang kaya akan ketawa, kaya akan dongeng-dongeng, kaya akan leleucon-lelucon

WASKA
Dulu memang aku paling pintar menghibur diriku atas keburukan keadaan ini. Tapi ketawa yang berulang-ulang itu telah menjelma menjadi amarah, dongeng telah menjadi keluh dan telah menjelma menjadi rumusan-rumusan, lelucon sampai pada puncaknya dan telah menciptakan kesimpulan-kesimpulan serta sikap-sikap

JONATHAN
Tapi rumusan-rumusan, kesimpulan-kesimpulan da sikap-sikapmu sangat gegabah dan kacau balau karena semuanya bertolak dari amarah. Waska, aku tak hendak berdebat lebih panjang dan lebih ruwet. Marilah kita sederhana saja berpikir. Terus terang, jalanmu jalan keliru, jalan yang meninggalkan akal budi, jalan yang akan lebih memburukan keadaan, jalan yang tidak akan menolong sama sekali, jalan….

WASKA
Lalu apa yang kamu sarankan? Tetap ketawa-ketawa, menciptakan dongeng-dongeng, lelucon-lelucon?

JONATHAN
Aku hanya menyarankan agar kamu berlaku wajar saja

WASKA
Wajar itu bagaimana? Sopan itu wajar? Kaya itu wajar?

JONATHAN
Aku bisaa berurusan dengan harmoni, aku….

WASKA
Kamu mau menyinggung soal keselarasan alam? Dalam rangka ini pastilah kejahatan penting adanya

JONATHAN
Begini, Waska. Bagaimana pun perbuatan jahat….

WASKA
Berhentilah kau nyap-nyap. Akuilah sebenarnya kamu tidak pernah berpikir. Sekarang dengarkanlah pokok-pokok pikiran saya. Aku sampai pada kesimpulan bahwa pada hakekatnya semua orang jahat, atau sebaliknya, semua orang baik. Karenanya, apa pun yang dilakukan orang adalah jahat tapi juga sebaliknya, baik. Jadi apa pun yang kulakukan adalah jahat dan baik, seperti apa yang dilakukan guru taman kanak-kanak. Tapi seandainya apa yang kulakukan adalah jahat semata-mata, maka kejahatan orang lain pastilah akan berlipat lagi ukurannya

JONATHAN
Kamu kehilangan sesuatu tapi kamu tidak menyadarinya, Waska. Cobalah sebentar kenangkan semuanya secara utuh. Berlakulah adil, timbanglah satu demi satu dari seluruh yang kamu miliki

WASKA
Janganlah mencoba mengorek-ngorek masa lampauku. Sentimental! Dan lagi apakah kamu kira ketika aku berlayar dulu, ketika aku menjadi kelasi lantaran didorong oleh romantic keremajaan kelaurga ningrat? Seperti romantic semangat kesenianmu yang penuh skandal itu?

JONATHAN
Waska!

WASKA
Tidak, Jonathan. Segala tindak-tandukku, langkah-langkahku, sepak terjangku, semua perbuatanku didorong oleh semangat mencari makan sebagaimana layaknya jenis hewan lainnya. Dan segala ocehanmu tentang akhlak, budi pekerti, moral dan tetek bengek lainnya. Sekarang aku tahu, hanyalah tetek bengek orang yang kenyang dan tidak untuk orang yang lapar. Mereka mempeributkan semua itu hanyalah agar waktu makan mereka tida terganggu. Dan segala omong kosong itu secara bangga kaunyanyikan di mana-mana dan kamu mendapatkan tepuk tangan, lemparan bunga, lemparan uang, lemparan makanan, bahkan lemapran kehormatan. Suatu skandal terbesar yang tak pernah terungkap!

JONATHAN
Sebentar, Waska! Kamu ngaco! Amarahmu tak ketentuan arah!

WASKA
Amarahku memang ke segenap arah

JONATHAN
Terus terang aku tak berkehendak berdebat soal kesenianku, apalagi soal lainnya, karena pikiranmu belingsatan. Tapi satu hal, kamu sendiri tahu kesenian yang kamu bicarakan sudah lama aku tinggalkan dan kamu sendiri juga tahu bagaimana selama ini aku menulis serta menyanyi tentang kalian, tentang kamu!!

WASKA
Kalau begitu, kamu sedang memainkan skandal yang lain dan mungkin yang lebih besar lagi. Jontahan, ternyata jiwamu cacingan, atau mungkin kamu idiot tanpa diketahui sejarah. Selama ini kamu mengira nyanyian kamu, kesenian kamu mewakili kelaparan kami, amarah kami!? Cuah! Ilusi! Dan lebih dari itu, sambil membungkam rasa persahabatanku padamu, aku menuduhmu, aku mendakwa kamu mengatasnamakan kami, penderitaan-penderitaan kami dan kamu mendapat keuntungan dan kehormatan

JONATHAN
Dakwaanmu terlalu berat

WASKA
Tapi masih terlalu ringan dibanding penipuan-penipuanmu. Dan ketahuilah, nasehat-nasehatmu adalah pepatah-pepatah kuno yan sudah mati. Karenanya, pergilah

JONATHAN
Aku menyesal sekali, persahabatan kita yang berpuluh tahun berakhir seperti ini. Maksudku, kamu putus secara sepihak dan keji seperti itu. Tapi sebelum segala sesuatunya berakhir aku minta supaya kamu sudi mendnegarkanpenjelasan-penjelasanku tentang kesenian saya, tentang ahlak dan nilai persahabatan

WASKA
Kamu ingin mengatakan bahwa kesenian penting untuk menajga kesenimbangan supaya manusia jangan cepat sinting. Kamu juga ingin mengatakan bahwa ahlak tidak ada hubungannya dengan makan dan tidak makan. Nah, aku telah mengucapkannya, cukup bukan? Jonathan, terus terang emosiku mulai mbuldak dan amarah sudah di puncak, karena tiba-tiba aku merasa dikalahkan oleh penjahat lain yang jauh lebih besar, yaitu kamu. Kejahatan yang tengah kuhidupi mendapatkan saingan berat dari kesenianmu dan aku tak mau disaingi. Nah, aku minta tinggalkan tempat ini

JONATHAN
Aku masih punya beberapa hal….

WASKA
Simpan saja atau nyanyikan buat orang lain

JONATHAN
Sebelum aku meninggalkan tempat ini, bagaimana kalau kita minum-minum dulu di warung, setidak-tidaknya kita masih bisa mengenangkan tahun-tahun persahabatan kita.
(Waska menyalakan cangklongnya)
Sebenarnya aku sangat tersinggung sekali, tapi aku tahu kamu dalam keadaan yang tidak normal. Bagaimana kalau malam ini aku usulkan the teko ala Tegal
(Waska kelihatan naik turun napasnya)
Waska….

WASKA (Teriak)
Borok!

JONATHAN
Jangan keterlaluan. Saya akan pergi
(lalu jonathan melangkah)
Kapan-kapan aku akan datang lagi Waska

SUARA KERETA API

WASKA
Malam betul-betul tua, umang-umang

SEMUA
Ya, Bapa

WASKA
Kota sudah tidur, anak-anakku

SEMUA
Ya, Bapa

WASKA
Merayap, merayap, anak-anakku

SEMUA
Ya, Bapa

WASKA
Pilih rumah yang paling bagus, anak-anakku

SEMUA
Ya, Bapak

WASKA
Ranggong!

RANGGONG
Ranggong di sini, Waska, di becak nomor tiga belas

WASKA
Debleng!

DEBLENG
Di sini, Waska. Di balik tong sampah

WASKA
Gustav!

GUSTAV
Di bawah jembatan, Waska

WASKA
Borok!

BOROK
Gua di kuburan cina, Waska

WASKA
Japar!

JAPAR
Aku dalam buskota, Orang tua

WASKA
Engkos!

ENGKOS
Gua di apsar, Waska, di pasar

WASKA
Menetas. menetas

SEMUA
Ya, Bapak

RANGGONG
Seratus tiga puluh bank

SEMUA
Gedor

BOROK
Empat ratus pabrik

SEMUA
Gedor

BOROK
Empat ratus pabrik

SEMUA
Gedor

DEBLENG
Ribuan Toko-toko

SEMUA
Gedor

DEBLENG
Ribuan toko-toko

SEMUA
Gedor

BUANG
Ribuang warung-warung

SEMUA
Gedor

BUANG
Ribuan warung-warung

SEMUA
Gedor

WASKA
Yak, yak, yak

JONATHAN
Kamu pikun

SEMUA
Gedor

BIGAYAH
Je, kayak pasar malam

SEMUA
Gedor

BIGAYAH
Je, bagi dong. Gua juga pengen makan

SEMUA
Gedor

BIGAYAH
Je, pake gigi emas semua

SEMUA
Gedor

BIGAYAH
Pake emas, pake intan, pake sutera, pake bedak, pake gincu, pake kitek, pake parfum, pake kacamata, pake stoking, pake-pake, pake-pake, pake-pake….

WASKA
Yak, yak, yak

SEMUA
Yak, yak, yak

DANGDUT. SEMUA MENARI. SEMUA DALAM PESTA. BUKAN MAIN MERIAH PESTA MEREKA. TAPI TIBA-TIBA SEMUA, KECUALI WASKA, RANGGONG, BOROK, PERGI ENTAH KEMANA. TAPI KEMUDIAN MEREKA MUNCUL LAGI DAN KEMBALI MENARI

LONCENG DUA KALI
SEMUA TIDUR
LONCENG DUA KALI

SEMUA
Gedor

WASKA
Yak, yak, yak

SEMUA
Yak, yak, yak

LONCENG DUA KALI
PERJALANAN
WASKA, RANGGONG, BOROK LAGI MANCING DI LAUT
PERJALANAN

BOROK
Kok semua pergi?

RANGGONG
Mereka sudah mati, kan?

WASKA
Berapa umur kita

ARWAH-ARWAH MUNCUL


WASKA
Siapa kalian?

SEMUA
Arwah, hahahaha…

ARWAH-ARWAH LENYAP

RANGGONG
Tenang, tenang

BOROK
Tenang, tenang

WASKA
Matahari sedang berenang. Beberapa saat lagi ia tenggelam

RANGGONG
Malam

BOROK
Ngantuk

WASKA
Tidur

RANGGONG
Kena. Kena. Kena

BOROK
Tarik. Tarik. Tarik.

WASKA
Hiburan. Hiburan. Hiburan.

RANGGONG
Berat sekali

BOROK
Jangan sampe patah

WASKA
Pasti ikan paus

RANGGONG
Bantu

WASKA
Ayo kita tarik sama-sama. Satu, dua, tiga

RANGGONG
Lho, kok Debleng

BOROK
Debleng?

WASKA
Kok ada dalam laut?

DEBLENG
Gue arwah

WASKA
Kok dalam laut?

DEBLENG
Gue sendiri gak tahu kenapa. Tolong jangan diajak ngomong terus, gue capek. Tolong. Kuburkan lagi mayat gue

WASKA
Ini kewajiban. Akan saya kubur. Ayo Ranggong, Borok
(Debleng membisikan sesuatu)
Betul? Langit juga menolak? Gue mesti protes

DEBLENG
Tapi kamu belum mati
(Waska geram sekali)
Tolong, kuburin gue dulu

LALU KETIGANYA MENGUBURKAN DEBLENG

RANGGONG
Tenang, tenang

BOROK
Tenang, tenang

WASKA
Matahari sedang berenang. Beberapa saat lagi ia akan terbit

RANGGONG
Siang

BOROK
Bosan

WASKA
Tidur

RANGGONG
Kena. Kena. Kena

BOROK
Nggak usah ditarik. Diamin saja. Bosan

WASKA
Bosan

RANGGONG
Bosan

WASKA
Matahari terbit

BOROK
Kita nggak pernah terbit

WASKA
Matahari tenggelam

RANGGONG
Kita tak pernah terbenam

BOROK
Terbit terbenam terbit terbenam

WASKA
Kita Cuma diam

BOROK
Angin berhembus

WASKA
Kita Cuma diam

RANGGONG
Bulan bersinar

WASKA
Kita Cuma diam

BOROK
Ada anak lahir

RANGGONG
Ada anak berangkat dewasa

BOROK
Berangkat tua

RANGGONG
Berangkat mati

WASKA
Kita Cuma diam. Tidak berangkat ke mana-mana

RANGGONG
Ada daun widara

BOROK
Melayang dalam angina

RANGGONG
Jatuh, membusuk, menjadi rabuk

WASKA
Kita Cuma diam, Cuma diam

RANGGONG
Semua bergerak. Awan berarak

BOROK
Semua bergerak. Ada perahu bergerak

WASKA
Kita Cuma diam

LONCENG DUA KALI

WASKA
Setidak-tidaknya kita berusaha untuk bisa tidur

BOROK
Modar!

RANGGONG
Biar apa?

WASKA
Siapa tahu kita bermimpi tenggelam, terbenam atau melayang, gugur, jatuh, membusuk atau bahkan mimpi mati sama sekali, atau siapa tahu kita tak pernah bangun lagi?

RANGGONG
Tenang, tenang

BOROK
Tenang, tenang

WASKA
Matahari kembali berenang bersama ikan-ikan dan laut semakin dalam lantaran malam

LONCENG DUA KALI

WASKA
Kalian siapa? Kalian siapa?

RANGGONG
Kamu siapa?

DEBLENG
Cicit pak Debleng

BOROK
Kamu?

BUANG
Cicit Buang

RANGGONG
Kamu?

BIGAYAH
Cicit Bigayah

WASKA
Kamu mirip sekali

RANGGONG
Kita boleh mulai lagi, Waska?

BOROK
Modar! Modar!

WASKA
Yak. Yak. Yak

SEMUA
Gedor

WASKA
Yak. Yak. Yak

SEMUA
Gedor

LALU SEMUANYA PERGI LAGI

BOROK
Mereka pergi lagi. Mereka pergi lagi

RANGGONG
Kan mereka sudah mati

WASKA
Tenang, tenang

RANGGONG
Matahari mulai berenang lagi

BOROK
Tenang, tenang

RANGGONG
Matahari mulai berenang lagi

WASKA
Tenang. Pikiranku mulai bekerja lagi

LONCENG DUA KALI
PERAMPOKAN SEMESTA. MEREKA DATANG LAGI

BOROK
Bau bangke. Bau bangke

SEMUANYA MEMBENARKAN

RANGGONG
Ini laut apa kuburan?

WASKA
Sama saja

PERAMPOKAN SEMESTA
MEREKA PERGI LAGI
TIBA-TIBA WASKA MENYABET-NYABETKAN TANGAI KAILNYA, MAKIN KENCANG DAN MAKIN KENCANG, RANGGONG JUGA MELAKUKAN HAL YANG SAMA. JUGA BOROK

BOROK
Bosan. Bosan

RANGGONG
Apa yang kamu lakukan, Waska?

WASKA
Nggak tahu. Nggak tahu

LALU MEREKA KEMBALI MANCING LAGI

RANGGONG
Tenang. Tenang

BOROK
Nggak. Nggak. Nggak tenang

TIBA-TIBA WASKA, YANG TUA DAN PURBA ITU MENANGIS MEMEDIHKAN SEKALI. RANGGONG JUGA, BOROK JUGA

WASKA
Semuanya sudah kita lakukan

RANGGONG
Ya

BOROK
Ya

WASKA
Cuma mati yang belum

RANGGONG
Ya. Ya

BOROK
Kita bunuh diri saja, pak

RANGGONG
Yuk

WASKA
Bunuh diri?

BOROK
Ya

WASKA
Ide bagus. Yuk.

LALU MEREKA SALING BERPANDANGAN ‘SELAMAT TINGGAL’ DAN SELANJUTNYA MEREKA BERUSAHA MENUSUK PERUT MEREKA MASING-MASING DENGAN TANGKAI KAIL (WALISAN).
TAPI SEBELUM TERLANJUR, ORANG-ORANG DATANG BERMUNCULAN MENGGAGALKAN NIAT MEREKA, SEKUAT TENAGA ORANG-ORNG MENGHALANGI PERBUATAN NEKAD MEREKA, LALU SETELAH KETIGANYA KEMBALI TENANG. ORANG-ORANG KELUAR

WASKA
Nggak jadi mati kita

RANGGONG
Kebaikan yang jelek

BOROK
Pokoknya jahat

RANGGONG
Kita berantem saja yuk! Bunuh-bunuhan

BOROK
Yuk

WASKA
Kalau mau berantem, kita mesti bertengkar duluan, dong

RANGGONG
Sialan!

WASKA
Babi!

BOROK
Monyet!

RANGGONG
Kutu!

BEGITULAH SELANJUTNYA MEREKA SALING MELONTARKAN KATA UMPATAN. MAKIN LAMA MAKIN PANAS. MAKIN PANAS MAKIN MATENGLAH MENTAL MEREKA UNTUK SALING BERBUNUHAN. TAPI SEBELUM TERLANJUR,ORANG-ORANG DATANG DAN BERUSAHA MELERAIKAN MEREKA SEKUAT TENAGA ORANG-ORANG BERUSAHA MENDAMAIKAN MEREKA DAN AKHIRNYA, SETELAH KETIGANYA SAMA TENANG LAGI, ORANG-ORANG PERGI

WASKA
Nggak jadi mati lagi

RANGGONG
Betul-betul sial kita

BOROK
Nasib kita betul-betul nggak baik

WASKA
Ada ide baru?

BOROK
Kita terjun saja ke jurang

RANGGONG
Ya, kita naik ke bukit itu lalu terjun bebas

WASKA (sebentar berpikir)
Yuk

LALU KETIGANYA MENINGGALKAN LAUT

WASKA
Tuh bukitnya

RANGGONG
Yuk

BOROK
Yuk

LALU KETIGANYA SAMPAILAH DI PUCUK BUKIT. DAN SEBENTAR MEREKA SALING BERPANDANGAN

RANGGONG
Dulu kamu larang orang bunuh diri

WASKA
Aku sudah lupa semuanya. Semuanya lenyap oleh kebosanan

BOROK
Ayo dong, kita terjun

TAPI SEBELUM TERLANJUR, ORANG-ORANG DATANG LAGI DAN MENGGAGALKAN PERBUATAN MEREKA.
KETIGANYA SANGAT KESAL
MUNCUL JONATHAN MEMAINKAN BIOLANYA.
MUNCUL ALBERT DENGAN LAM PUNYA.
MUNCUL EMBAH PUTRI DENGAN LAM PUNYA.
MUNCUL JURU KUNCI DENGAN ANAKNYA.
MUNCUL BIGAYAH
MUNCUL SEMUANYA
SUNYI
STATIS

BOROK
Merokok pun tak pengen lagi

SUNYI

RANGGONG
Udara bau karat besi

SUNYI

WASKA
Pergi kalian! Pergi!

RANGGONG
Kenapa mereka diusir?

WASKA
Terlalu banyak untuk rongga kepala yang sempit ini? Terlalu banyak! Terlalu banyak!

BOROK
Arsip. Arsip. Arsip. Arsip

WASKA
Minggat! Minggat!

RANGGONG
Minggat! Minggat!

BOROK
Minggat! Minggat!

TAPI SEMUANYA EMMANG SUDAH MEMOSIL, TAPI KETIGANYA TERUS MENGUSIR MEREKA, SAMPAI PUN DENGAN CARA FISIL, TAPI GAGAL DAN KETIGANYA KELELAHAN

SUNYI

TIBA-TIBA WASKA MENGUAP DAN DIA KAGET BISA MENGUAP. DIA ULANGI LAGI. RANGGONG JUGA. BOROK JUGA

WASKA
Aku menguap. Aku ngantuk

RANGGONG
Aku juga

BOROK
Aku juga

WASKA
Terima kasih, Tuhan – Ayo, kita tidur. Lumayan

LALU TIDURLAH MEREKA.
KETIKA KETIGANYA NYENYAK TIDUR, SEMUA ORANG YANG DI PENTAS MENINGGALKAN PENTAS. DAN LONCENG BERTALU-TALU. LALU SUKMA KETIGA ORANG ITU BANGKIT MENINGGALKAN JASADNYA MASING-MASING

SUKMA WASKA
Kita mengintip yuk

SUKMA TEMAN-TEMANNYA MENGANGGUK, DAN MENGINTIPLAH MEREKA

SUKMA RANGGONG
Kamu mau ngintip siapa?

SUKMA WASKA
Aku mau mengintip apa yang dilakukan jasadku

SUKMA RANGGONG
Aku juga

SUKMA BOROK
Apa kita sudah mati?

SUKMA WASKA
Belum. Kita kan sedang tidur nyenyak

LALU MENGINTIPLAH MEREKA. DAN MEREKA SAMA CEKIKIKAN MELIHAT PERILAKU JASAD MEREKA MASING-MASING

SUKMA WASKA
Sok. Sok. Sok

SUKMA RANGGONG
Genit. Genit. Genit

SUKMA BOROK
Over. Over. over

KEMBALI MEREKA CEKIKIKAN. DAN LARILAH MEREKA KELUAR

SUKMA WASKA
Jasadku bangun. Bangun dia. Sembunyi

SUKMA RANGGONG
Bangun dia

SUKMA BOROK
Bangun dia

KETIGANYA KELUAR BETUL-BETUL DAN BEBERAPA SAAT

LONCENG DUA KALI
WASKA YANG PURBA DAN BATU LEWAT. CUMA LEWAT
LONCENG DUA KALI


*****SELESAI*****

ORKES
MADUN II
Atawa Umang-Umang
Karya Arifin C. Noer


Catatan:

Naskah ini diketik ulang dari buku kumpulan naskah drama Orkes Madun yang diterbitkan oleh Penerbit Pustaka Firdaus bekerjasama dengan Yayasan Adikarya IKAPI dan The Ford Foundation ISBN 979-541-119-5
Publikasi naskah ini dimaksudkan sebagai upaya penyediaan naskah drama dan sebagai bahan referensi pembelajaran bagi individu atau kelompok-kelompok teater yang membutuhkannya.
Disarankan bagi siapa saja yang memiliki cukup akses, agar membeli buku terkait. Itu pun dalam upaya membantu pengarang dan keluarganya. Kekayaan hak intelektual naskah ini tetap ada pada pengarangnya.
Dan dimohon bagi pengunduh naskah ini untuk tidak menghapus catatan ini, sebagai bukti pertanggung jawaban saya sebagai pihak yang mengetik ulang.

Terima kasih.
Lee Birkin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar