Para Pemain :
AYAH
IBU
NORA
POLISI
LASTARI
Dalam sebuah ruang tengah yang cukup mewah. Ada dua pintu yang menghubungkan ruang lain dan kehalaman luar. Satu perangkat kursi tamu dan satu kursi goyang dekat jam dinding.
SEORANG IBU TIDUR TERLENA DI KURSI GOYANG.
JAM BERBUNYI 12 KALI.
SEORANG AYAH MUNCUL DARI RUANG DALAM DALAM PAKAIAN TIDUR.
SI AYAH TERUS SAJA MENENGOK KAMAR TIDUR ANAK-ANAKNYA, KEMUDIAN IA BURU-BURU MEMBANGUNKAN SI IBU YANG TERTIDUR DI KURSI GOYANG.
Ayah :
(MEMBANGUNKAN IBU) Bu, hei, bangun.
Ibu :
(MENGGELIAT SAJA)
Ayah :
Astaga ? Hei, Bangun.
Ibu :
Ada apa pak ? (DENGAN RASA MALAS)
Ayah :
Katanya giliran jaga. Mana mereka, mana ?
Ibu :
Siapa ?
Ayah :
Kurang ajar ! Masih juga bertanya ! Kemana mereka pergi ?
Ibu :
Siapa yang pergi ?
Ayah :
Lihat di kamar tidurnya. Dan lihat pintu itu.
Ibu :
Asstgfirullah. Bangsat. Kurang ajar. Sundal !
Ayah :
Yah. Menyumpahlah terus. Kalau anakmu itu seperti sundal, lalu engkau ibunya, apa nama nya ?
Ibu :
Mh! Maunya bertengkar saja. Yang penting bagi kita adalah mencarinya!
Ayah :
Apa! Malam-malam begini, kau suruh aku mencarinya ? ini adalh tugas yang berjaga !
Ibu :
Kau kira, mereka itu Cuma anak ku sendiri ?
Ayah :
Kalau begitu telepon polisi. Beri mereka uang. Perintahkan mereka untuk mencarinya.
Ibu :
Pak. Mereka adalah anak-anak kita dan kejadian ini masih dalam rahasia rumah tangga. Kenapa mesti memberi tahu polisi ?
Ayah :
(LANGSUNG AMBIL GAGANG TELPON) hallo, ya…hallo. Selamat malam…… apakah benar di situ POS SEKTOR POLISI KECAMATAN ?......... terimakasih…….. begini pak…….. ya……. O, disini, nomor 68007. jalan james bond…….. apa ? ……oh, bukan. Jangan main-main pak. Saya bukan rooger more. Ini serius pak. Ya…….. apa? E, begini pak polisi. Dua orang anak gadis saya hilang…. Apa?..... oh, bukan. Bukan di curio rang. Tapi mereka pergi malam-malam, tanpa ijin kami orang tuanya…… tentu…. Ya? Hallo……. Begitu? Itu baik sekali pak. Silahkan …….. (TIBA-TIBA KEDUA PUTERI NYA MUNCUL, SI AYAH MENYUMPAH SEDANG HUBUNGAN TELEPON BELUM PUTUS). Bangsat ! jahannam ! (BARU SADAR KATA KATA ITU SAMPAI KETELINGA POLISI) oh, maaf pak. Saya bukannya…….. yah. Maaf pak. (MELETAKAN GAGANG TELEPON DENGAN CEPAT) kurang ajar. Anak jadah!
Ibu :
Sudahlah pak. Yang penting mereka sudah kembli.
Ayah :
Semua ini gara-gara engku sendiri. Salah didik!
Ibu :
(EMOSI) apa? Salahku? Akusalah didik?
Ayah :
yah!
Ibu :
Lastari, nora, ayoh masuk kamar tidur. Ayahmu harus ku hajar sekarang juga. Harus ku beri pelajaran dia agar menjadi ayah yang baik.
Lastari :
Ibu. Tak baik rebut-ribut tengah malm begini.
Nora :
Betul, yah. Nanti orang bilang, keluarga kita tak bermoral. Tak berpendidikan.
Ayah :
Kurang ajar! Masih saja menasehati orang tua? Semua ini gara-gara kamu dan kamu dan ibu mu itu!
Ibu :
Diam! Mau menang sendiri! Lastari, nora, masuk kamar kataku.
Ayah :
Dasar perempuan. Bikin pusing otak laki-laki.
Ibu :
Oh, kau salah kan kaum perempuan hah? Kalau bukan karena engkau, anak-anak yang kau katakana kurang ajar ini, tidak akan lahir ke muka bumi ini. Laki-laki maunya bikin anak melulu, tapi tidak pernah berbuat baik terhadap anak-anak.
Ayah :
Apakah kau kira, aku sebagai laki-laki tidak bias mendidik anak-anak? Kalau saja tidak engku rusak system pendidikan ku, anak-anak kita ini tidak akan jadi sundal bolong.
Lastari :
Ayah menuduhku sundal bolong?
Nora :
Saya tidak terima, saya akan adukan ayah ke polisi. Saya merasa terhina.
# TERDENGAR KETUKAN DI DEPAN PINTU #
Ibu :
Siapa ?
Polisi :
(SUARA DI LUAR) saya polisi.
Ibu :
Polisi?
Ayah :
Siapa yang panggil polisi?
Ibu :
mh. Masih saja bertanya.
Polisi :
(KEMBALI MENGETUK PINTU) boleh saya masuk ?
Ayah :
Sebentar!
Ibu :
(SETENGAH BERBISIK) saya sudah sarankan agar urusan keluarga jangan di tangani polisi. Memalukan.
Polisi :
(LEBIH KERAS MENGETUK PINTU)
Ibu :
Ya! Baik saya akan persilahkan polisi itu masuk. (SEGERA MENUJU PINTU)
Polisi :
Selamat malam.
Ibu :
Selamat malam. Silahkan masuk.
Polisi :
(BRADA DI RUANGAN TAMU. DI PANDANGIN SATU PERSATU DARI AYAH, IBU, KEMUDIAN NORA DAN LASTARI)
Dan kau berdua, memang betul tidak di rumah?
Lastari :
Betul pak. Sedang keluar.
Ayah :
Bukan main, jaman terlalu moderen, seorang anak sudah berani menuntut ayahnya di depan pengadilan.
Nora :
Kata-kata ayah sangat menghina saya, kata-kata itu sama saja dengan memperkosa kegadisan saya.
Ayah :
Percuma saja bangku sekolah, kalau tidak bias membedakan antara penghinaan dengan pemerkosaan. Memperkosa itu adalah merusak perawan perempuan, tahu?
Polisi :
Kemana?
Lastari :
Kami akan menghadapi ujian pak, oleh karena itu, kami harus belajar bersama-sama teman.
Polisi :
Di mana?
Lastari :
Di rumah teman.
Polisi :
Dan tidak memberi tahu orang tua?
Nora :
Untuk apa?
Polisi :
Untuk apa? Begitu jawaban adik? Orang tua, adalah pengasuh mu, pendidik dan bertanggung jawab dalam segala hal.
Nora :
Tapi, bila minta ijin pasti tidak akan di ijinkan pak.
Polisi :
Tidak mungkin, untuk tujuan baik, orang tua pasti mengijinkan. Tapi apa benar, ibu melarang anak-anak keluar rumah?
Ibu :
Tiap malam saya harus jadi polisi seperti bapak, harus jaga dan sampai tertidur di kursi.
Polisi :
Jaga dan tidur di kursi? Maksudnya menunggu anak-anak pulang dari belajar malam hari?
Nora :
Bukan pak, ibu harus berjaga di kursi itu untuk menjaga kami jangn sampai keluar malam.
Lastri :
Kami harus pergi dengan diam-diam. Kalau tidak, kami tidak di bolehkan pergi selai pergi kesekolah.
Nora :
Kami seperti di penjarakan di rumah ini pak. Tidak boleh bergaul di luar rumah, tidak boleh ikut kegiatan di luar sekolah.
Ibu :
Dan saya ibunya, harus berjaga tiap malam.
Nora :
Dan bapak seenaknya main perempuan di night club.
Ayah :
(TERPERANJAT) kurang ajar!
Polisi :
Apa benar pak?
Ayah :
Saya sudah bosan tinggal di rumah ini.
Ibu :
Juga aku, ibu anak-anak, merasa tak sanggup di permainkan seperti murahan malam ini juga. Yah. Malam ini juga aku minta cerai, dan aku mau meninggalkan rumah mereka ini.
Nora :
Aku mau ikut bu?
Lastari :
Akhirnya kita terpecah berkeping-keping. Tidakkah bias di beri jalan keluar yang baik?
Ibu :
Tidak bias. Aku minta cerai. Dan kau lastari, silahkan, mau ikut ibu mu atau ikut ayahmu yang jahanam itu?
Polisi :
Begini saja, apakah bapak mau mengakui kesalahan bapak?..........
Ayah :
Saya merasa bersalah. Dan saya minta maaf pada ibu, pada isteri dan pada nora.
Polisi :
Nah, kalau begitu selesailah sudah. Kalian harus menerimanya. Kita sebagai umat beragama harus siap memaafkan kesalahan sesamanya. Lebih-lebih yang meminta maaf itu adalah dari kalangan keluarga. Tuhan maha pemurah, penyayang dan maha pemaaf. Ibu mau memaafkan suami ibu?
Ibu :
Hati ku panas seperti kena bara.
Ayah :
Ibu, aku memang salah, maafkanlah bu…….lastri, nora, maafkanlah ayah.
Polisi :
Nah. Untuk kelanjutan dari penyelesaian ini, saya serahkan saja kepada kalian. Inilah puncak dari sikap satu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak. Keselamatan rumah tangga kalian ini, terletak pada kalian sendiri. Kuncinya adalah saling memaafkan. dan penyelesaian ini bukan tugas saya. Saya harus kembali ke pos penjagaan, selamat malam.
(POLISI KELUAR)
Ibu :
(FAUZE) lastri….. nora …… kalian boleh pilih, ibu atau ayah yang kalian pilih, harus kalian dekati………….(FAUZE)
Nora :
Saya pilih ibu (MENRANGKUL IBU)
Ayah :
dan aku? …………….…….(FAUZE) kalau begitu, aku juga, ikut ibumu (MENDEKATI).
Ibu :
(MENJAUH BERSAMA ANAK-ANAK) Engkau sudah ku maafkan.
Nora :
Aku juga memaafkannya bu?
Lastri :
Semua kita memaafkannya.
Ayah :
Terimalah kehadiran ku kembali. Aku bersumpah tidak akan berlaku kejam terhadap kalian. Apa saja kehendak kalian untuk semua kegiatan yang bertujuan baik akan ku ijinkan. Dan kesalahan ku kepada ibu, akan ku perbaiki, aku tidak akan melakukannya.
Ibu :
Kesalahan adalah kesalahan, dan dosa tetap dosa, sekali pun tuhan tetap memberi ampun. Juga kesalahan terhadap sesama. Aku memaafkannya. Tapi sebagai imbalannya, ayah kalian akan ku hukum sendiri di kamrnya selama enam bulan tahanan. Lastri, nora. Mari tidur.
(SEMUANYA MASUK)
Ayah :
(TINGGAL SENDIRI) perempuan. Selalu mau menang sendiri. Kalau bukan perempuan, otak laki-laki ini tidak akan berputar, oh tuhan, kenapa kau mesti hadirkan perempuan di muka bumi ini?
TAMAT…………
Banjarmasin, 9 Februari 1983.
ADJIM ARIJADI
Sebuah Fragmen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar