KondisI dunia kian carut - marut. Ambisi penguasa bakal menyebabkan peperangan mahadahsyat. Seluruh dunia, akan hancur. Kondisi inilah yang menyebabkan setan mendatangi filsuf dengan harapan agar mampu mencegah pertempuran. Jika perang terus berkobar dan membinasakan umat manusia, maka nasib setan akan berakhir. Dan setan pun tak memiliki pekerjaan yang selalu mengganggu umat manusia.
Pesan drama ini nampak menghanyut para penikmat seni ini. ’’Jangan selalu menyalahkan setan. Terkadang, kesalahan manusia yang dilakukan, justru setan yang dijadikan kambing hitam.
LAKON
SETAN DALAM BAHAYA
Karya Taufik Al Hakim
RUANG KANTOR DENGAN PERABOT SEDERHANA. FAILASUF SEDANG DUDUK DI TENGAH-TENGAH TIMBUNAN BUKU DAN MAJALAH. MEMBACA DAN BERPIKIR DENGAN SIKAP TENANG WAKTU MALAM. TELEPON DI SAMPINGNYA TIBA-TIBA BERDERING
FAILASUF (Mengangkat Gagang Telepon)
Hallo! Hallo juga!… Minta bertemu dengan saya?… sekarang?… hal penting?… di situ siapa?… apa katamu?… Setan?… Oh, sekarang bukan waktu bergurau. Waktu sudah larut malam begini kau malah mengajak orang bergurau? … Sudahlah. Tolong tutup saja…
(Meletakkan Gagang Telepon)
Kurang ajar dan kurang punya selera!
TERDENGAR PINTU KAMAR DIKETUK. PINTU KAMAR TERBUKA DAN SETAN MUNCUL DENGAN PAKAIAN BERWARNA MERAH
SETAN (Lemah Lembut Dan Sopan)
Maafkan aku. Memang benar, kurang ajar dan kurang punya selera. Memang bukan waktu yang tepat untuk berkunjung, tapi keadaannya gawat sekali.
FAILASUF (Kebingungan)
Engkau?
SETAN (Membungkuk Dan Merendah)
Ya, akulah.
FAILASUF (Berbisik)
SETAN?!
SETAN
Mudah-mudahan tampangku tidak terlalu mengecewakan dugaanmu.
FAILASUF
Sebaliknya tampangmu sama sekali tidak berbeda dengan yang biasa kami lihat dalam gambar-gambar. Bajumu yang merah… kedua tandukmu yang kecil… sepasang mata yang menyala… hidungmu yang panjang… dan bentuk badan yang kurus kecil.
SETAN
Aku tidak mengerti bagaimana orang melukiskan aku dalam bentuk semacam itu. Tapi kalau selama ini memang itu yang kau kenal, aku pun akan memakai itu. Kebohongan yang sudah dikenal orang lebih baik daripada kebenaran yang masih tersembunyi.
FAILASUF (Terkejut)
Setan! Jadi kau ini Setan!? Setan yang sering kami baca beritanya dalam buku-buku, yang sering kami dengar perbuatannya yang aneh-aneh?
SETAN (Merendahkan Diri)
Dengan segala rendah hati, itulah aku. Itulah yang tiap hari kalian sebut dengan segala kebaikan yang kalian tulis, yang kalian ucapkan… Tentu aku mengikuti semua yang disiarkan tentang diriku, yang dihubungkan kepadaku. Kalau mau kuikuti, sebagian waktuku niscaya hanya kuhabiskan untuk mengoreksi segala kejadian dan membantah segala macam tuduhan. Aku tidak banyak menggubris segala yang ada dalam buku-buku dan dalam percakapan orang. Barangkali akan terkejut kau kalau kau ketahui, bahwa aku cenderung sekali menyendiri… aku menjauhkan diri dari pergaulan dengan manusia. Inilah rahasianya maka aku tetap muda, dan urat syarafku selalu santai.
FAILASUF (Menyodorkan Kotak Sigaret)
merokok?
SETAN
Boleh juga, asal dari kualitas yang ringan.
FAILASUF
Jangan Kuatir, rokokku hanya yang paling ringan.
SETAN (Menerima Rokok)
Terima kasih.
FAILASUF (Menyalakan Rokok Tamunya)
Soalnya karena aku memang tidak suka merokok kecuali hanya untuk membantuku dalam berpikir.
SETAN
Berpikir tentang apa?
FAILASUF
Tentang pekerjaanku, tentu kau sudah tahu, profesiku ialah berpikir.
SETAN
Tentu, seorang failasuf yang sangat penting. Begitulah dikatakan orang kepadaku. Itulah sebabnya aku datang kepadamu malam ini. Maksudku supaya kau berpikir untukku.
FAILASUF
Berpikir untukmu? Engkau?
SETAN
Ya. Kau harus berpikir untukku, untuk melepaskan aku dari bencana yang hampir menimpa kepalaku ini.
FAILASUF (Terkejut)
Bencana?! Akan menimpa kepalamu? Engkau?
SETAN
Ya. Tolonglah aku. Tak ada orang yang dapat menolong kepalaku ini selain kepalamu yang penuh pikiran itu. Carikanlah akal buat aku. Buat menjauhkan aku dari bahaya.
FAILASUF
Engkau dalam bahaya?
SETAN
Sedang menimpa… mengancam sampai punah… Aku gemetar dalam ketakutan sekarang.
FAILASUF
Luar biasa!
SETAN
Cepat! Dan berpikirlah buat aku. Bagaimana caranya aku dapat terhindar dari itu?
FAILASUF
Terhindar dari?
SETAN
Dari bahaya yang mengancamku. Pikirkanlah buat aku. Tolong pikirkan, failasuf. Bukankah kau failasuf? Bukankah profesimu itu berpikir? Berpikirlah buat aku sekarang juga. Cepat pikirkan… pikirkan… pikirkanlah buat aku…
FAILASUF (Berpikir)
Ini aku sedang berpikir sekarang… sedang berpikir…
SETAN (Merenung Melihat Kepada Failasuf, Yang Juga Sedang Menekur Menghimpun Pikirannya)
Ya. Engkau memang sedang mengumpulkan pikiranmu baik-baik. Kuharap kecerdasanmu yang raksasa itu akan melahirkan buah pikiran yang efektif…
FAILASUF (Tiba-Tiba Mengangkat Kepala Sambil Berteriak)
Aneh sekali!
SETAN (Gembira)
Sudah dapat!? Sudah dapat!?
FAILASUF
Ya. Sudah kudapat bahwa kau belum menyebutkan kepadaku bahaya apa yang sedang mengancammu itu, dan apa yang mau dicarikan pemecahannya.
SETAN
Engkau tidak pernah menanyakan itu kepadaku.
FAILASUF
Di sinilah pokok permasalahan yang telah menimbulkan keanehan tadi. Perlu kutanyakan kepadamu sebelum aku berpikir.
SETAN
Engkau sudah berpikir sebelum bertanya!
FAILASUF
Maafkan. Sudah jadi kebiasaanku begini… kami, kalangan failasuf kadang berpikir panjang-panjang… kemudian pikiran kami seringkali berakhir dengan sebuah pertanyaan…
SETAN
Bukan begitu, Tuan… kuharap… jangan membuang waktuku. Aku datang kepadamu dalam larut malam begini supaya kau berpikir untukku dengan hasil yang akan dapat memecahkan persoalan.
FAILASUF
Kalau begitu baik kita mulai dengan pertanyaan: bahaya apakah yang sedang mengancammu?
SETAN
Perang!
FAILASUF (Terkejut)
Perang mengancam kau?
SETAN
Tentu sekali mengancam aku, apa yang membuat kau jadi terkejut dalam hal ini! Perang yang akan datang sungguh mengerikan. Dan kukira kau bukan tidak tahu. Bom-bom atom dan peluru-peluru kendali akan menghancurkan dunia dan membinasakan umat manusia.
FAILASUF
Apakah dalam hal ini engkau sangat mengasihi manusia?
SETAN
Sangat mengasihi diriku.
FAILASUF
Apa urusanmu?
SETAN
Hidupku tergantung kepada manusia. Di mana ada manusia di situ ada aku. Kalau terjadi kiamat dan semuanya akan berakhir. Maka akupun bersama yang lain berada di depan, di tempatku harus menemui nasibku yang sudah termaktub serta kesudahanku yang sudah tidak dapat dielakkan lagi.
FAILASUF (Terkejut)
Jadi kalau begitu, perang yang akan datang, yang akan menghancurkan segalanya ini, tidak menguntungkan kau?
SETAN
Sama sekali tidak.
FAILASUF
Dan siapa diantara bangsa-bangsa itu yang akan mengobarkan perang?
SETAN
Mana aku tahu!?
FAILASUF
Aneh! Dunia semua menduga, setanlah yang menggoda pemimpin-pemimpin negara besar itu supaya mereka mengobarkan api peperangan yang akan datang. Sekarang malah setan sendiri yang mau cuci tangan dan mau mungkir…
SETAN
Tuan yang terhormat, sudah gilakah aku mau membakar dunia ini seluruhnya, termasuk aku sendiri di dalamnya?
FAILASUF
Masuk akal.
SETAN
Tolol aku? Aku mau bunuh diri? Seperti kukatakan, sekarang aku senang menyendiri dan hidup tentram. Tetapi rupanya ada orang-orang yang senang ribut-ribut dan hidup dalam kegaduhan selalu. Bunyi-bunyi letusan jadi hiburan buat mereka. Sebegitu jauh memang, begitulah hidup mereka. Sebelum itu aku masih bisa memasang jari-jariku di telinga… Tetapi menurut hematku, soalnya sudah berkembang, bunyi-bunyi letusan itu khususnya, buat aku sudah bukan hanya sekedar bunyi-bunyian.
FAILASUF
Jadi kau menginginkan…?
SETAN
Perang dilarang.
FAILASUF
Cukup aneh. Apa kesulitannya buat kau membisikkan di telinga pemimpin-pemimpin negara besar itu.
SETAN
Yang sudah kulakukan dan kubisikkan kata-kata perdamaian… dalam markas-markas tentara sudah ada golongan-golongan yang mencetak siaran-siaran, membuat propaganda dan menganjurkan perdamaian. Tapi apa yang terjadi dengan semua ini? kata-kata ”damai” itu sudah berubah artinya menjadi kata searti dengan ”perang”. Dalam kamus-kamus tak ada kata-kata lain yang akan dapat kubisikkan ke dalam telinga mereka untuk mencegah perang itu.
FAILASUF
Apa yang dapat kukerjakan?
SETAN
Itu sebabnya maka aku datang kemari dengan sebuah permohonan kepadamu.
FAILASUF
Kepadaku?
SETAN
Ya. Terpikir olehku kemudian bahwa aku harus menemui seorang failasuf. Aku harus mencari suatu gagasan dari seorang failasuf yang akan dapat menjauhkan bahaya perang… sekarang aku sudah datang kepadamu.
FAILASUF (Merenung)
Gagasan mencegah perang? Ya… ini bukan suatu hal yang mustahil bagi orang-orang seperti kami kalangan failasuf… usaha kami ialah melahirkan pikiran-pikiran. Sudah tentu aku dapat memberikan apa yang kau minta itu.
SETAN (Berseru)
Hidup! Hidup! Umat manusia sudah diselamatkan.
FAILASUF
Tunggu dulu, setan, sayangku. Tunggu dulu. Biayanya harus sama-sama kita setujui dulu.
SETAN
Biaya? Biaya apa?
FAILASUF
Bukankah engkau sudah mendatangi aku? Waktu tengah malam begini dan aku meninggalkan pekerjaan supaya aku berpikir untukmu, memeras otak untuk kepentinganmu?
SETAN
Bahkan untuk kepentingan umat manusia.
FAILASUF
Aku selalu bekerja demi kepentingan umat manusia. Tapi ini tidak menghalangi aku menerima imbalan dalam menyiarkan karangan-karangan dan pikiran-pikiranku.
SETAN
Engkau sekarang berpikir untuk menyelamatkan umat manusia dari kehancuran!
FAILASUF
Sarjana-sarjana yang sekarang sedang sibuk membuat bom-bom atom dan hidrogen, yang akan membinasakan segala yang ada, adakah mereka melakukan itu demi Tuhan?
SETAN
Sudah tentu mereka menerima upah.
FAILASUF
Jadi kenapa kau mau supaya aku berpikir cuma-cuma demi setan?
SETAN
Aku mengira kau hanya memperhatikan cita-cita luhur saja.
FAILASUF
Seperti kau?
SETAN
Kau mengejek?
FAILASUF
Sebaliknya. Aku memahami keadaanmu. Engkau berhak hanya memikirkan cita-cita luhur saja, sebab kau seorang diri… tidak punya isteri.
SETAN
Apa kau sudah beristeri?
FAILASUF
Tentu. Itu sebabnya aku jadi seorang failasuf. Setiap suami yang sudah hidup beristri selama sepuluh tahun atau lebih, ia failasuf. Tanpa diperlukan sebatang huruf pun tentang filsafat.
SETAN
Aneh juga. Kau bicara tentang sesuatu yang tak pernah kualami: Perkawinan.
FAILASUF
Tak pernah terpikir olehmu suatu waktu kau akan kawin?
SETAN
Sama sekali tidak. Akupun tidak tahu kenapa. Mungkin itu suatu kesalahan.
FAILASUF (Menatap Kepadanya)
Kesalahan sebab kau belum kawin?
SETAN
Pada waktu yang tepat… Dengan segala kebodohan kuhabiskan umurku yang panjang ini begitu saja… Sejak manusia diciptakan, hingga saat ini… Tanpa terpikir olehku akan mengubah cara hidupku ini… Sekarang saat berakhir… Sudah dekat… Ada kalanya orang-orang nakal itu akan berhasil juga menghancurkan dunia ini.
FAILASUF
Dan kau belum lagi memasuki dunia…
SETAN (Tidak Mengerti)
Apa katamu?
FAILASUF
Maksudku kau belum lagi memasuki dunia perkawinan.
SETAN
Sudah terlambat.
FAILASUF (Melihat Kepadanya Seketika Lama)
Tapi kau tidak nampak sudah tua…
SETAN
Engkau mau membujukku.
FAILASUF
Aku mau membujukmu?
SETAN
Tapi bagaimanapun juga aku sudah jemu hidup menyendiri dan membujang begini… Terbayang olehku bahwa dunia perkawinan yang sudah tertutup buat aku…
PINTU YANG TERTUTUP DALAM KAMAR ITU TIBA-TIBA TERBUKA. MUNCUL SEORANG PEREMPUAN DENGAN PAKAIAN RUMAH, YAITU ISTERI SANG FAILASUF
ISTERI (Berteriak)
Belum habis-habis juga membaca dan menulis?! Lampu listrik yang dipasang sepanjang malam ini dengan uang atau tidak dengan uang?! Dan siapa yang membayar tiap bulan? Dari kantongmu atau dari uang belanjaku?
SETAN (Berbisik)
Siapa beliau?
FAILASUF
Isteriku.
SETAN
Biasa sajalah bicara dengan dia; dia tidak melihat aku dan tidak mendengar suaraku.
ISTERI (Isteri Kepada Suaminya)
Bicara! Kenapa kau Cuma menggerak-gerakan bibir, dan melihat ketempat kosong!?
FAILASUF (Menoleh Kepadanya)
Melihat kepadamu. Apa permintaanmu?
ISTERI
Permintaanku. Kau sudah tahu benar dan kau sudah mahir pula pura-pura tidak tahu. Tapi aku sudah bersempah akan melaksanakan semua… Mau tidak mau…
FAILASUF
Dengan kekerasan?
ISTERI
Engkau tidak mau menyelesaikan persoalan-persoalan kita dengan kerukunan keluarga.
FAILASUF
Aku? Aku orang yang suka damai!
ISTERI
Rupanya. Tapi batinmu laki-laki yang serba tegang dan suka berkelahi. Maumu segalanya dalam rumah ini berjalan menurut perintahmu saja. Menurut kemauan nafsumu saja… menurut pikiranmu!
FAILASUF
Apa tidak boleh aku punya pendapat sendiri dalam rumah?
ISTERI
Tuan, pendapatmu kau simpan dalam buku-bukumu. Tapi uangmu kau simpan dalam rumah.
FAILASUF
Jadi maumu engkaulah yang jadi penguasa rumah tangga?
ISTERI
Tentu.
FAILASUF
Dan yang begini kau namakan apa?
ISTERI
Prinsip.
FAILASUF
Dan kedudukanku apa dalam rumah?
ISTERI
Tenang-tenang saja di kamar seperti kedudukanmu selama ini.
FAILASUF
Tidak jadi masalah.
ISTERI
Aku tidak mengerti kata-katamu yang filosofis itu.
FAILASUF
Kau cuma mengerti mengambil uang dari aku, dan kau mau menguasaiku.
ISTERI
Menguasai kau? Pandai sekali kau mengarang-ngarang kata. Itu hanya bikinanmu, untuk kemudian dipergunakan melawan aku, aku yang begini melarat, tidak pandai membela diri.
FAILASUF
Tapi kau pandai menyerang dengan perbuatan.
ISTERI
Aku belum lagi menyerang.
FAILASUF
Kau memulai dengan pertengkaran. Bukan kau yang merampas dompetku pagi tadi? Sesudah kau cengkeram aku dengan kuku-kukumu yang panjang-panjang itu, lalu kau pergi ke toko, lalu kau beli kaus kaki dan parfum buat kau sendiri saja, lalu kau pulang tanpa membeli sebuah kemeja pun buat suamimu, untuk menggantikan kemeja yang sudah tua, sudah kumal.
ISTERI
Kenapa aku harus membelikan buat kau, padahal kau menyembunyikan dari mataku uang yang kau terima?
FAILASUF
Tuduhan palsu yang selalu kau lemparkan kepadaku. Aku masih bisa menyembunyikan harta dari kau, padahal hidungmu bisa mencium bau uang, seperti pawang ular yang bisa mencium bau ular.
ISTERI
Di sini tidak ada ular selain lidahmu yang mengeluarkan racun.
FAILASUF
Untung racunku tidak mempan buat kau.
ISTERI
Memang begitu? Segala yang kau cita-citakan hanya ingin meracuni hidupku.
FAILASUF
Dan kau? Pernahkah sekali saja kau mogok tidak akan menyakiti hatiku?
SETAN (Berbisik Kepada Sang Failasuf)
yang begini ini perkawinan?
FAILASUF
Ya. Sedap nian. Bukan begitu?
ISTERI
Lagi-lagi kau menggerak-gerakkan bibirmu dan melihat ke tempat kosong.
FAILASUF
Juga soal bibirku kau mau campur tangan, soal mataku kau mau ikut-ikutan! Bukankah itu hakku mau bicara dengan siapa saja dan melihat ke mana saja?
ISTERI
Tak ada orang lain dalam kamar ini selain aku.
FAILASUF
Kata siapa?
ISTERI
Maksudmu di sini sekarang ada orang lain selain aku? Melihat dan bicara dengan dia?
FAILASUF
Selain kau? Tentu di sini ada yang lain. Kaukira dalam dunia ini tidak ada yang lain selain kau?
ISTERI
Ada urusan apa dengan dunia? Aku bicara hanya tentang ruangan ini. Apa ada pihak ketiga?
FAILASUF
Tentu!
ISTERI
Siapa? Coba!
FAILASUF
Takkan kusebut.
ISTERI
Ada pihak ketiga yang kau lihat di sini sekarang?
FAILASUF
Tentu.
ISTERI
Tapi kenapa kau lihat dan aku tidak dapat melihatnya?
FAILASUF
Apakah itu dosaku kalau aku dapat melihat dan kau tidak dapat melihat?
ISTERI
Seribu kali sudah kukatakan, bicaralah dengan orang lain dengan memakai filsafatmu. Tapi di sini, dalam rumah ini, bicaralah memakai otak saja.
FAILASUF
Apa artinya otak buat kau, Perempuan?!
ISTERI
Begitu? Pikiranmu sudah mau memberikan kesan bahwa jenismu itu tidak sama dengan jenisku, dan bahwa pikiranmu itu di tempat yang lebih tinggi daripada pikiranku. Kau mau meyakinkan aku bahwa aku lebih kecil di sampingmu, dan bahwa engkau melihat yang tidak kulihat, bisa menangkap yang tidak bisa kutangkap. Kau mau menguasai aku dengan pikiranmu. Tapi kau tidak bisa menguasai aku. Akulah batang yang paling keras seperti yang kauduga. Aku punya kepribadian yang tidak bisa lumat di bawah kepribadianmu.
FAILASUF
Apa gagasan ini yang membuat kau marah?
ISTERI
Bagaimanapun juga aku tak mungkin jadi anak bawangmu.
FAILASUF
Lalu mau jadi apa?
ISTERI
Nyonya rumah ini.
FAILASUF
Dan aku? Bukan aku di sini tuan rumah?
ISTERI
Jadi apa sajalah. Tapi aku yang berkuasa dalam rumah ini.
FAILASUF
Dan aku yang dikuasai.
ISTERI
Tidak mungkin dalam satu rumah ada dua kekuasaan dan dua kepengurusan. Hanya satu perintah, satu penguasa.
FAILASUF
Yaitu akulah.
ISTERI
Tidak, malah aku inilah.
FAILASUF
Masuk akal yang begitu?
ISTERI
Soalnya bukan soal akal.
FAILASUF
Soal kekuatan.
ISTERI
Sayang sekali, memang begitu. Dan akan kau lihat sekarang siapa di antara kita yang akan menang. Baru saja kau katakan bahwa kau melihat apa yang tidak dapat kulihat. Enyahlah. Pembohong kau! Sekarang aku melihat lebih banyak dari kau… orang yang bersama kita dalam kamar ini…
FAILASUF
Kau melihatnya?! Siapa?
ISTERI
Setan.
SETAN (Berbisik)
Aneh sekali. Bagaimana ia mencium bauku?
FAILASUF (Terkejut)
Sekarang kau lihat bersama kita?
ISTERI (Tanpa Menoleh Atau Menyadari Adanya Setan Yang Sebenarnya)
Ya. Baiklah kita berhati-hati! Sekarang dia berada di antara aku dan kau. Kau tidak tahu — sebagai seorang failasuf — amsal yang mengatakan: “Bila laki-laki hanya berdua saja dengan perempuan, yang ketiganya pasti setan.”
SETAN (Berbisik Kepada Failasuf)
Tidak selamanya. Malam ini aku di sini dengan kau hanya kebetulan saja, seperti kau tahu.
FAILASUF (Kepada Setan)
Ya, aku tahu.
ISTERI (Mengira Kata-Kata Itu Ditunjukkan Kepadanya)
kau tahu? Ya, memang. Amsal ini memang suatu kenyataan. Dan bukti adanya setan di tengah-tengah kita sekarang, dialah yang membujuk aku sekarang supaya merenggut tempat tinta yang didepanmu ini dengan cara begini...
(Cepat-Cepat Ia Merenggut Tempat Tinta)
Dan akan kulemparkan dengan segala isinya ke kepala dan pakaianmu dan buku-bukumu.
SETAN (Berbisik Kepada Failasuf)
Kejam benar. Percaya kau bahwa aku yang mengatakan kepadanya supaya berbuat begitu?
FAILASUF
Tidak. Tentu aku tidak percaya.
ISTERI (Mengangkat Tempat Tinta)
Tidak percaya? Percayalah bahwa aku akan melakukan ini kalau kau tidak cepat-cepat menyerah tanpa syarat pula.
FAILASUF (Suara Keras)
Kau sudah gila?! Kau akan melemparkan tempat tinta ini dengan tintanya yang masih ada?!
ISTERI
Tinta merah seperti darah. Menyerahlah sekarang juga. Dan nyatakan kau tunduk total.
FAILASUF
Tunduk total?!
ISTERI
Dan tanpa syarat. Kalau tidak kulemparkan ini…
(Menggerak-Gerakkan Tangannya)
Tempat tinta ini…
FAILASUF (Suara Keras)
Apa ini?! bom?! Bom atom?!
ISTERI (Mengancam Dengan Tempat Tinta)
Terserah apa yang akan terjadi. Menyerah atau…
FAILASUF (Menoleh Kepada Setan, Meminta Tolong)
Bagaimana pendapatmu?
SETAN (BERBISIK)
Pendapatku? Engkau menanyakan pendapatku, padahal kedatanganku kemari mau meminta pendapatmu? Apa kepalamu yang ini yang mau berpikir untukku buat mencegahkan perang?
FAILASUF
Perang yang dalam kamarku.
(Menunjuk Kepada Isterinya)
Dialah yang mengumumkan perang.
SETAN (Keluar)
Aku kecewa berhadapan dengan kau.
FAILASUF
Mau pergi kau? Dan meninggalkan aku berada dalam ancaman. Tolong, tolonglah aku.
SETAN
Biarlah aku menolong diriku sendiri lebih dulu daripada tempat ini… sebelum bom atommu itu kalian lemparkan dalam kamar ini.
IA KELUAR MELALUI PINTU SAMBIL MELAMBAIKAN TANGAN TANDA SELAMAT TINGGAL
BLAK OUT.
*****SELESAI*****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar